Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33909 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Muhammad Galih Pradesa; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Chandra Satrya, Dadan Erwandi, Hanny Harjulianti Utomo, Muhammad Soffiudin
Abstrak: Dokter gigi berisiko tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang berpotensi tertular penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan faktor-faktor risiko terjadinya luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan pendekatan semi kuantitatif. Sampel penelitian adalah seluruh populasi dokter gigi (39 orang) di puskesmas Tangerang Selatan. Hasil telitian mendapatkan kebanyakan (87,2%) responden berpengetahuan baik, sebagian besar (89,7%) mempunyai sikap yang baik, namun masih ada hampir setengahnya (41,0%) tidak mempunyai keterampilan yang baik. Sedangkan fasilitas poliklinik gigi lebih dari setengahnya (68,0%) tidak baik, dan hampir semuanya (96,0%) tidak mempunyai SOP tindakan gigi, sedangkan menurut persepsi responden kebanyakan (82,1%) tidak ada pengawasan. Disarankan harus dilatih dan dibina tentang teknik pencegahan tertusuk jarum atau benda tajam, serta mempertimbangkan rasio dokter gigi dan jumlah pasien agar mengurangi tekanan waktu kerja bagi dokter gigi. Faktor penunjang berupa fasilitas, SOP dan pengawasan masih perlu ditingkatkan.

Dentists are at risk of needle stick injury or other sharps object that potentially get infectious diseases. This study aimed to determine the risk factors of needle stick injury or other sharps. The study design was cross sectional study with semiquantitative approach. The sample was the entire population of dentists at Public Health Centers in South Tangerang. Results found most of the respondents (87.2%) were knowledgeable, most (89.7%) had a good attitude, but there were still nearly half (41.0%) with no good skills. While the dental clinic facility more than half (68.0%) was not good, and almost all (96.0%) had no Standard Operating of dental procedure, while according to the perception of most respondents (82.1%) there was no supervision. It was suggested to traine and to nurture about needle stick injury or sharps prevention techniques, as well as considering the ratio of dentists and the number of patients in order to reduce the pressure of the working time for dentists. Contributing factors such as facilities, SOP and supervision still needed to be improved.
Read More
T-3777
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agus Dwi Hermana; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Fatma Lestari, H. Muripto
T-2446
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Taufik Herdiansyah; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Dadan Erwandi, Hendra, Suparni, Kurniawan Arif Mufadlil
Abstrak:
Cedera tertusuk jarum suntik dan benda tajam lainnya/Needle-stick and Sharp Injuries (NSSI) merupakan kejadian terpotong, tertusuk, tergores, terbacok yang disebabkan oleh instrumen medis seperti jarum suntik dan benda tajam lainnya secara tidak sengaja saat bekerja, NSSI merupakan jenis cedera tersering dalam lingkup pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi mengenai faktor risiko (karakteristik/faktor individu, perilaku tidak aman dan lingkungan kerja tidak aman) yang berhubungan dengan kejadian NSSI pada perawat di Rumah Sakit XYZ. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, menggunakan desain studi cross sectional. Sampel yang diambil adalah 172 perawat yang bertugas di bagian Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Bedah Sentral. Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu karakteristik/faktor individu, perilaku tidak aman dan lingkungan kerja tidak aman, sedangkan variabel dependen kejadian NSSI. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, dengan teknik analysis data yaitu univariate dan bivariate. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar perawat tidak pernah mengalami kejadian NSSI dalam rentang satu tahun yakni sebanyak 81,4%. Sebanyak 18,6% lainnya pernah mengalami kejadian NSSI minimal satu kali dalam rentang waktu satu tahun. Adanya hubungan signifikan antara faktor lingkungan kerja yaitu adanya pengawasan dengan kejadian NSSI, hal ini menunjukkan bahwa pandangan akan adanya pengawasan merupakan faktor protektif dari kejadian
NSSI.Needle-stick and Sharp Injuries (NSSI) are incidents of cuts, punctures, scratches, slashes caused by medical instruments such as syringes and other sharp objects accidentally while working, NSSI is the most common type of injury in the scope of health services. The purpose of this study was to determine and identify risk factors (individual characteristics/factors, unsafe behavior and unsafe work environment) associated with NSSI incidents in nurses at XYZ Hospital. This study was an observational study, using a cross-sectional study design. The sample taken was 172 nurses who worked in the Inpatient Installation, Emergency Installation and Central Surgical Installation. The variables in this study consisted of independent variables, namely individual characteristics/factors, unsafe behavior and unsafe work environment, while the dependent variable was the incident of NSSI. Data collection was carried out by distributing questionnaires, with data analysis techniques, namely univariate and bivariate. The results showed that most nurses had never experienced an NSSI incident within a period of one year, namely 81.4%. Another 18.6% had experienced NSSI at least once in a year. There was a significant relationship between work environment factors, namely supervision, and NSSI incidents, indicating that the view of supervision is a protective factor from NSSI incidents.
Read More
T-7383
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Reni Jayantini; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Robiana Modjo, Indri Hapsari Susilowati, Astuti, Maryati Kasiman
Abstrak: Dokter gigi memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami gangguan otot dan tulang rangka dikarenakan aktivitas pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja pada dokter gigi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga November 2022 yang melibatkan 111 dokter gigi yang bekerja di Puskesmas Wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data antara lain form Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF), Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) dan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara; kebiasaan olahraga, faktor fisik pada tangan dan siku, serta tuntutan pekerjaan terhadap gejala gotrak akut dan kronis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan intervensi lebih lanjut untuk mengurangi risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka pada dokter gigi.
Read More
T-6445
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuyum Tejaningrum; Pembimbing: Hendra; Penguji: Baiduri, Tri Nogroho
S-4794
Depok : FKM UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erlitha Wijayanti; Pembimbing: Ridwan Z. Sjaaf; Penguji: Chandra Satrya, Eva Maulidiyah
S-5758
Depok : FKM UI, 2009
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dwiki Ramadhan; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Mufti Wirawan, Yudi Dimyati, Novalino
Abstrak:
Profesi dokter gigi rentan mengalami kelelahan tinggi yang disebabkan oleh objek kerja yang sempit, pergerakan terbatas, gerakan berulang, dan postur tubuh yang buruk. Di Provinsi DKI Jakarta, terjadi disproporsi antara penurunan jumlah dokter gigi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini akan menyebabkan kelelahan pada dokter gigi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental, serta kualitas layanan. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara faktor risiko individu, fisik, dan psikososial terhdap kelelahan yang dialami dokter gigi di Puskesmas Kota Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan analisis analitik dengan desain cross sectional serta analisa data dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dan open population, dimana total responden yang masuk dalam kriteria inklusi adalah 85 dokter gigi dari total 106 populasi yang dikumpulkan pada tahun 2025. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor individu, faktor fisik, faktor psikososial, dan kelelahan. Faktor fisik diukur menggunakan alat Camry Electric Hand Dynamometer model EH101, faktor psikososial diukur menggunkan Work-Related Stress Questionnaire (WR-SQ), sedangkan kelelahan diukur menggunakan Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, masa kerja, kepuasan kerja, tuntutan pekerjaan, dan lingkungan kerja yang tidak nyaman berhubungan signifikan (p<0,05) dengan kelelahan pada dokter gigi. Didapatkan nilai R-Square sebesar 0,232, yang artinya variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 23,2%, selebihnya dijelaskan oleh variabel lain. Untuk menanggulangi kejadian kelelahan yang dialami dokter gigi, Puskesmas dan Dinas Kesehatan disarankan memberikan pelatihan mengenai pemahaman, determinan, manajemen dan mitigasi kelelahan, serta pemantauan pada dokter gigi secara berkala.

High susceptiblity of fatigue in dental professional caused by constrained work environments, restricted physical movement, repetitive tasks, and suboptimal posture. In DKI Jakarta Province, a disparity exists between the declining number of practicing dentists and the increasing population, which may exacerbate fatigue among dentists. Such fatigue has potential to negatively impact both their physical and mental health, as well as the quality of patient care provided. The objective of this study was to examine association between individual, physical, psychosocial risk factors and fatigue among dentists working in the South Jakarta Public Health Center. This research conducted analytical cross-sectional design, utilizing both descriptive and inferential statistical analyses. The study applied a total sampling technique with an open population framework. A total of 85 respondents who met the inclusion criteria were recruited from a population of 106 dentists in 2025. The variables assessed included individual factors, physical factors, psychosocial factors, and fatigue. Physical factors were measured using a Camry Electric Hand Dynamometer (model EH101), psychosocial factors were assessed with the Work-Related Stress Questionnaire (WR-SQ), and fatigue was evaluated using the Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI). The findings revealed significant associations (p < 0.05) between fatigue and age, length of service, job satisfaction, job demands, as well as unfavorable working conditions. The analysis yielded an R-Square value of 0.232, indicating that 23.2% of the variance in fatigue could be explained by the independent variables, while the remaining variance was attributable to other factors. To mitigate fatigue among dentists, it is recommended that public health centers and local health authority provide structured training on the determinants, management, and prevention of fatigue, accompanied by routine monitoring of dentists well-being.
Read More
T-7438
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nyoman Selvi Sugiantini; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Baiduri Widanarko, Laksita Ri Hastiti, Lelitasari , Alleluia Victoria Aljonak
Abstrak: Pendahuluan : MSDs termasuk Carpal Tunnel Syndrome (CTS), merupakan penyakit yang paling banyak diakui oleh Badan Statistik Penyakit Akibat Kerja Eropa tahun 2005 dengan presentase 59%. Bila tidak diobati, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saraf. Dokter gigi mungkin sekali mengalami pajanan fisik dan psikososial di tempat kerja. Penelitian bertujuan menganalisis prevalensi gejala CTS dan faktor risiko yang terkait. Metode : cross sectional. Kuesioner online dan observasi dilakukan 5 Mei -19 Juni 2023, data yang diperoleh diseleksi sesuai kriteria inklusi dan eklusi. Sample merupakan 126 dokter gigi di puskesmas wilayah DKI Jakarta. Hasil : Prevalensi gejala terkait CTS adalah 45,2% dengan rincian 41,2% gejala CTS ringan, 3,2% dengan gejala sedang, dan 0,8% dengan gejala berat. Dokter gigi dengan gerakan berulang lebih mungkin mengeluhkan gejala CTS daripada dokter gigi puskesmas tanpa gerakan berulang (OR 4.750, 95% CI 1.824-12.372). konflik keluarga dan pekerjaan memiliki hubungan signifikan dengan gejala CTS (OR 2.687, 95% CI 1.148 – 6,292 ). Namun, tidak ada hubungan antara gejala CTS dengan umur, IMT, merokok, masa kerja dan praktek ditempat lain. Kesimpulan:Empat puluh lima persen dokter gigi yang bekerja di puskesmas mengalami gejala ringan sampai berat terkait CTS. Pengulangan gerakan dan konflik pekerjaan dan keluarga memiliki hubungan signifikan dengan CTS.


Introduction: MSDs, including Carpal Tunnel Syndrome (CTS), are the most widely recognized diseases by the European Agency for Occupational Disease Statistics in 2005 (59%). If left untreated,it can cause permanent damage to the nerves. Dentists are likely to experience physical and psychosocial exposure in the workplace. The aim of this study was to analyze the prevalence of CTS symptoms and associated risk factors. Method : cross sectional. Online questionnaires and observations were carried out May 5 -June 19, 2023, the data obtained was selected according to the inclusion and exclusion criteria. The sample is 126 dentists in DKI Jakarta primary health care. Results: The prevalence of symptoms related to CTS was 45.2% with details of 41.2% mild, 3.2% moderate, and 0.8% severe. Dentists with repetitive movements have a significant relationship wih CTS symptoms than without it (OR 4.750, 95% CI 1.824-12.372). family and work conflict has a significant relationship with CTS symptoms (OR 2.687, 95% CI 1.148 – 6.292). However, there is no relationship between CTS symptoms and age, BMI, smoking, years of service and practice elsewhere. Conclusion: Forty-five percent of dentists experience symptoms related to CTS. Movement repetition and work and family conflicts have a significant relationship with CTS.
Read More
T-6777
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aulia Rizqi Pratiwi; Pembimbing: Izhar M. Fihir; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Yuni Kusminanti
S-7023
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Debora Octoliana C.A.; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Izhar M. Fihir, Ratna Dewi Suriani, Okta Mutiara Marlina
Abstrak:

Kebanyakan dokter gigi tidak menyadari pentingnya manfaat sistem ergonomi dengan posisi yang baik saat merawat pasien. Gangguan muskuloskeletal adalah salah satu yang jelas sebagai hazard. Saat melakukan pencabutan gigi, kadang-kadang dokter gigi membungkuk ke arah pasien, bergerak secara mendadak, memutar tubuh dari satu sisi ke sisi yang lain. Seluruh gerakan tersebut dilakukan berkali-kali dalam jangka waktu yang panjang sehingga sering mengalami rasa tidak nyaman dan sakit di daerah leher, bahu, tulang punggung serta pergelangan tangan. Penelitian ini meninjau faktor-faktor risiko ergonomi dokter gigi terhadap keluhan Musculoskeletal Disorders pada aktivitas pencabutan dengan jenis potong lintang melalui pendekatan observasional.Hasil penelitian 74,3% tindakan pencabutan gigi menimbulkan gangguan secara fisik, 61,4% melakukan gerakan berulang punggung membengkok ke depan, belakang atau ke samping , 35,7% melakukan gerakan berulang punggung membengkok dan memutar secara simultan dalam melakukan tindakan dan melalui Nordic Map Quesioner didapat frekuensi timbulnya keluhan pada daerah sekitar leher 38,6%. Intensitas keluhan rasa nyeri, sakit dan ketidaknyamanan akibat kerja yang cukup mengganggu aktifitas kerja dikemukakan pada bagian kaki kanan 61,4 %, bahu kanan atas sebanyak 48,6 %, pada bagian pergelangan tangan kanan 40% serta pada leher sebanyak 47,1%.Hasil akhir yang didapat melalui observasi dengan pengukuran metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) di dapatkan kategori 2 dimana postur kerja memiliki beberapa efek yang berbahaya bagi system musculoskeletal serta diperlukan tindakan untuk perubahan posisi kerja pada perencanaan yang akan datang.


Most dentists do not realize the importance of the benefits ergonomics system with a good position when treating patients. Musculoskeletal disorders is an obvious one as a hazard. When performing tooth extraction, dentists sometimes leaned toward the patient, a sudden move, rotate the body from one side to the other. The whole movement is done many times in the long term so often experience discomfort and pain in the neck, shoulder, spine and wrist. This study reviewed the dentist ergonomic risk factors from Musculoskeletal Disorders in the type of extraction activity through cross-sectional observational approach.74.3% of research results to extract a tooth cause physical disorders, 61.4% perform repetitive motions backs bent forward, backward or sideways, 35.7% perform repetitive movements back bend and rotate simultaneously in action and through Nordic Map questioner obtained the frequency of complaints in the area around the neck of 38.6%. complaints of pain intensity, pain and discomfort caused by work is quite disturbing work activities presented in section 61.4% right foot, right shoulder up 48.6%, 40% on the right wrist and the neck 47.1%.The final result is obtained through observations with measurements of methods OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) in which the working posture level 2 has some effects that are harmful to the musculoskeletal system and the necessary action to change the position of the work on the future planing.

Read More
T-3818
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive