Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Annisa Nandika Putri; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Sandra Fikawati, Salimar
Abstrak: Makanan prelakteal adalah makanan atau minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi sebelum menyusui dalam 3 hari pertama kehidupan yang dapat menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif dan mendorong risiko infeksi dan malnutrisi yang kemudian berdampak pada stunting. Satu dari dua bayi yang pernah diberikan ASI di Indonesia pernah diberikan makanan prelakteal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan perilaku pemberian makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari SDKI tahun 2017 dengan rancangan studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0 ? 23 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 1.224 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,4 persen ibu yang memberikan makanan prelakteal. Pada analisis hubungan didapatkan hasil bahwa usia ibu, paritas, IMD, dan jenis persalinan memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi (p-value < 0,05). Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan IMD sebagai faktor dominan yang menyebabkan pemberian makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera (OR 6,06) yakni ibu yang terlambat memberikan IMD berpeluang 6 kali lebih berisiko untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera setelah dikontrol oleh variabel berat lahir, ANC, jenis persalinan, usia ibu, paritas, dan tenaga penolong persalinan.
Prelacteal is anything other breastmilk that given to infants before breastfeeding in the first 3 days of life which can cause failure of exclusive breastfeeding and may increased risk of infection and malnutrition which then will impact on stunting. One in two babies who have been breastfed in Indonesia have been given prelacteal. This study aims to determine the determinants of prelacteal feeding behavior in infants on the island of Sumatra. This study uses data from the 2017 IDHS with a cross sectional study design. The sample of this study was mothers who had babies aged 0-23 months with the inclusion criteria with a sum of 1,224 respondents. The results showed that there were 54.4% of mothers who gave prelacteal. From correlations analysis it was found that maternal age, parity, IMD, and type of delivery were associated with prelacteal feeding to infants (p-value < 0.05). The results of the logistic regression analysis showed that IMD as the dominant factor that causes prelacteal feeding (OR: 6.06) where mothers who are late in giving IMD are 6 times more likely to giving prelacteal to infants after being controlled by weight. birth, ANC, type of delivery, maternal age, parity, and birth attendants.
Read More
S-11011
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ika Fitri Alfiani; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Rahmadewi
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan terhadap pemberian makanan prelakteal pada bayi usia 0-23 bula di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan rancangan studi potong lintang. sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 6.425. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.
Read More
S-10543
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Sunya Kemala; Pembimbing: Besral; Penguji: Mila Herdayati, Rahmadewi
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tempat dan penolong persalinan dengan praktik IMD pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dan menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007 dan 2017. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir dalam periode 5 tahun terakhir sebelum survei . Hasil analisis dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara WUS yang bersalin di rumah dan di rumah sakit pemerintah dibandingkan dengan yang bersalin di rumah sakit swasta/ RSIA/ RS bersalin dalam praktik IMD.
Read More
S-10533
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
D.A.N. Martasari B.; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Adang Bachtiar, I Made Indra Waspada
Abstrak: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu langkah dalamSepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui dalam program Rumah SakitSayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Rumah sakit X telah dikenal sebagai rumah sakityang mendukung program IMD. Ketidakseragaman pelaksanaan IMDpascapersalinan caesar oleh dokter spesialis merupakan hal penting untukditangani oleh manajemen RS X sebagai RSSIB. Didapatkan data bahwakontribusi operasi caesar dalam tidak terlaksananya IMD di RS X terusmeningkat, yaitu dari 58% pada tahun 2010 meningkat menjadi 72% pada tahun2013. Oleh karena itu, analisis perilaku dokter spesialis pada pelaksanaan IMDpascapersalinan caesar perlu dilakukan karena dokter spesialis adalah penentukeputusan pelaksanaan IMD tersebut.Tujuan penelitian kualitatif ini untuk mengetahui faktor internal daneksternal yang mempengaruhi perilaku dokter spesialis pada pelaksanaan IMDpascapersalinan caesar di RS X. Pada penelitian ini digunakan modifikasi theoryof planned behaviour dan teori perilaku Gibson, Informan penelitian berjumlah 18informan yang ditentukan menggunakan prinsip adequacy dan appropriateness.Teknik analisis yang digunakan adalah dengan content analysis. Dari hasilanalisis dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumendisimpulkan bahwa norma subjektif dokter spesialis, kepemimpinan manajemendan sumber daya rumah sakit adalah yang paling mempengaruhi perilaku dokterspesialis. Perlu upaya untuk melakukan peninjauan lebih lanjut mengenai StandarProsedur Operasional IMD pascapersalinan caesar agar pelaksanaannya bisaberjalan dengan lebih baik, sehingga berdampak positif bagi kepuasan pasien danjuga kinerja dokter spesialis terkait pelaksanaan IMD ke depannya.Kata kunci : Inisiasi menyusu dini, perilaku, dokter spesialis
Early Initiation of Breastfeeding (EIB) is one step in the Ten Steps toSuccesful Breastfeeding which is form the basis of The Mother-Baby FriendlyHospitals Initiative (MBFI). Hospital X has been known as a hospital thatsupports the EIB program. Variability from the implementation of EIB aftercesarean procedure by specialists is important to be handled by the hospitalmanagement as MBFI. The data obtained that the contribution of caesareanprocedure to the non-performance of EIB in X hospital continues to increase,from 58 % in 2010 increased to 72 % in 2013. Therefore, the analysis of thebehavior of specialists in the implementation of EIB after cesarean procedureneeds to be done because the specialists are the decision makers.The purpose of this qualitative study is to determine the internal andexternal factors that influence the behavior of specialists in the implementation ofEIB after caesarean procedure in X hospital. This study used a modified theory ofplanned behavior and the theory of behavior Gibson. Research informants were 18informants that determined using the principles of adequacy and appropriateness.The analysis technique used is the content analysis. From the analysis with in-depth interviews, observation and document review concluded that the subjectivenorm of specialists, leadership of hospital management and hospital resources areinfluencing the behavior of specialists. Hospital needs an effort to conduct furtherreview of the Standard Operating Procedures of the implementation of EIB, sothat there will be a positive impact on patient satisfaction and also on specialistsperformance related to the implementation of EIB.Keywords : Early initiation of breastfeeding, behaviour, specialists.
Read More
B-1584
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endang Susilowati; Pembimbing: Yvonne Magdalena Indrawani; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Rahmawati
S-6564
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mawarisa Sitinjak; Pembimbing: Surya Ede Darmawan; Penguji: Mieke Savitri, Rahmawati
S-6786
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
E Marlinawati Gurning; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Sudijanto Kamso, Siti Arifah Pujonarti, Yosnelli; Ribka Ivana Sebayang
T-5714
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ria Resti Agustina; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Indang Trihandini, Martini Rachman
Abstrak: Walaupun manfaat pemberian ASI eksklusif sangat banyak terutama untuk ibudan bayinya, prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dibawahtarget Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (80%). Permasalahan yangkerap di alami oleh wanita primipara adalah kegagalan proses let down yangmenyebabkan tidak keluarnya ASI. Inisisasi menyusu dini (IMD) merupakansalah satu cara untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin yangmemproduksi ASI. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari SurveiDemografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dengan desain penelitiancrossectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inisiasimenyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanitaprimipara di Indonesia. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 604 respondendengan kriteria inklusi adalah ibu primipara yang memiliki bayi berusia 6 sampai12 bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikanantara pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif6 bulan. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkandengan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol olehvariabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (95% CI: 8,956sampai dengan 53,394). Sementara itu, ibu yang tidak bekerja memiliki peluang1,717 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja setelah dikontrol oleh variabel inisiasi menyusu dini(IMD), kuintil kekayaan, dan berat badan lahir bayi (95% CI: 0,986 sampai dengan 3,026). Pada variabel kuintil kekayaan semakin kaya cenderung memiliki peluang yang semakin kecil untuk melakukan pemberian ASI eksklusif dan padavariabel berat badan lahir (BBL) bayi bayi yang lahir dengan berat badan lahirrendah memiliki peluang yang lebih banyak untuk memberikan ASI eksklusif.Oleh karena itu, disarankan intervensi pemberian ASI eksklusif 6 bulan melalui inisiasi menyusu dini (IMD) pada wanita primipara oleh tenaga kesehatan perlu dilakukan di fasilitas kesehatan.
Kata kunci: ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini (IMD), pekerjaan ibu
Read More
S-8499
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suwardiman; Pembimbing: Hadi Pratomo; Penguji: Sandra Fikawati, Sri Duryati Budiharjo
Abstrak: Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI berisiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI.Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya determinan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang Tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari188 sampel adalah; Prevalensi pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang yaitu 28,7%. Predisposing factors yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang adalah pengetahuan dan pendidikan. Enabling factors yang berhubungan adalah IMD, rawat gabung dan keterpaparan sampel susu formula. Reinforcing factors yang berhubungan adalah dukungan suami. Koordinasi dengan semua Puskesmas yang ada di Wilayah Kota Tangerang khususnya di Puskesmas Jatiuwung untuk melaksanakan Program 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang manfaat ASI Eksklusif bagi bayi, ibu dan keluarga dari sejak dini (masa kehamilan, bersalin sampai usia bayi 6 bulan) khususnya kepada ibu yang berpendidikan rendah (< SMA) serta kepada suami agar dapat mendukung ibu dalam melakukan pemberian ASI Eksklusif.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu dini, Determinan.
Daftar Pustaka: 68 (1998-2014)
Read More
S-8607
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fajrin Syahrina; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Rahmadewi
Abstrak:
Inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematan neonatal dan mengoptimalkan pemberian ASI eksklusif. Pelaksanaan IMD erat kaitanya dengan metode persalinan yang dilakukan ibu yaitu persalinan pervaginam atau persalinan caesar. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan desain studi cross sectional untuk mengetahui determinan IMD pada wanita yang melahirkan secara operasi caesar. Analisis data pada penelitian ini menggunakan chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paritas (AOR: 1,49, 95% CI: 1,03-2,16), kunjungan ANC (AOR: 2,96, 95% CI: 1,07-8,20), dan skin-to-skin contact (AOR: 3,50, 95% CI: 2,41-5,08) berhubungan dengan perilaku inisiasi menyusui dini pada wanita usia subur yang melahirkan secara operasi caesar. Oleh karena itu perlu adanya regulasi untuk mengatur pelaksanaan IMD pada semua jenis persalinan baik pervaginam maupun caesar. Selain itu peningkatan edukasi IMD pada kunjungan ANC serta sosialisasi persalinan pervaginam perlu ditingkatkan kembali.

Early initiation of breastfeeding (EIBF) is an effort to reduce neonatal mortality and optimize exclusive breastfeeding. The implementation of EIBF is closely related to the method of delivery performed by the mother, namely vaginal delivery or cesarean delivery. This study used data from the 2017 IDHS with a cross-sectional study design to determine the determinants of EIBF in women of childbearing age who deliver by caesarean section. Data analysis in this study used chi-square and logistic regression. The results of this study indicated that parity (AOR: 1.49, 95% CI: 1.03-2.16), ANC visits (AOR: 2.96, 95% CI: 1.07-8.20), and skin -to-skin contact (AOR: 3.50, 95% CI: 2.41-5.08) is associated with early breastfeeding initiation behavior in women of childbearing age who deliver by cesarean section. Therefore it is necessary to have regulations to regulate the implementation of EIBF in all types of deliveries, both vaginal and cesarean delivery. In addition, increased EIBF education at ANC visits and socialization of vaginal births need to be increased again.
Read More
S-11417
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive