Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Tris Eryando, Tiopan Sipahutar, Dian Pratiwi
001.4222 ERY t
Yogyakarta : Rapha Publishing, 2017
Buku (pinjaman 1 minggu)   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tiopan Sipahutar; Pembimbing: Besral
S-3102
Depok : FKM-UI, 2003
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Regina Tambunan; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Tris Eryando, Budi Kurniawan, Tiopan Sipahutar
Abstrak: Tesis ini membahas pengaruh karakteristik demografi, persepsi kerentanan terkait pengetahuan sistem reproduksi, kerentanan terkait prilaku pacaran dan pengalaman seksual, kerentanan terkait perkawinan dan keinginan mempunyai anak dengan umur ideal kawin pertama pada remaja (15-24 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian dilakukan secara potong lintang atau cross sectional. Variabel penelitian akan diukur dan dikumpulkan dalam satu waktu. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 Remaja. Data umur ideal kawin pertama akan dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji Regresi Linear dan Anova, dan multivariat dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) dengan menggunakan aplikasi SPSS 25. Hasil penelitian diketahui rata-rata umur ideal kawin pertama remaja perempuan usia 15-24 tahun adalah 23 tahun walaupun diketahui 1,1% remaja masih memiliki umur ideal kawin pertama pada umur ≤ 18 tahun. Selain itu, hubungan antara umur ideal kawin pertama kali dengan umur remaja, umur pada saat pertama kali menstruasi, umur ideal memiliki anak pertama kali, jumlah anak ideal memiliki hubungan yang significant secara statistik. Sedangkan hubungan umur ideal kawin pertama dengan umur pertama kali pacaran dan umur pertama kali melakukan hubungan seksual tidak memiliki hubungan yang significant secara statistik. Umur remaja merupakan variable independent langsung yang mempengaruhi umur ideal kawin pertama dimana secara langsung umur remaja memiliki pengaruh 7,8% terhadap umur ideal kawin pertama remaja. Jika variabel umur melalui umur pertama kali menstruasi akan memiliki pengaruh 0,68% terhadap umur ideal kawin pertama, begitu juga pengaruh variabel umur melalui umur ideal memiliki anak pertama kali akan memberikan pengauhi 0,74% terhadap umur ideal kawin pertama. Sehingga variabel umur remaja memiliki pengaruh yang paling besar jika langsung atau tidak melewati variabel antara terhadap umur ideal kawin pertama kali
The focus of this study is the influence of demographic characteristics, perceive susceptibility related to knowledge of the reproductive system, perceive suceptibility related to dating behavior and sexual experience, perceive suceptibility related to marriage and the desire to have children with the ideal age of first marriage in adolescents (15-24 years old) in Indonesia. This study is a descriptive analytical research using quantitative research methods. The research design is used a cross-sectional appoach. The research variables will be measured and collected at one time. This study uses secondary data from the 2017 Indonesian Health Demographic Survey (IHDS) for Adolescents. The data of the ideal age of the first marriage will be analyzed univariately, bivariate with Linear Regression and Anova tests, and multivariate with path analysis using the SPSS 25 application. The results of the study show that the average ideal age of first marriage for adolescent girls aged 15-24 years is 23 years old, although it is known that 1.1% of adolescents still have an ideal age for first marriage at the age of ≤ 18 years. In addition, the relationship between the age at the time of menstruation, the ideal age of having children for the first time, and the ideal number of children with the ideal age of first marriage of adolescence had a statistically significant relationship. Meanwhile, the relationship between the age of first dating, the age of first sexual intercourse and the ideal age of first marriage does not have a statistically significant relationship. Adolescent age is a direct independent variable that affects the ideal age of first marriage where adolescent age directly has an influence of 7.8% on the ideal age of first marriage of adolescents. If the age variable through the age of first menstruation will have an effect of 0.68% on the ideal age of first marriage, as well as the influence of the age variable through the ideal age of having a child for the first time will give caregivers 0.74% to the ideal age of first marriage. So that the adolescent age variable has the greatest influence if it directly or does not pass the intermediate variable on the ideal age of first marriage.
Read More
T-7120
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tiopan Sipahutar; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Iwan Ariawan, Besral, Anies Irawati, Ning Sulistyowati
Abstrak:

Tesis ini bertujuan untuk melihat model persamaan struktural determinan stunting pada anak bawah dua tahun di Indonesia tahun 2010 dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010. Tehnik analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model Analysis. Determinan stunting yang memiliki jalur langsung stunting adalah indikator pola asuh (perilaku menyusui), asupan makanan (tablet besi pada ibu, vitamin A pada ibu dan anak) dan sosial ekonomi (lokasi tinggal, jumlah anggota keluarga, pengeluaran per kapita, pendidikan ibu dan rumah sehat). Variabel sosial ekonomi merupakan variabel yang memiliki hubungan statistic yang bermakna terhadap stunting. Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan tentang nutrisi ibu sejak hamil. Untuk memperluas cakupan, peningkatan pengetahuan dapat dilakukan di posyandu yaitu pada meja 4. Saran lain adalah melakukan program peningkatan pendapatan rumah tangga, baik oleh pemerintah maupun kerjasama dengan LSM atau lembaga swasta terkait. . Kata Kunci :  Stunting, Structural Equation Model, anak bawah dua tahun


 The thesis is intended to see the structural equation model of determinant stunting of children under two years in Indonesia in 2010 by using data from “Riset Kesehatan Dasar” in 2010. Analysis technique that is used is Structural Equation Model Analysis. Determinants of stunting that has a direct path to the stunting is an indicator of care (breastfeeding), food intake (maternal iron tablets, vitamin A in mother and child) and the socio-economic indicators (location of residence, family size, expenditure per capita, maternal education and healthy house). Socio-economic variable is the only variable that is significantly different toward stunting. It is recommended to improve mother knowledge on nutrition from pregnancy period and to increase the coverage, it can be done through posyandu at table 4. Another suggestion is to create such income generating program. It could be done by government or partnering with NGO or related private institution as well. Key Words:  Stunting, Structural Equation Model, children under two

Read More
T-3321
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tiopan Sipahutar; Ketua Tim Penguji: Endang L. Achadi; Promotor: Tris Eryando; Ko Promotor: Meiwita Paulina Budiharsana; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Muhammad Nur Aidi, Minarto, Diah Mulyawati Utari, Martya Rahmaniati, Harimat Hendarwan
Abstrak: Prevalensi stunting di kabupaten/ kota di Indonesia masih banyak yang tinggi walaupun secara nasional sudah mengalami penurunan. Penelitian ini merupakan studi ekologi yang menggunakan data agregat dari Laporan Riset Kesehatan Dasar 2018 dengan tujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi stunting di Indonesia pada tingkatan kabupaten/ kota, menemukan daerah hotspot stunting yang akan menjadi area prioritas intervensi stunting, dan menentukan model prevalensi stunting dengan menggunakan analisis spasial. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan Spatial Autoregressive (SAR). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak R i386 3.6.1 untuk mengolah data spasial, Tableau Public 2020 untuk membuat grafik, serta SPSS 25 untuk membuat statistik deskriptif. Hasil analisis menemukan bahwa sebanyak 54,9% (282 kabupaten/ kota) kabupaten/ kota di Indonesia masih memiliki prevalensi stunting di atas angka nasional. Prevalensi stunting balita lebih dari 30% masih terlihat di 57,8% (297 kabupaten/ kota) kabupaten/ kota, dan prevalensi stunting balita lebih dari 40% masih ada sekitar 17,7% (91 kabupaten/kota). Ada autokorelasi antar wilayah berdasarkan prevalensi stunting di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Bali NTT NTB. Analisis spasial juga menemukan beberapa daerah hotspot yang kemudian akan diajukan sebagai daerah prioritas intervensi percepatan pencegahan stunting di Indonesia. Hasil pemodelan SAR menemukan faktor penentu stunting yang bermakna untuk Pulau Sumatera adalah BAB di jamban, cuci tangan, ANC-K4, dan kemiskinan; untuk Pulau Jawa adalah ANC-K4 dan kemiskinan; untuk Sulawesi adalah BAB di jamban dan ANC- K4; dan untuk Bali NTT NTB adalah cuci tangan, imunisasi, kemiskinan, dan PMT anak.
Read More
D-436
Depok : FKM-UI, 2021
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fikha Alievia; Pembimbing: Budi Utomo; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Tiopan Sipahutar
Abstrak:
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakteri bernama basil mycobacterium tuberculosis. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC menjadi sakit. Terdapat dua kondisi jika seseorang terserang penyakit TBC, yaitu infeksi TB laten dan TB aktif. Penelitian ini dilakukan untuk memvisualisasikan sebaran prevalensi kejadian TBC dengan determinan TBC di Indonesia tahun 2021 secara spasial. Dan juga, melakukan pemetaan secara analisis spasial dan spasial statistik antara prevalensi TBC tahun 2021 terhadap determinan TBC tersebut dengan menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4 dan GeoDa yang dapat melihat persebaran TBC di Indonesia sehingga penderita TBC dapat terdeteksi secara keseluruhan. Analisis spasial dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan dalam melakukan pemantauan dan pencegahan dalam mengurangi ketidaksetaraan. Jika dilihat berdasarkan analisis spasial, penyakit TBC merupakan penyakit yang cenderung berkorelasi terhadap lokasi spasial dan geografis pasien. Dari hasil pembobotan didapatkan bahwa daerah yang sangat berisiko adalah Provinsi DKI Jakarta dan daerah yang berisiko adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Gorontalo, dan Papua Barat. Dari hasil analisis spasial statistik atau LISA, menyebar pada kuadran I (High-High), II (Low-High), III (Low-Low), dan IV (High-Low). Selain itu, hasil tersebut juga menunjukkan bahwa variabel prevalensi TBC memiliki pola persebaran yang menyebar karena memiliki autokorelasi spasial negatif sehingga tidak ada interaksi spasial pada variabel tersebut.

Tuberculosis (TB) is caused by a bacterium called the bacillus mycobacterium tuberculosis. Not everyone infected with TB bacteria becomes sick. There are two conditions if a person develops TB disease, latent TB infection and active TB. This research was conducted to spatially visualize the prevalence distribution of TB incidence with TB determinants in Indonesia in 2021. And also, to carry out spatial analysis and statistical spatial mapping between the prevalence of TB in 2021 and the determinants of TB using the ArcGIS 10.4 and GeoDa applications which can see the spread of TB in Indonesia so that TB sufferers can be detected as a whole. Spatial analysis can be used to make health plans in carrying out monitoring and prevention in reducing inequalities. When viewed based on spatial analysis, TB disease is a disease that tends to correlate with the patient's spatial and geographic location. From the results of the weighting, it was found that the areas that were very at risk were DKI Jakarta Province and the areas at risk were the Provinces of West Java, East Java, Banten, Gorontalo, and West Papua. From the results of statistical spatial analysis or LISA, it is spread in quadrants I (High-High), II (Low-High), III (Low-Low), and IV (High-Low). In addition, these results also show that the TB prevalence variable has a wide distribution pattern because it has a negative spatial autocorrelation so that there is no spatial interaction with this variable.
Read More
S-11288
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jilan Salshabilla Mutaqin; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Tiopan Sipahutar
Abstrak:
Provinsi Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat memiliki angka kematian balita tertinggi berdasarkan wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah, dan Timur. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki determinan kematian balita pada lokasi tersebut. Untuk meneliti hal tersebut, data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 digunakan. Analisis dilakukan pada 1056 sampel dengan uji chi-square dan regresi logistik untuk melihat faktor kematian balita yang signifikan dan besar risiko masing-masing faktor pada determinan sosioekonomi dan proksi. Hasil nya, jumlah kelahiran lebih dari dua anak, jenis kelamin laki-laki, ibu yang tidak memberikan ASI, pendidikan ibu yang rendah, dan umur ibu saat melahirkan kurang dari 25 tahun menjadi faktor risiko kematian balita. Dengan begitu, faktor-faktor pada kedua determinan tersebut, baik determinan sosioekonomi maupun proksi merupakan faktor penting terhadap kematian balita di Provinsi Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat.

Under five mortality rate in Bangka Belitung, Gorontalo, and West Papua still high and respectively describe child survival in three region of Indonesia (west, center, and east). Therefore, this study aim to examine determinant of under five mortality. Data from Indonesian Demographic and Health Survey 2017 used in this study. Then, this study analyses 1056 samples using chi-square and logistic regression test to investigate the significant factors and measure the risk on each factor according to determinant socioeconomic and proximate. Result show number of children more than two, male child, give not breastfeeding, mother with low education, age at childbirth low than 25 years old are the risk factors of under five mortality. In conclusion, determinant socioeconomic and proximate are important factors which influence under five mortality in Bangka Belitung, Gorontalo, and West Papua.
Read More
S-11243
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Izzatul Mardiah Saini; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Nining Mularsih, Tiopan Sipahutar
Abstrak:
Penanggulangan dan pengobatan tuberkulosis semakin sulit dan menantang dengan munculnya varian mycrobacterium tuberculosis yang resisten terhadap obat. Tuberkulosis yang resisten terhadap obat merupakan risiko kesehatan global dan dapat mmenyebabkan tingginya angka kematian. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi yang tercatat sebagai provinsi dengan angka kejadian tuberkulosis dan TB-RO tertinggi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan diabetes mellitus dan HIV dengan ketahanan hidup pasien TB-RO selama masa pengobatan di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif pada 1100 pasien TB-RO yang menjalani pengobatan pada Januari 2021-Desember 2023 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang dilakukan analisis univariat, kaplan-meier, bivariat menggunakan regresi cox dan multivariat dengan cox proportional hazard. Hasil penelitian ini menunjukkan 18,8% pasien TB-RO mengalami kematian dengan incidence rate kematian 15 per 1000 orang-bulan dengan probabilitas survival kumulatif sebesar 79,69%. Status HIV positif (HR 2,17; 95% CI: 1.14 – 4,12) berhubungan dengan ketahanan hidup pasien TB-RO. Status HIV positif pada pasien tuberkulosis yang resistan terhadap obat dapat mempercepat kematiannya. Pentingnya peningkatan kolaborasi program terutama TB-HIV agar pasien TB-RO dengan HIV mendapatkan pengobatan dan pemantauan yang tepat

The prevention and treatment of tuberculosis have become increasingly complicated and challenging with the emergence of drug-resistant variants of Mycobacterium tuberculosis. Drug-resistant tuberculosis poses a global health risk and can lead to high mortality rates. DKI Jakarta is one of the provinces in Indonesia with the highest incidence of tuberculosis and drug-resistant TB (TB-DR). The objective of this study is to investigate the relationship between diabetes mellitus and HIV with the survival of TB-DR patients during treatment in DKI Jakarta Province. The study design is a retrospective cohort study involving 1100 TB-DR patients who underwent treatment from January 2021 to December 2023 and were registered in the Tuberculosis Information System. The analysis included univariate analysis, Kaplan-Meier analysis, bivariate analysis using Cox regression, and multivariate analysis with Cox proportional hazard. The results of the study showed that 18.8% of TB-DR patients experienced mortality, with an incidence rate of 15 per 1000 person-months and a cumulative survival probability of 79.69%. HIV-positive status (HR 2.17; 95% CI: 1.14 – 4.12) was associated with the survival of TB-DR patients. Being HIV-positive in drug-resistant tuberculosis patients can accelerate their mortality. The importance of enhancing collaborative programs, especially TB-HIV programs, is crucial to ensure that TB-DR patients with HIV receive appropriate treatment and monitoring.
Read More
T-7011
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deny Yudhistira; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Tris Eryando, Tiopan Sipahutar, Fajar Nugraha
Abstrak:
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global yang sampai saat ini masih perlu memperoleh perhatian penting terutama di negara-negara berkembang. Indonesia perlu menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Sebanyak 108 kabupaten/kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk lokasi fokus intervensi percepatan penurunan stunting terintegrasi tahun 2023 dengan skema percepatan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui visualisasi dashboard data wilayah berisiko stunting dikaitkan dengan pola asuh, faktor lingkungan, faktor akses pelayanan kesehatan, penyakit infeksi dan BBLR di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2021. Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan unit analisis di tingkat kabupaten/kota dan menggunakan data sekunder berupa data agregat hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 yang diperoleh dari BKPK Kemenkes RI. Hasilnya dashboard yang dibuat dapat menyajikan data pemetaan sebaran risiko stunting dikaitkan dengan pola asuh, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, penyakit infeksi dan BBLR. Selain itu juga menyajikan data dan grafik variabel di tingkat kabupaten/kota yang interaktif, serta menyajikan simulasi prevalensi stunting yang dihubungkan dengan variabel yang signifikan berhubungan dengan stunting pada penelitian ini.

Stunting is one of the global public health problems that still needs important attention, especially in developing countries. Indonesia needs to reduce the prevalence of stunting to 14% by 2024. A total of 108 districts/cities in the provinces of Banten, West Java, Central Java and East Java are included in the focus locations of the integrated stunting reduction acceleration intervention in 2023 with a special acceleration scheme. This study aims to describe the dashboard visualization of data on areas at risk of stunting associated with parenting, environmental factors, health service access factors, infectious diseases and LBW in Banten, West Java, Central Java and East Java Provinces in 2021. This research is an ecological study with a unit of analysis at the district / city level and used secondary aggregated data of the 2021 Indonesian Nutrition Status Study (SSGI) obtained from the BKPK Kemenkes RI. As a result, the dashboard created can present data mapping the distribution of stunting risk associated with parenting, environmental factors, health service factors, infectious diseases and LBW. In addition, it also presented data and graphs of variables at the interactive district / city level, and presented a simulation of the prevalence of stunting associated with variables that were significantly associated with stunting in this study.
Read More
T-6666
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive