Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Almira Fanny Rahmasari; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Pujiyanto, Atmiroseva
Abstrak: Latar Belakang: Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia dan hak setiap warga negara yang dijamin oleh UUD 1945. Salah satu langkah strategis pemerintah dalam memastikan hak ini adalah melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang dikelola oleh BPJS Kesehatan sejak 2014. Program ini bertujuan untuk mencapai cakupan kesehatan universal, meningkatkan akses, dan kesetaraan layanan kesehatan di Indonesia. Namun, pelaksanaan program ini menghadapi berbagai tantangan, seperti distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata, keterbatasan infrastruktur, dan disparitas kualitas layanan. Data dari Profil Kesehatan Indonesia 2023 dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama, seperti puskesmas, merupakan yang paling sering diakses masyarakat, meskipun aksesibilitas dan kualitas layanan masih menjadi isu utama. Berdasarkan Model Anderson, akses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pemungkin, dan kebutuhan. Penelitian ini menganalisis utilisasi fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dengan menggunakan data SKI 2023, yang mencakup evaluasi tren akses dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam lima tahun terakhir. Tujuan: Penelitian ini bertujuan Menganalisis utilisasi fasilitas kesehatan berdasarkan data SKI 2023. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi penampang dengan data sekunder dari SKI 2023. Populasi penelitian adalah peserta JKN yang tersebar di 38 provinsi. Analisis dilakukan melalui uji chi-square dan regresi logistic sederhana untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel independen predisposisi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan) dan enabling (kepemilikan jaminan kesehatan, waktu menuju fasilitas kesehatan dan biaya yang diperlukan menuju fasilitas kesehatan) dengan variabel dependen (pemanfaatan fasilitas kesehatan). Hasil: Hasil penelitian mengungkapkan terapat hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, kepemilikan jaminan kesehatan, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fasilitas kesehatan dan biaya yang dibutuhkan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam 1 tahun terakhir.  Kesimpulan: Terdapat hubungan antara variable predisposisi dan enabling terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
Background: Health is a basic human need and a fundamental right of every citizen, as guaranteed by the 1945 Constitution of Indonesia. One of the government's strategic efforts to ensure this right is through the National Health Insurance (JKN) program, managed by BPJS Kesehatan since 2014. This program aims to achieve universal health coverage, improve access, and ensure equity in healthcare services in Indonesia. However, the implementation of this program faces various challenges, such as unequal distribution of healthcare workers, limited infrastructure, and disparities in service quality. Data from the 2023 Indonesia Health Profile and the 2023 Indonesia Health Survey (SKI) show that primary healthcare facilities, such as puskesmas, are the most frequently accessed by the public, although accessibility and service quality remain key issues. According to Anderson's Model, access to healthcare services is influenced by predisposing, enabling, and need factors. This study analyzes the utilization of healthcare services in Indonesia using data from the 2023 SKI, which evaluates trends in access and utilization of healthcare facilities over the past five years. Objective: This study aims to analyze the utilization of healthcare services based on 2023 SKI data. Methods: This study employs a cross-sectional design using secondary data from the 2023 SKI. The study population consists of JKN participants spread across 38 provinces. Analysis was conducted using chi-square tests and simple logistic regression to identify the relationship between the independent variables (predisposing factors: age, gender, education level, and employment status; enabling factors: health insurance ownership, travel time to healthcare facilities, and costs required to access healthcare facilities) and the dependent variable (utilization of healthcare facilities). Results: The study revealed significant relationships between age, gender, education, health insurance ownership, travel time, and costs to access healthcare facilities and the utilization of healthcare services in the past year. Conclusion: There is a significant relationship between predisposing and enabling variables and the utilization of healthcare facilities.
Read More
S-11829
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ridwan Meidiansyah; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Atmiroseva
Abstrak:
Kanker hati adalah kondisi ketika sel-sel dalam hati tumbuh di luar kendali. Pada tahun 2020, kanker hati menempati urutan keempat kanker dengan jumlah kasus baru dan kematian akibat kanker tertinggi di Indonesia. Faktor risiko utama kejadian kanker hati adalah penyakit hati kronis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko penyakit hati berkembang menjadi kanker hati pada peserta dengan dan tanpa penyakit hati di Indonesia tahun 2019-2021. Penelitian ini menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan tahun 2019-2021 dengan desain kohort retrospektif dan didapatkan jumlah sampel 824.592 terbobot. Analisis menggunakan uji Cox Proportional Hazard. Hasil penelitian menunjukan bahwa peserta dengan penyakit hati memiliki cumulative event probability dan risiko kanker hati yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta yang tidak memiliki penyakit hati (CEP 1,61%; 95% CI 0,08% – 3,14%; AHR 98,5; 95% CI 40,6 – 239,4). Berdasarkan jenis dan jumlah penyakit hatinya, peserta dengan hepatitis kronis (AHR 153,9; 95% CI 32,3 – 690,7) dan menderita lebih dari 2 jenis penyakit hati (AHR 140,1; 95% CI 18,5 – 1061,7) memiliki risiko kanker hati paling tinggi dibandingkan kategori lainnya. Hasil studi menyimpulkan bahwa penderita penyakit hati, terutama hepatitis kronis, memiliki risiko sangat tinggi mengalami kanker hati. Untuk itu, perlu surveilans kanker hati secara nasional pada kelompok penduduk tersebut guna mencegah penyakit hati berkembang menjadi kanker hati.

Liver cancer is a condition where cells in the liver grow out of control. In 2020, liver cancer ranked as the fourth cancer with the highest number of new cases and cancer deaths in Indonesia. The main risk factor for liver cancer is chronic liver disease. The purpose of this study was to determine the risk of liver disease developing into liver cancer among participants with and without liver disease in Indonesia from 2019-2021. This study used BPJS Health Sample Data for 2019-2021 with a retrospective cohort design and obtained a weighted sample size of 824,592 participants. The analysis was conducted using the Cox Proportional Hazard test. The results showed that participants with liver disease had a higher cumulative event probability and liver cancer risk compared to participants without liver disease (CEP 1.61%; 95% CI 0.08% - 3.14%; AHR 98.5; 95% CI 40.6 - 239.4). Based on the type and number of liver diseases, participants with chronic hepatitis (AHR 153.9; 95% CI 32.3 - 690.7) and more than 2 types of liver disease (AHR 140.1; 95% CI 18.5 - 1061.7) had the highest risk of liver cancer compared to other categories. The study concluded that people with liver disease, especially chronic hepatitis, have a very high risk of developing liver cancer. Therefore, there is a need for national liver cancer surveillance in this population group to prevent liver disease from developing into liver cancer.
Read More
S-11377
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vera Wahyuni Ulandari; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Atmiroseva
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Penolakan Klaim Rawat Jalan Reimbursement Produk FSL di PT BCD periode Januari - Desember 2022 berdasarkan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Selama periode bulan Januari – Desember 2022 klaim ditolak paling banyak dikarenakan klaim melebihi batas waktu pengajuan kelengkapan dokumen klaim sebesar 48,80% dari jumlah klaim yang ditolak pada produk FSL. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor yang berhubungan dengan penolakan klaim rawat jalan reimbursement meliputi SDM yang belum melakukan pelatihan, kurangnya kelengkapan dokumen klaim, SOP terkait penolakan klaim menurut pre-existing condition, waiting period, non-disclosure, not-meet criteria, policy exclusion, invalid claim, dan expired yang belum ada, kendala software terkait notifikasi pending gagal terkirim. Saran diperlukan pendidikan dan pelatihan mengenai klaim yang ditolak, membuat SOP secara spesifik mengenai klaim ditolak menurut pre-existing condition, waiting period, policy exclusion, non-disclosure, not-meet criteria, policy exclusion, invalid claim, dan expired, pembaharuan SOP claim, perbaikan dan pemantauan sistem secara berkala, menciptakan sebuah sistem konsultasi untuk nasabah.

The purpose of this study is to identify factors associated with Outpatient Reimbursement Claims Rejection for FSL Product at PT BCD during the period of January to December 2022 based on in-depth interviews and document analysis. During the period of January to December 2022, the highest number of rejected claims for the FSL product was due to claims exceeding the submission deadline, accounting for 48.80% of the total rejected claims. This research utilizes both quantitative and qualitative methods, with data collection techniques involving in-depth interviews and document analysis. The research findings indicate several factors associated with the rejection of outpatient reimbursement claims, which include insufficient training of human resources, incomplete claim documentation, absence of Standard Operating Procedures (SOPs) related to claim rejections based on pre-existing conditions, waiting period, non-disclosure, not meeting criteria, policy exclusion, invalid claims, and expired claims. Additionally, challenges related to software were identified, particularly regarding failed notification delivery for pending claims. Recommendations for improvement include the implementation of education and training on claim rejections, development of specific SOPs for claim rejections based on pre-existing conditions, waiting period, policy exclusion, non-disclosure, not meeting criteria, policy exclusion, invalid claims, and expired claims. Further suggestions involve updating the SOPs related to claims, periodic system improvement and monitoring, and establishing a consultation system for customers.
Read More
S-11455
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alvian Sanjaya; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Atmiroseva
Abstrak:
Periode neonatal (0-28 hari) merupakan waktu yang rentan bagi kelangsungan hidup seorang anak setelah dilahirkan. AKN menurut SDKI 2017 masih berada pada angka 15 kematian per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2021 sebanyak 73,1% kematian balita terjadi pada periode ini serta Indonesia menjadi penyumbang terbesar kematian neonatal di wilayah Asia Timur dan Pasifik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kematian neonatal di Indonesia pada tahun 2021. Menggunakan desain studi cross sectional dengan memanfaatkan data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2021 dengan sampel bayi lahir hidup usia 0-28 hari yang melakukan kunjungan ke FKRTL di tahun 2021 sebanyak 8.672 anak. Hasil penelitian ini adalah faktor sosioekonomi (status ekonomi dan tempat tinggal) tidak memiliki hubungan dengan kematian neonatal. Dari tiga faktor neonatus (jenis kelamin, usia, dan berat badan lahir) hanya berat badan lahir saja yang memiliki hubungan secara statistik dengan kematian neonatal. Neonatus dengan berat badan lahir rendah lebih berisiko hampir 6 kali lebih besar (OR: 5,868 95% CI: 1,36-25,32) untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan neonatus dengan berat badan lahir normal. Komplikasi karena BBLR juga menjadi faktor penyebab utama kematian neonatal dalam penelitian ini. Sehingga, berat badan lahir rendah menjadi faktor utama dalam kematian neonatal pada peserta BPJS Kesehatan di Indonesia tahun 2021.

The neonatal period (0-28 days) is a vulnerable time for the survival of a child after birth. The NMR according to the 2017 IDHS is still at 15 deaths per 1000 live births, in 2021 as many as 73.1% of under-five deaths occur in this period and Indonesia is the largest contributor to neonatal deaths in the East Asia and Pacific region. The purpose of this study was to determine what factors influence neonatal mortality in Indonesia in 2021. Using a cross sectional study design utilizing BPJS Kesehatan sample data for 2015-2021 with a sample of live born babies aged 0-28 days who made visits to FKRTL in 2021 totaling 8,672 children. The results of this study were socioeconomic factors (economic status and place of residence) had no association with neonatal mortality. Of the three neonate factors (gender, age, and birth weight) only birth weight had a statistical association with neonatal mortality. Neonates with low birth weight were almost 6 times more at risk (OR: 5.868 95% CI: 1.36-25.32) to experience neonatal death compared to neonates with normal birth weight. Complications due to LBW was also a major contributing factor to neonatal mortality in this study. Thus, low birth weight is a major factor in neonatal mortality among BPJS Kesehatan participants in Indonesia in 2021.
Read More
S-11359
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Annisa Clarasinta; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Atik Nurwahyuni, Atmiroseva
Abstrak:
Penelitian ini menganalisis cost of illness peserta JKN dengan penyakit kanker payudara di Indonesia dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Desain penelitian ini merupakan studi observasional yang deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sampel BPJS Kesehatan dan Data Upah Rata-Rata per Jam menurut Provinsi Tahun 2021. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sehingga sampel merupakan seluruh peserta JKN dengan penyakit kanker payudara di Indonesia sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata cost of illness per peserta mencapai Rp12.441.986 dan totalnya mencapai Rp1.021.175.992.024. Nilai tersebut belum termasuk biaya obat kemoterapi, obat kronis, dan pelayanan imunohistokimia dalam tarif non INA-CBG. Faktor jenis kelamin, usia, status perkawinan, segmentasi kepesertaan, kelas rawat, RJTL, RITL, lama hari perawatan, kepemilikan FKRTL yang pernah dikunjungi, tipe FKRTL yang paling banyak dikunjungi, dan tingkat keparahan berpengaruh signifikan secara statistik terhadap cost of illness. Penelitian ini menggambarkan besarnya cost of illness peserta JKN dengan penyakit kanker payudara sehingga program deteksi dini sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya dalam menghemat biaya.

This study analyzes the cost of illness of JKN participants with breast cancer in Indonesia and the factors that influence it. The research design is a descriptive observational study with a cross sectional approach. The data used in this study are Sample Data of BPJS Kesehatan and Average Hourly Wage Data by Province for 2021. The sampling technique uses total sampling so that the sample is all JKN participants with breast cancer in Indonesia according to predetermined inclusion and exclusion criteria. The results of this study indicate that the average cost of illness per participant reaches Rp12.441.986 and the total reaches Rp1.021.175.992.024. This value does not include the cost of chemotherapy drugs, chronic drugs, and immunohistochemistry services in non-INA-CBG rates. Factors such as gender, age, marital status, membership segmentation, class of care, RJTL, RITL, length of stay, ownership of FKRTL ever visited, type of FKRTL most visited, and severity have a statistically significant effect on the cost of illness. This study illustrates the high cost of illness for JKN participants with breast cancer, so early detection programs are very important to do as an effort to save costs.
Read More
S-11357
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nayaka Nayottama Pamadi; Pembimbing: Kemal Nazaruddi Siregar; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Atmiroseva
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Terlebih, adanya pandemi COVID berimbas kepada berkurangnya progress dan penanganan TB di tahun 2021. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui kondisi tuberkulosis dan melihat hubungan spasial yang ada pada kasus TB dengan faktor-faktor risikonya di salah satu wilayah dengan jumlah kasus tertinggi di Indonesia; Pulau Jawa, di tingkat kabupaten/kota. Peneliti membagi faktor risiko kedalam dua kelompok, yaitu faktor geografis seperti rata-rata ketinggian, suhu tahunan, dan kelembaban tahunan, serta faktor sosiodemografi yang mencakup kepadatan penduduk/densitas, jumlah fasilitas kesehatan, dan rata-rata usia diagnosis. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pola mengelompok di seluruh variabel; Proporsi TB, Jumlah Fasilitas Kesehatan, Rata-Rata Umur Diagnosis, Kepadatan Penduduk, Ketinggian Rata-Rata, Suhu, dan Kelembaban tahunan. Peneliti kemudian menguji signifikansi dan menemukan adanya hubungan spasial pada Rata-Rata Umur Diagnosis, Kepadatan Penduduk, Ketinggian Rata-Rata, Suhu, dan Kelembaban tahunan, sedangkan tidak ditemukan adanya hubungan spasial antara jumlah fasilitas kesehatan dengan proporsi TB. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai rekomendasi dalam alokasi sumber daya penanganan TB, dan sebagai kesempatan bagi penelitian selanjutnya untuk menggali lebih jauh mengenai hubungan kompleks antara TB dengan faktor-faktor risikonya.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease that’s still pose as problem for public health in Indonesia. Moreover, the COVID pandemic has an impact on reducing TB care and progress in 2021. Therefore, the researcher want to know the latest condition of tuberculosis and see the spatial relationship between TB cases and their risk factors in one of the regions with the highest number of cases in Indonesia; Java, at the district/city level. Researchers divided risk factors into two groups, namely geographical factors such as average altitude, annual temperature, and annual humidity, and sociodemographic factors which include population density/density, number of health facilities, and average age of diagnosis. The results of this study indicate that there is a clustering pattern across all variables; Proportion of TB, Number of Health Facilities, Average Age at Diagnosis, Population Density, Average Altitude, Temperature, and Annual Humidity. The researcher then tested for significance and found a spatial relationship to mean age at diagnosis, population density, average height, temperature and annual humidity, while no spatial relationship was found between the number of health facilities and the proportion of TB. The results of this study can be used as a recommendation in the allocation of TB treatment resources, and as an opportunity for further research to explore further the complex relationship between TB and its risk factors.
Read More
S-11334
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anggi Tria Abimayu; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Iwan Ariawan, Atmiroseva
Abstrak:
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi dapat membuat insulin, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik. Pada tahun 2021, Indonesia menempati peringkat ke-6 di dunia dengan kasus kematian akibat diabetes terbanyak. Tingginya angka kematian diabetes disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah komorbiditas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh komorbid terhadap tingkat survival penderita diabetes tipe II di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Data sampel kontekstual Diabetes Mellitus BPJS tahun 2015-2021 dengan desain kohort retrospektif dan didapatkan jumlah sampel 96.379 terbobot. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat dengan kurva Kaplan Meier dan Chi-square, dan multivariat dengan uji cox proportional hazard. Hasil penelitian menunjukan bahwa penderita diabetes tipe II yang memiliki komorbid mempunyai cumulative survival probability (CSP) yang lebih rendah dan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki komorbid, terutama pada penderiya yang memiliki komorbid tidak sesuai (CSP 85,6%; 95% CI 84,4% - 86,7%; aHR 1,64; 95% CI 1,150 – 1,390). Maka dari itu, penting untuk memperhatikan perawatan yang diberikan kepada penderita diabetes tipe II yang memiliki komorbid tidak sesuai agar perawatan yang diberikan tidak memperburuk kondisi salah satu penyakit

Diabetes is a chronic disease that occurs when the pancreas can no longer make insulin, or when the body cannot properly use the insulin it does make. In 2021, Indonesia is the 6th country in the world with the most cases of diabetes deaths. The high mortality rate of diabetes is caused by many things, especially comorbidities. The purpose of this study was to see the effect of comorbidities on the survival rate of type II diabetes patients in Indonesia. This study used BPJS Diabetes Mellitus contextual sample data in 2015-2021 with a retrospective cohort design and obtained a sample size of 96,379 weighted. Conducted univariate, bivariate statistical analysis with Kaplan Meier curve and Chi-square, and multivariate with Cox proportional hazard test. The results showed that patients with type II diabetes who have comorbidities have a lower cumulative survival probability (CSP) and have a higher risk of death compared to those without comorbidities, especially in patients who have discordant comorbidities (CSP 85.6%; 95% CI 84.4% - 86.7%; aHR 1.64; 95% CI 1.150 - 1.390). Therefore, it is important to pay attention to the care given to patients with type II diabetes who have discordant comorbidities so that the care given does not worsen the condition of one of the diseases.
Read More
S-11233
Depok : FKM UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Darwati; Pembimbing: Budi Hidayat, Pujiyanto, Leadya Herfani, Atmiroseva
Abstrak:
Peningkatan kepesertaan PBI APBD Kota Tangerang rata-rata per tahun sebesar 8,85% berdampak pada peningkatan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk membiayai iuran JKN setiap tahunnya. Sedangkan kepesertaan mandiri sejak tahun 2017 – 2022 rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,7% per tahun. Anggaran yang dikeluarkan Pemda Kota Tangerang untuk membiayai iuran JKN peserta PBI APBD Kota Tangerang jauh lebih besar dibandingkan dengan anggaran untuk program UKM. Tujuan: mengetahui besaran ATP dan WTP iuran JKN serta variabel yang mempengaruhi. Metode: menggunakan desain studi cross sectional melalui pendekatan kuantitatif, sampel sebanyak 400 orang peserta PBI yang dipilih secara random accidental. Pengambilan data dilakukan di 2 rumah sakit pada bulan Juni 2023 menggunakan kuesioner. Hasil: Rata-rata ATP sebesar Rp 54.904. Rata-rata WTP sebesar Rp 49.464. ATP > Rp 35.000 sebesar 61,25%. WTP > Rp 35.000 sebesar 69%, < Rp 35.000 sebesar 10%, dan Rp 0 sebesar 21%. Dari 61,25% yang memiliki ATP > Rp 35.000 didapati 72,24% WTP > Rp 35.000. Analisis multivariat ATP: Variabel signifikan adalah jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, pendapatan, pengeluaran pangan, pengeluaran non pangan. Variabel dominan adalah pengeluaran non pangan. Analisis multivariat WTP: Variabel signifikan adalah jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Variabel dominan adalah pendidikan.

The increase in PBI membership in the Tangerang City APBD by an average of 8.85% per year has an impact on increasing the amount of the budget needed to finance JKN contributions each year. Meanwhile, independent membership from 2017 – 2022 has decreased by an average of 0.7% per year. The budget issued by the Regional Government of Tangerang City to finance JKN contributions for PBI participants in the Tangerang City APBD is much larger than the budget for the UKM program Objective: find out the amount of ATP and WTP JKN contributions and the influencing variables. Methods: this study used a cross-sectional study design through a quantitative approach with a sample of 400 PBI participants who were selected incidentally randomly. Data collection was carried out in 2 hospitals in June 2023 using a questionnaire instrument. Results: The average ATP IDR 54,904. The average WTP is IDR 49,464. ATP > IDR 35,000 are 61.25%. WTP > IDR 35,000 are 69%, < IDR 35,000 are 10%, and IDR 0 are 21%. Of the 61.25% who had ATP > IDR 35,000, 72.24% found WTP > IDR 35,000, 9.80% WTP < IDR 35,000, and 17.96% did not want to pay. Results of ATP multivariate analysis: Variables that were significantly related were gender, number of family members, income, food expenditure and non-food expenditure. The dominant variable is non-food expenditure. Results of multivariate analysis of WTP: Variables that are significantly related are gender, education, occupation and income. The dominant variable is education
Read More
T-6803
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Moudy Muhaiminurrohima Putri; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Atik Nurwahyuni, Kurnia Sari, Ibu Atmiroseva, Ibu Amila Megraini
Abstrak:

Laporan International Diabetes Federation (IDF) melaporkan prevalensi diabetes melitus di Indonesia pada orang dewasa meningkat setiap tahunnya dan menyebabkan beban biaya kesehatan meningkat. Pelayanan kesehatan di tingkat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berfungsi sebagai gatekeeper dalam memberikan layanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative diharapkan dapat membantu menekan progresivitas penyakit, mencegah komplikasi, serta mengurangi beban rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Namun, pemanfaatan layanan FKTP masih dihadapkan dengan berbagai tantangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi layanan kesehatan di FKTP. Penelitian ini menggunakan data sekunder data sampel BPJS Kontekstual DM tahun 2017-2023. Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan regresi. Hasil analisis distribusi frekuensi pemanfaatan layanan kesehatan FKTP tahun 2017-2023 didominasi oleh Puskesmas (59,08%). Peserta BPJS dengan segmen peserta Bukan Pekerja, berjenis kelamin perempuan, status perkawinan cerai, lansia (>65tahun), memiliki hak kelas rawat I, dan berdomisili di DKI Jakarta memiliki kemungkinan lebih besar mengunjungi pelayanan FKTP. Faktor segmentasi kepesertaan, jenis kelamin, usia, status perkawinan, hak kelas rawat, dan provinsi FKTP memiliki pengaruh signifikan terhadap penggunaan layanan FKTP oleh peserta JKN dengan DM


 

The International Diabetes Federation (IDF) report reports that the prevalence of diabetes mellitus in Indonesia in adults increases every year and causes an increase in health costs. Health services at the Primary Health Facility (FKTP) level function as gatekeepers in providing promotive, preventive, curative, and rehabilitative services that are expected to help suppress disease progression, prevent complications, and reduce the burden of referrals to advanced health facilities. However, the use of FKTP services still faces various challenges. This study aims to examine the factors that influence health services at FKTP. This study uses secondary data from the Contextual BPJS DM sample data for 2017- 2023. Data were analyzed univariately, bivariately, and multivariately using regression. The results of the frequency distribution analysis of the use of FKTP health services for 2017-2023 were dominated by Community Health Centers (59.08%). BPJS participants with the Non-Worker participant segment, female, divorced, elderly (>65 years), have class I care rights, and are domiciled in DKI Jakarta are more likely to visit FKTP services. The factors of participant segmentation, gender, age, marital status, class care rights, and FKTP province have a significant influence on the use of FKTP services by JKN participants with DM

Read More
T-7231
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iqbal Andri Makarim; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Helen Andriani, Vetty Yulianty Permanasari, Harimat Hendarwan, Atmiroseva
Abstrak:

Hingga saat ini dari indikator-indikator yang masuk ke dalam komponen pembayaran kapitasi berbasis kinerja yang diinisiasi oleh BPJS Kesehatan, indikator angka kontak menjadi yang pencapaiannya paling rendah dengan capaian nasional kurang dari 50% Puskesmas di Indonesia belum mencapai target angka kontak berdasar data Riset Fasil-itas Kesehatan (Rifaskes) 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor input dan karakteristik dengan ketercapaian angka kontak Puskesmas di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menerapkan penelitian kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Sampel dari penelitian ini adalah seluruh Puskesmas yang ada di Indonesia yang masuk dalam Rifaskes 2019 sebanyak 9.831 Puskesmas. Data dalam studi ini diperoleh dari data sekunder yang didapatkan dari hasil Rifaskes 2019. Dari penelitian ini didapatkan dari 5.384 Puskesmas, faktor kelengkapan alat kesehatan esensial poliklinik (OR=1,16; p=0,029), rasio dokter per 5000 peserta (OR=1,06; p<0,0001), rasio bidan per 5000 peserta (OR=1,01; p=0,033), dan pengelolaan keuangan berbasis BLUD (OR=1,13; p=0,062) secara signifikan memengaruhi ketercapaian angka kontak. Namun, model prediktif hanya menjelaskan 2,6% varians (Nagelkerke R²=0,026). Pada penelitian berikutnya dapat dilakukan perampingan data dan mengambil studi menilai pengaruh dari faktor-faktor lain seperti output Puskesmas atau demand dari sisi pasien. Diharapkan pihak berwenang dapat melengkapi alat kesehatan dan menambah tenaga kesehatan di Puseksmas guna meningkatkan angka kontak.


Of the indicators included in the performance-based capitation payment component in-itiated by BPJS Kesehatan, the contact rate indicator has the lowest achievement. Based on 2019 Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) data, less than 50% of Puskesmas in Indonesia did not reach the contact rate target. This study aimed to determine the effect of input and characteristics factors on contact rate achievement among Pusk-esmas in Indonesia. This analytical study applied a quantitative research design and used cross-sectional approach. The study sample included all 9,831 Puskesmas in In-donesia included in the 2019 Rifaskes. Data for this study were using secondary data obtained from the 2019 Rifaskes results. The study found that the completeness of es-sential medical equipment for polyclinics (OR = 1.16; p = 0.029), the ratio of doctors to 5,000 participants (OR = 1.06; p < 0.0001), the ratio of midwives to 5,000 partici-pants (OR = 1.01; p = 0.033), and BLUD-based financial management (OR = 1.13; p = 0.062) significantly influenced contact rate achievement. However, the predictive model only explained 2.6% of the variance (Nagelkerke R² = 0.026). Future research could refine the data and examine the influence of other factors, such as output factors or patient demand. It is expected that authorities should equip Puskesmas with medical equipment and increase the number of health workers to improve contact rates.

 

Read More
T-7416
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive