Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Ingrat Padmosari; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Sabarinah Prasetyo, M. Ilhamy, Imran Pambudi, Tin Afifah
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan dari faktor komposisional (levelindividu) serta determinan kontekstual (level kabupaten/kota) terhadap kejadiankomplikasi obstetri di 20 Kabupaten. Penelitian ini menggunakan desain potonglintang dengan pendekatan analisis multilevel untuk mengestimasi efek kontekstual,sehingga dapat ditentukan prioritas intervensi program terhadap kejadian komplikasiobstetri. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder Riskesdas 2013,Studi Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu di 100 Fasilitas Kesehatan tahun 2012 dandata BPS Tinjauan Regional berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota tahun 2010-2013,dengan melibatkan 2066 orang Wanita Usia Subur berusia 15-49 tahun) yangmemiliki riwayat kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil penelitian menunjukkanbahwa prevalensi Kejadian Komplikasi Obstetri di 20 Kabupaten adalah 30,1%.Tampak adanya perbedaan peranan di level individu dan level kabupaten/kota.
Read More
T-4549
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Arifah Sarwenda; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Ridho Ichsan Syaini, Bai Kusnadi
Abstrak:
Read More
Hipertensi masih menjadi masalah utama penyakit tidak menular baik secara global maupun nasional. Tahun 2019 hipertensi berkontribusi terhadap 10,8 juta kematian dan 235 juta kecacatan di dunia. Hipertensi terus mengalami peningkatan di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2013 (29,4%) hingga tahun 2018 (39,51%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan faktor risiko level individu, rumah tangga, dan Kab/Kota secara bersamaan terhadap kejadian hipertensi. Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dengan teknik analisis multilevel, dan pengumpulan data dilakukan secara sekunder. Penelitian ini dilaksanakan dari Maret-Juni 2024. Penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 46438 responden dari data survey Riskesdas 2018. Penelitian ini menunjukkan bahwa level individu merupakan level yang paling besar kontribusinya terhadap kejadian hipertensi (VPC=75,79%), adapun faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipertensi diantaranya faktor umur (umur≥60; OR=17,57), pendidikan (pendidikan rendah; OR=1,31), dan gangguan mental emosional/GME (individu dengan GME; OR=1,10). Kemudian diikuti oleh level rumah tangga (VPC=29,40%), dan kontribusi paling kecil yaitu level kabupaten/kota (VPC=4,81%), hasil analisis terhadap variabel-variabel kontekstual di level rumah tangga dan level kabupaten/kota menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi. Penelitian ini merekomendasikan program intervensi lebih difokuskan pada faktor-faktor di level individu yaitu berdasarkan kelompok usia, meningkatkan edukasi/kampanye terkait hipertensi, dan intervensi terhadap GME di masyarakat.
Hypertension remains a major non-communicable disease problem both globally and nationally. In 2019, hypertension contributed to 10.8 million deaths and 235 million disabilities in the world. Hypertension continues to increase in West Java Province from 2013 (29.4%) to 2018 (39.51%). This study aims to analyze the role of individual, household, and district/city-level risk factors simultaneously on the incidence of hypertension. The design of this study was a cross-sectional study with multilevel analysis techniques, and data collection was carried out secondarily. This study was conducted from March to June 2024. This study used a total sampling of 46438 respondents from the 2018 Riskesdas survey data. This study shows that the individual level is the level that contributes the most to the incidence of hypertension (VPC=75.79%), while the factors that increase the risk of hypertension include age (age ≥60; OR=17.57), education (low education; OR=1.31), and mental-emotional disorders/MED (individuals with MED; OR=1.10). Then followed by the household level (VPC=29.40%), and the smallest contribution is the district/city level (VPC=4.81%), the results of the analysis of contextual variables at the household level and district/city level showed no significant influence on the incidence of hypertension. This study recommends that intervention programs focus more on factors at the individual level, namely interventions based on age groups, improving education/campaigns related to hypertension, and interventions on mental-emotional disorders in the community.
T-7108
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Salma Sabira; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Yovsyah, Lukman Hakim, Yuliandri
Abstrak:
Read More
Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan kasus malaria setempat kembali pada tahun 2021 dan Kecamatan Bener adalah Kecamatan tertinggi penyumbang kasus malaria. Penelitian epidemiologi mengenai malaria yang banyak dilakukan selama ini adalah penelitian mengenai faktor risiko malaria yang pengukurannya bertujuan untuk mengetahui biobehavioral effect pada tingkat individu. Di Indonesia belum banyak dilakukan penelitian mengenai faktor risiko terjadinya malaria yang menggabungkan analisis tingkat individu dan tingkat ekologi. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian malaria di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Desain studi yang digunakan adalah gabungan dua rancangan studi yaitu rancangan studi cross sectional dan studi ekologi. Sebanyak 1240 subjek dan 28 desa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dengan analisis multilevel menunjukkan bahwa variabel individu yang berperan terhadap kejadian malaria adalah usia yang lebih tua ≥35 tahun (OR 2,307; 95% CI 1,511-3,481) dan jenis kelamin laki-laki (OR 6,944; 95% CI 49), pada variabel kontekstual yang berperan terhadap kejadian malaria adalah endemisitas tinggi (IOR 14,077-129,207) dan keberadaan pohon tinggi (IOR 0,563-4,766). Peran kontribusi 2 variabel kontekstual terhadap kejadian malaria sebesar 83,795%. Penanganan malaria difokuskan pada wilayah dengan tingkat endemisitas tinggi dan keberadaan pohon tinggi agar kelompok individu yang berisiko (usia ≥35 tahun dan jenis kelamin laki-laki) meningkatkan perilaku pencegahan.
In 2021, Purworejo Regency in Indonesia saw a rise in local malaria cases, with Bener District having the highest number. The research aimed to understand the factors influencing the incidence of malaria in Bener District, using a cross-sectional and ecological study design. The study involved 1240 subjects and 28 villages, with results showing that older age (OR 2.307; 95% CI 1.511-3.481) and male gender (OR 6.944; 95% CI 49) are the main individual variables affecting malaria incidence. Contextual variables, such as high endemicity (IOR 14.077-129.207) and the presence of tall trees (IOR 0.563-4.766), also play a role in malaria incidence. The contribution of these variables is 83.795%. Malaria management is now focusing on areas with high levels of endemicity and tall tree presence to encourage preventive behavior among individuals at risk, particularly those aged 35 or more and male.
T-7012
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Andini Ayu Lestari; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Sudijanto Kamso, Tri Yunis Miko Wahyono, Meilina Farikha, Natalie Laurencia
Abstrak:
Read More
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Diperkirakan pada tahun 2021 terdapat 10,6 juta orang yang terinfeksi tuberkulosis. Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam 20 negara dengan beban TB, TB MDR/RR, dan TB HIV tertinggi di dunia berdasarkan estimasi jumlah kasus hasil modelling yang dilakukan WHO. Angka inisiasi pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat meningkat dari tahun 2020-2022, namun pasien yang terdiagnosis tuberkulosis resistan obat tidak dapat segera mendapatkan pengobatan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat, serta pengaruh faktor sistem kesehatan dan faktor pasien terhadap keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat di Indonesia tahun 2020-2022. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel pasien tuberkulosis resistan obat yang memulai pengobatan tahun 2020-2022 dan dilaporkan ke sistem informasi tuberkulosis. Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik multilevel dengan sumber data dari Sistem Informasi Tuberkulosis dan Profil Kesehatan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan rerata durasi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat meningkat dari tahun 2020-2022; faktor sistem kesehatan yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan tuberkulosis resistan obat antara lain rasio rumah sakit, metode diagnosis baseline, dan wilayah pendampingan komunitas; sedangkan faktor pasien yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat yaitu jenis kelamin, domisili pasien, riwayat pengobatan OAT suntik, jenis fasilitas kesehatan pertama yang dikunjungi, dan jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan. Perluasan penggunaan cartridge XDR pada alat TCM diperlukan untuk mengetahui resistansi fluorokuinolon sehingga pasien yang terdiagnosis resistan obat dapat segera diobati dan perlunya penguatan kolaborasi antara fasilitas kesehatan, dinas kesehatan, dan organisasi komunitas dalam mendukung pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat.
Tuberculosis is still a health problem in the world. It is estimated that in 2021 there will be 10.6 million people infected with tuberculosis. Indonesia is one of the 20 countries with the highest burden of TB, MDR/RR TB and HIV TB in the world based on the estimated number of cases resulting from modeling conducted by WHO. The rate of initiation of treatment for drug-resistant tuberculosis patients increased from 2020-2022, however, patients diagnosed with drug-resistant tuberculosis cannot immediately receive treatment at health facilities. This study aims to determine the duration of delays in treatment of drug-resistant tuberculosis patients, as well as the influence of health system factors and patient factors on delays in treatment of drug-resistant tuberculosis patients in Indonesia in 2020-2022. This study used a cross-sectional design with a sample of drug-resistant tuberculosis patients who started treatment in 2020-2022 and reported to the tuberculosis information system. This research uses a multilevel logistic regression method with secondary data sources from the Tuberculosis Information System and the Indonesian Health Profile. The results of the study show that the average duration of delay in treatment for drug-resistant tuberculosis patients increased from 2020-2022; health system factors that influence delays in treatment of drug-resistant tuberculosis include hospital ratios, baseline diagnosis methods, and community assistance areas; Meanwhile, patient factors that influence delays in treatment for drug-resistant tuberculosis patients are gender, patient domicile, history of injectable drugs, type of first health facility visited, and number of visits to health facilities. Expanding the use of XDR cartridges in GenExpert is needed to determine fluoroquinolone resistance so that patients diagnosed with drug resistance can be treated immediately and there is a need to strengthen collaboration between health facilities, health services and community organizations in supporting the treatment of drug-resistant tuberculosis patients.
T-6878
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nurmalia Lusida; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Sudijanto Kamso, Martya Rahmaniati Makful, Rahmadewi, Rima Damayanti
Abstrak:
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Kejadian BBLR sebesar 6,2% di Indonesia memiliki dampak jangka panjang yang sangat serius dan kompleks. Penelitian di dunia menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara faktor di tingkat individu, rumah tangga dan masyarakat dengan kejadian BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk melihat interaksi antara ketiga tingkat tersebut secara bersamaan menggunakan analisis multilevel.
Read More
T-6296
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Julianty Pradono; Promotor: Purnawan Junadi; Ko-Promotor: Anhari Achadi, Asri C. Adisasmita; Penguji: Sudijanto Kamso, Teguh AS. Ranakusuma, Amal CHALIK Sjaaf, Suprijanto; Rijadi, Trihono, Soewarta Kosen
D-275
Depok : FKM-UI, 2013
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Andri Musita; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Kusharisupeni, Besral, Minarto, Anies Irawati
T-4782
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Armedy Ronny Hasugian; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Adang Bachtiar, Anhari Achadi, Purnawan Junadi, Besral, Trihono, Soewarta Kosen, Harimat Hendrawan
Abstrak:
Bervariasinya produktivitas PNS tenaga kesehatan di Puskesmas di Indonesia disebabkan adanya inefisiensi akibat kegagalan adaptasi tenaga kesehatan di lingkungan kerjanya yaitu Puskesmas dan Dinas kesehatan kabupaten kota. Jika produktivitas rendah maka berdampak pada output yang rendah yaitu SPM yang tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan capaian target kesehatan yang rendah. Untuk bisa mendapatkan strategi dan kebijakan antisipasi maka perlu dilakukan pengukuran berapa sebenarnya nilai produktivitas PNS tenaga kesehatan di Indonesia beserta faktor faktor predisoposisi, pendukung dan penguat yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan produktivitas PNS tenaga kesehatan berdasarkan waktu produktif dan waktu pelayanan per pasien engan faktor - faktor yang berhubungan pada Riset ketenagaan di bidang kesehatan 2017 (Risnakes): secara multilevel. Selain itu dianalisa hubungan antara produktivitas dengan ketanggapan dan kepuasan pasien serta dengan efisiensi PNS tenaga kesehatan. Penelitian ini adalah analisis lanjut menggunakan data time study Risnakes 2017. Prosedur studi dan kriteria responden merujuk pada Risnakes 2017. Untuk mengukur produktivitas digunakan 2 definsi yaitu pertama, produktivitas waktu produktif idefinisikan sebagai produktivitas yang menilai perbandingan antara waktu produktif per waktu kerja yang disediakan. Penentuan waktu produktif didasari pada pengelompokan aktivitas aktivitas di Puskesmas dijadikan 17 kelompok yang mewakili aktivitas UKM, UKP produktif lainnya, non produktif. Kedua, produktivitas waktu pelayanan per pasien didefinisikan sebagai perbandingan waktu pelayanan yang diberikan per satu pasien. Analisis penelitian dilakukan dengan uji deskriptif, uji bivariate, uji random intercept model multilevel logistic regression, uji korelasi spearman dan uji efisiensi dengan stochastic frontier analysis (SFA)
Read More
D-407
Depok : FKM-UI, 2019
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fitri Aulia; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko, Hidayat Nuh Ghazali Djadjuli, Galuh Budhi Leksono Adhi
Abstrak:
Read More
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang masih menjadi salah satu penyebab utama masalah kesehatan di dunia. Kasus TBC di Indonesia termasuk yang tertinggi kedua setelah India dengan persentase kasus mencapai 8,5%. Data Riskesdas tahun 2018 melaporkan prevalensi TBC Paru di Indonesia sebesar 0,42%. Berdasarkan penelusuran literatur, masih sedikit yang mengkaji mengenai faktor risiko TBC Paru dari berbagai level secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berperan pada level individu dan kelompok secara bersamaan terhadap kejadian TBC Paru di Indonesia menggunakan analisis multilevel. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan menggabungkan data Riskesdas Tahun 2018 sebagai sumber data untuk variabel level individu dan data BPS tahun 2018 sebagai sumber data untuk variabel level provinsi. Data yang berjumlah 938.389 sampel digunakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, variabel yang berperan terhadap kejadian TBC Paru pada level individu adalah usia (POR=4,93; 95% CI: 4,36-5,57), tingkat pendidikan (POR=1,63; 95% CI: 1,49-1,77), riwayat penyakit DM (POR= 3,77; 95% CI: 3,32-4,28), kepadatan penduduk (POR= 3,11; 95% CI: 1,81 - 5,33), kemiskinan (POR= 1,35; 95% CI: 1,07 - 1,71), dan ketersediaan fasyankes (POR= 1,36; 95% CI: 0,98 - 1,89). Selain itu, variabel yang berperan terhadap kejadian TBC Paru pada level provinsi adalah kepadatan penduduk (MOR= 1,41), kemiskinan (MOR= 1,46), dan ketersediaan fasyankes (MOR= 1,45). Berdasarkan besar kontribusi, variabel individu (usia, tingkat pendidikan, dan riwayat DM) secara bersama-sama berkontribusi sebesar 2,4%. Pada variabel konteksual, variabel kepadatan penduduk, kemiskinan, dan ketersediaan berkontribusi masing-masing sebesar 4,1%, 0,5% dan 0,8%. Namun, jika ketiga variabel dimasukkan secara bersama-sama ke dalam model, kontribusinya meningkat menjadi 9,3%.
Tuberculosis (TB) is an infectious disease which is still the main cause of health problems in the world. Indonesia is the second highest country after India with 8.5% of all cases in the world. Riskesdas data in 2018 reported that the prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia was 0.42%. There have been many studies that have examined the effects of factors contributing to the prevalence of pulmonary TB at individual, environmental, or global level. Based on the results of a literature search, there are still few studies that examine the risk factors for pulmonary tuberculosis from various levels. This study aimed to analyze the factors contributing at the individual and group levels simultaneously on the prevalence of pulmonary TB in Indonesia using multilevel analysis. The study design used was a combination of two study designs (hybrid design)-cross sectional and ecological study designs. This study used secondary data by combining data from two different sources: Riskesdas in 2018 as the data source for individual-level variables and BPS in 2018 as the data source for province-level variables. There were 938.389 samples were used in this study. Based on the result, it is known that the variables that contribute to the incidence of pulmonary tuberculosis at the individual level were age (POR=4.93; 95% CI: 4.36-5.57), level of education (POR=1.63; 95% CI: 1 .49-1.77), history of DM (POR= 3.77; 95% CI: 3.32-4.28), population density (POR= 3.11; 95% CI: 1.81 - 5.33 ), poverty (POR= 1.35; 95% CI: 1.07 - 1.71), and availability of health facilities (POR= 1.36; 95% CI: 0.98 - 1.89). In addition, the variables that contribute to the incidence of pulmonary TB at the provincial level are population density (MOR = 1.41), poverty (MOR = 1.46), and availability of health facilities (MOR = 1.46). = 1.45). Based on the contribution, individual variables (age, education level, and history of DM) together contributed 2.4%. In the contextual variables, population density, poverty and availability contributed respectively 4.1%, 0.5% and 0.8%. However, when these three variables were included in the model together, their contribution increases to 9.3%.
T-6500
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dhea Riana Kismaningrum; Pembimbing: Tris eryando; Penguji: Besral, Minarto, R. Giri Wurjandaru
Abstrak:
Obesitas disebabkan ketidakseimbangan asupan kalori masuk dan energi keluaryang diukur melalui parameter IMT. Timbulnya ketidakseimbangan inimerupakan peran dari berbagai determinan. Tujuan penelitian ini adalahmengidentifikasi determinan komposisional dan kontekstual terkait IMT padaorang dewasa di 16 propinsi diatas rata-rata prevalensi obesitas nasional.Penelitian menggunakan desain potong-lintang dengan jumlah responden 180.352orang dewasa usia 19-44 tahun di Indonesia. IMT dihitung dari hasil pengukurantinggi badan dan berat badan responden. Data determinan komposisional didapatdari Riskesdas 2013. Data determinan kontekstual didapat dari Statistik PotensiDesa tahun 2011, Statistik Perilaku Peduli Lingkungan Hidup tahun 2013 danStatistik Pengeluaran Konsumsi Makanan-Bukan Makanan danPendapatan/Penerimaan Rumah Tangga tahun 2013. Penelitian ini menggunakananalisis multilevel regresi linear. Hasil penelitian ini melaporkan bahwadeterminan komposisional yang memiliki hubungan dominan dengan IMT adalahstatus ekonomi pada semua kelompok. Determinan kontekstual yang memilikihubungan dominan dengan IMT adalah peningkatan akses terhadap penggunaankendaraan bermotor dan makanan siap saji sejalan dengan peningkatan IMT.Penelitian ini memiliki kontribusi untuk memahami hubungan kompleks antaradeterminan individu dan komunitasnya terkait IMT. Kebijakan yang mendukungpeningkatan akses terhadap makanan sehat dan aktivitas fisik melalui falsilitasyang tersedia di sekitar tempat tinggal dan edukasi pola hidup seimbangdiharapkan mampu mengurangi risiko penyakit tidak menular terkait IMT dimasyarakat.Kata kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), orang dewasa, analisis multilevel.
Obesity caused by unequality of nutrition intake and energy output which ismeasured by body mass index (BMI) as parameter. Unequality phenomenaaccured by complex determinants called compositional and contextual factor. Theaim from this study is identify complex determinants of BMI in 16 province inIndonesia which have higher obesity prevalence than national obesity prevalence.This study use cross-sectional design study and 180.352 sampel of Indonesianadults in 19-44 years old. BMI measured from body height and body weight. Datafor compositional determinants collected from Basic Health Research 2013 givenby National Health Research and Development of Indonesia. Data for contextualdeterminants collected from Statistical of Statistik Potensi Desa 2011, StatistikPerilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 dan Statistik Pengeluaran KonsumsiMakanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga 2013given by Berau of Statistic of Indonesia. Analysis using multilevel linearregression. Compositional determinant dominant of IMT reported is socialeconomy status. Social economy status have postive associated with BMI.Contextual determinants dominant of IMT reported are motorized-user and fast-food outlet have postive associated with BMI. Policy to encorouge people toaccess healthy food and physical activity expectable to reduce non-communicablediseases.Keywords: body mass index, adults, multilevel analysis.
Read More
Obesity caused by unequality of nutrition intake and energy output which ismeasured by body mass index (BMI) as parameter. Unequality phenomenaaccured by complex determinants called compositional and contextual factor. Theaim from this study is identify complex determinants of BMI in 16 province inIndonesia which have higher obesity prevalence than national obesity prevalence.This study use cross-sectional design study and 180.352 sampel of Indonesianadults in 19-44 years old. BMI measured from body height and body weight. Datafor compositional determinants collected from Basic Health Research 2013 givenby National Health Research and Development of Indonesia. Data for contextualdeterminants collected from Statistical of Statistik Potensi Desa 2011, StatistikPerilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 dan Statistik Pengeluaran KonsumsiMakanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga 2013given by Berau of Statistic of Indonesia. Analysis using multilevel linearregression. Compositional determinant dominant of IMT reported is socialeconomy status. Social economy status have postive associated with BMI.Contextual determinants dominant of IMT reported are motorized-user and fast-food outlet have postive associated with BMI. Policy to encorouge people toaccess healthy food and physical activity expectable to reduce non-communicablediseases.Keywords: body mass index, adults, multilevel analysis.
T-4588
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
