Ditemukan 33082 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Endang Mulyani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji; Fatmah, Pritasari
Abstrak:
Skripsi ini membahas gambaran konsumsi kalsium dan faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja di SMP Negeri 201 Jakarta Barat Tahun 2009. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross-sectional study. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa konsumsi kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu hanya 76% AKG, variabel yang menunjukkan hubungan yang signifikan yaitu pengetahuan tentang kalsium dan pendapatan orangtua. Saran untuk Instansi Pendidikan agar meningkatkan pengetahuan gizi khususnya kalsium dengan menyisipkan materi tentang zat-zat gizi dalam mata pelajaran yang berhubungan atau melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); bagi Instansi Kesehatan dengan mengadakan penyuluhan gizi dan kesehatan ke sekolah-sekolah; bagi remaja dengan meningkatkan pengetahuan gizi dan mengkonsumsi kalsium terutama yang berasal dari produk non susu dan hasil olahnya.
Read More
S-5733
Depok : FKM UI, 2009
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Krisna Melinda; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Sri Muljati
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa di SMP Negeri 28 Jakarta dan SMP Negeri 1 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2013. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan instrument penelitian berupa kuesioner dan FFQ. Hasil penelitian menunjukkan 50,3% responden sering mengonsumsi buah dan sayur. Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi makan pagi (p-value 0,028; OR 3,054) dan contoh dari orangtua (p-value 0,002; OR 2,785). Analisis multivariat menunjukkan bahwa contoh dari orangtua menjadi faktor yang paling berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur. Walaupun responden sering mengonsumsi buah dan sayur tetapi rata-rata buah dan sayur yang dikonsumsi setiap harinya masih sangat sedikit. Oleh karena itu, dibutuhkan contoh yang baik dari orangtua dalam hal mengonsumsi buah dan sayur serta lebih mengajak anaknya untuk teratur dalam makan pagi.
The purpose of this study was to determine factors associated with fruit and vegetable consumption among student in SMPN 28 Jakarta and SMPN 1 Jakarta. This study was held in April until May 2013. The method used in this study was cross sectional design with questionnaire and FFQ as an instrument. The result of this study showed that 50,3% respondent often consumed fruit and vegetable. From analyses data used chi-square, there were significant association between breakfast frequency and parents modeling. Multivariate analysis showed that the strongest correlations fruit and vegetable consumption was parents modeling. Eventhough, they often consumed fruit and vegetable, the mean of fruit and vegetable which consumed everyday is so little. So that, parents must be a good models for their teenagers and ask their teenager to breakfast regularly.
Read More
S-8005
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Bahria; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Fatmah, Ida Ruslita
S-5764
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rindu Rachmiaty; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Engkus Kusdinar Achmad, Ida Ruslita
S-5745
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dinda Syalwa; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari, Asih Setiarini; Penguji: Trini Sudiarti, Fajrinayanti
Abstrak:
Read More
Fast food modern adalah makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri, umumnya berasal dari negara barat, atau jenis fast food dalam negeri yang memiliki karakteristik menyerupai fast food luar negeri, contohnya fried chicken, french fries, pizza, dan lain-lain. Umumnya fast food modern memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang, yaitu tinggi kalori, lemak, protein, dan garam. Frekuensi konsumsi fast food modern yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan remaja, di antaranya overweight dan obesitas yang kemudian akan berisiko menimbulkan berbagai penyakit degeneratif di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada remaja di SMA Negeri 38 Jakarta tahun 2024. Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu frekuensi konsumsi fast food modern. Sementara variabel independennya adalah jenis kelamin, pengetahuan gizi dan fast food, preferensi fast food, sikap terhadap fast food, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pengaruh peer group, penggunaan layanan Online Food Delivery (OFD), uang saku, serta pengaruh media sosial. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei tahun 2024 kepada 160 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 38 Jakarta yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan melalui pengisian angket secara daring (online). Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar, yaitu sebanyak 80% remaja mengonsumsi fast food modern dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara preferensi fast food (p-value = 0,036; OR = 2,534; 95% CI = 1,128 - 5,691), pendidikan terakhir ayah (p-value = 0,000; OR = 10,290; 95% CI = 2,983 – 35,495), pendidikan terakhir ibu (p-value = 0,007; OR = 3,824; 95% CI = 1,474 – 9,918), pengaruh peer group (p-value = 0,018; OR = 2,778; 95% CI = 1,248 – 6,183), uang saku (p-value = 0,040; OR = 2,459; 95% CI = 1,115 – 5,426), dan pengaruh media sosial (p-value = 0,048; OR = 2,434; 95% CI = 1,086 – 5,455) dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada remaja. Oleh karena itu, disarankan agar para remaja membatasi frekuensi konsumsi fast food modern (< 3 kali/minggu) dan beralih ke pola hidup yang lebih sehat dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, yaitu mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta sayur dan buah yang cukup. Selain itu, para remaja juga disarankan untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak.
Modern fast food is a type of fast food that originates from foreign countries, typically from Western countries, or a type of domestic fast food that has characteristics resembling foreign fast food, such as fried chicken, french fries, pizza, and others. Generally, modern fast food has an unbalanced nutritional content, being high in calories, fat, protein, and salt. Excessive consumption of modern fast food can negatively impact adolescent health, leading to issues like overweight and obesity, which in turn increase the risk of various degenerative diseases in the future. This study aims to identify factors associated with the frequency of modern fast food consumption among adolescents at SMA Negeri 38 Jakarta in 2024. The dependent variable in this study is the frequency of modern fast food consumption. The independent variables are gender, nutrition and fast food knowledge, fast food preference, attitude towards fast food, father's latest education, mother's latest education, father's occupation, mother's occupation, peer group influence, use of Online Food Delivery (OFD) services, pocket money, and social media influence. This research method is quantitative with a cross-sectional study design. Data collection was conducted in May 2024 on 160 students from grades X and XI at SMA Negeri 38 Jakarta who met the inclusion and exclusion criteria. Data was collected through online questionnaires. The collected data was then analyzed univariately and bivariately using the chi-square test. The results of this study indicate that the majority, 80% of adolescents, consume modern fast food frequently (≥ 3 times/week). The study also reveals significant relationships between fast food preference (p-value = 0,036; OR = 2,534; 95% CI = 1,128 - 5,691), father's latest education (p-value = 0,000; OR = 10,290; 95% CI = 2,983 – 35,495), mother's latest education (p-value = 0,007; OR = 3,824; 95% CI = 1,474 – 9,918), peer group influence (p-value = 0,018; OR = 2,778; 95% CI = 1,248 – 6,183), pocket money (p-value = 0,040; OR = 2,459; 95% CI = 1,115 – 5,426), and social media influence (p-value = 0,048; OR = 2,434; 95% CI = 1,086 – 5,455) with the frequency of modern fast food consumption among adolescents. Therefore, it is recommended that adolescents limit their frequency of modern fast food consumption (< 3 times/week) and switch to a healthier lifestyle by consuming nutritionally balanced foods, which contains adequate amounts of carbohydrates, protein, fat, as well as vegetables and fruits. Additionally, adolescents are also advised to limit their intake of sugar, salt, and fat.
S-11723
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Isni Utami I.; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Engkus Kusdinar Achmad, Syaiful
S-5675
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Shabrina Nur Kamilah; Pembimibing: Ahmad Syafiq; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Tria Astika Endah Permatasari
Abstrak:
Read More
Asupan kalsium merupakan hal yang krusial pada remaja seiring terjadinya percepatan pertumbuhan dan pembetukkan tulang yang intensif. Namun asupan kalsium pada remaja masih kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan. Padahal asupan kalsium yang tidak adekuat dapat berdampak pada peak bone mass yang tidak optimal sehingga dapat berakibat pada penurunan massa tulang (osteopenia) yang berujung pada osteoporosis maupun patah tulang di usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan kalsium pada remaja SMA Negeri Kota Depok tahun 2024 serta hubungannya dengan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi soft drink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 209 remaja dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2024. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui wawancara food recall 2x2 jam. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 72,2% remaja memiliki asupan kalsium yang kurang dari kebutuhan (<80% AKG) dengan rata-rata 654,1±354,4 mg. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi susu (p <0,001 OR 19,36), kebiasaan sarapan (p <0,001 OR 4,59), kebiasaan konsumsi soft drink (p = 0,023 OR 2,37), jenis kelamin (p = 0,040 OR 1,89), pengetahuan tentang kalsium (p = 0,003 OR 5,53), dan aktivitas fisik (p = 0,013 OR 2,27) dengan asupan kalsium. Remaja perlu meningkatkan konsumsi susu, membiasakan sarapan pagi, serta mengurangi konsumsi soft drink. Peningkatan aktivitas fisik diiringi dengan asupan kalsium yang adekuat sangat dibutuhkan untuk mencapai peak bone mass yang optimal.
Calcium is one of the most essential nutrient especially in adolescents due to growth spurt period and intensive bone development. However most adolescents fail to achieve the recommended calcium intake. Inadequate calcium intake can contribute to low peak bone mass and increasing the risk of osteopenia, which can lead to osteoporosis and fragility fracture later in life. This study aims to describe calcium intake among public high school adolescents in Depok City in 2024 and its relationship with milk consumption, breakfast habits, soft drink consumption, physical activity, gender, knowledge about calcium, father's education, mother's education, and parental income. Study design is cross-sectional with a total of 209 sample during March-May 2024. Data was collected through questionnaire and calcium intake was measured by 2x24-hour food recall. Data were analyzed by chi-square test. The results showed that 72.2% of adolescents had calcium intake less than their requirements (<80% RDA) with an average of 654.1±354.4 mg. Bivariate analysis results showed significant relationships between milk consumption (p <0.001, OR 19.36), breakfast habits (p <0.001, OR 4.59), soft drink consumption (p = 0.023, OR 2.37), gender (p = 0.040, OR 1.89), calcium knowledge (p = 0.003, OR 5.53), and physical activity (p = 0.013, OR 2.27) with calcium intake. Adolescents need to increase milk consumption, adopt breakfast habit, and reduce soft drink consumption. Physical activity and adequate calcium intake are important to reach the optimum peak bone mass (PBM).
S-11763
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sofiyeti; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Trini Sudiarti, Iskari Ngadiarti
S-5968
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Devi Lusiani Anastasia; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Asih Setiarini, Erry Sriyanti
S-5367
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Habibah Fitriyani Yusman; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Fadila Wirawan
Abstrak:
Read More
Literasi gizi merupakan kemampuan dalam memperoleh, memproses, memahami, dan mengaplikasikan informasi gizi serta mengakses layanan kesehatan yang diperlukan agar dapat membuat keputusan gizi yang tepat. Tingkat literasi gizi yang rendah pada remaja dapat membentuk pola makan buruk yang akan berlangsung hingga dewasa dan berdampak buruk pada risiko kejadian penyakit kronis terkait gizi. Usia remaja seringkali mengarah pada perkembangan pola makan yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat literasi gizi pada siswa/i di SMP Negeri 102 Jakarta tahun 2023. Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional dengan sampel sebanyak 130 siswa/i kelas 7 dan 8 di SMP Negeri 102 Jakarta menggunakan metode quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah hasil adaptasi dan modifikasi dari NLit (Nutrition Literacy Assessment Instrument) dan NLAA (Nutrition Literacy Assessment of Adolescent). Pengambilan data dilakukan bulan Juli 2023 dengan menyebarkan kuesioner dan mengukur antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55,4% responden memiliki tingkat literasi gizi yang rendah. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0,032; OR=2,322; 95% CI 1,067 – 5,054), peran keluarga (p=0,001; OR=3,704; 95% CI 1,780 – 7,708), peran teman sebaya (p=0,006; OR=2,692; 95% CI 1,320 – 5,491), dan penggunaan media (p=0,000; OR=3,869; 95% CI 1,789 – 8,367) dengan tingkat literasi gizi.
Nutrition literacy is the ability to obtain, process, understand and apply nutrition information and access the necessary health services to make appropriate decisions. Low levels of nutritional literacy in adolescents can form poor dietary patterns that will last into adulthood and adversely affect the risk of developing nutrition-related chronic diseases. Adolescence often leads to the development of poor eating patterns. This study aims to determine the description and factors associated with the level of nutritional literacy in students at SMP Negeri 102 Jakarta in 2023. The research design used was cross sectional with a sample of 130 students in grades 7 and 8 at SMP Negeri 102 Jakarta using the quota sampling method. The instrument used is the result of adaptation and modification of the NLit (Nutrition Literacy Assessment Instrument) and NLAA (Nutrition Literacy Assessment of Adolescent). Data collection was carried out in July 2023 by distributing questionnaires and measuring anthropometry. The results showed that 55.4% of respondents had a low level of nutritional literacy. There was a significant association between father's education level (p=0.032; OR=2.322; 95% CI 1.067 - 5.054), family role (p=0.001; OR=3.704; 95% CI 1.780 - 7.708), peer role (p=0.006; OR=2.692; 95% CI 1.320 - 5.491), and media use (p=0.000; OR=3.869; 95% CI 1.789 - 8.367) with nutritional literacy level.
S-11436
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
