Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nurul Hidayah Nasution; Pembimbing: Rachmadhi Purwana; Penguji: I Made Djaja, Budi Hartono, Sonny Priajaya Warouw, Miko Hananto
Abstrak: Merkuri (Hydragyrum) adalah logam berat berbahaya yang terbentuksecara alamiah dan aktivitas manusia dapat menimbulkan pencemaran lingkungandan gangguan kesehatan pada manusia. Dampak merkuri yaitu keracunan akut(gangguan pada alat pencernaan, kulit dan saraf) dan kronis (tremor danparkinsonisme). Saat ini pencemaran logam berat merupakan ancaman yang besarbagi lingkungan sehingga harus dikendalikan keberadaannya agar tidakmelampaui batas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keracunan merkuri terkaitkonsumsi ikan pada masyarakat di kawasan pertambangan emas skala kecil(PESK) Desa Lebaksitu Kecamatan Lebakgedong Kabupaten Lebak ProvinsiBanten.Jenis penelitian analitik, desain penelitian cross sectional. Variabel terukuradalah konsumsi ikan, karakteristik responden dan kadar merkuri pada rambut.Populasi penelitian adalah masyarakat Desa Lebaksitu dan sampel berjumlah 60orang. Data dianalisis dengan uji chi-square, mann-whitney dan regresi logistik.Hasil Penelitian, prevalensi kejadian keracunan merkuri pada masyarakatsebesar 51,7%, konsumsi ikan masyarakat (konsumsi tinggi) 55%. Konsumsiikan, usia, jenis pekerjaan, lama tinggal, jarak rumah dan sumber air minumberhubungan signifikan terhadap keracunan merkuri. Sedangkan jenis kelamindan status merokok tidak berhubungan signifikan terhadap keracunan merkuridengan sumber air minum sebagai faktor risiko dominan yang dapatmempengaruhi konsumsi ikan terhadap kejadian keracunan merkuri (OR =14,693, 95% CI=1,818-118,769).Kata kunci : Ikan, Merkuri, Rambut
Mercury (Hydragyrum) is a harmful heavy metal naturally occurring andhuman activities, can cause environmental pollution and health problems inhumans. The impact of mercury poisoning are acute (disorders of the digestivesystem, skin and nerves) and chronic (tremor and parkinsonism). Currently heavymetal pollution is a major threat to the environment and should be controlled so asnot to exceed the limits of its existence.This research aims to knowing mercury poisoning related to consumptionof fish to the community in the area of small-scale gold mining (SSGM) DesaLebaksitu Kecamatan Lebakgedong Kabupaten Lebak Provinsi Banten.Type of research was analitic, cross-sectional study design. Measurementof the consumption of fish, the characteristics of respondent and mercury levels inhair. The population research is the community Desa Lebaksitu and a sample of60 people. Data were analyzed by chi-square test, mann-whitney and logisticregression.The result showed, the prevalence of mercury poisoning in the communityof 51.7%, consumption rate (high consumption) 55%. Consumption of fish, age,occupation, length of stay, distance from the house and the source of drinkingwater were significant correlation to mercury poisoning. While Smoking and sexcorrelation insignificant toward mercury poisoning. Source of drinking water isthe most dominant risk factors that may affect the consumption of fish againstmercury poisoning (OR = 14,693, 95% CI=1,818-118,769).
Read More
T-4796
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cita Fitria Putri; Pembimbing: Suyud; Penguji: Laila Fitria, Budi Hartono, Tugiyo; Sobar
Abstrak: Partikel halus berukuran ≤ 2,5 μm (PM2,5) diketahui menimbulkan risiko kesehatan terbesar bagi manusia karena kemampuannya untuk masuk jauh ke dalam paru-paru dan bahkan aliran darah. Pekerja di industri pengasapan ikan terus terpapar oleh konsentrasi tinggi PM2,5 yang terkandung dalam asap hasil pembakaran. Asap diketahui mengandung berbagai zat radikal bebas yang dapat memicu stres oksidatif pada organ dan jaringan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsentrasi PM2,5 di lingkungan kerja dengan kadar MDA yang merupakan salah satu biomarker stres oksidatif. Desain studi yang digunakan adalah Cross-sectional. Subyek penelitian adalah pekerja di pengasapan ikan Bandarharjo Semarang sejumlah 104 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran konsentrasi PM2,5 di udara, pengambilan sampel darah untuk uji kadar MDA, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kadar MDA dengan konsentrasi PM2,5 (p=0,007), konsumsi alkohol (p=0,022) dan masa kerja (p=0,019). Konsentrasi PM2,5 di rumah pengasapan skala kecil lebih tinggi dibanding rumah skala sedang dan besar
Read More
T-5707
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syahidah Asma Amani; Pembimbing: Indrawani Yvonne Magdalena; Penguji: Fatmah, Joko Hermanianto
S-8836
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nabilah Shofa Fauziyah; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Asih Setiarini, Yuni Zahraini
Abstrak:

Ikan merupakan sumber makanan hewani yang penting karena ikan mengandung berbagai nutrisi. Namun konsumsi ikan di kalangan remaja di Indonesia masih rendah. Konsumsi ikan yang kurang pada masa remaja dapat mempengaruhi status kesehatan di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi ikan pada remaja di SMAN 39 Jakarta tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan responden 150 siswa kelas X dan XI. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2019 melalui pengisian kuesioner, pengukuran antropometri, dan pengisian kuesioner frekuensi makanan semi kuantitatif (SFFQ). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 57,3% siswa pada kategori konsumsi ikan kurang dengan rata-rata konsumsi ikan 34,1 gram/hari. Konsumsi ikan memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap (p = 0,009), preferensi (p = 0,020), pengaruh orang tua (p <0,001), dan ketersediaan ikan di rumah (p = 0,006). Analisis lebih lanjut berupa analisis multivariat menunjukkan bahwa pengaruh tetua (p = 0,001; OR = 3,407) merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi ikan pada siswa. Artinya, berbagai pihak khususnya para orang tua dapat mengambil bagian dalam intervensi gizi terkait peningkatan konsumsi ikan di kalangan pelajar.


 

Fish are an important source of animal food because they contain a variety of nutrients. However, fish consumption among adolescents in Indonesia is still low. Less fish consumption during adolescence can affect health status later in life. This study aims to determine the dominant factors associated with fish consumption in adolescents at SMAN 39 Jakarta in 2019. This study used a cross-sectional research design with 150 respondents in class X and XI. Data collection was carried out in April 2019 through filling out questionnaires, anthropometric measurements, and filling in the semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Bivariate analysis was performed using chi-square and multivariate analysis using multiple logistic regression tests. The results of this study indicate that there are 57.3% of students in the fish consumption category with an average fish consumption of 34.1 grams/day. Fish consumption has a significant relationship with attitude (p = 0.009), preference (p = 0.020), parental influence (p <0.001), and fish availability at home (p = 0.006). Further analysis in the form of multivariate analysis showed that the influence of parents (p = 0.001; OR = 3.407) was a dominant factor related to fish consumption in students. This means that various parties, especially parents, can take part in nutrition interventions related to increased fish consumption among students.

Read More
S-9957
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Frisca Rahmadina; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Laila Fitria, Miko Hananto
Abstrak: ABSTRAK Pedagang ikan Muara Angke merupakan produsen sekaligus konsumen pertama yang mengonsumsi ikan dari Teluk Jakarta yang telah tercemar timbal. Apabila ikan yang terkontaminasi timbal dikonsumsi oleh manusia maka dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat risiko kesehatan akibat pajanan timbal dari konsumsi ikan pada pedagang ikan melalui metode analisis risiko kesehatan lingkungan. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi timbal dalam ikan sebesar 0,4 mg/kg, nilai chronic daily intake sebesar 0,001167847 mg/kg/hari, dengan lama pajanan 17 tahun, berat badan 61 kg, frekuensi pajanan 83 hari/tahun dan laju asupan 0,6736 kg/hari. Hasil analisis menunjukan bahwa pedagang ikan Muara Angke secara individu sudah tidak aman dan memiliki risiko gangguan kesehatan nonkarsinogenik akibat pajanan timbal dari konsumsi ikan untuk 10 tahun mendatang dengan asumsi bahwa sumber pajanan hanya berasal dari ikan. Kata kunci: analisis risiko kesehatan, ikan, logam berat, teluk jakarta, timbal Muara Angke fish traders are the first producer and consumer to consume fish from Jakarta Bay which has been polluted by lead. If fish contaminated by lead are consumed by humans then it may pose a risk of health problems. This study aims to determine the level of health risks due to lead exposure to fish consumption to fish traders through methods of environmental health risk analysis. The results showed rate concentration of lead in fish of 0,4 mg/kg, chronic daily intake value of 0,001167847 mg/kg/day, with 17 years of exposure, body weight 61 kg, exposure frequency 83 days/year and intake rate 0,6736 kg/day. The result of the analysis show that Muara Angke fish traders individually are not safe and have risk of non carcinogenic health problems due to lead exposure of fish consumption for the next 10 years assuming that the source of exposure only comes from fish. Key words: fish, health risk analysis, heavy metals, jakarta bay, lead
Read More
S-9844
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meriwati Mahyuddin; Promotor: Kusharisupeni; Kopromotor: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Ratna Djuwita, Tri Krianto, Asih Setiarini, Sri Purwaningsih, Abas Basumi Jahari, Cesilia Meti Dwiriani
Abstrak:
Masalah gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) mempunyai dampak, baik jangka pendek maupun jangka panjang, bahkan dapat menyebabkan kematian dalam siklus kehidupan manusia. Faktor penyebab langsung masalah gizi balita adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi. Faktor pencetus utamanya adalah kerawanan pangan rumah tangga, layanan kesehatan tidak memadai dan lingkungan tidak sehat, serta lemahnya perawatan anak. Ketiga penyebab utama tersebut didasari oleh faktor ekonomi, sosio politis, hukum, dan budaya, dengan kemiskinan sebagai peran sentral Penilaian status gizi balita perlu didasarkan pada ketiga indikator pertumbuhan, yaitu berat badan menurut umur, panjang badan menurut umur dan berat badan menurut panjang badan. Setiap indikator menggambarkan penyebab sekaligus membutuhkan penanganan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh model intervensi gizi terhadap asupan makanan dan kecepatan pertumbuhan melalui pemanfaatan ikan lokal pada balita di pesisir Kota Bengkulu dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif sebagai eksplorasi untuk masukan pada pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah implementasi model intervensi gizi yang diberikan berupa Edukasi kepada ibu balita yang terdiri dari kelompok Edu-T, Edu-TP dan kelompok kontrol sebagai pembanding. Model intervensi gizi diberikan selama 12 minggu dengan frekuensi pertemuan 1 kali/minggu selama 60-120 menit efektif. Alat bantu pembelajaran menggunakan leaflet yang berisi materi gizi, kesehatan dan pemanfaatan ikan lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh model intervensi gizi terhadap rata-rasa asupan asupan protein ikan (p=0.002), asupan protein ikan lokal thryssa sp (p=0.004), z-skor PB/U (p=0.000) dan kecepatan pertumbuhan (p=0.000). Model intervensi gizi Edu-TP lebih baik dalam meningkatkan asupan protein ikan (total dan ikan lokal thryssa sp) dan kecepatan pertumbuhan dibandingkan dengan kelompok kontrol maupun kelompok Edu-T. Pengaruh perbedaan model intervensi gizi dengan perubahan asupan protein ikan non lokal dan ikan lokal mempengaruhi kecepatan pertumbuhan (p=0.000) dengan rata-rata pengaruh perbedaan tertinggi pada kelompok Edu-TP vs kontrol (p=0.000).
Read More
D-423
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arni Widiarsih; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ema Hermawati, Ririn Arminsih, Yoan Hotnida Naomi, Mulia Sugiarti
Abstrak: Penyakit kardiovaskular yang salah satu faktor penyebabnya adalah hipertensimerupakan penyebab kematian utama secara global (WHO, 2015). Di Indonesia,berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013) untuk pengukuran tekanan darahsecara langsung pada umur di atas 18 tahun diperoleh prevalensi tertinggi diBangka Belitung (30,9%). Prevalensi hipertensi untuk wilayah Sumatera tertinggikedua setelah Bangka Belitung yaitu Sumatera Selatan yakni sebesar 26,1%.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara konsumsi ikan asinyang mengandung NaCl tinggi dengan kejadian hipertensi. Penelitian inimenggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel adalah sebanyak 90 orang.Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat, dan multivariate denganmetode regresi logistik. Setelah dilakukan pemeriksaan kadar NaCl pada ikan asindiperoleh kadar NaCl tertinggi terdapat pada ikan asin kepala batu dengan nilaipersentase 21,06% (< 20%). Hasil penelitian juga menunjukkan responden yangmengkonsumsi ikan asin dengan kadar natrium tinggi memiliki risiko 7,696 kali(95% CI 1,66-35,49) mengalami hipertensi setelah dikontrol oleh variabel lainyaitu merokok, riwayat hipertensi, aktifitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), danumur. Dengan adanya temuan hasil pemeriksaan ikan asin yang mengandungkadar NaCl tinggi dengan persentase 21,06% (> 20%) pada jenis ikan asin kepalabatu dan tingginya tingkat konsumsi ikan asin, sebaiknya langkah yang dilakukanadalah adanya kolaborasi antara Dinas Kesehatan Kota Palembang bekerjasamadengan Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan Kota Palembang (BPOM)untuk melakukan sosialisasi terhadap penjual ikan asin mengenai cara pengolahanikan asin yang sesuai standar SNI.Kata Kunci : Hipertensi, Ikan Asin, Natrium Chlorida (NaCl)
Hypertension is one contributing factor for cardiovascular disease, as the leadingcause of death globally; more people die of cardiovascular disease than for othercauses and an estimated 17.5 million deaths from cardiovascular disease in 2012(WHO, 2015). In Indonesia, according to data from Health Research (2013) forthe measurement of blood pressure directly at the age of 18 obtained the highestprevalence in Bangka Belitung ( 30.9 % ). The second highest prevalence ofhypertension for Sumatra is South Sumatra namely by 26.1 % .The purpose of thisstudy is to look at the relationship between the consumption of salted fishcontaining high NaCl with hypertension. This study used cross sectional design.The number of samples is 90 people. The analysis is univariate, bivariate, andmultivariate logistic regression method. After examination of the levels of NaCl insalted fish obtained the highest NaCl concentration in salted fish head stone with apercentage value of 21.06 % (< 20 %).The results also showed respondents whoconsume salted fish with higher natrium chloride levels had a risk of 7.696 (95%CI 1.66 to 35.49 ) had hypertension after being controlled by other variables,namely smoking, history of hypertension, physical activity, body mass index (BMI ), and age. Based on the findings of the examination results of salted fish thatcontain high levels of natrium chloride with a percentage of 21.06 % (> 20 %) onthe head stones salted fish and the higher level of salted fish consumption, theproperly step is perform collaboration between Public Health Official ofPalembang City with Medicines and the Food Control Agency Palembang(BPOM) to disseminate the information how to processing salted fish based onISO standard to the salted fish seller in this local area.Keyword : Salted fish, Hypertension, Natrium Chloride (NaCl)
Read More
T-4686
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tiara Dhesi Anggraeni; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Budi Hartono, Abdur Rahman
Abstrak: Permukiman Nelayan Kali Adem Muara Angke berlokasi di tepian Perairan Teluk Jakarta yang telahtercemar Kadmium. Masyarakat disana terbiasa mengonsumsi ikan yang berasal dari Pasar Ikan GrosirMuara Angke, dimana pasokan ikan yang dijual berasal dari Perairan Teluk Jakarta dan sebagian dari PantaiUtara Pulau Jawa. Pengonsumsian ikan dari perairan yang tercemar berisiko menimbulkan gangguankesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko pajanan Kadmium daripengonsumsikan ketiga jenis ikan yaitu ikan kembung, ikan tongkol dan ikan bandeng, pada masyarakat diPermukiman Nelayan Kali Adem melalui pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan (Chronic Daily Intake) Kadmium melalui ikan yaitu sebesar9 x 10-5 mg/kg/hari, dengan laju asupan (R) sebesar 153,3 gram/hari, frekuensi pajanan (fE) selama 312hari/tahun, durasi pajanan (Dt) selama 26 tahun dan rata-rata berat badan (Wb) sebesar 59 kg. Hasilperhitungan tingkat risiko (RQ) pada pajanan real time untuk jenis ikan kembung, ikan tongkol dan ikanbandeng berturut-turut sebesar 0,070; 0,012; 0,006. Pada estimasi pajanan 10 tahun sebesar 0,097; 0,017;0,008. Pada estimasi pajanan 20 tahun sebesar 0,124; 0,022; 0,011. Dan untuk estimasi pajanan 30 tahunsebesar 0,152; 0,027; 0,013. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Permukiman Nelayan KaliAdem Muara Angke secara populasi belum memiliki risiko dan masih aman dari timbulnya gangguankesehatan nonkarsinogenik akibat pajanan Kadmium dari pengonsumsian ikan untuk pajanan saat inihingga estimasi 30 tahun mendatang, dengan asumsi bahwa sumber pajanan hanya berasal dari ikan dantidak memperhitungkan pajanan Kadmium dari sumber lain.kata kunci : analisis risiko kesehatan lingkungan; ikan; kadmium; muara angke; pencemaran air laut
Kali Adem Muara Angke Fisherman Community located on the shores of Jakarta Bay which have beenpolluted by Cadmium. The community always eats fish from Pasar Ikan Grosir Muara Angke, where thesupplies of fish are from Jakarta Bay and partly from North Coast of Java Island. The consumptions ofcontaminated fish would pose a risk of health problems. This study aimed to determine the level of riskexposure to Cadmium at Kali Adem Muara Angke Fisherman Community through Environmental HealthRisk Analysis (EHRA) approach. The results showed that the intake (Chronic Daily Intake) of Cadmiumin fish at 9 x 10-5 mg/kg/hari, with the fish intake rate of 153,3 gram/day, frequency of exposure at 312days/year, duration of exposure for 26 years and the average body weight of 59 kg. The results of riskquotient (RQ) analysis for real time exposure in kembung fish, tongkol fish and bandeng fish are 0,070;0,012; 0,006. For 10 years exposure estimation, the results of risk quotient (RQ) are 0,097; 0,017; 0,008.For 20 years exposure estimation are 0,124; 0,022; 0,011. And for the 30 years exposure estimation are0,152; 0,027; 0,013. The results showed that the fisherman community, do not have risks and still safe fromthe noncarcinogenic health risk at this time to 30 years ahead, based on the assumption that Cadmiumexposure comes from fish only and do not take into the Cadmium exposure from the other sources.keywords : cadmium; environmental health risk assessment; fish; muara angke; sea water contamination.
Read More
S-10498
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Azalia Putri Hanasri; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Haryoto Kusno Putranto, Muhammad Rudi AR
Abstrak:
Perairan Kepulauan Seribu diketahui telah tercemar oleh kadmium (Cd), hal ini turut menyebabkan terjadinya akumulasi kadmium (Cd) dalam tubuh ikan yang hidup di dalamnya. Nantinya ikan yang terkontaminasi kadmium (Cd) dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia yang rutin mengonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan akibat pajanan kadmium (Cd) dalam ikan pada masyarakat Pulau Tidung. Desain penelitian yang digunakan adalah analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) menggunakan data primer dengan jumlah responden sebanyak 97 penduduk. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi kadmium (Cd) dalam ikan sebanyak 0,001 mg/kg (tongkol), 0,055 mg/kg (selar), dan 0,001 mg/kg (kembung). Konsentrasi tersebut masih berada di bawah baku mutu yang berlaku. Perhitungan nilai RQ untuk populasi dan nilai RQ untuk seluruh individu menghasilkan nilai RQ ≤1, Sehingga dapat diambil kesimpulan tingkat risiko yang ditimbulkan masih bersifat aman untuk populasi dan tiap individu penduduk, namun perlu dipertahankan agar risiko yang ada tetap bersifat aman. Pencegahan risiko dapat dilakukan pada sumber pencemaran dengan melakukan pengawasan terhadap limbah buangan yang dikeluarkan ke badan air dan pemanfaatan alga sebagai bioabsorben, seperti Chaetocerus sp., Euchema sp., Cladophora glomerata, Euchema isiforme, dan Sargassum sp. untuk mengurangi cemaran kadmium (Cd) di perairan.

The waters of the Seribu Islands are known to be polluted by cadmium (Cd), this has contributed to the accumulation of cadmium (Cd) in the bodies of the fish that live there. In the future, fish contaminated with cadmium (Cd) can cause health problems in humans who regularly consume it. This study aims to estimate the level of health risk due to exposure to cadmium (Cd) in fish in the Tidung Island community. The research design used was environmental health risk analysis (EHRA) using primary data with a total of 97 respondents. The test results showed that the concentration of cadmium (Cd) in fish was 0.001 mg/kg (tongkol), 0.055 mg/kg (selar), and 0.001 mg/kg (kembung). This concentration is still below the applicable quality standards. Calculation of the RQ value for the population and the RQ value for all individuals produces an RQ value of ≤1. It can be concluded that the level of risk posed is still safe for the population and each individual resident, but needs to be maintained so that the existing risks remain safe. Risk prevention can be carried out at pollution sources by monitoring waste released into water bodies and using algae as bioabsorbents, such as Chaetocerus sp., Euchema sp., Cladophora glomerata, Euchema isiforme, and Sargassum sp. to reduce cadmium (Cd) concentration in waters.
Read More
S-11769
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nuansa Dwika Aulia; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari, Asep Tata Gunawan, Heri Nugroho
Abstrak:
Penelitian bertujuan mengetahui risiko kesehatan pada konsumen ikan asin, dilaksanakan di lima Pasar Tradisional terbesar di Kabupaten Banyumas yaitu Pasar Banyumas, Pasar Wage, Pasar Manis, Pasar Pon dan Pasar Cermai. Sampel penelitian terbagi menjadi dua, sampel lingkungan dan sampel penduduk. Sampel lingkungan adalah ikan asin jenis teri dan peda dari lima pasar dengan total penjual ikan asin adalah 9 pedagang, ikan asin yang menjadi sampel berjumlah 18 buah. Sampel penduduk adalah pengunjung lima pasar yang membeli ikan asin peda dan/atau teri saat dilakukan penelitian dengan total sampel 67 orang dari total populasi 200 orang rata-rata pembeli ikan asin di lima pasar tersebut setiap harinya. Hasilnya hanya terdapat 1 ikan asin yang positif mengandung formalin yaitu ikan asin teri di Pasar Manis. Hasil perhitungan intake realtime tertinggi yaitu konsumen ikan asin peda dan/atau teri Pasar Cermai yaitu dengan konsentrasi maksimum 2,0335 mg/kg/hari. Sementara intake lifetime tertinggi yaitu konsumen ikan asin peda dan/atau teri di Pasar manis dengan konsentrasi maksimum 2,498 mg/kg/hari. Hasil pengukuran RQ realtime tertinggi yaitu konsumen ikan asin peda dan/atau teri di Pasar Cermai dengan nilai maksimum 10,088. Sementara RQ lifetime tertinggi berada pada konsumen ikan asin peda dan/atau teri di Pasar Manis dengan nilai maksimum 12,49.

The research aims to determine the health risks of salted fish consumers, carried out in the five largest traditional markets in Banyumas Regency, namely Banyumas Market, Wage Market, Manis Market, Pon Market and Cermai Market. The research sample was divided into two, environmental samples and population samples. The environmental samples were anchovy and peda types of salted fish from five markets with a total of 9 salted fish sellers, the total number of salted fish in the sample was 18. The population sample was visitors to five markets who bought salted fish and/or anchovies when the research was conducted with a total sample of 67 people from a total population of 200 people, on average, buyers of salted fish in the five markets every day. The result was that there was only 1 salted fish that was positive for containing formaldehyde, namely anchovy salted fish at Pasar Manis. The highest real-time intake calculation results were consumers of peda salted fish and/or anchovies at Cermai Market with a maximum concentration of 2.0335 mg/kg/day. Meanwhile, the highest lifetime intake was consumers of salted peda fish and/or anchovies at Sweet Market with a maximum concentration of 2,498 mg/kg/day. The highest real-time RQ measurement results were consumers of salted peda fish and/or anchovies at Cermai Market with a maximum value of 10,088. Meanwhile, the highest lifetime RQ was for consumers of salted fish and/or anchovies at Pasar Manis with a maximum value of 12.49.
Read More
T-6849
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive