Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Septyanti Kartika; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Iqro Glentar
Abstrak: Skripsi ini bertujuan menilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada proses pra mobilisasi dan mobilisasi. Identifikasi bahaya menggunakan metode kualitatif dan penilaian risiko menggunakan metode semi-kuantitatif menggunakan matriks PT.XYZ dengan cara mengalikan nilai severity dan probability. Pengumpulan data didapatkan dari hasil observasi secara daring, Focus Group Discussion (FGD), wawancara dengan pihak terkait, dan dokumen perusahaan. Hasil penelitian didapatkan 164 risiko dari 11 tugas pra mobilisasi dan 9 tugas mobilisasi. Tingkat risiko terdiri dari 28 risiko dengan kategori high, 10 risiko dengan kategori moderate to high, dan 126 risiko dengan kategori moderate.
Read More
S-10634
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Tommy Fathurahman; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Fatma Lestari, Mufti Wirawan, Iqro Glentar
Abstrak:
Process Safety Management (PSM) merupakan salah satu pendekatan untuk melakukan pengendalian risiko terhadap high hazard process dengan cara mengurangi Loss Of Primary Containment (LOPC) dari material berbahaya pada sebuah proses yang dapat berpotensi menjadi major event. Sebagai cara untuk mengurangi Loss Of Primary Containment (LOPC) dapat dilakukan dengan pencatatan terhadap informasi Process Safety Events (PSEs). Informasi ini kemudian direkam melalui program Process Safety Management (PSM) dan dapat menjadi persyaratan sebuah industri untuk beroperasi. Kerangka kerja untuk keselamatan proses, dan pengembangan indikator kinerja utama, diilustrasikan dalam Piramida Keselamatan Proses dan dibagi menjadi 4 tier. Keempat level Piramida Keselamatan Proses dapat menghasilkan berbagai langkah untuk keselamatan proses. Namun, penting untuk memilih KPI yang sangat relevan yang dapat mengukur integritas langkah - langkah pengendalian risiko dan memberikan peringatan dini (early warning system) terhadap penurunan sistem atau kegagalan sistemik. Key Performance Indicator (KPI) untuk Tier 4 adalah sebagai leading indicator yang disusun untuk memantau realisasi dari suatu program yang telah direncanakan, pemenuhan compliance dari regulasi, monitoring dan pencatatan, maupun upaya-upaya penyelesaian atau corrective action dari rekomendasi-rekomendasi yang muncul terkait aktivitas dalam 14 elemen. Oleh karena itu, KPI Tier 4 umumnya adalah untuk mengukur kegiatan yang direncanakan dan tujuannya adalah mencapai penyelesaian 100%. Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa PT.X sudah memperhitungkan PSM dalam operasinya, akan tetapi masih banyak ruang untuk dikembangkan lagi karena masih adanya hasil perhitungan beberapa elemen yang tergolong buruk. Kekurangan ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terkait PSM baik dari top management hingga operator.

Process Safety Management (PSM) is one approach to controlling risk to the high hazard process by reducing the Loss Of Primary Containment (LOPC) of hazardous materials in a process that could potentially become a major event. As a way to reduce Loss Of Primary Containment (LOPC), it can be done by recording Process Safety Events (PSEs) information. This information is then recorded through the Process Safety Management (PSM) program and can become a requirement for an industry to operate. The framework for process safety, and the development of key performance indicators, is illustrated in the Process Safety Pyramid and is divided into 4 tiers. The four levels of the Process Safety Pyramid can provide various steps for process safety. However, it is important to choose highly relevant KPIs that can measure the integrity of risk control measures and provide an early warning system against system failures or systemic failures. Key Performance Indicator (KPI) for Tier 4 is a leading indicator designed to monitor the realization of a planned program, fulfillment of regulatory compliance, monitoring and recording, as well as efforts to resolve or corrective actions from recommendations that arise related to activities. in 14 elements. Therefore, a Tier 4 KPI is generally for measuring planned activities and the goal is to achieve 100% completion. In addition, Tier 4 indicators can also be used as an internal company tool for reporting and measuring the performance of each operating unit that needs to be continuously developed and adjusted to the actual conditions in the company (API 754). Based on the research that has been done, it can be concluded that PT.X has taken into account PSM in its operations, but there is still a lot of room for further development because there are still the results of calculating some elements that are classified as bad. This deficiency is caused by a lack of understanding regarding PSM from top management to operators.

Read More
T-5919
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kiara Ayu Listiani; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra, Mila Tejamaya, Iqro Glentar, Muthia Ashifa
Abstrak:

Paparan terhadap bahan kimia dan faktor fisika di lingkungan kerja manufaktur herbisida berpotensi menimbulkan risiko kesehatan serius jika tidak dilakukan pengendalian secara sistematis. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan Health Risk Assessment (HRA) terhadap bahaya kimia dan fisika yang dihadapi oleh pekerja di area produksi, packaging, dan gudang pada industri manufaktur herbisida, dengan pendekatan berbasis Similar Exposure Group (SEG). Metode yang digunakan mengacu pada kerangka kerja ISO 31000:2018 dan praktik rekomendasi HRA dari otoritas internasional. Data diperoleh melalui dokumen pemantauan lingkungan kerja, SDS, OHSERA, dan wawancara dengan pemangku kepentingan. Risiko dinilai menggunakan matriks semi-kuantitatif berdasarkan skor likelihood dan severity, dengan validasi keparahan kesehatan merujuk pada referensi seperti ACGIH dan literatur ilmiah terkini. Hasil menunjukkan bahwa SEG Proses menghadapi risiko tinggi dari paparan Monoisopropylamine (MIPA) dan Kalium Hidroksida (KOH), sedangkan SEG Packaging dan Warehouse memiliki risiko signifikan akibat kebisingan, getaran, panas, serta uap bahan kimia volatil. Evaluasi existing control menunjukkan pengendalian belum optimal dalam menurunkan risiko ke tingkat rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penguatan pengendalian teknis dan administratif, seperti ventilasi lokal, rotasi kerja, penggunaan alat pelindung diri yang sesuai, serta pengaturan waktu kerja-istirahat, diperlukan untuk menurunkan risiko residual. Penilaian risiko berbasis SEG terbukti efektif dalam memetakan prioritas pengendalian dan memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan K3 di industri sejenis.


 

Exposure to chemical agents and physical hazards in herbicide manufacturing environments poses serious health risks if not managed systematically. This study aims to conduct a Health Risk Assessment (HRA) of chemical and physical hazards encountered by workers in the production, packaging, and warehouse areas of a herbicide manufacturing industry, using a Similar Exposure Group (SEG) approach. The methodology follows the ISO 31000:2018 risk management framework and international best practices for occupational health risk assessment. Data were obtained through environmental monitoring reports, safety data sheets (SDS), OHSERA records, and interviews with relevant stakeholders. Risks were assessed using a semi-quantitative matrix based on likelihood and severity scores, with health severity validation referring to ACGIH and recent peer-reviewed scientific literature. The findings indicate that the Process SEG faces high risks from exposure to Monoisopropylamine (MIPA) and Potassium Hydroxide (KOH), while the Packaging and Warehouse SEGs are significantly affected by noise, vibration, heat, and volatile chemical vapors. Evaluation of existing controls reveals that current measures are not sufficiently effective in reducing risks to acceptable levels. The study concludes that stronger technical and administrative controls—such as local exhaust ventilation, work rotation, appropriate use of personal protective equipment (PPE), and regulated work-rest schedules—are essential to achieve low residual risks. Risk assessment based on SEGs has proven effective in mapping control priorities and provides a solid foundation for occupational health and safety decision-making in similar industrial settings.

Read More
T-7356
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sony Virawan Sonata; Pembimbing: Fatm Lestari; Penguji: Budiman Bela, Mila Tejamaya, Adrianus Pangaribuan, Iqro Glentar
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian sistem proteksikebakaranpada rancangan bangunan gedung RSPTN UI. Penelitian deskriptif inidilakukandengan telaah dokumen. Metode yang digunakan adalah evaluasi menggunakanchecklist sesuai dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008, Perwal Depok No. 14Tahun 2012, Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit yang dikeluarkan olehKemenkes pada tahun 2012, serta Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian inijuga mengambil contoh kasus di ruang operasi untuk dibahas lebih mendalam.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasebagian besar sistem proteksikebakaran pada rancangan bangunan gedung RSPTN UI telah sesuai denganperaturan pemerintah Indonesia. Sistem proteksi kebakaran yang belum seluruhpersyaratannya terpenuhi yaitu pintu eksit, detektor dan alarm kebakaran, sistempipa tegak, alat pemadam api ringan, dan lif kebakaran. Oleh karena itu,diperlukan penyesuaian rancangan sistem proteksikebakaran tersebut agar sesuaidengan peraturan pemerintah Indonesia.Kata kunci: Sistem proteksi kebakaran, rumah sakit, ruang operasiEvaluasi kesesuaian.
Read More
T-4289
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive