Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Purwanta, Kristianti, Ali Ghufron Mukti
JMPK Vol.04, No.03
Yogyakarta : UGM, 2001
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shella Cahya Eka; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Winarto
Abstrak:
Permintaan yang tinggi terhadap layanan ambulans di public safety center 119 Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menunjukkan kebutuhan akan layanan ambulans yang penting, termasuk di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu untuk transportasi rujukan dan gawat darurat dengan Ambulans Air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan layanan Ambulans Air Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menggunakan pendekatan evaluasi program Context, Input, Process, Product (CIPP). Dengan pendekatan kualitatif, data primer dan sekunder dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian konteks tujuan, sasaran dengan visi, misi, dan rencana strategis Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Meskipun produk program dinilai bermanfaat oleh penerima manfaat, hambatan dalam proses terjadi karena kurangnya integrasi sistem dan kekurangan tenaga kesehatan perawat dan bidan dalam layanan. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan pada input program ini untuk pengembangan dan peningkatan program layanan ambulans air.

The high demand for ambulance services at the public safety center 119 of the DKI Jakarta Provincial Health Service shows the need for important ambulance services, including in the Seribu Islands Administrative District for referral and emergency transportation by Water Ambulance. This research aims to analyze the implementation of the DKI Jakarta Provincial Health Service Water Ambulance service using the Context, Input, Process, Product (CIPP) program evaluation approach. With a qualitative approach, primary and secondary data are collected through observation, in-depth interviews, and document review. The research results show the suitability of the context of goals, and targets with the vision, mission, and strategic plans of the DKI Jakarta Health Service. Even though the program products are considered useful by the beneficiaries, obstacles in the process occur due to a lack of system integration and a shortage of healthcare nurse workers and midwives in the service. Therefore, improvements are needed in this program input for the development and improvement of the water ambulance service program.
Read More
S-11599
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Temy Ramadan; Pembimbing : Sandra Fikawati; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Giri Wurjandaru
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Program PMT-P untuk Balita pada duaPuskesmas kecamatan di Jakarta Utara tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metodekualitatif deskriptif untuk mengetahui masukan (SDM, anggaran, sarana dan prasarana,bahan makanan tambahan), proses (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi),dan keluaran (balita sasaran yang menerima makanan tambahan, hari makan anak) sertametode kuantitatif potong lintang untuk mengetahui proses (pelaksanaan, pemantauandan evaluasi) dan keluaran (balita sasaran yang menerima makanan tambahan, hari makananak) program pada kedua Puskesmas. Data penelitian didapatkan dengan metodewawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, wawancara terstruktur, dan observasi.Informan penelitian ini adalah masing-masing 1 orang TPG, 1 orang kepala Puskesmas,dan 8 orang kader pada kedua Puskesmas. Serta responden penelitian masing-masing 10orang ibu dari sasaran program pada kedua Puskesmas. Penelitian dilakukan diPuskesmas Kecamatan Pademangan dan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Hasildari penelitian di Puskesmas Kecamatan Pademangan menunjukkan TPG yang diisi olehtenaga kesehatan lain, belum tersedia gudang penyimpanan yang baik, makanantambahan dengan kuantitas berlebih dan kualitas kurang baik, perbedaan istilah sasaranprogram, perbedaan indikator, penolakan dari sasaran, hari makan anak yang tidakdipantau, dan kenaikan berat badan yang tidak terlalu bermakna. Sedangkan penelitian diPuskesmas Kecamatan Tanjung Priok menunjukkan anggaran yang dirasa kurang cukup,kuantitas makanan tambahan yang berlebih, perbedaan istilah sasaran, perbedaanindikator, kenaikan berat badan yang tidak terlalu bermakna, penolakan dari sasaran, danjumlah hari makan anak yang tidak dipantau.Kata Kunci:Evaluasi program; Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan untuk Balita.
Read More
S-9628
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizky Ridhayanti; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Evi Martha, Tri Krianto, Epi Ardini, Muhammad Yusrin Al Gifari
Abstrak:
Peningkatan populasi lansia di Indonesia, terjadi pula di Kota Depok, Jawa Barat dengan jumlah lansia 202.194 jiwa yang erat kaitannya dengan peningkatan kebutuhan lansia. Program sekolah lansia IRL Kota Depok hadir sebagai salah satu langkah untuk menjawab tantangan penuaan yang ada sehingga lansia dapat menua dengan sukses. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengevaluasi program sekolah lansia IRL Kota Depok dalam mencapai successful aging. Metode yang digunakan mix-method dengan desain exploratory sequential, untuk penelitian kualitatif dengan studi kasus dan untuk penelitian kuantitatif dengan metode survei. Evaluasi dilakukan terhadap program sekolah lansia IRL Kota Depok melalui Teori Manajemen oleh George R. Terry yang terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian, serta kebermanfaatannya mendorong lansia dalam successful aging melalui Teori Fernandez Ballesteros. Hasil penelitian bahwa program sekolah lansia IRL Kota Depok sudah cukup baik dalam mendorong lansia mencapai successful aging yang tergambar pada keseluruhan kegiatan yang telah dilaksanakan termasuk kurikulum dan materi yang disampaikan, kebermanfaatan tertinggi terdapat pada dimensi spiritual dengan nilai rata-rata 4,29 dan terendah pada dimensi vokasional dengan nilai rata-rata 3,40. Namun dalam proses perencanaan masih perlu analisis kebutuhan lansia secara komprehensif, proses pengorganisasian perlu gambaran struktur organisasi yang jelas dan pelatihan pengurus secara berkala, proses pelaksanaan perlu dukungan pendanaan, narasumber, sarana maupun prasarana yang lebih baik, serta proses pengendalian yang masih perlu penyesuaian terhadap proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan. Rekomendasi yang disarankan meliputi analisis kebutuhan lansia secara komprehensif, membentuk kurikulum dan rencana pembelajaran lansia menyesuaikan kebutuhan dan kondisi lansia, kerjasama antar instansi maupun komunitas, koordinasi dengan sistem yang lebih baik antar sekolah lansia, evaluasi perkembangan lansia secara berkala, pencatatan sumberdaya lansia, memberdayakan lansia dengan melibatkan dalam berbagai aspek kehidupan. 

The increase in the elderly population in Indonesia also occurs in Depok City, West Java with 202,194 elderly people, which is closely related to the increasing needs of the elderly. The Depok City IRL elderly school program is present as one of the steps to answer the existing aging challenges so that the elderly can age successfully. Therefore, this study aims to evaluation the Depok City IRL elderly school program in achieving successful aging. The method used is mix-method with exploratory sequential design, for qualitative research with case studies and for quantitative research with survey methods. Evaluation was carried out on the Depok City IRL elderly school program through Management Theory by George R. Terry which consists of planning, organizing, implementing, and controlling processes, and its usefulness in encouraging the elderly in successful aging through Fernandez Ballesteros Theory. The results of the study that the Depok City IRL elderly school program is good enough in encouraging the elderly to achieve successful aging which is reflected in the overall activities that have been carried out including the curriculum and material presented, the highest benefit is in the spiritual dimension with an average value of 4.29 and the lowest in the vocational dimension with an average value of 3.40. However, the planning process still needs a comprehensive analysis of the needs of the elderly, the organizing process needs a clear description of the organizational structure and regular training of administrators, the implementation process needs better funding support, resource persons, facilities and infrastructure, and the control process which still needs adjustments to the monitoring and evaluation process carried out. Suggested recommendations include analysing the needs of the elderly comprehensively, forming curriculum and elderly learning plans according to the needs and conditions of the elderly, cooperation between agencies and communities, coordination with a better system between elderly schools, periodic evaluation of the development of the elderly, recording elderly resources, empowering the elderly by involving them in various aspects of life.

Read More
T-7310
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ni Luh Putu Arum Puspitaning Ati; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, Dimposma Sihombing, Ermawan
Abstrak:

Sebanyak 22 dari 62 kabupaten daerah tertinggal (35,48%) belum mencapai target Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagaimana ditetapkan dalam Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020–2024. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pencapaian IPM melalui program afirmasi kesehatan dalam Rencana Aksi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (RAN-PPDT). Metode yang digunakan dengan pendekatan kualitatif, melalui analisis data sekunder dari laporan realisasi dan evaluasi program, serta wawancara mendalam dengan pengampu program afirmasi dari Kementerian Desa PDTT, Kementerian Kesehatan, BKKBN, serta perwakilan dari daerah tertinggal yang telah dan belum mencapai target. Evaluasi dilakukan menggunakan enam kriteria dari teori evaluasi William N. Dunn, yakni efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketepatan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa hambatan utama dalam pencapaian IPM meliputi ketidaksinkronan perencanaan dan penganggaran, rendahnya realisasi kegiatan, dan distribusi program yang belum merata. Sementara faktor pendukungnya mencakup kesesuaian program dengan prioritas nasional, pemanfaatan data ketertinggalan, serta komitmen lintas sektor. Kesimpulannya bahwa program afirmasi kesehatan berkontribusi positif terhadap peningkatan IPM, terutama melalui intervensi kesehatan dasar. Namun, efektivitas program belum optimal, efisiensinya terganggu oleh ketidaksinkronan perencanaan dan penganggaran, kecukupannya belum memenuhi kebutuhan riil di daerah, pemerataannya masih timpang, responsivitasnya sudah adaptif terhadap kebutuhan, serta ketepatannya sudah sesuai untuk mendukung IPM. Rekomendasi perbaikan yang disarankan mencakup penguatan perencanaan dan implementasi secara terpadu melalui sinkronisasi lintas sektor, penganggaran berbasis kebutuhan, serta sistem monitoring terintegrasi dalam upaya meningkatkan dampak program afirmasi kesehatan terhadap peningkatan IPM di daerah tertinggal.


 

Out of 62 underdeveloped regencies in Indonesia, 22 (35.48%) have not yet achieved the  Human Development Index (HDI) targets set in the National Strategy for the Acceleration  of Underdeveloped Regions Development 2020–2024. This study aims to evaluate the  supporting and hindering factors affecting HDI improvement through the health  affirmation program within the National Action Plan for the Acceleration of  Underdeveloped Regions Development (RAN-PPDT). A qualitative approach was used,  involving secondary data analysis from program realization and evaluation reports, as  well as in-depth interviews with officials from the Ministry of Villages, Development of  Disadvantaged Regions and Transmigration; the Ministry of Health; BKKBN; and  representatives from underdeveloped regions that have and have not met the HDI targets.  The evaluation is based on six criteria from William N. Dunn’s evaluation theory:  effectiveness, efficiency, adequacy, equity, responsiveness, and appropriateness. The  findings indicate that key barriers include the lack of synchronization between planning  and budgeting, low implementation realization, and uneven program distribution.  Supporting factors include program alignment with national priorities, utilization of  underdevelopment data, and cross-sectoral commitment. The health affirmation program  contributes positively to HDI improvement, especially through basic health interventions,  although not yet optimal. Recommended improvements involve strengthening integrated  planning and implementation through cross-sectoral synchronization, needs-based  budgeting, and an integrated monitoring system to enhance the program’s impact on HDI  in underdeveloped regions.

Read More
T-7238
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dina Fatya Rahmah; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Adang Bachtiar
Abstrak:
Akreditasi klinik merupakan strategi penting dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan primer dan keselamatan pasien. Dalam RPJMN 2020–2024 ditargetkan seluruh FKTP (puskesmas dan klinik pratama) terakreditasi pada tahun 2024, namun capaian akreditasi klinik pratama baru mencapai 87%. Di DKI Jakarta, khususnya Jakarta Barat, cakupan akreditasi masih rendah, yaitu hanya 48 dari 247 klinik yang telah terakreditasi. Kondisi ini menunjukkan adanya tantangan dalam implementasi akreditasi, baik dari sisi kesiapan, pelaksanaan, maupun pemantauan keberlanjutan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi implementasi program akreditasi klinik pratama di Jakarta Barat tahun 2024 menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif studi kasus, melalui wawancara mendalam dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Lembaga Penyelenggara Akreditasi, pimpinan klinik yang telah dan belum terakreditasi, serta telaah dokumen. Hasil penelitisn menunjukkan bahwa seluruh informan memahami tujuan akreditasi sebagai upaya peningkatan mutu dan syarat kerja sama dengan BPJS. Pada aspek input, ditemukan kendala seperti keterbatasan SDM pendamping, rendahnya pemahaman terhadap standar, serta beban pembiayaan. Evaluasi proses mengungkapkan pelaksanaan berjalan sesuai prosedur, namun masih terdapat kendala dalam dokumentasi dan koordinasi internal. Aspek produk menunjukkan bahwa akreditasi berdampak positif terhadap tata kelola dan kepuasan pasien, tetapi belum didukung oleh sistem monitoring pascaakreditasi yang optimal. 

Clinic accreditation is an essential strategy for improving the quality of primary healthcare services and ensuring patient safety. Under the 2020–2024 National Medium-Term Development Plan (RPJMN), all primary healthcare facilities (puskesmas and primary clinics) are targeted to be accredited by 2024. However, as of 2024, the accreditation rate for primary clinics has only reached 87%. In DKI Jakarta, particularly in West Jakarta, the coverage remains low, with only 48 out of 247 clinics accredited. This indicates ongoing challenges in accreditation implementation, including issues of readiness, execution, and sustainable monitoring. This study aims to evaluate the implementation of the primary clinic accreditation program in West Jakarta in 2024 using the CIPP evaluation model (Context, Input, Process, Product). The research uses a qualitative case study approach, with data collected through in-depth interviews with the DKI Jakarta Provincial Health Office, West Jakarta City Health Sub-Office, Accreditation Organizing Institutions, and heads of both accredited and non-accredited clinics, as well as document analysis. The findings show that all informants understand accreditation as a quality improvement effort and a requirement for collaboration with BPJS (Indonesia’s National Health Insurance). In the input aspect, challenges identified include limited support personnel, low understanding of accreditation standards, and financial burdens. The process evaluation reveals that implementation follows procedures, though issues remain in documentation and internal coordination. The product aspect indicates that accreditation has had a positive impact on service governance and patient satisfaction, but it is not yet supported by an optimal post-accreditation monitoring system.
Read More
S-11954
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Safira Cahyandari; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Hendra, Robiana Modjo, Nida Rohmawati dan Winda Kusuma Ningrum
Abstrak:
Pekerja di kantor rerata menghabiskan lebih dari 6 hingga 8 jam bekerja setiap harinya dalam posisi duduk. Kegiatan kurang bergerak atau tidak bergerak masuk dalam gaya hidup Sedentary Lifestyle, dapat menimbulkan masalah kesehatan dan cidera. Kementerian Kesehatan di kantor pusat telah melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perkantoran sebagai upaya promotif dan preventif terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program K3 perkantoran yang telah diterapkan dengan mengevaluasi komponen kebijakan manajemen, kesesuaian program, manfaat, kesesuaian sumber daya manusia, ketepatan waktu, kerjasama dan komunikasi, mekanisme kerja, pencapaian hasil dan kendala. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi lapangan dan telaah dokumen. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa program K3 perkantoran Kemenkes RI kantor pusat cukup efektif terlihat pada komponen kebijakan manajemen, kesesuaian program, manfaat, kesesuaian sumber daya manusia, ketepatan waktu, pencapaian hasil dan kendala yang dapat dihadapi, sedangkan komponen yang masih perlu peningkatan perbaikan pada kerjasama dan komunikasi serta pemahaman mekanisme kerja.

The average office worker spends more than 6 to 8 hours working each day in a seated position. Sedentary lifestyles can lead to health problems and injuries. The Ministry of Health at the head office has implemented an office Occupational Safety and Health (OSH) program as a promotive and preventive effort against occupational accidents and diseases. This study aims to analyze the effectiveness of the office OSH program that has been implemented by evaluating the components of management policy, program suitability, benefits, suitability of human resources, timeliness, cooperation and communication, work mechanisms, achievement of results and constraints. This research is a qualitative research with descriptive design. The types of data used are primary and secondary data, while data collection is done by in-depth interviews, field observations and document reviews. From the results of the study, it was found that the OSH program in the offices of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia headquarters was mostly effective in the components of management policy, program suitability, benefits, suitability of human resources, timeliness, achievement of results and obstacles that could be faced, while the components that still need improvement are cooperation and communication and understanding of work mechanisms.
Read More
T-7081
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gyu-Seok Hwang ... [et al.]
Abstrak: A tailored health promotion program was developed and applied to reduce cardiovascular disease risk factors among middle-aged and advanced-age bus drivers. The participants were 248 bus drivers from 2 transportation companies, in whom the authors surveyed health behaviors (physical activity, diet, smoking habit, and alcohol consumption), health status (body mass index, systolic blood pressure, triglycerides, total cholesterol, high-density lipoprotein, and low-density lipoprotein), and job stress. The tailored health promotion program consisted of exercise, diet, temperance, and smoking cessation education; the program was developed to reduce cardiovascular disease risk factors and was administered for 6 months. After the program, health behaviors, such as physical activity, dietary habits, smoking habits, and alcohol consumption, and health status indicators, such as blood pressure, had significantly improved (P < .05). The authors did not find an association between job stress and health behavior and status. This suggests that a tailored health promotion program for middle-aged and advanced-age bus drivers was effective.
Read More
APJPH Vol.24, No.1 (2012)
London : Sage, 2012
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive