Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Elisna Syahruddin, Ahmad Hudoyo, Anwar Jusuf
JRI Vol.30, N0.2
Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru, 2010
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aulia Rizka; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Trisari Anggondowati, Findy Prasetyawaty, Ridzqie Dibyantari
Abstrak:
Latar Belakang. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker pada pasien usia lanjut yang dapat menyebabkan risiko berat, terutama pada pasien usia lanjut dengan sindrom frailty. Hingga saat ini belum ada model prediksi kemotoksisitas dengan variabel frailty. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model prediksi kemotoksisitas berat pada usia lanjut yang melibatkan penilaian status frailty. Metode. Penelitian kohort retrospektif menggunakan data sekunder terhadap pasien usia lanjut yang menjalani kemoterapi di RSCM tahun 2019-2021. Dilakukan pemeriksaan determinan (jenis kelamin, usia, jenis kanker, jumlah regimen kemoterapi, status nutrisi, status frailty, polifarmasi, fungsi kognitif, status fungsional dan depresi) sebelum kemoterapi. Pasien diikuti hingga 21 hari pasca kemoterapi siklus pertama untuk dinilai apakah mengalami luaran kemotoksisitas berat berdasarkan kriteria CTCAE grade 3-5. Dilakukan analisis untuk pengembangan model prediksi dengan regresi Cox dan perhitungan performa prognostiknya menggunakan perangkat SPSS. Hasil. Dari 193 subyek yang menjalani kemoterapi, sebagian besar laki-laki dengan median usia 65,6 (RIK 60-82). Toksisitas berat terjadi pada 36% subyek. Model prediksi yang dikembangkan terdiri dari 4 determinan yaitu polifarmasi, penggunaan regimen kemoterapi lebih dari satu obat, status frailty dan jenis kanker saluran cerna. Model ini memiliki AUC 0,79 (IK95% 0,70-0,88) dengan p=0,01. Kesimpulan. Model prediksi dengan variabel polifarmasi, regimen kemoterapi lebih dari satu, status frailty dan jenis kanker saluran cerna dapat memprediksi kejadian toksisitas berat kemoterapi pada usia lanjut dengan performa baik
Background. Chemotherapy is a therapeutic modality for elderly with cancer which can pose elderly, especially frail patients, to fatal side effect. To date, there is no prediction model incorporating frailty in clincal practice. This study aims to develop prediction model which includes frailty state evaluation in predicting severe chemotoxicity in elderly. Methods. A retrospective cohort study using secondary data of elderly underwent chemotherapy during 2019-2021 was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital. Data of determinants ( sex, age, polypharmacy, frailty status, nutritional status, depression, cognitive status, cancer type, polychemotherapy, and functional status) and the incidence severe chemotherapy side effect according to grade 3-5 CTCAE were collected. Data was analyzed to develop prediction model with Cox regression using SPSS Results. Of 193 subjects, most of them are male, with median age of 65.6 (IQR 60-82) years old. Severe chemotoxicity was found in 36% of the subjects. Prediction model consists of polypharmacy, number of chemotherapy drugs, cancer type and frailty status was developed. The model has AUC of 0.79 (95% CI 0.70-0.88), p value 0,01 Conclusion. A prognostic Model consists of polypharmacy, number of chemotherapy drugs, cancer type and frailty status can predict incidence of severe chemotoxicity in elderly with AUC 0.79 (95%CI 0.70-0.88)
Read More
T-6596
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Retno Setiowati; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Popy Yuniar, Toha Muhaimin, Rizka Andalusia
T-3946
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nuha; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Ns. Nuryanih
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan pelayanan kemoterapi pada pasien kanker payudara. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor pasien, faktor rumah sakit serta melihat gambaran hambatan pada masing-masing unit yang terlibat. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif yang mengupas masalah dengan cara wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketelambatan kemoterapi dapat berasal dari faktor pasien dan faktor rumah sakit. Untuk faktor pasien berdasarkan hasil uji statistic (chi square) didapatkan nilai alpha (p>0.05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, stadium dan status pasien dengan keterlambatan kemoterapi. Namun berdasarkan hasil observasi bahwa faktor pasien yang menyebabkan keterlambatan kemoterapi yakni status kesehatan berdasarkan kadar hemoglobin. Untuk faktor rumah sakit yang menyebabkan keterlambatan pelayanan kemoterapi yaitu ketersediaan obat dan tempat tidur. Kata kunci: Kemoterapi, Kanker, Ketelambatan, Pasien, Rumah Sakit This study aims to determine the factors causing delays in care chemotherapy in breast cancer patients. These factors consist of patient factors, factors of the hospital and see a picture of the barriers on each unit involved. This research is a quantitative and qualitative peeling problems with in-depth interviews, a document review and observasi.Hasil this research shows that chemotherapy ketelambatan may come from factors patient and hospital factors. For patient factors based on results of statistical tests (chi square) obtained the value of alpha (p> 0.05) means that there is no significant relationship between age, stage and status of patients with delayed chemotherapy. However, based on the observation that the factors that cause delays in chemotherapy patients that the health status based on hemoglobin levels. For hospital factors that cause delays in chemotherapy services, namely the availability of medicines and beds. Keyword: Chemotheraphy, Cancer, Delayed, Patient, Hospital
Read More
S-9286
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andree Kurniawan; Promotor: Ratna Djuwita; Ko Promotor: Asri C. Adisasmita, Sonar Soni Panigoro; Penguji: Noorwati Sutandyo, Fiastuti Witjaksono, Tirza Z. Tamin, Rachmat Sumantri, Dwi Savitri Rivami
Abstrak: Latar Belakang: Masih terbatas data hubungan sarkopenia dengan toksisitas kemoterapi dan kualitas hidup. Tujuan studi adalah untuk mengetahui peran sarkopenia terhadap toksisitas kemoterapi dan perubahan skor kualitas hidup setelah pasien kanker payudara Metode: Studi kohort prospektif pada pasien kanker payudara perempuan berusia 18-59 tahun yang menjalani kemoterapi pertama dilakukan evaluasi sarkopenia dengan analisa Bio-impedans dan dinamometer JAMAR. Evaluasi toksisitas kemoterapi dan kualitas hidup dengan kuesioner National cancer Institute common toxicity criteria dan kuesioner European Organization for Research and Treatment of Cancer Core Quality of life 30 dan BRE-23. Hasil: Sebanyak 128 subyek kanker payudara dengan median usia 47(25-59) tahun, 39,1% dengan status gizi gemuk, 56,3% dengan stadium 2, 51,6% belum menopause, dan 51,6% mendapat kemoterapi berbasis Taxan. Sarkopenia sebelum kemoterapi berisiko dengan toksisistas pasca kemoterapi pertama dengan adjusted rasio odds (OR) 1,74(0,62-4,86), pasca kemoterapi kedua adjusted OR 40,34 (2,54-641,19), dan pasca kemoterapi ketiga adjusted OR 3,98 (0,14-114,01). Sarkopenia berisiko terhadap perubahan skor kualitas hidup pasca tiga siklus kemoterapi untuk domain kehilangan nafsu makan dengan adjusted OR 2,23(0,27-18,63), domain konstipasi dengan adjusted OR 3,42(0,75-15,50), dan domain kesulitan finansial dengan adjusted OR 5,50(1,41-121,42). Simpulan: Sarkopenia sebelum kemoterapi berhubungan dengan toksisitas kemoterapi dan penurunan skor kualitas hidup untuk beberapa domain skala gejala
Background: There was still limited data whether sarcopenia related to chemotherapy toxicity and impacted to quality of life. The aim is to know the role of sarcopenia on chemotherapy toxicity and changed of quality of life after breast cancer patients. Methods: This prospective cohort study was conducted in breast cancer women patients with age 18 to 59-year old who underwent chemotherapy, will be evaluated sarcopenia with Bio-Impedans analysis and JAMAR dynamometer. Evaluation of chemotherapy toxicity and quality of life with National cancer institute common toxicity criteria and European Organization for research and treatment of cancer care quality of life 30 and BRE-23. Results: A total of 128 breast cancer subjects with median age 47(25-59) year old, 39.1% with obese, 56.3% with stage 2 disease. Sarcopenia before chemotherapy associated with toxicities after first, second, and third cycles of chemotherapy with adjusted OR 1.73(0.62-4.86); 40.34(2.54-641.19); and 3.98(0.14-114.01), respectively. Sarcopenia associated with changed of quality of life scores of loss of appetite, constipation, and financial loss domains with adjusted OR 2.23(0.27-18.63), 3.42(0.75-15.50), and 5.50(1.41-21.42) respectively after underwent three cycles of chemotherapy. Conclusion: Sarcopenia before chemotherapy associated with chemotherapy toxicity and decreased quality of life score for several domain of symptom scales
Read More
D-445
Depok : FKM-UI, 2021
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Avid Wijaya; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Kemal N. Siregar, Artha Prabawa, Punto Dewo, Sarto
T-5384
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fifi Dwijayanti; Pembimbing: Artha Prabawa, Besral; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Cita Herawati, Yoan Hotnida Naomi
Abstrak: Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang biasa terjadi di Asia Tenggara dan angka kematiannya masih tinggi. Probabilitas pasien kanker nasofaring yang menjalani kemoterapi neoadjuvant dilanjutkan kemoradiasi dengan respon tumor CR lebih tinggi dibandingkan dengan PR dan PD. Deteksi dini dapat meningkatkan survival pasien dan penambahan jumlah sampel diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Read More
T-5537
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bambang Dwipoyono; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Purnawan Junadi, Mardiati Nadjib, Dience Erwina
Abstrak: Latar Belakang: Tatalaksana penderita kanker ovarium epitelial stadium lanjut adalah operasi stejing dan kemoterapi berbasis sisplatin atau berbasis taksan. Hingga saat ini belum dilakukan penghitungan biaya langsung yang berkaitan dengan operasi dan pemberian kemoterapi di RS Kanker Dharmais. Metode: Penelitian bersifat eksploratif dengan tujuan menganalisa biaya dua rejimen kemoterapi kombinasi (taksan-sisplatin dan sisplatin-siklofosfamid) pada penderita kanker ovarium epitelial dengan stadium lanjut. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektivelompok terpajan adalah penderita kanker ovarium epitelial dengan kemoterapi taksan, dan kelompok tidak terpajan adalah penderita kanker ovarium epitelial dengan kemoterapi sisplatin. Data diperoleh dari rekam medis penderita kanker ovarium epitelial yang dirawat di RS Kanker Dharmais tahun 2008-2012 dengan jumlah pasien diteliti sebanyak 38 orang. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, komponen biaya terbesar pada biaya operasi adalah kamar operasi, kemudian obat-obatan, personil, ICU/HCU, dan bahan habis pakai. Pada biaya kemoterapi, harga kemoterapi taksan rata-rata 1,5 kali lebih mahal dari sisplatin. Harga obat-obatan kemoterapi beserta obat efek samping pada kombinasi taksan 3-5 kali lebih mahal dibandingkan kemoterapi sisplatin. Waktu rerata kekambuhan untuk kelompok sisplatinum adalah 13,7 bulan (median 5 bulan) dan untuk kelompok taksan adalah 16,6 bulan (median 18 bulan). Kesimpulan: Rejimen kombinasi taksan sebagai ajuvan kemoterapi memberikan "proteksi" terhadap kekambuhan 3 kali dibandingkan rejimen berbasis sisplatinum berdasarkan angka mediannya. Rekomendasi untuk RSKD, yaitu perlu adanya pengaturan pemilihan, penggunaan dan pengadaan obat, bahan dan alat kesehatan. Untuk penelitian selanjutnya perlu perbaikan dari segi kelengkapan data. Untuk penelitian farmakoekonomi, diperlukan informasi yang lebih besar, jumlah sampel yang memadai, sehingga tujuan penelitian dapat lebih komprehensif.
Read More
B-2263
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tiara Bunga Mayang Permata; Pembimbing: Suprijadi Rijanto; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Anasthasia Luamntik
Abstrak:

ABSTRAK

Lean Thinking, filosofi manajemen yang berfokus pada proses usaha, merupakan metode yang tepat untuk menganalisis alur proses pengadaan obat kemoterapi di RS MMC Jakarta. Penelitian ini mengaplikasikan prinsip Lean dalam menggambarkan alur proses yang terjadi saat ini, menganalisis masalah, serta mendesain alur proses yang lebih ideal. Metode yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dengan observasi langsung proses yang terjadi, wawancara mendalam dengan staf terkait, serta telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat ini sebagian besar pengadaan obat kemoterapi di RS MMC saat ini berlangsung secara cito tanpa standar yang khusus, sehingga polanya tidak jelas. Masalah utama yang ditemukan adalah seringnya obat tidak ada di distributor utamanya dan proses koordinasi antar-unit yang rumit apabila hal ini terjadi. Alur proses terdiri dari 48 kegiatan pada proses pengadaan obat kemoterapi di RS MMC dan hanya 18% dari waktu prosesnya yang bersifat value-added. Analisis masalah dilakukan dengan menggunakan Lean Tools Value Stream Mapping (VSM), identifikasi 8 wastes, analisis akar masalah dengan metode 5 Whys, Kanban, serta konsep error-proofing. Setelah analisis akar masalah dan perumusan ide perbaikan, dilakukan desain ulang yang menghasilkan alur proses baru, terdiri dari 16 kegiatan, dengan persentase waktu value added mencapai 83%.


ABSTRACT

Lean Thinking, a management philosophy focusing on business processes, is the right method to analysis the chemotherapy drugs purchasing process at MMC Hospital Jakarta. This study applied Lean principles in mapping the current work process, analyzing problems, and redesigining a more ideal work flow. Research method used in this study is qualitative approach, by doing direct observation of the actual process, in-depth interview with staffs involved, and document study. This research showed that the current chemotherapy drugs purchasing process are done cito with no specific standard, therefore there was no clear pattern. The main problems were often not found at the main distributors, and that it would demand a very complicated coordination process. The current work process consisted of 48 activities, and only 18% of the total process time was value-added. Analysis were done with the use of Lean Tools Value Stream Mapping (VSM), 8 wastes identification, root cause analysis with 5 Whys method, Kanban, and error-proofing concept. After conducting root-cause analysis and comprising improvement ideas, a new work process was designed, consisted of 16 activites, with 83% value added time.

 

Read More
B-1484
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mutia Eka Nuriani; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Putri Bungsu, Eka Widya Khorinal
Abstrak:

Latar belakang. Demam neutropenia merupakan salah satu adverse event yang sering terjadi pasien kanker payudara. Demam neutropenia yang tidak dapat dicegah dan ditangani dengan baik mengakibatkan komplikasi, kematian dan mempengaruhi efektivitas pengobatan. Olehkarena itu perlu diketahui faktor-faktor dominan apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya demam neutropenia agar kejadian demam neutropenia dapat dicegah. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan variabel bebas usia, status performa, penyakit penyerta, jenis kanker payudara, stadium kanker payudara, pemberian kemoterapi sitotoksik, albumin, hemoglobin dengan kejadian demam neutropenia pada pasien kanker payudara di RS Kanker Dharmais Jakarta. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang. Hasil. Proporsi demam neutropenia adalah 13,67%. Faktor risiko dominan penyebab demam neutropenia adalah variabel status performa pasien PR Crude 3,64 (95% CI 2,07-6,39, p-value 0,001), PR Adjusted 2,16 (95% CI 1,09-4,30, p-value 0,027); diabetes PR Crude 2,30 (95% CI 1,21-4,53; p-value 0,012), PR Adjusted 2,17 (95%CI 1,07-4,41; p-value 0,030); stadium tiga PR Crude 2,28 (95% CI 1,2-5,07; p-value 0,001) PR Adjusted 2,49 (95% CI 1,11-5,60; p-value 0,001), dan stadium empat PR Crude 3,93 (95% CI 1,72-8,97; p-value 0,001) PR Adjusted 3,6 (95% CI 1,45-8,93; p-value 0,001). Kesimpulan. Kejadian demam neutropenia pada pasien kanker payudara menunjukkan hasil yang signifikan. Upaya pencegahan menggunakan profilaksis G-CSF diperlukan untuk pasien dengan risiko tinggi mengalami demam neutropenia. Penelitian lanjutan terkait konsekuensi demam neutropenia perlu dilakukan. Kata kunci. Demam neutropenia, faktor risiko, kanker payudara, kemoterapi sitotoksis


 

Background. Febrile neutropenia is one of the adverse events that often occur in breast cancer patients. If it cannot be prevented and treated properly, it increases complications and mortality and decreases the effectiveness of treatment. Therefore, knowing the dominant factors that can affect febrile neutropenia is necessary, and febrile neutropenia can be prevented.  Objective. To determine the relationship between independent variables of age, performance status, comorbidities, type of breast cancer, stage of breast cancer, regiment of cytotoxic chemotherapy, albumin, and hemoglobin with the incidence of febrile neutropenia in breast cancer patients at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta. Method. Observational study with cross-sectional design. Results. The proportion of febrile neutropenia was 13.67%. The dominant risk factors causing febrile neutropenia are patient performance status PR Crude 3,64 (95% CI  2,07-6,39, p-value 0,001), PR Adjusted 2,16 (95% CI  1,09-4,30, p-value 0,027); diabetes PR Crude 2,30 (95% CI 1,21-4,53; p-value 0,012), PR Adjusted 2,17 (95%CI 1,07-4,41; p-value 0,030); stages three of breast cancer PR Crude 2,28 (95% CI 1,2-5,07; p-value 0,001) PR Adjusted 2,49 (95% CI 1,11-5,60; p-value 0,001); stage four of breast cancer PR Crude 3,93 (95% CI 1,72-8,97; p-value 0,001) PR Adjusted 3,6 (95% CI 1,45-8,93; p-value 0,001). Conclusion. The incidence of febrile neutropenia in breast cancer patients showed significant results. Prophylaxis G-CSF is needed for patients at high risk of developing febrile neutropenia. Further research related to the consequences of febrile neutropenia is required. Keywords. Breast cancer, cytotoxic chemotherapy, febrile neutropenia, risk factors

Read More
T-7174
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive