Ditemukan 29634 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Bul. Pen.Sis. Kes. (Bulitsiskes), Vo. 14, No.4, Okt. 2011, hal. 411-421
[s.l.] :
[s.n.] :
s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lestary Heny Sugiharti
BPK Vol.44, No.4
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2016
Indeks Artikel Jurnal-Majalah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhammad Yusuf; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Mieke Savitri, Rima Damayanti, Ihwan
Abstrak:
PPIA merupakan bagian dari rangkaian upaya pengendalian HIV dan AIDS. Tujuan utamanya adalah agar bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HIV terbebaskan dari HIV, serta ibu dan bayi tetap hidup dan sehat. Saat ini dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan bagi Kabupaten/Kota secara eksplisit menyebutkan bahwa setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar dengan target capaian 100%. Target ini cukup berat bila melihat data capaian PPIA selama ini yang masih sangat rendah. Data rutin Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2017, cakupan kunjungan pertama kali ibu hamil ke tenaga kesehatan Kota Tangerang sudah mencapai 100% akan tetapi jumlah ibu hamil yang dites HIV baru berjumlah 4.230orang atau hanya 10% (SIHA, 2017). Untuk itu peneliti melakukan analisis pelaksanaan kebijakan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) untuk mendapatkan informasi mendalam bagaimana pelaksanaan kebijakan PPIA di Kota Tangerang tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan FGD. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. Telaah terhadap dokumen yang dihasilkan, serta studi literatur dilakukan sebagai pembanding terhadap informasi yang telah di dapatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan PPIA di Kota Tangerang tahun 2017 masih belum sesuai dengan kebijakan dalam Pedoman Manajemen Program PPIA dan Pedoman Pelaksanaan PPIA, sehingga output belum menggambarkan implementasi PPIA secara menyeluruh. Faktor komunikasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap implementasi, khususnya komunikasi dengan klinik, rumah sakit swasta dan bidan praktik mandiri. Faktor sumberdaya khususnya fasilitas, perlu dipertimbangan untuk distribusi reagensia dan RDT tidak hanya di puskesmas tetapi juga kepada fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta. Faktor disposisi khususnya komitmen agar RS Kota Tangerang mampu menjadi RS rujukan PPIA. Faktor struktur birokrasi perlunya dibentuk tim lintas program/lintas sektor dalam pelayanan PPIA yang bergabung dalam topik HIV, serta penguatan pencatatan dan pelaporan bidan praktik mandiri terkait indikator ibu hamil yang dites HIV dan ibu hamil positif HIV. Kondisi sosial ekonomi mendukung pelayanan PPIA dengan adanya program jaminan kesehatan gratis melalui Universal Health Coverage (UHC) bagi semua warga Kota Tangerang. Akan tetapi masih ada stigma dan diskriminasi yang dapat menghambat ibu hamil untuk dites HIV
Kata kunci: AIDS; HIV; Implementasi Kebijakan; Kota Tangerang;
PPIA PMTCT is part of a series of HIV and AIDS control efforts. The ultimate goal is that infants born to mothers with HIV are released from HIV, and mothers and infants remain alive and well. Currently with the Regulation of the Minister of Health No. 43 of 2016 on Minimum Service Standards (MSP) of the health sector for the District / City explicitly states that everyone is at risk of HIV infection (pregnant women, TB patients, STI patients, transgender, drug users, and prisoners) get standard HIV testing with 100% achievement targets. This target is quite heavy when looking at data PMTCT achievement during this time is still very low. Regular data of Tangerang City Health Office in 2017, coverage of first antenatal visit to health worker of Tangerang City has reached 100% but the number of pregnant women tested by HIV is only 4,230 people or only 10% (SIHA, 2017). Therefore, the researcher conducted analysis of policy implementation of Prevention of Mother to Child of HIV Transmission (PMTCT) to get in-depth information how the implementation of PMTCT policy in Tangerang City 2017. This research is a qualitative research with data collection technique in depth interview and focus group discussion. Triangulation of sources is done by comparing data obtained from one informant with another informant. The study of the documents produced, as well as the literature study done as a comparison to the information that has been obtained. The results showed that the implementation of PMTCT policy in Tangerang City in 2017 still not in accordance with the policy in PMTCT Program Management Guidelines and Implementation Guidelines of PMTCT, so that the output has not depicted the implementation of PMTCT as a whole. Communication factors are factors that affect implementation, especially communication with clinics, private hospitals and independent midwives. Resource factors, especially facilities, need to be considered for the distribution of reagents and RDT not only in puskesmas but also to private health care facilities. Disposition factors, especially the commitment to Tangerang City Hospital is able to become a reference hospital PPIA. Bureaucratic structural factors need to be established cross-program / cross-sectoral teams in PPIA services joining HIV topics, as well as strengthening the recording and reporting of independent midwives on indicators of pregnant women tested for HIV and HIV-positive pregnant women. Socio-economic conditions support PMTCT services with a free health insurance program through Universal Health Coverage (UHC) for all citizens of Tangerang City. However, there are still stigma and discrimination that can prevent pregnant women from testing HIV.
Key words: AIDS; HIV; PMTCT; policy implementation; Tangerang City
Read More
Kata kunci: AIDS; HIV; Implementasi Kebijakan; Kota Tangerang;
PPIA PMTCT is part of a series of HIV and AIDS control efforts. The ultimate goal is that infants born to mothers with HIV are released from HIV, and mothers and infants remain alive and well. Currently with the Regulation of the Minister of Health No. 43 of 2016 on Minimum Service Standards (MSP) of the health sector for the District / City explicitly states that everyone is at risk of HIV infection (pregnant women, TB patients, STI patients, transgender, drug users, and prisoners) get standard HIV testing with 100% achievement targets. This target is quite heavy when looking at data PMTCT achievement during this time is still very low. Regular data of Tangerang City Health Office in 2017, coverage of first antenatal visit to health worker of Tangerang City has reached 100% but the number of pregnant women tested by HIV is only 4,230 people or only 10% (SIHA, 2017). Therefore, the researcher conducted analysis of policy implementation of Prevention of Mother to Child of HIV Transmission (PMTCT) to get in-depth information how the implementation of PMTCT policy in Tangerang City 2017. This research is a qualitative research with data collection technique in depth interview and focus group discussion. Triangulation of sources is done by comparing data obtained from one informant with another informant. The study of the documents produced, as well as the literature study done as a comparison to the information that has been obtained. The results showed that the implementation of PMTCT policy in Tangerang City in 2017 still not in accordance with the policy in PMTCT Program Management Guidelines and Implementation Guidelines of PMTCT, so that the output has not depicted the implementation of PMTCT as a whole. Communication factors are factors that affect implementation, especially communication with clinics, private hospitals and independent midwives. Resource factors, especially facilities, need to be considered for the distribution of reagents and RDT not only in puskesmas but also to private health care facilities. Disposition factors, especially the commitment to Tangerang City Hospital is able to become a reference hospital PPIA. Bureaucratic structural factors need to be established cross-program / cross-sectoral teams in PPIA services joining HIV topics, as well as strengthening the recording and reporting of independent midwives on indicators of pregnant women tested for HIV and HIV-positive pregnant women. Socio-economic conditions support PMTCT services with a free health insurance program through Universal Health Coverage (UHC) for all citizens of Tangerang City. However, there are still stigma and discrimination that can prevent pregnant women from testing HIV.
Key words: AIDS; HIV; PMTCT; policy implementation; Tangerang City
T-5310
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Buku II, Republika. hal : 84
[s.l.] :
[s.n.] :
s.a.]
Indeks Koran Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lia Ajeng Novita; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Ede Surya Darmawan, Trijoko Yudopuspito
Abstrak:
Pemerintah Republik Indonesia telah berkomitmen untuk memberantas HIV yang saat ini menjadi beban kesehatan di Indonesia bahkan di dunia. Salah satu bentuk nyata dari komitmen tersebut ialah dengan dirancangnya Permenkes nomor 52 tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak. Program yang telah berjalan ialah Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Pada tahun 2018-2019 merupakan tahap akses terbuka dengan target capaian kegiatan 60% ibu hamil diperiksa HIV. Kota Bandar Lampung hanya memiliki satu layanan PPIA di RSUD Abdul Moeloek, dimana RSUD tersebut merupakan RS rujukan Provinsi Lampung, maka dari itu perlu untuk dilakukan evaluasi terkait layanan PPIA di Kota Bandar Lampung untuk melihat capaian layanan PPIA di Kota Bandar Lampung.
Evaluasi yang peneliti lakukan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan sistem. Pengambilan data dilakukan di dinkes dan faskes yang menyelenggarakan layanan PPIA di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinkes Kota Bandar Lampung telah melaksanakan kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi terkait layanan PPIA, tetapi dalam pelaksanaannya belum maksimal dan terdapat perbedaan capaian indikator yang tercatat manual di dinas kesehatan Kota Bandar Lampung dan di web SIHA.
Kata kunci: anak HIV, ibu HIV, PPIA
Read More
Evaluasi yang peneliti lakukan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan sistem. Pengambilan data dilakukan di dinkes dan faskes yang menyelenggarakan layanan PPIA di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinkes Kota Bandar Lampung telah melaksanakan kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi terkait layanan PPIA, tetapi dalam pelaksanaannya belum maksimal dan terdapat perbedaan capaian indikator yang tercatat manual di dinas kesehatan Kota Bandar Lampung dan di web SIHA.
Kata kunci: anak HIV, ibu HIV, PPIA
S-10021
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ika Nastiti Kusumawardani; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Toha Muhaimin, Nurwirah Verliyanti
Abstrak:
Kejadian HIV yang terjadi pada seorang anak karena anak tersebut ditularkan oleh ibunya pada saat proses kehamilan, persalinan atau menyusui. Penularan HIV tertinggi pada saat proses persalinan. Penularan HIV terendah pada saat proses pemberian ASI eksklusif. PPIA atau Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak merupakan intervensi pada ibu hamil dengan cara melakukan pemeriksaan HIV dan pemberian ARV pada ibu hamil dengan HIV.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mempelajari implementasi layanan PPIA di Provinsi DKI Jakarta, dengan wawancara mendalam kepada pemegang program di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta selatan, dan analisis data dari sistem pelaporan data HIV-AIDS (SIHA) pada tahun 2014-2016.
Hasil yang didapatkan bahwa subjek yang mengikuti layanan PPIA di DKI Jakarta terbanyak pada usia reproduktif (20 - 49 tahun) dan terdapat pada kelompok pasangan risiko tinggi. Selain itu, ada kecenderungan penurunan kegiatan layanan PPIA di DKI Jakarta pada tahun 2014 - 2016.
Kurangnya dan adanya keterlambatan dalam pelaporan merupakan masalah dalam SIHA. Oleh sebab itu, dibutuhkannya pengembangan terhadap Program PPIA dan memperkuat SIHA, dengan meningkatkan pelatihan untuk petugas kesehatan disemua fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan antenatal dan mempromosikan sistem pelaporan wajib (SIHA) dengan sistem pelaporan yang lebih lengkap dan akurat.
Kata kunci : HIV, PPIA, SIHA, DKI Jakarta
Infant with HIV are transmitted from mother with HIV during pregnancy, delivery or breastfeeding period. Most of HIV tranmission could happened during delivery process. The lowest risk of HIV transmission among mother who practice exclusive breastfeeding. PMTCT or prevention of mother-to-child transmission is interventions by reaching pregnant women, by HIV screaning and providing ARV among mother with HIV.
The objective of my paper is to study the barriers of PMTCT implementation in DKI Jakarta provinc, by using depth interview with program amangers at DKI Jakarta Provincial Health Office, West Jakarta, East Jakarta and South Jakarta districs, and analyzing the data from HIV-AIDS Reporting System (SIHA) at period 2014-2016.
The results showed that subjects who followed PMTCT services in DKI Jakarta at most at reproductive age (20 - 49 years) and risk group of high risk couple. In addition there is a declining trend in PMTCT services activities in Jakarta in 2014 - 2016. In addition, there is a decreasing in PMTCT services in DKI Jakarta in 2014 - 2016.
Under reporting and delayed of reporting are the problem in SIHA. Need improving of PMTCT Program ans strengthening the SIHA, by increasing capacity training for health workers in all health facilities that provide antenatal services on the PMTCT and promoting mandatory reporting system (SIHA) with the complete and accurate of reporting systems.
Keywords : HIV, PMTCT, SIHA, DKI Jakarta
Read More
Tujuan dari penelitian ini yaitu mempelajari implementasi layanan PPIA di Provinsi DKI Jakarta, dengan wawancara mendalam kepada pemegang program di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta selatan, dan analisis data dari sistem pelaporan data HIV-AIDS (SIHA) pada tahun 2014-2016.
Hasil yang didapatkan bahwa subjek yang mengikuti layanan PPIA di DKI Jakarta terbanyak pada usia reproduktif (20 - 49 tahun) dan terdapat pada kelompok pasangan risiko tinggi. Selain itu, ada kecenderungan penurunan kegiatan layanan PPIA di DKI Jakarta pada tahun 2014 - 2016.
Kurangnya dan adanya keterlambatan dalam pelaporan merupakan masalah dalam SIHA. Oleh sebab itu, dibutuhkannya pengembangan terhadap Program PPIA dan memperkuat SIHA, dengan meningkatkan pelatihan untuk petugas kesehatan disemua fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan antenatal dan mempromosikan sistem pelaporan wajib (SIHA) dengan sistem pelaporan yang lebih lengkap dan akurat.
Kata kunci : HIV, PPIA, SIHA, DKI Jakarta
Infant with HIV are transmitted from mother with HIV during pregnancy, delivery or breastfeeding period. Most of HIV tranmission could happened during delivery process. The lowest risk of HIV transmission among mother who practice exclusive breastfeeding. PMTCT or prevention of mother-to-child transmission is interventions by reaching pregnant women, by HIV screaning and providing ARV among mother with HIV.
The objective of my paper is to study the barriers of PMTCT implementation in DKI Jakarta provinc, by using depth interview with program amangers at DKI Jakarta Provincial Health Office, West Jakarta, East Jakarta and South Jakarta districs, and analyzing the data from HIV-AIDS Reporting System (SIHA) at period 2014-2016.
The results showed that subjects who followed PMTCT services in DKI Jakarta at most at reproductive age (20 - 49 years) and risk group of high risk couple. In addition there is a declining trend in PMTCT services activities in Jakarta in 2014 - 2016. In addition, there is a decreasing in PMTCT services in DKI Jakarta in 2014 - 2016.
Under reporting and delayed of reporting are the problem in SIHA. Need improving of PMTCT Program ans strengthening the SIHA, by increasing capacity training for health workers in all health facilities that provide antenatal services on the PMTCT and promoting mandatory reporting system (SIHA) with the complete and accurate of reporting systems.
Keywords : HIV, PMTCT, SIHA, DKI Jakarta
S-9619
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mira Miranti Puspitasari; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Anhari Achadi, Pujiyanto, Enny Ekasari, Yuliandi
Abstrak:
Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) pada ibu hamil merupakan kegiatan essensial pada layanan antenatal, dengan integrasi akan lebih efektif untuk meningkatkan jangkauan ibu hamil melakukan skrining HIV yang bertujuan mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak. Analisis Implementasi integrasi ditujukan untuk melihat pelaksanaan skrining HIV pada ibu hamil yang terintegrasi dalam layanan antenatal terpadu di Kota Depok Tahun 2017.
Metode pada penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengambilan data WM, FGD dan telaah dokumen dilihat dari komunikasi, sumber daya, disposisi,sikap pelaksana, struktur birokrasi dan lingkungan sosial.
Hasil dari penelitian didapatkan aspek komunikasi dalam bentuk sosialisasi mengenai program dan pedoman pelaksanaan belum optimal dijalankan hal ini berpengaruh kepada aspek lainnya yaitu ketersediaan sumber daya baik fasilitas, dana maupun SDM masih terbatas dan berfokus pada layanan di Puskesmas, struktur birokrasi berupa SOP dan fragmentasi koordinasi antar bidang yang terlibat belum terintegrasi, lingkungan sosial berupa dukungan masyarakat, dukungan layanan kesehatan swasta yang belum optimal dan adanya stigma negatif mempengaruhi implementasi integrasi PPIA ke layanan antenatal. Disisi lain disposisi berupa sikap pelaksana dan sumber daya berupa kewenangan sudah sesuai dengan pedoman.
Kesimpulan didapatkan bahwa implementasi integrasi layanan PPIA ke layanan antenatal belum optimal hal ini didukung konseling pra-tes dan pasca tes belum efektif, cakupan skrining HIV bumil masih rendah, mekanisme rujukan yang belum berjalan dengan baik dan proses pencatatan dan pelaporan serta monitoring evaluasi yang belum terintegrasi. Direkomendasikan melakukan koordinasi efektif agar dapat melakukan pemetaan tentang apa yang sudah dilakukan sehingga akan dapat dibuat road map perencanaan dan regulasi agar proses komunikasi kepada semua pelaksana dan advokasi kepada stake holder dilakukan dengan efektif yang akan berpengaruh kepada ketersediaan sumber daya, disposisi, pembentukan struktur birokrasi dan lingkungan sosial yang mendukung implementasi kebijakan.
Keyword: Implementasi, PPIA, skrining HIV ibu hamil, antenatal
Prevention of mother to child HIV transmission (PMCT) in pregnant women is an essential activity in antenatal care, so that the existence of integration would be more effective to increase coverage of pregnant women do HIV screening aimed at preventing the transmission vertically from mother to child. In areas with concentrated HIV epidemic status and expanded, mandatory HIV tests and counseling is offered and became part of antenatal care and laboratory examination time labor for all pregnant women. The analysis of integrated implementation is aimed at seeing the implementation of HIV screening of pregnant women that is integrated with antenatal care in Depok city ,2017.
Method in this research is qualitative data develop techniques with WM, FGD and review the document by using the views of communication, resources, disposition of the attitude of the implementor, the bureaucratic structure and the social environment.
Result of the research, communication aspects of the obtained in the form of socialization about the program and implementation of the guidelines have not been optimally run. it is influential to other aspects, such availability of good facility resources, funds or human resources is still limited and focuses on public health centre, bureaucratic structure in form of SOP and coordination field fragmentation involved has not yet been integrated, the social environment in the form of community support, private health service support that is not optimal and the existence of negative stigma affect the implementation of the integration of the PMTCT to antenatal care. Disposition be implementor attitude and resources in the form of authority is in compliance with the guidelines but is not supported by the availability of resources raises the indifference of the executor.
The conclusions obtained that the implementation of the Integration PMTCT to antenatal care has not been optimal. Recommended effective coordination in order to do perform the mapping of what is already done so will can be made road map planning and regulation in order to make the communication process to managing and advocating to all stake holders is done effectively that will affect the availability of resources, establishment of a bureaucratic structure, disposition and social environment which supports the implementation of the policy.
Keyword :implementation, PMTCT, HIV screening of pregnant women, antenatal care
Read More
Metode pada penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengambilan data WM, FGD dan telaah dokumen dilihat dari komunikasi, sumber daya, disposisi,sikap pelaksana, struktur birokrasi dan lingkungan sosial.
Hasil dari penelitian didapatkan aspek komunikasi dalam bentuk sosialisasi mengenai program dan pedoman pelaksanaan belum optimal dijalankan hal ini berpengaruh kepada aspek lainnya yaitu ketersediaan sumber daya baik fasilitas, dana maupun SDM masih terbatas dan berfokus pada layanan di Puskesmas, struktur birokrasi berupa SOP dan fragmentasi koordinasi antar bidang yang terlibat belum terintegrasi, lingkungan sosial berupa dukungan masyarakat, dukungan layanan kesehatan swasta yang belum optimal dan adanya stigma negatif mempengaruhi implementasi integrasi PPIA ke layanan antenatal. Disisi lain disposisi berupa sikap pelaksana dan sumber daya berupa kewenangan sudah sesuai dengan pedoman.
Kesimpulan didapatkan bahwa implementasi integrasi layanan PPIA ke layanan antenatal belum optimal hal ini didukung konseling pra-tes dan pasca tes belum efektif, cakupan skrining HIV bumil masih rendah, mekanisme rujukan yang belum berjalan dengan baik dan proses pencatatan dan pelaporan serta monitoring evaluasi yang belum terintegrasi. Direkomendasikan melakukan koordinasi efektif agar dapat melakukan pemetaan tentang apa yang sudah dilakukan sehingga akan dapat dibuat road map perencanaan dan regulasi agar proses komunikasi kepada semua pelaksana dan advokasi kepada stake holder dilakukan dengan efektif yang akan berpengaruh kepada ketersediaan sumber daya, disposisi, pembentukan struktur birokrasi dan lingkungan sosial yang mendukung implementasi kebijakan.
Keyword: Implementasi, PPIA, skrining HIV ibu hamil, antenatal
Prevention of mother to child HIV transmission (PMCT) in pregnant women is an essential activity in antenatal care, so that the existence of integration would be more effective to increase coverage of pregnant women do HIV screening aimed at preventing the transmission vertically from mother to child. In areas with concentrated HIV epidemic status and expanded, mandatory HIV tests and counseling is offered and became part of antenatal care and laboratory examination time labor for all pregnant women. The analysis of integrated implementation is aimed at seeing the implementation of HIV screening of pregnant women that is integrated with antenatal care in Depok city ,2017.
Method in this research is qualitative data develop techniques with WM, FGD and review the document by using the views of communication, resources, disposition of the attitude of the implementor, the bureaucratic structure and the social environment.
Result of the research, communication aspects of the obtained in the form of socialization about the program and implementation of the guidelines have not been optimally run. it is influential to other aspects, such availability of good facility resources, funds or human resources is still limited and focuses on public health centre, bureaucratic structure in form of SOP and coordination field fragmentation involved has not yet been integrated, the social environment in the form of community support, private health service support that is not optimal and the existence of negative stigma affect the implementation of the integration of the PMTCT to antenatal care. Disposition be implementor attitude and resources in the form of authority is in compliance with the guidelines but is not supported by the availability of resources raises the indifference of the executor.
The conclusions obtained that the implementation of the Integration PMTCT to antenatal care has not been optimal. Recommended effective coordination in order to do perform the mapping of what is already done so will can be made road map planning and regulation in order to make the communication process to managing and advocating to all stake holders is done effectively that will affect the availability of resources, establishment of a bureaucratic structure, disposition and social environment which supports the implementation of the policy.
Keyword :implementation, PMTCT, HIV screening of pregnant women, antenatal care
T-5122
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Putri Bestari; Pembimbing: Mieke Savitri; Penguji: Dadan Erwandi, Nida Rohmawati, Viny Sutriani
Abstrak:
Resiko penularan HIV dari Ibu ke bayi dinegara berkembang meningkat cepatdisebabkan oleh minimnya akses intervensi. Di Indonesia sendiri kasus HIV semakinmeningkat ditiap tahunnya dan kasus HIV banyak terjadi di usia produktif dimana padausia ini banyak terdapat ibu hamil yang sangat rentan untuk dapat menularkan HIVkepada bayinya. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang sangat dekatdengan negara tetangga (Singapura dan Malaysia), sehingga merupakan daerah yangsangat rentan untuk terjadinya penularan HIV/AIDS. Oleh sebab itu, perlu dilakukanupaya untuk pencegahan penyebaran penularan HIV/AIDS lebih luas terutama pada ibuhamil melalui program Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak (PPIA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu hamil dalam pencegahanpenularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) di Kota Tanjungpinang. Desain penelitianadalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel merupakan ibu hamilyang datang ke puskesmas berjumlah 130 responden. Variable yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan, dukungan suami dan keterpaparan informasi. Variabel tersebut diukur dengan menggunakan kuisioner yang diolah hingga multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil analisis univariat didapatkan bahwa rata-rata ibu yang berkunjung ke puskesmas mempunyai perilaku buruk sebesar 56,2%.Hasil uji chi-square didapatkan hasil bahwa yang berhubungan dengan perilaku ibu hamil dalam pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) yaitu sikap ibu, keterpaparan informasi kesehatan dan dukungan petugas kesehatan. Variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku ibu adalah dukungan dari tenaga kesehatan dengan nilai OR= 6,420 yang artinya Ibu yang mendapat dukungan dari petugas kesehatan akan berperilaku baik 6,240 kali lebih besar dibandingkan Ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan, setelah dikontrol oleh variable pendidikan, sikap dan keterpaparan informasi.
Direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar dapat meningkatkan upaya promosi kesehatan tentangHIV/AIDS dan meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta konseling tentang HIV/AIDS kepada ibu hamil agar ibu hamil mau melakukan pemeriksaan HIV selama kehamilan.
Kata kunci: Perilaku, HIV/AIDS, PPIA, Tenaga Kesehatan
Read More
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu hamil dalam pencegahanpenularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) di Kota Tanjungpinang. Desain penelitianadalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel merupakan ibu hamilyang datang ke puskesmas berjumlah 130 responden. Variable yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan, dukungan suami dan keterpaparan informasi. Variabel tersebut diukur dengan menggunakan kuisioner yang diolah hingga multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil analisis univariat didapatkan bahwa rata-rata ibu yang berkunjung ke puskesmas mempunyai perilaku buruk sebesar 56,2%.Hasil uji chi-square didapatkan hasil bahwa yang berhubungan dengan perilaku ibu hamil dalam pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) yaitu sikap ibu, keterpaparan informasi kesehatan dan dukungan petugas kesehatan. Variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku ibu adalah dukungan dari tenaga kesehatan dengan nilai OR= 6,420 yang artinya Ibu yang mendapat dukungan dari petugas kesehatan akan berperilaku baik 6,240 kali lebih besar dibandingkan Ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan, setelah dikontrol oleh variable pendidikan, sikap dan keterpaparan informasi.
Direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar dapat meningkatkan upaya promosi kesehatan tentangHIV/AIDS dan meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta konseling tentang HIV/AIDS kepada ibu hamil agar ibu hamil mau melakukan pemeriksaan HIV selama kehamilan.
Kata kunci: Perilaku, HIV/AIDS, PPIA, Tenaga Kesehatan
T-5131
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
CB: Q 1972
[s.l.] :
Jakarta: Depkes, 2006, s.a.]
Hibah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
[s.l.] :
[s.n.] :
s.a.]
Indeks Koran Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
