Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36427 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ahmad Taufik ... [et al.]
MJKI Th.XXXVI, No.3
Jakarta : Grafiti Medika Pers, 2010
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Supratman Sukowati, Siti Sapardiyah, Enny W. Lestari
JEK Vol.2, No.1
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2003
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kurnia Novianti
JKI Vol.V, No.1
Jakarta : LIPI, 2010
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hairani; Pembimbing: Agustin Kusumayanti; Penguji: Sabarinah Prasetyo, Dumilah Ayuningtyas, Beben Saiful Bahri, Muhammad Zaini Jauhari
Abstrak: Karyawan adalah salah satu sumberdaya paling penting dalam upaya mencapai keberhasilan dan tujuan dalam sebuah organisasi. Salah satu faktor penting agar tercapai hasil kerja yang optimal dari seorang karyawan yaitu dengan terpenuhinya kepuasan kerja. Sumberdaya manusia yang baik memiliki kualitas yang mampu mempengaruhi kinerja.Namun sebagus apapun rencana-rencana dan pengawasan dalam sebuah organisasi, jika sumber daya manusianya kurang berminat dan tidak bahagia dalam melakukan pekerjaannya maka suatu organisasi tidak akan mencapai hasil seperti yang seharusnya bisa di capai Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja dan karakteristik individu terhadap kinerja karyawan di Puskesmas Selong. Jenis penelitian ini adalah deskriptif menggunakan pendekatan rancangan studi cross sectional dengan metode campuran yaitu mengkombinasikan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Tidak ada pengaruh kepuasan kerja secara simultan terhadap kinerja pada karyawan di puskesmas selong, uji statistic menunjukkan p=1,000>0,05. Dari lima indicator variabel kepuasan kerja hanya dua indicator yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan yaitu kepuasan terhadap imbalan dengan nilai p=0,018<0,05 dan kepuasan terhadap supervisi atasan dengan nilai p=0,029<0,05. Karakteristik individu karyawan yang berpengaruh terhadap kinerja adalah karakteristik pendidikan, hal ini sesuai hasil uji statistic dimana p= 0,047<0,05. Dengan demikian manajemen Puskesmas Selong perlu memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai penentuan pembayaran imbalan, melakukan pendekatan dan komunikasi yang lebih efektif dalam upaya perbaikan system pengawasan dan memberikan feedback terhadap hasil kerja karyawan sehingga karyawan dapat mengetahui kekurangan atau kelebihannya. Dengan komunikasi yang lebih intens dengan karyawan melalui pertemuan rutin antara pimpinan dan karyawan akan terjalin komunikasi yang baik sehngga meningkatkan kualitas kerja karyawan.
Employees are one of the most important resources in achieving success and goals in an organization. One of the important factors in order to achieve optimal work results from an employee is the fulfillment of job satisfaction. Good human resources have qualities that can affect performance. However, no matter how good the plans and supervision are in an organization, if the human resources are less interested and unhappy in doing their work then an organization will not achieve the results it should be able to achieve. The purpose of this study was to determine the effect of job satisfaction and individual characteristics on employee performance at Puskesmas Selong. This type of research is descriptive using a cross-sectional study design approach with mixed methods, namely combining quantitative and qualitative methods. There is no effect of job satisfaction simultaneously on the performance of employees at Puskesmas Selong, it can be seen from the p value = 1,000> 0.05. Of the five indicators of job satisfaction variables, only two indicators have an effect on employee performance, namely satisfaction with rewards with a value of p = 0.018 <0.05, and satisfaction with superior supervision with a value of p = 0.029 <0.05. Individual characteristics of employees that affect performance are educational characteristics, it can be seen from the p value = 0,047<0,05. Thus the management of Puskesmas Selong needs to provide an understanding to employees regarding the determination of payment of compensation, approach and communicate more effectively in efforts to improve the supervision system, and provide feedback on the work of employees so that employees can find out their weaknesses or strengths. With more intense communication with employees through regular meetings between leaders and employees, good communication will be established so as to improve the quality of employee work
Read More
T-6086
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wawan Rustawan; Pembimbing: Soedarto Ronoatmodjo
T-882
Depok : FKM UI, 2000
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sekar Tuti Sulaksono ... [et al.]
MPPK Vol.XIV, No.1
Jakarta : Balitbangkes Kemenkes RI, 2004
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
K.R. Sugiono
LP 362.1 SUG p
Surabaya : Departemen Kesehatan, 1992
Laporan Penelitian   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Medika, No. 6, th.16, Juni 1990, hal. 445-451
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sumiati Bedah; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Syahrizal Syarif, Lukman Hakim; Penguji: Nurhayati A. Prihartono, Syafruddin, Budi Haryanto, Besral, Masdalina Pane,
Abstrak:
Pada tahun 2019, Indonesia melaporkan 250.644 kasus malaria. Lima provinsi dengan kasus positif malaria terbesar adalah Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Kalimantan Timur, dan Lampung. Sementara itu, DKI Jakarta dan Bali, yang berbatasan dengan Lampung, sudah masuk kategori provinsi bebas malaria (Kemenkes, 2019). Pemahaman tentang gejala klinis malaria lokal sangat penting bagi suatu wilayah, karena dapat menjadi panduan bagi masyarakat dalam mengenali tanda-tanda awal penyakit malaria. Penelitian ini menggunakan dua desain, yaitu cross-sectional untuk menyusun dan mengembangkan algoritme gejala klinis malaria lokal di wilayah studi, dan quasi- eksperimental untuk menentukan pengaruh Mass Blood Survey (MBS) Plus dalam menemukan kasus malaria. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa kombinasi gejala klinis yang paling sensitif dan spesifik untuk malaria lokal adalah sakit/nyeri kepala, demam, dan menggigil, dengan sensitivitas 88,43% dan NPN 84,95%. Gejala-gejala ini dapat menjadi indikator yang baik untuk skrining di wilayah setempat. Selanjutnya, kelompok intervensi (MBS Plus) memiliki Annual Parasite Incidence (API) yang lebih rendah (16,06) dapat mendeteksi 13 kali lebih banyak kasus malaria dibandingkan kelompok kontrol (MBS reference) dengan API yang lebih tinggi (60,14). Hal ini menunjukkan bahwa jika intervensi serupa diterapkan di populasi dengan API tinggi, kemungkinan besar akan ditemukan lebih banyak kasus malaria. Intervensi MBS Plus penting untuk dilanjutkan dengan tujuan semakin sering ditemukan kasus malaria, maka percepatan dalam mencapai mini eliminasi (eliminasi lokal) semakin terwujud, dengan prinsip "temukan dan obati".

In 2019, Indonesia reported 250,644 cases of malaria. The five provinces with the largest number of positive cases of malaria are Papua, East Nusa Tenggara, West Papua, East Kalimantan and Lampung. Meanwhile, DKI Jakarta and Bali, which border Lampung, have been categorized as malaria-free provinces (Ministry of Health, 2019). Understanding the clinical symptoms of local malaria is very important for a region, because it can be a guide for the community in recognizing the early signs of malaria. This study used two designs, namely cross-sectional to develop and develop an algorithm for local malaria clinical symptoms in the study area, and quasi-experimental to determine the effect of the Mass Blood Survey (MBS) Plus in finding malaria cases. The results of the validity test show that the most sensitive and specific combination of clinical symptoms for local malaria is headache, fever and chills, with a sensitivity of 88.43% and an NPN of 84.95%. These symptoms can be a good indicator for screening in the local area. Furthermore, the intervention group (MBS Plus) had a lower Annual Parasite Incidence (API) (16.06) and was able to detect 13 times more cases of malaria than the control group (MBS reference) with a higher API (60.14). This suggests that if similar interventions were implemented in populations with high APIs, more malaria cases would likely be found. It is important to continue the MBS Plus intervention with the aim that the more frequently cases of malaria are found, the more acceleration in achieving mini elimination (local elimination) will be realized, with the principle of "find and treat"
Read More
D-539
Depok : FKM UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Luxi Riajuni Pasaribu
BPK Vol.33, No.1
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2005
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive