Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32247 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Arinditya Septiandri Pujiastuti; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Mardiati Nadjib, Hilmi
Abstrak: Pelayanan Farmasi merupakan salah satu penunjang pelayanan kesehatanyang bermutu di rumah sakit, sehingga perbekalan farmasi terutama obat memerlukan pengelolaan dengan konsep manajemen logistik yang bermutu. Ditemukannya data stock out sebanyak 52,8% obat SMF internist dengan yang tidak terdaftar di formularium sebanyak 36%. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengendalian obat SMF internist menggunakan metodeAnalisis ABC indeks kritis. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai proses pengendalian persediaan obat SMF Internist dengan menggunakan metode Analisis ABC di RSU Hasanah Graha Afiah Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan 2 orang informan dan 2 orang user (dokter internist), Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok A indeks kritis terdiri atas 57 item (11%) dengan nilai investasi Rp.165.566.630, kelompok Bterdiri atas 241 item obat (46%) dengan nilai investasi Rp. 357.334.193, kelompokC terdiri atas 214 item obat (41%) dengan nilai investasi Rp. 24.887.825 .Kata kunci : Pengendalian Persediaan, Obat SMF Internist, ABC Indeks Kritis
Pharmacy services is one of supporting health sevices in hospitals, so thatthe drug primarily pharmaceuticals require management to logistics managementconcept of quality. Data discovery of as much as 52,8% stock out SMF Internistdrug that is not listed on formulary as much as 36% . The purpose of this studywas to determine the drug control internist SMF ABC analysis method in RSUHasanah Graha Afiah in 2011. This research is a qualitative descriptive study withtwo informants and 2 user (physician internist), the results of this studydemonstrate the critical index of group A consisted of 57 items (46%) with aninvestment of Rp.165.566.630, group B consisted of 241 drug items (46%) withann investment of Rp. 357.334.193, group C consisted of 214 drug items (41%)with an investment of Rp.24.887.825Key words:Inventory control drugs, internist, ABC index critical.
Read More
S-7561
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Benedicta Dwi Ariyanti; Pembimbing: Sandi Iljanto; Penguji: Vetty Yulainty Permanasari, Kemala Sari
Abstrak: Rumah sakit memiliki fungsi utama yaitu menyelenggarakan kesehatan yangparipurna melalui usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayananfarmasi merupakan kegiatan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanankesehatan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan pasien danpenyediaan obat yang bermutu. Pada data pemakaian obat pada tahun 2011didapat total investasi RS untuk pembelian obat antibiotik sebesar Rp.1.866.502.206 dan terjadi kekosongan pada persediaan obat sehingga pemberianobat kepada pasien tidak tepat jumlah. Penelitian ini menggunakan analisis ABCuntuk mengetahui pengelompokan obat berdasarkan katagori A, B dan C sertaperhitungan EOQ dan ROP. Pengumpulan data dilakukan dengan telaahdokumen, kuesioner dan wawancara mendalam kepada informan. Hasil penelitianini menunjukkan obat kelompok A terdiri dari 11 item obat dengan persentase sebesar 4,25 % dari total obat dengan nilai investasi Rp. 876.329.723. Padakelompok B terdiri 96 item obat dengan persentase 37, 07 % dari total obatdengan nilai investasi Rp. 785.005.348. Sedangkan sisanya, 152 item obat dengan persentase 58, 68 % dari total obat dengan nilai investasi Rp. 205.166.955merupakan kelompok C. Sedangkan perhitungan ekonomis pada kelompok Adidapat bervariasi antara 3 hingga 67 unit untuk sekali pesan. Sedangkan ROP untuk obat kelompok A indeks kritis didapat titik pesan kembali untuk obatantibiotik bervariasi dari 9 hingga 126 unit. Untuk mengantisipasi terjadinyakekurangan obat (stock out), maka ROP dapat dikombinasikan dengan safetystock. Dari hasil penelitian, rumah sakit melakukan analisis ABC untuk mengetahui kelompok obat sehingga dapat dilakukan pengawasan yang ketat.

Kata kunci : Analisis ABC, Pengendalian Obat, Farmasi
The hospital has a main function that is held through a joint plenary healthpromotive, preventive, curative and rehabilitative. Pharmacy services are anintegral part of the activities of the health care system-oriented health services andthe provision of patient care quality medicines. On drug consumption in 2011obtained a total investment of RS to purchase antibiotics Rp. 1,866,502,206 and avacancy occurs on the drug supply so that application of the drug is notappropriate number. This study uses ABC analysis to determine the classificationof drugs based on category A, B and C as well as the calculation of EOQ andROP. Results was collected through document review, questionnaires andinterview the informant. The results of this study showed the drug group Aconsisted of 11 items with a percentage of the drug is 4.25% of the total drugswith an investment of Rp. 876.329.723. In group B, comprised 96 items with apercentage of 37,07% of the total drugs with an investment of Rp. 785.005.348. Ingroup C have 152 items with a percentage of the drug 58,68% of the total drugwith an investment of Rp. 205.166.955. While the economic calculations in groupA gained varies between 3 and 67 units for a single message. While the ROP forthe drug group A critical indices obtained reorder point for antibiotics varies from9 to 126 units. To anticipate stock out, then the ROP can be combined with thesafety stock. From the research, hospitals ABC analysis to determine the drug so itcan be done surveillance.

Key : ABC analysis, inventory control, farmacy
Read More
S-7667
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cleve Sumeisey; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Hafizurachman, Dono Widiatmoko, Sonar Sidjabat, Adiani Ayudi Rahma
Abstrak:

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan perkembangan perumahsakitan di Indonesia yang semakin kompleks namun harus tetap mengutamakan mutu pelayanan, efektifitas dan efisiensi. Obat-obatan sebagai alat utama penyembuhan pasien merupakan biaya rutin terbesar rumah sakit (40%-50%), disamping itu jenis, sediaan, dan harganya yang semakin banyak dan bervariasi (lebih kurang 7000 jenis) mengharuskan manajemen untuk mengendalikan persediaan obat dengan bijaksana. UGD RSU FK-UKI sebagai tempat penelitian belum menerapkan sistem pengendalian persediaan obat berbasis evidence. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persediaan obat di UGD RSU FK-UKI berdasarkan indeks kritis ABC agar dapat diambil langkah-langkah kebijaksanaan yang relevan dalam upaya pengendaliannya. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data persediaan obat dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan indeks kritis ABC, informasi mengenai kebijakan pengendalian persediaan obat diperoleh melalui interview mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian formal menimbulkan permasalahan dalam persediaan obat. Hal ini diakibatkan oleh makin bervariasinya sediaan obat, tingkat penggunaan, dan perilaku para dokter pengguna sediaan. Setiap sediaan mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan nilai inventory costasi, nilai pemakaian dan nilai kritisnya dalam pengobatan pasien. Ketiga faktor ini menjadi dasar pertimbangan manajemen dalam mengeluarkan kebijakan pengendalian obat secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Perbedaan karakteristik setiap obat diatas menjadi dasar perlakuan manajemen terhadap masing-masing obat sesuai dengan pengelompokannya. Kebijakan pengendalian obat dalam perencanaan, pengadaan, distribusi dan penggunaan sesuai dengan pengelompokan diatas dapat menghindarkan dan meminimisasi pemborosan biaya persediaan obat dan meningkatkan mutu pelayanan.


 

Policy of Drug Inventory Control Based on Analysis of Critical Indexes of ABC at Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia in the year 2001The background of the research was the fact that the development of hospital services in Indonesia was increasingly complex, however emphasized on quality, efficiency and effectiveness of the services. Drug as the main material of therapy was the biggest operational cost (40%-50%), beside that it was vary extremely in specificity (7000 spec.), packing and cost made the management has to control drug inventory wisely. Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia as the place of research was still not performing the drug inventory control system based on evidence. The purpose of this research was to analyze drug inventory in Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia based on Critical Indexes of ABC in case of making the relevant policies to control them. This type of research was a case study with a quantitative and qualitative approach. Drug inventory data in the year of 2001, consisting of 138 drug items was analyzed and classified by ABC Critical Indexing. The information of inventory control policies was obtained from in-depth interviews. The result from the research showed that the formal controlling makes many problems for drug inventory. It's happened because inventory variety, grade of utility, and behavior of the physicians use the medicine. Each item of inventory must be treated individuals in inventory planning. This treatment was varies by inventory cost value, utility value, and critical index of each drug. Three factors must be the basis of management to issue the policy of drug inventory in law of scientific and accountable. The differences of drug characteristic could be basic of management to treat each drug depend on its classification. Policy of drug inventory in planning, purchasing, distribution and use refer to the classification in order to prevent and minimize unnecessary cost of drug inventory either to increase the quality of service.

Read More
B-633
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Asiyah Tsabita Maulana; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Sandi Iljanto; Indra Joko Mulyono
Abstrak: Penelitian ini membahas waktu pelayanan pasien rawat jalan di RSU Hasanah Graha Afiah pada tahun 2014 menggunakan pendekatan Six sigma. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran waktu pelayanan rawat jalan dan menganalisis penyebab lamanya waktu pelayanan rawat jalan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mandalam. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata waktu pelayanan rawat jalan adalah 102,95 menit. Proses yang paling lama adalah pada saat menunggu rekam medis, menunggu panggilan poli, dan menunggu obat. Penyebab lamanya waktu menunggu tersebut dikarenakan jumlah pasien meningkat, sistem booking, lamanya waktu pemeriksaan, dan kurangnya SDM di unit farmasi.
Kata kunci : Rawat jalan, Six sigma, waktu pelayanan

This research discusses about outpatient service time in General Hospital Hasanah Graha Afiah in 2014 using six sigma approach. Purposes of this research are to determine the overview of outpatient service time and to uncover the root causes of long service time. This research uses both quantitative and qualitative method by using observation and in-depth interview. Tehe research reveals an average service time of 102.92 minutes. The longest processes are medical record waiting time, poly waiting time, and medication waiting time. The causes of the long waiting time are increased patient number, booking system, length of examination, and lack of human resources in pharmacy.
Keywords : Outpatient, Six sigma, service time
Read More
S-8543
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adinda Niken Pratiwi; Pembimbing: Sandi Iljanto; Penguji: Ede Sirya Darmawan, Rita Catur Wulandari
S-8898
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yunia Indramurti; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Masyitoh, Inas Syabanasyah
S-8983
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sherlyta Adelia; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Masyitoh, Arrival Amran
S-8984
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fairuz Nurfadhilah; Pembimbing: Puput Oktamianti; Penguji: Purnawan Junadi, Budi Wibowo
Abstrak:
Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat menjadi ancaman bagi pemerintah setempat karena dapat menghambat kesejahteraan masyarakat dan kesehatan masyarakat. KLB yang timbul harus segera dicegah agar kasus yang terjadi tidak banyak menimbulkan kerugian. Labkesda memiliki peran penting dalam upaya mendukung kesehatan masyarakat melalui pemeriksaan untuk penegakan diagnosa penyakit, skrining penyakit dan untuk pemantauan status kesehatan daerah disatu wilayah. Ketersediaan Reagen di Laboratorium menjadi penting agar Laboratorium dapat menjalankan sesuai tugas dan fungsinya dan menjaga mutu pelayanannya. Salah satu cara untuk pengendalian persediaan reagen adalah dengan mengklasifikasikan reagen berdasarkan kepentingannya dengan metode ABC, EOQ dan ROP. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan Reagen di Labkesda Provinsi DKI Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Observational Research dengan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 10 jenis Item reagen yang masuk kedalam Kelompok A, dengan pemesanan ekonomis bervariasi mulai dari 1 sampai 2 botol untuk sekali pemesanan dengan frekuensi 20 sampai 44 kali pemesanan dalam setahun, dan hasil perhitungan ROP terhadap 10 item Reagen, Reagen dapat dipesan ketika persediaan mencapai 3 botol – 11 botol.

Extraordinary Events (KLB) can be a threat to local governments because they can hamper community welfare and public health. Outbreaks that arise must be prevented immediately so that cases that occur do not cause too much loss. Labkesda has an important role in efforts to support public health through examinations to confirm disease diagnoses, disease screening and to monitor regional health status in one region. The availability of reagents in the laboratory is important so that the laboratory can carry out its duties and functions and maintain the quality of its services. One way to control reagent inventory is to classify reagents based on their importance using the ABC, EOQ and ROP methods. Therefore, this research aims to determine the control of reagent supplies in the DKI Jakarta Province Health Lab. The type of research used in this research is Observational Research with document review. The research results show that there are 10 types of reagent items included in Group A, with economic orders varying from 1 to 2 bottles for one order with a frequency of 20 to 44 orders a year, and the results of ROP calculations for 10 Reagent items, Reagents can be ordered when inventory reaches 3 bottles – 11 bottles
Read More
S-11497
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bresna Mayanti; Pembimbing: Hafizurrachman; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Budi Hartono
S-5766
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Badriah; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Purnawan Junadi, Sandi Iljanto, Maman Hilman, Lely Setiawan
Abstrak: ABSTRAK Dalam menjalankan fungsi manajerial, farmasi harus mampu melakukan pengelolaan dan pengendalian logistik secara efektif dan efisien. Perencanaan yang dimulai dari pemilihan obat melalui standar formularium rumah sakit yang dibentuk oleh panitia farmasi terapi menjadi unsur penting dalam operasional rumah sakit. Pemilihan jenis obat mengacu pada formularium nasional berbasis generik menjadi hal mutlak. Dalam proses perencanaan, analisis ABC merupakan cara untuk memilah jenis obat dari sisi jumlah dan nilai investasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk Memperoleh gambaran tentang proses perencanaan obat di RS HGA dan membuat analisis kebutuhan obat berdasarkan analisis ABC dengan membandingkan performance 2017 terhadap rencana standar formularium 2018 sehingga menghasilkan Formularium yang tepat Kendali Mutu dan Kendali Biaya . Penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif melalui analisis ABC investasi dan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menggambarkan sepanjang 2017 terdapat 1.136 merek obat yang terpakai di RS HGA dengan komposisi generic 209 merek (18,6 %). Melalui analisis ABC pemakaian, didapat kelompok A (70 % ) terdiri dari 92 merek obat, kelompok B (20 %) terdiri dari 156 merek obat dan kelompok C ( 10 % ) terdiri dari 1193 merek obat. Melalui analisis ABC investasi, didapatkan hasil kelompok A (70 %) menghabiskan Rp 12.566.822.138,- terdiri dari 170 merek obat, kelompok B ( 20 % ) menghabiskan Rp 3.578.135.799,- terdiri dari 262 merek obat dan kelompok C ( 10 % ) menghabiskan Rp 1.786.798.527,- terdiri dari 1009 merek obat. Jika dibandingkan ke dua kriteria tersebut terdapat 26 merek obat saja ( 2 %) yang paling sering dipakai dan paling mahal. Evaluasi efisiensi jika pemakaian obat BPJS berbasis generik akan menghemat Rp 7.217.642.703,- atau setara dengan 40,25 % dari anggaran belanja rumah sakit. Perombakan formularium yang mengacu pada fornas berbasis generik perlu dilakukan pada formularium 2018. Kata kunci: Formularium obat, formularium nasional, ABC analisis To perform the management function, pharmacy must be able to manage and control logistics effectively and efficiently. It is started from planning the selection of drugs through standard hospital formulary established by the pharmaceutical therapeutic committee becomes an important element in hospital operations. Selection of drug type refers to generic national based formulary to be absolute. In the planning process, ABC analysis is a way of sorting out drugs in terms of quantity and value of investment so as to meet the needs of the hospital. This study aimed to obtain an overview of the process of drug planning in HGA Hospital and made the analysis of drug requirements based on ABC analysis by comparing the performance of 2017 to the 2018 formulary standard plan so as to produce the appropriate Formularium Quality Control and Cost Control. Cross sectional study with quantitative approach through ABC investment analysis and qualitative approach with in-depth interviews. The results of the study illustrated throughout 2017 there were 1313 brands of drugs used in HGA Hospital with generic composition of 209 brands (18.6%). Using ABC analysis, group A (70%) consisted of 92 drug brands, group B (20%) consisted of 156 brands of drug and group C (10%) consisted of 1193 drug brands. Through the analysis of ABC investments, the result of group A (70%) spent Rp 12,566,822,138, - consisting of 170 drug brands, group B (20%) spent Rp 3,578,135,799, consisting of 262 drug brands and group C (10% ) spent Rp 1,786,798,527, - consisting of 1009 drug brands. When compared to the two criteria there were only 26 brands of drugs (2%) the most frequently used and most expensive. Evaluation of efficiency if we used to generic BPJS-based drugs will the hospital would save Rp 7,217,642,703, - or equivalent to 40.25% of the hospital budget. Formulary reforms that refer to generic based fornas should be done on the 2018 formulary. Keywords: Formulary medicine, national formulary, ABC analysis
Read More
B-1970
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive