Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Pengarang: Kusharisupeni, Fathimah S. Sigit, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Asyifa Robiatul Adawiyah
618.9 KUS b
Depok : Rajawali Pers Divisi Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada, 2024
Buku (pinjaman 1 minggu)   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iis Fatimah; Pembimbing: Kusharisupeni; Penguji: Trini Sudiarti, Siti Arifah Pujonarti, Helwiah Umniyati, Yuliati Chasbullah
Abstrak:

ABSTRAK

Stunting atau perawakan pendek pada anak merupakan suatu ?tragedi yang tersembunyi? dan dampaknya menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang irreversibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada balita usia 24 ? 59 bulan di Kelurahan Harapan Mulya Kota Bekasi tahun 2013. Disain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 143 sampel yang diambil dengan sampel acak sederhana. Status stunting dinilai berdasarkan Z-score TB/U menurut klasifikasi WHO. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice, berat badan menggunakan timbangan digital, asupan makanan (energi, protein, vitamin A, zink) menggunakan FFQ semikuantitatif. ASI, berat lahir, penyakit infeksi, pendidikan ayah dan ibu, status ekonomi didapatkan melalui wawancara.

Hasil analisis menunjukkan sebanyak 32,9% balita usia 24-59 bulan tergolong stunting. Uji chi-square menunjukkan berat lahir, asupan energi dan protein, asupan zink, pendidikan ayah dan status ekonomi berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Analisis regresi logistik menghasilkan berat lahir sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting setelah dikontrol pendidikan ayah dan asupan energi (p=0,003;OR=6,663;CI=1,87? 23,5). Untuk mencegah kejadian stunting pada balita, disarankan pemeriksaan kehamilan yang teratur, memberikan makanan bergizi seimbang untuk balita sesuai AKG yang dianjurkan, mempersiapkan status kesehatan dan gizi yang baik untuk remaja perempuan sebelum kehamilan.


ABSTRACT

Stunting or short stature is a ?hidden tragedy? and its impact causes disorder to a irreversible child?s development. The aim of this study were to determine the dominant factor of stunting among children aged 24-59 months at Harapan Mulya sub-district in Bekasi city 2013. Design was a cross sectional study on 143 children whom chosen by simple random sampling. Status of stunting were expressed by height for age z-score (HAZ) according to the WHO classification. Children?s height were measured using microtoise, body weight was measured with digital scales, nutrients intake (energy, protein, vitamin A and zink) were collected throught semiquantitative FFQ. Breastfeeding, birthweight, infection disease, education of father and mother and economic status were collected through interview.

The analysis result showed 32,9% children aged 24-59 months were stunting. Chi-square test showed birthweight , energy and protein intake, zinc intake, father education and economic status were significant correlate with stunting. Logistic regression analysis showed birthweight variable as a dominant factor which related to stunting after being controlled by father education and energy input (p=0,003;OR=6,663;CI=1,8723,5). Suggestion for deterrence of stunting is the regular pregnancy inspection, giving nutritious wellbalanced under five years food input as according to AKG suggested, preparing good nutrient and health status for woman adolescent before pregnancy.

Read More
T-3936
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahmi Ariyani; Pembimbing: Endang Laksminingsih; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Besral, Tiara Lutfie, Asril
Abstrak: abstrak Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi di Indonesia. 1 dari 3 anak di. Indonesia mengalami stunting. Indonesia masuk 5 besar negara yang memiliki prevalensi stunting tertinggi (37,2%) di dunia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan. Metoda Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel penelitian ini pada Indonesia Family Life Survey (1FLS) yaitu anak yang berusia 12-59 bulan tahun 2014 sebesar 1442 orang. Data dianalisis dengan regresi logistik. Hasil: Hubungan yang signifikan antara stunting dengan berat lahir, jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi, usia ibu saat hamil, pendidikan ibu, pendidikan ayah, tinggi badan ibu, tinggi badan ayah, wilayah tempat tinggal, sanitasi dasar dan fasilitas air bersih. Balita yang memiliki berat lahir <2500 gram kemungkinan mengalami stunting 2,58 setelah dikontrol dengan faktor-faktor lainnya. Kesimpulan: Berat lahir menjadi salah satu faktor risiko penting dalam stunting. Untuk mencegah peningkatan stunting memerlukan program intervensi yang spesifik dan sensitif. Penanganan sejak dini khususnya 1000 Hari Pertama Kehidupan melalui kualitas pemeriksaan ibu hamil, pemantauan penambahan berat badan ibu selama hamil,serta pemberian minimal 90 tablet tambah darah. Kata Kunci :Stunting, Berat Lahir, 1000 Hari Pertama Kehidupan Stunting is one of nutritional problems in Indonesia. 1 of 3 children in Indonesia has stunting. Indonesia entered the top 5 countries that have the highest stunting prevalence (37.2%) in the world. Objectives: This study aims to find out the risk faktors stunting in children aged 12-59months. Methods: The study design was cross-sectional. This study took samples on Indonesia Family Life Survey (1FLS) that were 1442 children aged 12-59 months in 2014. Data analysis applied logistic regression. Results: Significant association between stunting and birth weight, sex, history of infectious diseases, maternal age during pregnancy, maternal education, father's education, maternal height, father's height, residence area, basic sanitation and clean water facilities. Children who have birth weight <2500 grams are likely to have stunting 2.58 after controlled with other factors.Conclusion: Birth weight is an important risk factor in stunting. To prevent stunting increases requires a specific and sensitive intervention program. Early handling, especially the First 1000 Days of Life through the quality of pregnant women's examination, monitoring of maternal weight gain during pregnancy, and giving at least 90 tablets plus blood. Keywords: Stunting, Birth Weight, 1000 Days of Life
Read More
T-5179
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rini Meiandayati; Pembimbing: Endang Laksminingsih; Penguji: Besral, Yuni Zahraini, Eti Rohati
Abstrak: Pendahuluan:Wasting merupakan salah satu permasalahan status gizi serius yang dapatmeningkatkan kematian bayi dan balita. Indonesia merupakan negara kontributor wastingke 4 tertinggi di dunia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend wasting1993-2014 dan hubungan berat lahir dengan wasting pada anak usia 0-24 bulan tahun 2014.Metode: Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel penelitian ini pada IndonesiaFamily Life Survey (1FLS) yaitu anak yang berusia 0-24 bulan tahun 2014 sebesar 1476orang. Data dianalisis dengan regresi logistik. Hasil: Trend wasting 1993-2014memperlihatkan sedikit penurunan (dari 11,3% 1993 menjadi 11,0% 2014) dan tidakbermakna secara statistik (P value : 0,480). Hubungan berat lahir dengan wasting pada anakusia 0-24 bulan berbeda menurut kepemilikan buku KIA. Setelah dikontrol oleh pemberianASI eksklusif, waktu pemberian MP ASI pertama kali, usia anak, pekerjaan ibu dan statuskemiskinan, anak yang memiliki berat lahir <2500 gram yang tidak memiliki buku KIAmemiliki peluang 6,7 kali lebih tinggi untuk mengalami wasting dibandingkan anak yangmemiliki berat lahir ≥2500 gram, Jika memiliki buku KIA anak dengan berat lahir <2500gram memiliki peluang 2,6 kali lebih tinggi untuk mengalami wasting. Kesimpulan : Beratlahir menjadi salah satu faktor penting dalam wasting. Diharapkan pemangku kebijakanmelakukan evaluasi dan perencanaan program yang terkait dengan pencegahan BBLRkepada remaja, calon ibu dan ibu hamil agar mengerti pentingnya pemenuhan gizi pada saatremaja (tidak kurus dan tidak pendek), pentingnya meminum tablet penambah darah agartidak anemia karena remaja merupakan calon ibu yang jika tidak terpenuhi gizinya berisikomelahirkan bayi BBLR.Kata Kunci : Wasting, Berat Lahir, Buku KIA, Trend.
Read More
T-5408
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wa Ode Dwi Daningrat; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Doddy Izwardy, Sandjaja
T-4481
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muthia Haniffa Zakiyah; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Trisari Anggondowati, Septyana Choirunisa; Lies Sugianti
Abstrak: Berat lahir merupakan indikator penting untuk kesehatan bayi baru lahir, karena mencerminkan kondisi gizi dan metabolisme ibu, serta perkembangan janin selama kehamilan. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan rendah mempunyai konsekuensi kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Cut off BBLR 2500 gram yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas bayi. Namun penelitian terbaru menunjukkan bayi yang lahir dengan berat

Birthweight is an important indicator for the health of newborns, because it reflects the nutritional and metabolic conditions of the mother, as well as the development of the fetus during pregnancy. Babies born with low birth weight have short-term and long-term health consequences. Cut off LBW 2500 grams related to infant morbidity and mortality. However, recent studies have shown that babies born weighing
Read More
S-11014
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Olivia Putri Tianto; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Endang L. Achadi
Abstrak: Data UNICEF menunjukan bahwa prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia belum mengalami penurunan yang signifikan selama satu setengah dekade [2000 (11,2%) ? 2015 (10%)]. Indonesia berada diurutan ke sembilan di dunia dengan kejadian BBLR terbanyak. Kemudian, bayi yang lahir dengan berat <2500 gram (BBLR) berisiko lebih tinggi mengalami kematian usia dini, pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat, IQ rendah, dan penyakit tidak menular. Salah satu penyebab BBLR adalah anemia yang mana diketahui kekurangan zat besi menjadi salah satu faktor resikonya. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat dicegah dengan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) selama kehamilan sesuai anjuran (≥90 tablet). Namun, ibu hamil di Indonesia yang mengonsumsi TTD sesuai anjuran masih tergolong rendah (38%). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi TTD pada ibu selama kehamilan terhadap BBLR. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan menganalisis data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. Analisis chi square untuk mengetahui hubungan antara exposure (konsumsi TTD) dan outcome (BBLR) serta variabel lain yang diikutkan dalam penelitian ini. Konsumsi TTD sebagai determinan, dan variabel independen lainnya adalah komplikasi kehamilan, usia gestasi, paritas, riwayat hipertensi, keinginan memiliki anak, usia kehamilan saat K1, frekuensi ANC, umur ibu saat kehamilan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, wilayah tempat tinggal, dan kebiasaan merokok. Ada hubungan signifikan antara konsumsi TTD ibu selama kehamilan dengan kejadian BBLR. Ibu yang tidak mengonsumi TTD minimal ≥90 tablet berisiko 1,12 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR (95% CI: 1,02-1,2). Faktor lain yang berhubungan secara signifikan dengan BBLR adalah komplikasi kehamilan, usia gestasi, paritas, riwayat hipertensi, keinginan memiliki anak, frekuensi antenatal care, umur ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan, wilayah tempat tinggal, dan kebiasaan merokok. Diharapkan selama kehamilan ibu rutin mengonsumsi TTD 1 tablet setiap hari minimal 90 tablet, dan rutin melakukan pemeriksaaan kehamilan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi sehingga mencegah kejadian BBLR.
UNICEF data shows that the prevalence of Low Birth Weight (LBW) in Indonesia has not decreased significantly for a decade and a half [2000 (11.2%) ? 2015 (10%)]. Indonesia is ranked ninth in the world with the highest incidence of LBW. Then, babies born weighing <2500 grams (LBW) are at higher risk of premature death, stunted growth and development, low IQ, and non-communicable diseases. One of the causes of LBW is anemia where iron deficiency is known to be a risk factor. Iron deficiency in pregnant women can be avoided by taking blood-added tablets (TTD) as long as recommended (≥90 tablets). However, pregnant women in Indonesia who consume iron tablets as recommended are still low (38%). Therefore, this study aims to determine the relationship between maternal consumption of iron tablets during pregnancy and low birth weight. The study design used was cross-sectional by analyzing the 2018 Basic Health Research data. Chi-square analysis was used to determine the relationship between exposure (TTD consumption) and outcome (LBW) as well as other variables included in this study. TTD consumption as a determinant and other independent variables are pregnancy complications, gestational age, parity, history of hypertension, desire to have children, gestational age at K1, frequency of ANC, maternal age at pregnancy, education level, employment status, area of residence, and smoking habits. There is a significant relationship between maternal TTD consumption during pregnancy and the incidence of LBW. Mothers who did not take TTD at least 90 tablets had a 1.12 times greater risk of giving birth to LBW (95% CI: 1.02-1.2). Other factors that were significantly associated with LBW were pregnancy complications, gestational age, parity, history of hypertension, desire to have children, frequency of antenatal care, maternal age, maternal education level, employment status, area of residence, and smoking habits. It is expected that during pregnancy the mother routinely consumes 1 tablet of TTD every day at least 90 tablets, and routinely conducts pregnancy checks to unite the growth and development of the baby to prevent the incidence of LBW.
Read More
S-11058
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Esty Eka Wahyu Pratiwi; Pembimbing: Meiwita Budiharsana; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Mugia Bayu Rahardja
S-10086
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riska Rasyidin; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Ratna Djuwita, Anies Irawati, Ellen Sianipar
T-4477
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dhorkas Dhonna Ruth Marpaung; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah, Salimar
Abstrak: Pendahuluan. Indonesia merupakan negara yang masih banyak layanankesehatannya terletak di daerah perifer dengan fasilitas minim dan jarang memilikitenaga ahli untuk memprediksi berat bayi saat dilahirkan.Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Kriteria inklusiibu melahirkan anak terakhir, bayi lahir hidup, dan bayi tunggal, didapatkan sampelsebanyak 23.689.Hasil. Variabel yang menjadi faktor risiko kejadian BBLR adalah usia kehamilan(POR 2,01), umur (POR 1,28), paritas (POR 1,56), tinggi ibu (POR 1,48),komplikasi (POR 1,46). Analisis ROC didapatkan area under curve untukmengidentifikasi kejadian BBLR sebesar 0,602. Nilai titik potong untuk skoringprediksi 4 dan sensitivitas 59,8%.Kesimpulan. Usia kehamilan, umur, paritas, tinggi ibu, dan komplikasi merupakanfaktor risiko dan dapat digunakan untuk memprediksi bayi yang akan dilahirkanberisiko BBLR.Kata Kunci: berat lahir bayi, sensitivitas, prediksi
Introduction. Indonesia is a country that still many health services located inperipheral areas with minimal facilities and rarely have experts to predict the weightof the baby at birth.Methods. This study using cross sectional study design. The inclusion criteriamaternal last child, a baby was born alive, and a single baby, obtained a sample of23.689.Results. Variables are a risk factor for LBW is gestational age (POR 2,01), age(POR 1,28), parity (POR 1,56), maternal height (POR 1,48) and complications(POR 1,46). ROC analysis obtained an area under the curve to identify the LBW of0,602. Value cut-off point for scoring 4 prediction and sensitivity of 59,8%.Conclusion. Gestational age, age, parity, height, and complications are risk factorsand can be used to predict the baby to be born at risk of LBW.Keywords: birth weight babies, sensitivity, predictive.
Read More
T-4719
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive