Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Santi Deliani Rahmawati; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Renti Mahkota, Nana Mulyana
Abstrak: ABSTRAK
 
Pedoman WHO/UNICEF menyarankan bahwa menyusui harus dihindarkan seluruhnya hanya apabila makanan pengganti Acceptable (mudah diterima), Feasible (mudah dilakukan), Affordable (terjangkau), Sustainable (berkelanjutan), dan Safe (aman penggunaannya)/AFASS. ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan untuk bayi lahir dari ibu yang HIV dan sudah dalam terapi ARV. Ibu terinfeksi HIV yang memilih memberi susu formula tanpa memenuhi kriteria AFASS paling berisiko terhadap penularan HIV dan kematian.
 
 
Penelitian menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yang mempengaruhi kepatuhan ibu terinfeksi HIV dalam pemberian nutrisi pada bayi 0 ? 6 bulan di Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2013. Penelitian ini melibatkan 229 subjek penelitian yang diambil dengan teknik multistage sampling. Dari analisis multivariat didapatkan pemberian ARV pada bayi merupakan faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan ibu terinfeksi HIV dalam pemberian nutrisi pada bayi 0 ? 6 bulan (PR : 7,817 (95%CI 1,789 ? 34,152)) di samping pemberian terapi ARV pada ibu dan konseling tenaga kesehatan.
 
 
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan distribusi obat antiretroviral sehingga seluruh ibu terinfeksi HIV dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV mempunyai akses yang lebih luas untuk mendapatkan obat antiretroviral dan meningkatkan program pelatihan bagi petugas kesehatan yang menjadi konselor HIV/AIDS mengenai pemberian konseling pra-laktasi agar ibu terinfeksi HIV dapat memilih nutrisi terbaik bagi bayinya dan konsisten dalam memberikan nutrisi yang telah dipilih.
 

ABSTRACT
 
WHO/UNICEF guideline recommends that the breastfeeding should be avoided only if replacement feeding is Acceptable (readily accepted), Feasible (easy to do), Affordable (easy to get), Sustainable (ongoing), and Safe (safe to use)/AFASS. Exclusive breastfeeding (ASI) is given for six (6) months to baby who is born from HIV-infected mother and in ARV therapy program. HIV-infected mother who choose to feed her baby with formula milk without fulfilling AFASS criteria has the greatest risk of HIV spreading/transmitting and death.
 
 
The research uses cross-sectional design that aims to analyze the risk factor affecting adherence HIV-infected mother in providing nutrition for 0-6 month?s infant of Some Regencies/Cities in West Java province on 2013. The research involves 229 subjects/persons who are taken by multistage sampling technique. From multivariate analysis is found that the provision of ARVs to the infant is the most dominant risk factor affecting adherence in HIV-infected mother in providing nutrition for 0-6 month?s infant (PR : 7,817 (95%CI 1,789 ? 34,152)) beside the provision of ARV therapy and counseling from maternal health workers.
 
 
The researcher suggested to the West Java Provincial Health Office and the Provincial AIDS Commission of West Java to improve the distribution of antiretroviral drugs so that all HIV-infected mothers and infants who are born from HIV-infected mother have greater access to get antiretroviral drugs and to improve training programs for health workers who will be the HIV/AIDS counselor about the pre-lactation counseling in order to HIVinfected mother can choose the best nutrition for her baby and be consistent in delivering or providing that nutrition.
Read More
T-3891
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diah Tri Puspita; Pembimbing: Hadi Pratomo; Penguji: Dien Anshari, Nana Mulyana
Abstrak: Peringatan Bergambar (Pictorial Health Warning) pada kemasan rokok bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya rokok dan mencegah inisiasi merokok pada remaja. Namun, penelitian mengenai efek peringatan bergambar terhadap remaja di Indonesia masih minim. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kesan menakutkan pada peringatan kesehatan dengan intensi tidak merokok di kalangan remaja di Kota Jakarta dan Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan responden remaja usia 15-18 tahun (n=313). Analisis menggunakan model linear mixed effect dengan variabel dependen intensi tidak merokok dan kesan menakutkan, paparan iklan rokok, jenis kelamin, pendidikan sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian ini ditemukan hubungan yang positif dan signifikan antara kesan menakutkan dengan intensi tidak merokok (β= 0,44, SE= 0,01, p<0.001) setelah dikontrol karakteristik personal. Penelitian merekomendasikan peringatan kesehatan dengan gambar yang menyeramkan dapat mencegah inisiasi merokok pada remaja.
Read More
S-10220
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leni Nurahmi; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dian Ayubi, Nana Mulyana
Abstrak: Merokok masih menjadi faktor risiko penyakit kronis dan mematikan di dunia. Tahun 2014 terdapat 5,8 milyar perokok di dunia, 80 persennya mulai merokok saat remaja. Di Indonesia pun rata-rata usia pertama kali merokok sekitar 17,6 tahun. Untuk melindungi remaja dari bahaya merokok, peringatan kesehatan bergambar (PKB) dengan kesan menakutkan telah dicantumkan pada bungkus rokok. Per 24 Juni 2014, PKB telah berlaku di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran respon perokok remaja di Kota Depok terhadap pesan dengan kesan menakutkan pada PKB di Indonesia.
 
Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan kuesioner dari Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI) sebagai instumen penelitian. Penelitian menemukan perbedaan gambaran rasa takut, keparahan, respon efikasi serta perbedaan frekuensi niat. Namun, tidak ditemukan perbedaan gambaran kerentanan, efikasi diri, penerimaan serta penolakan pesan terhadap pesan dalam PKB.
 

Smoking still become a risk factor for chronic and deadly diseases. In 2014, there were 5.8 billion smokers in the world, 80 percent started smoking as a teenager. In Indonesia, the average of age to initial smoking is 17,6 years. To protect adolescents from the dangers of smoking, Pictorial Health Warning (PHW) with fear appeal was imprinted on cigarette pack. As 24 June 2014, PHW has been applied in Indonesia. The research aims to describe the response of adolescent smoker in Depok City toward message with fear appeal on PHW in Indonesia.
 
The study used cross sectional design with a questionnaire from Center of Health Research Universitas Indonesia as research instrument. The study found differences fear, severity, response efficacy, and the frequency of quit smoking intention. However, there was no significant difference in susceptibility, self efficacy, acceptance and rejection toward message in PHW.
Read More
S-8621
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Uluhiyah; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Achmad Kusdinar, Nana Mulyana, Rustika
Abstrak:

RSUD Pemerintahan Kabupaten Sumedang telah terpapar dengan kebijakan PMK dengan nomor 836/MenkesiSICN1/2005 tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) Perawat dan Bidan sejak tahun 2006. 1 (satu) orang Perawat sebagai DTOT kabupaten Sumedang serta 7 orang Perawat dan 1 orang Bidan sebagai First Line Manager (FLIVI) di Rumah Sakit mi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan peneiitian Evaltzasi Kesiapan Implementasi PlvIK Perawat dan Bidan Di Unit Pelayanan Kesehatan Reproduksi RSUD Pemerintahan Daerah Kabupaten Surnedang Tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif (kuantifikasi data). Hasil penelitian menunjukan belurn siapnya inaplementasi P/vIK bagi perawat dan bidan di Rumah Sakit ini, karena belum ada SK khusus untuk mengimplementasikan PMK dan belum tersedianya alokasi anggaran khusus mengimplementasikan PMK bagi perawat dan bidan. Dua komponen PMK. yang disuswi berbeda yaitu: Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam bentuk Standar Asuhan Keperawatan (SAIC) dan uraian tu.gas perawat clan bidan berdasarkan kedudukan dalam struktur Rumah Sakit. Sementam 3 komponen lain yaitu: indikator kinetja, D.R.K serta monitoring dan evaluasi belum ada. Hasil evaluasi kinelja dari 31 orang perawat dan bidan di unit pclayanan kesehatan reproduksi Rumah Sakit ini, keadilan transparansi dalam penilaian kinerja di institusi tempat keija ditemukan kurang puas sebanyak 23 orang (74,2%). Disarankan pemegang komitmen dan pengambil keputusan untuk memberikan Support Sistem dan kebijakan dalam mengimplementasikan pengembangan manajemen kinelja bagi perawat dan bidan, 5 komponen PMK disusun dan dimplementasikan secara utuh untuk meniugkatkan kinexja perawat dan bidan khususnya dan mcningkatkan mutu pclayanan di Rumah Sakit ini pada umumnya.


 

Sumedang District Govemment Hospital has been exposed by policy of Clinical Performance Development Management Systems (CPDMS) with the number of 836/Menlces/SK/VI!2005 about Pedoman Pengembangan Mamjemen Kinerja (PMK) Perawa: dan Bidan and there is a nurse as District Trainee of Trainer (DTOT) of Sumedang and 7 nurses and a midwife as First Line Manager (FLM) in this Hospital since 2006. The research of evaluation of implementation readiness nurses and midwives in Clinical Performance Development Management Systems (CPDMS) in Reproductive Health Care Unit at Sumedang District Government Hospital 2010 based on the statement below. This research use qualitative and quantitative methods. The result shows the Clinical Performance Development Management Systems (CPDMS) policies aren’t ready yet for nurses and midwives in the hospital, because there is no special Decree to implement Clinical Perfomance Development Management Systems (CPDMS) and there is no specific budget allocation for the implementation of CPDMS for nurse and midwife. Two components of CPDMS which were prepared diferentlyz Procedure Operating Standard (POS) in the form of Nursing Care Standards (NCS) and job descriptions of nurses and midwives based on the position in the structure of the Hospital. Meanwhile the three other components, namely: performance indicators, Reflection of Case Discussion and monitoring, and evaluation still pending. The results of evaluating the performance of 31 nurses and midwives in reproductive health services unit. The results of evaluating the performance of 31 nurses and midwives in reproductive health services unit, justice of transparency in the assessment of institutional performance in the workplace found less satisfied as many as 23 people or (74.2). Suggested to holders and decision makers are committed to providing support systems and policies to implement the Perfonnance Management Development for Nurses and Midwives and the five components of CPDMS prepared and fully implemented to improve the performance of nurses and midwives in particular and improve the quality of care in general hospitals.

Read More
T-3266
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khaula Karima; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Purnawan Junadi, Nana Mulyana, Sulistyo
Abstrak:
Ketepatan waktu merupakan kinerja utama dari sistem surveilans. Pencegahan dan pengendalian TBC memerlukan pelaporan yang lengkap dan tepat waktu agar dapat dilakukan investigasi kontak dan pengobatan. Pada penelitian ini ketepatan waktu pelaporan digambarkan dengan interval tanggal register pasien TBC saat menjadi terduga TBC dengan tanggal input pelaporan TBC di SITB dengan batas waktu 7 hari. Berbagai penelitian menunjukkan sejumlah faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan, seperti jenis fasilitas kesehatan, kepemilikan fasilitas kesehatan, karakteristik pasien, dan beberapa faktor lainnya yang digambarkan oleh Donabedian (1988) sebagai faktor input, proses, dan output. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dengan pendekatan mixed method sequential design diawali analisis kuantitatif data SITB di Provinsi Jawa Barat tahun 2021 dan 2022 dengan uji chi square dan uji regresi logistik ganda, dilanjutkan dengan penelitian kualitatif. Proporsi laporan TBC tepat waktu di Jawa Barat meningkat dari 46,7% (2021) menjadi 56,7% (2022). Hasil uji chi square menunjukkan waktu register pasien TBC, jenis faskes yang melapor, kepemilikan faskes yang melapor, riwayat penyakit TBC pasien, jenis kasus TBC, volume kasus di kabupaten/kota, status kerja sama faskes dengan BPJS Kesehatan, usia, dan jenis kelamin pasien berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan TBC di 2021 dan 2022. Setelah dikontrol variabel lainnya, analisis multivariat menyimpulkan jenis faskes merupakan faktor yang paling berhubungan dengan ketepatan waktu pelaporan TBC di Jawa Barat. Odss tertinggi pada lapas rutan (2021=10,6 CI : 6,9-16,4; dan 2022=5,4 CI=3,8-7,6) dengan rentang confident interval yang cukup besar, dan BP4/BBKPM/BKPM (2021=3,4 CI:3,1-3,5 dan 2022=4,6 CI: 3,2-3,9) dibandingkan dengan Puskesmas. Hasil penelitian kualitatif menjelaskan keterkaitan kompetensi petugas, kebijakan, infrastruktur, persepsi manfaat, dan persepsi penggunaan sistem informasi dengan ketepatan waktu pelaporan TBC. Dengan demikian, intervensi untuk meningkatkan kualitas data TBC memperhatikan jenis fasilitas kesehatan, mendorong kebijakan yang meningkatkan keterlibatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta, mengoptimalkan mekanisme umpan balik pelaporan TBC, serta memperkuat sistem informasi elektronik TBC yang mendukung output operasional penggunanya di faskes sangat penting.

Timeliness of report is one of the key metrics in surveillance system. Prevention and control of Tuberculosis requires complete and timely reporting so that contact investigations and treatment can be carried out immediately. In this study, the timeliness of reporting is described by the interval between the date of registration of a TB patient when as suspected TB and the date of input registration input into TB Information system (SITB). The categorization of timely report determined by 7 days of interval, which is also referred to by the Ministry of Health in the Zero Reporting intervention. Various studies show factors related to the timeliness of reporting, i.e., type of health facility, type of provider, patient characteristics, and other factors described by Donabedian (1988) as input, process and output factors. This study using mixed method sequential design with quantitative research using SITB data continued with qualitative research. The chi square test to analyze qualitative data continued with logistic regression. The proportion of timely TB reports in West Java increased from 46.7% to 56.7%. The chi-square test shows registration time for TB patients, type of reporting health service facility, type of provider, TB patient treatment history, type of TB case, TB case volume in the districts, cooperation status with BPJS Kesehatan, patient age, and patient gender is related to the timeliness of TB reporting in 2021 and 2022. After controlling other variables, the multivariate analysis concluded that the type of health facility is the most related factor to the timeliness of TB reporting in West Java in 2021 and 2022. The highest odds were in prisons (2021=10.6 CI: 6.9-16.4; and 2022=5.4 CI=3.8-7.6) with a large confidence interval range, and BP4/BBKPM/ BKPM (2021=3.4 CI:3.1-3.5 and 2022=4.6 CI: 3.2-3.9) compared to Puskesmas. The results of qualitative research explain the relationship between officer competency, policy, infrastructure, perceived of benefits, and perceived of information systems usefulness with the timeliness of TB reporting. Thus, interventions to improve the quality of TB data by looking at the type of health facility, encouraging policies that increase the involvement of private provider, optimizing the feedback mechanism for TB reporting, and strengthening the electronic TB information system that supports the operational output of its users in health facilities are imperative.
 
Read More
T-6964
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ardani Nurman; Pembimbing: H.E. Kusdinar Achmad; Penguji: Kusharisupeni, Tri Krianto, Nana Mulyana, Rusmiati
Abstrak:

Belum optimalnya manajemen lokakarya mini di puskesmas dicerminkan dengan proses perencanaan yang belum tersusun dengan baik dan pelaksanaan dari Iokakarya mini yang belum teralur dengan frekwensi pelaksanaan lokakarya mini yang tidak teljadwal scsuai deugan pctunjuk pedoman lokakarya mini puskesmas, yang akhimya evaluasi dari lokakarya mini itu sendiri tidak dapat diiakukan.Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran proses manajemen lokakarya mini puskcsmas dan faktor-faktor yang melatar-belakangi proses manajemen lokakarya mini puskesmas itu sendiri.Penelitian menggunakan metode kualitatif dcngan melakukan wawancara mendalam pada pimpinan puskesmas dan sraf yang terkail sepcrti kepala tata usaha, koordinator komunisasi puskesmas Sukajadi dan Lais di Kabupaten Musi Banyuasin serta observasi proses manajemen lokakarya mini yang ada.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di puskesmas Sukajadi proses lokakarya mini puskesmas telah bcijalan dengan baik sesuai dcngan buku pedoman lokakarya mini puskesmas. Hal ini terlihat dari pcrcncanaan tingkat puskesmas (PTP) dan perencanaan jadwal serta pérencanaan frekwensi kegiatan lokakarya mini sudah dibuat yang melibatkan seluruh staf pada waktu menyusun perencanaan iingkat puskesmas.Dari hasil evaluasi lokakarya mini tampak bahwa kebersamaan dan kcrjasama tim telah beijalan dengan baik, sehingga beban kerja jauh berkurang Semcntaia di puskesmas Lais prosesi lokakarya mini puskesmas tidak berdasarkan buku panduan Iokakarya mini puskesmas. Ini tériihat bahwa  percncanaan tidak disusun scwaktu awai tahun dan pcrcncanaan tingkat puskesmas (PTP) juga tidak dibuat sehingga kcgialan lokakarya mini tidak sesuai dcngan pedoman lokakarya mini puskesmas yang ada. Pelaksanaan lokakaqfa mini puskesmas itu sendiri lidak memberikan hasil yang dapat meningkatkan cakupan program-program puskesmas. Analisa hambatan dan pemecahan masalah serta pembuatan rencana kerja bulan berikutnya, yang akhimya evaluasi pelaksanaan lokakarya mini itu tidak bisa dilakukan penilaian akan kemajuan program bulan sebelumnya.Hasil penelitian ini menyarankan kegada Dinas Keschatan Kabupaten Musi Banyuasin: untuk melakukan perencanaan bimbingan teknis dari Dinas Kesehatan ke puskesmas yang belum menjalankan manajemen puskesmas termasuk lokakarya mini puskesmas, pembinaan oleh kepala puskesmas yang telah berhasil dalam menjalankan manajcmen ke puskesmas sekitamya yang belum baik manajemennya dalam rangka memperlancar proses transformasi pendidikan manajemen puskesmas dan lokakarya mini.Bagi puskesmas Lais disarankan membuat perencanaan tingkal puskcsmas (PT P) dan perencanaan manajemen lokakarya mini puskesmas yang sesuai dengan buku pedornan Iokakarya mini, taar akan jadwal lokakarya mini yang trlah ditetapkan, mcngadakan studi banding ke puskesmas lain yang telah berhasil dalam manajemen puskesmas baik dalam kabupalen maupun lain kabupaten unluk mencari masukan untuk perbaikan manajemen puskesmas dan lokakarya mini. Untuk puskesmas Sukajadi agar memperlahankan atau meningkatkan iinensitas manajcmen puskesmas dan Iqkakarya mini yang telah ada agar kelangsungan fungsi manajemen itu temp bcrjalan.


 

Small workshop management in public health center (PHC) is not optimum as rchccted not well arranged, implementation irregular and unscheduled time as suggested in thc guideline of small workshop in public health center, finally, small workshop couldn?t evaluation.This study is to tind out why the small workshop management is not optimum, it has the aim to shows describe management process of small workshop in public health center and detemtinant factors.The method of the research is qualitative by in-depth interview with the public health center chief and staffs in Sukajadi and Lais public health iventer, and observation to small workshop management process.The result of this study shows that small workshop in Sukajadi public health center have been realization as well as, appropriate with the small workshop guideline. this could be showed at PHC level planning (PTP), schedule planning, and small workshop licquencies planning_ which have made at the same time, all PHC staffs has been participated when the prepare of PHC level planning.The result of small workshop evaluated, togethcrness and teamwork was well applied, so that it can decrease of workload. On the contrary, small workshop in Lais public health centre is not based to the the small workshop guideline, this could be showed at planning is not prepare in the beginning of this year and not prepare of PHC level planning, so that small workshop was not appropriated with small workshop guideline. Small workshop in Lais PHC is not collective, because not increase of PHC programs scope, trouble analysis, and problem solving. Small workshop was not evaluated program for the progress of the month before.The results of this research is suggest to chief of Health Ofiice Musi Banyuasin to implementation of technical guidance plan tiom health office to PHC, include the small workshop and establishment by chief PHC. To Lais PHC is recommendation to make PI-IC level planning and PHC management planning of small workshop that _was appropriate with small workshop guideline, discipline of small workshop schedule, comparative study to PHC has been progress in the management in the other municipaiities. For Sukajadi public health center to maintain or improve of PHC management and small workshop so that survival of the management function will be exist.

Read More
T-1215
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Junita Irianti Situmorang; Pembimbing: Soekidjo Notoatmodjo; Penguji: Zarfiel Tafal, Sutanto Priyo Hastono, Nana Mulyana, Khaerudin
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross Sectional yang menganalisis lanjut data sekunder Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia tahun 2011. Lokasi penelitian di Kota Sorong dengan populasi penelitian seluruh siswa SMA/Sederajat di Kota Sorong pada tahun 2011 dan menggunakan total sampelpada survei yang berjumlah 403 orang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahuigambaran perilaku seksual berisiko remaja pada siswa SMA/Sederajat di Kota Sorong, Papua Barat tahun 2011dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40% remaja siswa SMU/Sederajat di Kota Sorong,Papua Barat tahun 2011 yang melakukan perilaku seksual berisiko tinggi, dimana16.6% telah melakukan hubungan seksual melalui vagina. Pada analisis bivaria tdiperoleh variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja diKota Sorong tahun 2011 adalah jenis kelamin, umur dan konsumsi minumalberalkohol. Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilakuseksual berisiko remaja adalah konsumsi minuman beralkohol dengan OR 6.141(95% CI : 3.396-11.105) setelah dikontrol oleh jenis kelamin.

Kata kunci : Perilaku seksual berisiko remaja.
Read More
T-4113
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iyana Putri; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Wahyu Sulistiadi, Ascobat Gani, Irene Adyatmaka, Nana Mulyana
Abstrak: Penurunan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masa pandemi COVID-19 ini akan berdampak pada penurunan penggunaan bahan kesehatan pada prakter dokter gigi. Diperlukan strategi dan kebijakan dalam pemasaran produk bahan kesehatan pada pandemi COVID-19. Tujuan penelitian adalah menganalisa manfaat media sosial dalam loyalitas penggunaan bahan kesehatan pada praktek dokter gigi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 441 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam grup whatsapp (80,9%) adalah promoters. Sedangkan pada responden yang bukan dalam grup whatsapp, hanya sebagian kecil responden (41,6%) yang merupakan promoters. Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square ditemukan bahwa p-value<0,001. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok media sosial dengan loyalitas pelanggan. Dari faktor pemanfaatan media sosial antara sebelum dan sesudah COVID-19, NPS responden pada kelompok grup whatsapp sesudah pandemi COVID-19 jauh lebih tinggi dari sebelum pandemi COVID-19. Sedangkan, NPS responden yang bukan grup whatsapp sama antara sebelum dan sesudah pandemi COVID-19. Hal ini menunjukkan bahwa dalam grup whatsapp terdapat lebih banyak loyal customer yang akan terus membeli dan merekomendasikan produk
The decrease in the utilization of dental health services during the COVID-19 pandemic will have an impact on the use of health materials. Strategies and policies are needed in the marketing of health products during the COVID-19 pandemic. This study used to analyze the benefits of social media in the loyalty of the use of health materials in dental practices. This study used a cross-sectional design, consist of 441 respondent. Data was collected through an online questionnaire. The results showed that the majority of respondents in the WhatsApp group (80.9%) were promoters. Meanwhile, for respondents who are not in the WhatsApp group, only a small proportion of respondents (41.6%) are promoters. The results of the chi-square test found that the p-value <0.001. This means that there is a significant relationship between social media groups and customer loyalty. From the factor of using social media between before and after COVID-19, the NPS of respondents in the WhatsApp group after the COVID-19 pandemic was higher than before the COVID-19 pandemic. Meanwhile, the NPS of respondents who are not in the WhatsApp group are the same. In the WhatsApp group, there are more loyal customers who will continue to buy and recommend products
Read More
T-6304
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hartini; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Rita Damayanti, Dian Ayubi, Nana Mulyana, Muh. Danial Umar
Abstrak: Kekambuhan skizofrenia merupakan masalah yang terjadi di Rumah Sakit JiwaProvinsi Kalimantan Barat di Kota Singkawang. Jumlah penderita skizofrenia yangkambuh terjadi peningkatan disetiap bulannya. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014 dari bulan Januari 48, Februari 55, Maret 60.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai gambaran kekambuhan pada penderita skizofrenia di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014.Desain penelitian yang dipakai yaitu metode kualitatif, penelitian ini dilakukan padabulan Mei-Juni 2014 teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam.Hasil penelitian, penderita kambuh dan tidak kambuh terlihat bahwa pada keluargapenderita skizofrenia yang kambuh dukungan keluarga (pengetahuan, sikap, budaya,stigma) dan kepatuhan minum obat. Variabel tersebut yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan terlihat bahwa masih ada keluarga yang memperlakukan penderitadengan kasar dan hanya memperhatikan minum obatnya saja namun kenyataannyamasih ada penderita yang tidak teratur minum obat. Sedangkan pada kasuspembanding yaitu pada keluarga penderita yang kambuh justru sebaliknya. Sedangkan pada kedua kelompok ini budaya disetiap suku terlihat penanganan yang berbeda-beda.Di butuhkan program terapi keluarga pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat di Kota Singkawang Kata Kunci : Kekambuhan skizofrenia, dukungan keluarga, keluarga penderita kambuh dan tidak kambuh
Schizophrenia relapses is a problem that occurs in SingkawangMental Hospital, WestKalimantan Province. The number of patients with schizophrenia who relapseincreased every month. Based on the data, there was an increase of cases fromJanuary (48 cases), February (55 cases), and March (60 cases).The aims of this study isto find out information about the relapse overview inschizophrenia patients at Singkawang West Kalimantan Province in the year of2014.The study design used is a qualitative method. The study was conducted inMay-June 2014.In-depth interviewstechniques was used for data collection.The results showed there are five variables that influence the occurrence of relapse,ie family support (knowledge, attitudes,culture, stigma)and drug compliance. Thereare families still treat the patients with rude and only pay attention to take hismedication alone but in fact there are still people who do not regularly takemedication. While in the case of the comparison which is to the patient's family, justthe opposite is happening. While in the both groups, the handling look the difrent inevery cultures.Family therapy program is needed at the SingkawangMental Hospital, WestKalimantan Province.Keywords :schizophrenia relapses, family support, families of relapse and not-relapse patients
Read More
T-4144
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riza Hayati Ifroh; Pembuimbing: Dian Ayubi; Penguji: Rita Damayanti, Tri Krianto, Nana Mulyana, Husein Habsyi
Abstrak: Pemerintah Indonesia menargetkan standar pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS di Kabupaten/Kota sebesar 95%. Kalimantan Timur sebagai salah satuprovinsi di Indonesia berdasarkan data Dinas Kesehatannya tahun 2012,menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja di Kota Samarinda barumencapai 25,5%. Sehubungan dengan hal tersebut Dinas Kesehatan ProvinsiKalimantan Timur melaksanakan kampanye kesehatan Aku Bangga Aku Tahu diKota Samarinda dengan menggunakan media bantu KIE. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui efektivitas kombinasi media audiovisual berupa film animasiAku Bangga Aku Tahu dan diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuanHIV-AIDS pada remaja di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Samarinda. Desainpenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen yangterdiri dari 80 subjek penelitian. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2014menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh subjek penelitian. Analisis yangdilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan ujiWilcoxon dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelahkegiatan intervensi, kelompok intervensi dan kontrol mengalami peningkatanpengetahuan tentang HIV-AIDS. Peningkatan pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS pada kelompok intervensi adalah sebesar 22,41% dan peningkatanpengetahuan remaja tentang HIV-AIDS pada kelompok kontrol adalah sebesar21,6%. Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik padaperubahan nilai pengetahuan tentang HIV-AIDS antara kelompok intervensi(melalui pemutaran film dan diskusi kelompok) dan kelompok kontrol (melaluipemutaran film).Kata kunci: HIV-AIDS, media audiovisual, diskusi kelompok.
Read More
T-4074
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive