Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Diah Rahayuningsih Sulistiowati; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto
S-2265
Depok : FKM UI, 2001
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Safira Ruth; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Zulkifli Djunaedi, Bagus Bernard
Abstrak: kripsi ini membahas gambaran kejadian Sick Building Syndrome (SBS) dan faktor-faktor yang berhubungan pada karyawan PT. Elnusa Tbk di kantor pusat graha Elnusa Tahun 2009. Sick Building Syndrome atau SBS merupakan sekumpulan gejala gangguan kesehatan pada tenaga kerja yang bekerja di gedung gedung bertingkat. Penelitian SBS di Indonesia telah menunjukkan angka yang relatif tinggi. Diduga penyebab dari SBS ini adalah kurangnya ventilasi di dalam gedung serta kinerja penyejuk udara (AC) yang buruk. Selain itu, ada sumber radikal bebas lain seperti mesin fotokopi, printer, mesin faksimili, pengharum ruangan, larutan pembersih, atau bahan kain pelapis dinding. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihan gambaran kejadian Sick Building Syndrome dan faktorfaktor yang berhubungan pada karyawan PT. Elnusa Tbk di kantor pusat gedung Graha Elnusa Tahun 2009. Desain penelitian ini adalah crosssectional dan populasi yang di teliti adalah karyawan PT. Elnusa Tbk yang berada di lokasi pengukuran (suhu dan kelembaban udara) Graha Elnusa. Data yang digunakan adalah data primer, data perusahaan, pengukuran suhu dan kelembaban, dan observasi. Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah, dari 152 responden yang mengalami kasus SBS di Graha Elnusa tahun 2009, hanya 56 responden (36,8%). Karakteristik responden yang mengalami kasus SBS adalah sebagai berikut 30 responden (33,7%). Yang lebih berisiko mengalami SBS yaitu responden yang berjenis kelamin wanita, responden yang berusia antara 21-30 tahun, responden bekerja kurang dari sama dengan 5 tahun (38,5%), responden yang tidak mempunyai kebiasaan merokok dalam ruangan (37,2%) dan responden yang mempunyai kondisi psikososial yang baik (37%). Penelitian kualitas udara dalam ruang (fisik, kimia, dan mikrobiologi) sangat berperan dalam menanggulangi masalah Sick Building syndrome. Selain itu penelitian mengenai pencahayaan juga diperlukan karena pencahayaan merupakan salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya SBS.
Read More
S-5731
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rory Pratiwi; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Baiduri Widarnako, Muhammad Soffiudin
Abstrak: Polusi udara dalam ruangan diduga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas udara yaitu Sick Building Syndrome (SBS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas fisik udara dalam ruangan dihubungkan dengan gejala SBS. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Variabel yang diukur adalah parameter fisik kualitas udara dalam ruangan (suhu, kelembaban relatif, pertukaran udara) dan personal faktor (umur, jenis kelamin, lama kerja, status merokok, riwayat penyakit). Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan suhu udara telah memenuhi standar Baku Mutu yang ditetapkan Kepmenkes No 1405 tahun 2002, sedangkan kelembaban relatif melebihi standar. Untuk hasil pengukuran pertukaran udara telah memenuhi standar kecuali dilantai 16. Dari hasil analisis tidak ditemukan hubungan kualitas fisik udara dalam ruangan (suhu, kelembaban realif, pertukaran udara) dengan gejala SBS pada karyawan PT X Tahun 2016. Kata kunci : Sick Building Syndrome, Kualitas fisik udara Air pollution in a room expected can cause of health problems relating to the air quality is sick building syndrome (SBS) . This study aims to analyze physical qualities of indoor air linked to the Sick Building Syndrome ( SBS ) symptoms. This research is quantitative study with the design study cross sectional. Variable measured is the parameter physical indoor air quality (temperature , the relative humidity , exchange air) and personal factors (age , sex , old workings , the status of smoking , disease history). Based on the measurement result obtained temperature have met the standards of quality standard set Kepmenkes no 1405 year 2002 , while the relative humidity exceed standard. To the measurement result of exchange air have met the standards except on the floor 16. From the results of the analysis not found relations physical qualities of indoor air (temperature, the relative humidity, exchange air) with SBS symptoms on employees PT X 2016. Key words : Sick Building Syndrome, The physical quality of air
Read More
S-9127
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pusparani Wijayanti; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ema Hermawati, Inge Mazoni
Abstrak:
Sick Building Syndrome (SBS) adalah situasi di mana penghuni sebuah gedung mengalami efek kesehatan dan kenyamanan akut yang terkait dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung. Kejadian sick building syndrome disebabkan oleh keempat faktor utama, antara lain faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, dan faktor psikososial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor fisik meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan serta karakteristik individu meliputi kondisi psikososial, jenis kelamin, usia, aktivitas merokok, riwayat alergi, dan waktu radiasi monitor dengan kejadian sick building syndrome di PT X tahun 2024. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan pengambilan data menggunakan total sampling. Pengambilan data dilakukan melalui penyebaran angket online dan pengukuran parameter fisik. Hasil penelitian univariat menunjukkan 27 (29%) orang mengalami kejadian SBS dengan gejala SBS yang paling banyak dirasakan adalah gejala umum berupa pusing, kelelahan, dan sakit kepala sebanyak 11 (11,8%) orang. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi psikososial dengan kejadia SBS di PT X. Adapun dihasilkan hubungan yang tidak signifikan antara suhu (p 0,660, OR=1,739); kelembaban relatif (p 0,103, OR=3,486); pencahayaan (p 0,503, OR=2,232); jenis kelamin (p 0,560, OR=1,455); usia (p 0,505, OR=0,638); waktu radiasi monitor (p 1, OR= 1,263); riwayat alergi (p 0,248, OR=2); aktivas merokok (p 1, OR=1,094) dengan kejadian SBS. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap SBS adalah kondisi psikososial.

Sick Building Syndrome (SBS) is a situation in which occupants of a building experience acute health and comfort effects related to time spent in the building. The occurrence of sick building syndrome is caused by four main factors, including physical factors, chemical factors, biological factors, and psychosocial factors. This study was conducted to determine the relationship between physical factors including temperature, humidity, lighting and individual characteristics including psychosocial conditions, gender, age, smoking activity, history of allergies, and monitor radiation time with the occurrence of sick building syndrome in PT X in 2024. The study design used was a research design with a quantitative approach with used total sampling. Data collection was carried out through the distribution of online questionnaires and measurement of physical parameters. The results of the univariate study showed that 27 (29%) people experienced SBS with the most common SBS symptoms being general symptoms such as dizziness, fatigue, and headaches as many as 11 (11.8%) people. The results of the bivariate test showed a significant relationship between psychosocial conditions and the incidence of SBS at PT X. While the insignificant relationship between temperature was produced (p 0.660, OR = 1.739); relative humidity (p 0.103, OR = 3.486); lighting (p 0.503, OR = 2.232); gender (p 0.560, OR = 1.455); age (p 0.505, OR = 0.638); monitor radiation time (p 1, OR = 1.263); Allergy history (p 0.248, OR = 2); smoking activity (p 1, OR = 1.094) with the incidence of SBS. The results of the multivariate analysis showed that the most dominant variables influencing SBS were psychosocial conditions.
Read More
S-11684
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bina Rachma Permatasari; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Bambang Wispriyono, Zakianis, Atang Saputra, Beben Saiful Bahri
Abstrak:
Sick Building Syndrome adalah kumpulan gejala yang hanya dirasakan seseorang saat beraktivitas di dalam suatu gedung. Gejala tersebut tidak teridentifikasi secara spesifik hingga menyebabkan penghuni ruangan atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akibat buruknya kualitas udara di dalam ruang. Tujuan penelitian ini alah untuk mengetahui Sick building syndrome yang terjadi di Politeknik Kesehatan Jakarta II dengan menghubungkan dengan PM2.5, PM 10, suhu, kelembaban, perawatan Ac, kepadatan ruangan, Jenis furniture dan periode waktu pembersihan ruangan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan yang berjumlah 65 karyawan dan ruangan yang ada di Politeknik Kesehatan Jakarta II. Metode perhitungan sampel menggunakan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions) dan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Environment Medicine Clinic Sweden, Orebro Hospital tahun 2017 dan menggunakan alat Particulat Dust Meter DAZ – 400. Hasil pada penelitian ini adalah dikatehui 80% karyawan mengalami kejadian sick building syndrome dan setelah dilakukan analisis bivariat menggunakan analisis chi square diketahui bahwa hanya variabel faktor risiko jenis furniture yang memiliki nilai p value

Sick Building Syndrome adalah kumpulan gejala yang hanya dirasakan seseorang saat beraktivitas di dalam suatu gedung. Gejala tersebut tidak teridentifikasi secara spesifik hingga menyebabkan penghuni ruangan atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akibat buruknya kualitas udara di dalam ruang. Tujuan penelitian ini alah untuk mengetahui Sick building syndrome yang terjadi di Politeknik Kesehatan Jakarta II dengan menghubungkan dengan PM2.5, PM 10, suhu, kelembaban, perawatan Ac, kepadatan ruangan, Jenis furniture dan periode waktu pembersihan ruangan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan yang berjumlah 65 karyawan dan ruangan yang ada di Politeknik Kesehatan Jakarta II. Metode perhitungan sampel menggunakan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions) dan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Environment Medicine Clinic Sweden, Orebro Hospital tahun 2017 dan menggunakan alat Particulat Dust Meter DAZ – 400. Hasil pada penelitian ini adalah dikatehui 80% karyawan mengalami kejadian sick building syndrome dan setelah dilakukan analisis bivariat menggunakan analisis chi square diketahui bahwa hanya variabel faktor risiko jenis furniture yang memiliki nilai p value
Read More
T-7067
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Magda Sabrina Theofany Simanjuntak; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Budi Hartono, Nirmala Ahmad Ma`ruf
S-9783
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rachma Aditria Suci; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Budi Haryanto, Sari Hasanah
Abstrak: Sick Building Syndrome (SBS) merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh penghuni di gedung perkantoran. SBS dapat disebabkan karena kualitas udara dalam ruang dan karakteristik individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total koloni bakteri di udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Arsip Nasional Republik Indonesia. Digunakan desain studi cross sectional, variabel independen yaitu jumlah total koloni, variabel confounding yaitu suhu, kelembaban relatif, pencahayaan, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi dan kebiasaan merokok. Analisis statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS pada pegawai di Arsip Nasional Republik Indonesia Tahun 2019 sebesar 60%. Dari 9 variabel yang diuji, hanya variabel usia (OR= 0,43; 95%CI= 0,189-0,969) yang berhubungan signifikan secara statistik.
Kata kunci: Sick Building Syndrome, Bakteri, Kualitas Udara dalam Ruang
Read More
S-10029
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cindy Rahman Aisyah; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Sri Tjahyani Budi Utami, Agus Joko Susanto
S-8891
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Christie Patricia; Pembimbing: I Made Djaja; Penguji: Budi Haryanto, Ido John
Abstrak: Sick Building Syndrome (SBS) merupakan gejala-gejala kesehatan yang sering dialami oleh penghuni yang tinggal di dalam gedung dalam waktu tertentu yang disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Graha Sucofindo Jakarta. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan variabel independen sebagai berikut, koloni bakteri, suhu, kelembaban relatif, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara koloni bakteri, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi dengan kejadian SBS. Dari hasil analisis multivariat, ditemukan bahwa variabel riwayat alergi menjadi variabel dominan yang memengaruhi terjadinya SBS. Dari hasil uji interaksi ditemukan adanya interaksi antara kedua variabel yaitu jumlah koloni bakteri dan jenis kelamin dalam menyebabkan kejadian SBS. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa riwayat alergi dapat meningkatkan risiko terjadinya SBS di tempat kerja dan interaksi antara jumlah koloni bakteri dengan jenis kelamin dapat menyebabkan kejadian SBS di tempat kerja. Disarankan untuk mengontrol kualitas udara dalam ruang, menciptakan ruangan yang sehat bagi pekerja, dan menempatkan pekerja dengan riwayat alergi pada ruangan dengan kualitas udara yang baik.
Kata Kunci : Sick Building Syndrome, Bakteri, Alergi, Kualitas udara dalam ruang
Sick Building Syndrome (SBS) has been defined as a term used to describe common symptoms which, for no obvious reason, are associated with particular buildings. This study aims to determine the relationship between indoor air quality with SBS occurrence in Graha Sucofindo Jakarta. The cross-sectional study was used in this research with the following independent variables, colonies of bacteria, temperature, relative humidity, age, gender, year of services, and history of allergies. From the data analysis showed a significant relationship between bacterial colonies, age, gender, year of services, and history of allergies to the occurrence of SBS. Multivariate analysis found that history of allergies becomes dominant variables that affect the occurrence of SBS. Furthermore, it is found that there is interaction between bacterial colonies and gender in making the incidence of SBS. It can be concluded that history of allergies may increase the risk of SBS and the interaction between bacterial colonies and gender can causing the incidence of SBS. It is advisable to control the indoor air quality, create a healthy space for workers and avoid allergic workers to work in bad indoor air quality.
Keywords : Sick Building Syndrome, History of Allergies, Bacterial Colonies, Gender, Indoor Air Quality
Read More
S-9062
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desti Maharani; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Zakianis, Beben Saiful Bahri
Abstrak: Prevalensi kejadian sick building syndrome di dunia menurut EPA mencapai 30% dan diIndonesia penelitian-penelitian sebelumnya melaporkan lebih dari 50% pekerjamengalami SBS. Namun SBS bersifat idiopathic, penyebabnya masih belum dapatteridentifikasi dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi danmengevaluasi gambaran kejadian serta hubungan faktor individu dan indoor air qualitydengan SBS pada pekerja di Indonesia. Penelitian menggunakan systematic review yangberdasarkan pada metode PRISMA dengan pendekatan sintesis naratif terhadap 28 studiberupa jurnal dan skripsi yang dipublikasi pada tahun 2011-2020. Pada kajian sistematismenunjukan bahwa prevalensi SBS pada pekerja di Indonesia yang dilaporkan dalamstudi sebesar 19% hingga 89,4% dengan 27 studi melaporkan prevalensi SBS >20%.Gejala SBS yang dialami oleh pekerja dalam studi berkisar antara 3-17 gejala. Gejaladengan proporsi tertinggi yang paling banyak dilaporkan dalam studi adalah gejalaumum yakni sebanyak 11(39,28%) studi. Faktor individu yang paling banyak ditelitiadalah faktor usia, sedangkan pada faktor indoor air quality adalah suhu. Faktor risikoSBS berdasarkan faktor individu yang menunjukan hasil signifikan adalah usia danmasa kerja sedangkan berdasarkan faktor IAQ adalah CO2 dan VOCs. Berdasarkan haltersebut perlu dilakukannya kontrol yang berkala terhadap kualitas udara di dalamruangan terutama konsentrasi CO2 dan VOC.Kata Kunci : faktor individu; Indoor Air quality; Indonesia; sick building syndrome,dan Pekerja.
Read More
S-10497
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive