Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Reshiva Fiero Arista; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Wahyu Septiono, S. Panata Harianja
Abstrak:
Lonjakan kasus HMPV di Tiongkok menjadi sorotan media dan berkaitan dengan komunikasi risiko serta cara penyampaian pesan yang membentuk persepsi publik melalui pengaruh bias dan kepentingan media. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pemberitaan Human Metapneumovirus (HMPV) pada Detik.com, Kompas.com dan Liputan6.com pada tanggal 1 Desember 2024 hingga 28 Februari 2025 selaras dengan kaidah komunikasi risiko WHO menggunakan metode analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukkan, dari 296 artikel yang dianalisis, sebagian besar belum sepenuhnya mengikuti kaidah komunikasi risiko WHO. Pilar komunikasi risiko dalam membangun kepercayaan publik belum optimal diterapkan, tercermin lebih dari 30% artikel tidak memaparkan informasi dasar HMPV. Informasi sifat penyakit HMPV yang paling banyak ditemukan adalah informasi mengenai gejala HMPV dan paling sedikit adalah informasi penanganan HMPV. Pilar integrasi komunikasi risiko terhadap sistem kesehatan dibuktikan dengan adanya laporan data epidemiologi HMPV namun terbatas pada data kasus penyakit HMPV di Indonesia dan data kasus penyakit HMPV di luar negeri. Pilar praktik komunikasi risiko kurang optimal diupayakan oleh media dibuktikan dalam minimnya informasi yang dimuat mengenai upaya dan kebijakan kesehatan. Liputan6.com menjadi media daring yang paling memenuhi kaidah komunikasi risiko, dibuktikan melalui tingginya persentase temuan informasi dasar HMPV, sifat penyakit, data epidemiologi luar negeri, dan upaya kesehatan oleh pemerintah Indonesia serta fasilitas kesehatan. Kompas.com dan Detik.com lebih banyak memuat informasi bersumber pemerintah, sedangkan Liputan6.com lebih banyak memuat informasi bersumber pakar. Berita yang tidak mencantumkan sumber paling banyak ditemukan pada Detik.com. Tidak semua artikel berita memenuhi kaidah komunikasi risiko karena jenis pesan didominasi dengan pesan berisi ancaman dibandingkan pesan efikasi. Detik.com memuat paling banyak pesan ancaman sekaligus paling sedikit pesan efikasi. Sebanyak 49% artikel mengandung bias komersial berupa tersebarnya potongan dan pengulangan informasi pada artikel berbeda yang paling banyak ditemukan pada Detik.com. Strategi penyampaian pesan oleh media tercermin melalui headline artikel yang dominan menyoroti peristiwa HMPV, penutup yang mendukung isu HMPV, gaya penceritaan deskriptif yang banyak mengandung solusi terhadap penanganan HMPV, disertai penekanan fakta yang dominan melalui gabungan elemen huruf dan visual. 


The surge in HMPV cases in China has been in the media spotlight and is related to risk communication and how messages are conveyed, which shape public perception through media bias and interests. This study aims to identify the extent to which reporting on Human Metapneumovirus (HMPV) on Detik.com, Kompas.com, and Liputan6.com from December 1, 2024, to February 28, 2025, aligns with WHO risk communication guidelines using content analysis methods. The results of this study indicate that, out of 296 articles analyzed, most have not fully adhered to WHO risk communication guidelines. The pillars of risk communication in building public trust have not been optimally applied, as evidenced by over 30% of articles failing to provide basic information about HMPV. The most found information about HMPV is related to its symptoms, while the least common is information about its management. The pillar of integrating risk communication into the health system is evidenced by the availability of HMPV epidemiological data reports, though these are limited to HMPV case data in Indonesia and HMPV case data from other countries. The pillar of risk communication practices is not optimally pursued by the media, as evidenced by the limited information provided on health efforts and policies. Liputan6.com is the online media outlet that best meets the principles of risk communication, as evidenced by the high percentage of basic information on HMPV, disease characteristics, epidemiological data from abroad, and health efforts by the Indonesian government and health facilities. Kompas.com and Detik.com contain more information sourced from the government, while Liputan6.com contains more information sourced from experts. News articles without sources were most found on Detik.com. Not all news articles met risk communication guidelines because the type of message was dominated by threat-based messages rather than efficacy-based messages. Detik.com published the most threat-based messages while having the fewest efficacy-based messages. 49% of articles contained commercial bias in the form of repeated and duplicated information across different articles, most foundon Detik.com. The media's message delivery strategy is reflected through article headlines that predominantly highlight HMPV events, conclusions that support HMPV issues, descriptive storytelling styles that often include solutions for HMPV management, accompanied by a dominant emphasis on facts through a combination of text and visual elements.
Read More
S-12044
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Enjelika Rakhmawati; Pembimbing: Helda; Penguji: Wahyu Septiono, Mutmainah Indriyati
Abstrak:
Latar Belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator mortalitas dalam mengukur derajat kesehatan suatu negara. Meskipun terjadi tren penurunan dalam kurun waktu satu dekade terakhir, nilai AKI nasional masih mencapai 189 per 100.000 kelahiran hidup, sedikit lebih tinggi dari target yang tercantum dalam RPJMN 2024 sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup serta menjadikan Indonesia sebagai peringkat kedua tertinggi di ASEAN dalam konteks kematian ibu. Kesenjangan dan ketidakadilan dalam mendapatkan layanan kesehatan ibu yang berkualitas menjadi faktor adanya disparitas AKI antar wilayah, terutama di wilayah Indonesia Timur. Masih tingginya AKI di Indonesia dan minimnya penelitian terkait determinan kematian ibu yang ditinjau di tingkat regional (cluster), menghambat upaya identifikasi strategi intervensi kesehatan yang lebih efektif guna percepatan penurunan AKI di Indonesia. Tujuan: Menganalisis pola determinan kematian ibu di Indonesia berdasarkan hasil pengelompokkan provinsi menggunakan metode K-Means Clustering. Metode: Desain studi ekologi dengan unit analisis berupa 34 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini bersumber pada data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023 dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data akan diolah menggunakan analisis univariat, K-Means Clustering, dan analisis bivariat (uji korelasi Spearman). Hasil: Jumlah cluster yang optimal pada penelitian ini adalah 2 cluster di mana 30 provinsi berada pada cluster 0 (kurang berisiko) dan 4 provinsi di Indonesia Timur pada cluster 1 (lebih berisiko). Pada cluster 0, variabel persentase ibu hamil yang terdeteksi HbsAg reaktif (r = 0,662) dan persentase penduduk miskin (r = 0,394) menunjukan korelasi positif yang signifikan terhadap AKI. Sebaliknya, variabel IPM (r = -0,753), persentase kunjungan K6 (r = -0,605), persalinan di Fasyankes (r = -0,438), dan persentase kunjungan nifas lengkap (r = -0,377) menunjukkan korelasi negatif yang signifikan terhadap AKI. Pada cluster 1, variabel persentase penduduk miskin (r = 0,999) dan persentase ibu hamil yang terdeteksi positif HIV (r = 0,999) menunjukan korelasi positif yang signifikan terhadap AKI. Sebaliknya, variabel IPM (r = -0,999) menunjukkan korelasi negatif yang signifikan terhadap AKI. Kesimpulan: Terdapat perbedaan pola determinan kematian ibu antar cluster wilayah. Temuan ini menekankan pentingnya strategi intervensi yang sesuai dengan kondisi wilayah guna percepatan penurunan AKI di Indonesia.

Background: The Maternal Mortality Rate (MMR) is one of the mortality indicators used to measure the health status of a country. Although there has been a downward trend over the past decade, the national MMR still reaches 189 per 100,000 live births, slightly higher than the target set in the 2024 RPJMN of 183 per 100,000 live births, placing Indonesia as the second highest in ASEAN regarding maternal deaths. Disparities and injustices in accessing quality maternal health services are factors contributing to the MMR disparities across regions, particularly in Eastern Indonesia. The persistently high MMR in Indonesia and the lack of research on maternal mortality determinants analyzed at the regional (cluster) level hinder efforts to identify more effective health intervention strategies to accelerate the reduction of MMR in Indonesia. Objective: To analyze the patterns of maternal mortality determinants in Indonesia based on the clustering of provinces using the K-Means Clustering method. Method: An ecological study design with the unit of analysis being 34 provinces in Indonesia. The data used in this study comes from the 2023 Indonesian Health Profile and the Statistics Indonesia (BPS). Data will be processed using univariate analysis, K-Means Clustering, and bivariate analysis (Spearman correlation test). Results: The optimal number of clusters in this study is 2 clusters where 30 provinces are in cluster 0 (less at risk) and 4 provinces in Eastern Indonesia are in cluster 1 (more at risk). In cluster 0, the percentage of pregnant women detected with reactive HbsAg (r = 0.662) and the percentage of the population living in poverty (r = 0.394) show a significant positive correlation with MMR. Conversely, the HDI variable (r = -0.753), the percentage of K6 visits (r = -0.605), the percentage of deliveries in health facilities (r = -0.438), and the percentage of complete postpartum visit (r = -0.377) show a significant negative correlation with MMR. In cluster 1, the percentage of the population living in poverty (r = 0,999) and the percentage of pregnant women detected as HIV positive (r = 0,999) show a significant positive correlation with MMR. Conversely, the HDI variable (r = -0,999) shows a significant negative correlation with MMR. Conclusion: There are differences in the determinants of maternal mortality patterns among regional clusters. These findings emphasize the importance of intervention strategies that are tailored to regional conditions in order to expedite the reduction of MMR in Indonesia.
Read More
S-11891
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fakta Sia Anita; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Wahyu Septiono, Lina Widyastuti
Abstrak:
Prediksi pertambahan jumlah penduduk dunia menunjukkan Indonesia akan masuk ke dalam negara yang diprediksi akan mengalami pertambahan dalam jumlah besar. Penekanan nilai TFR menjadi salah satu cara dan mempresentasikan hasil kinerja dalam mengendalikan jumlah penduduk. Nilai TFR salah satunya dapat dipengaruhi oleh unmet need kontrasepsi karena berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi yang memengaruhi angka kelahiran. Nilai unmet need kontrasepsi di Indonesia masih jauh dari target yang ditetapkan. Terdapat perbedaan angka penurunan unmet need kontrasepsi yang cukup signifikan antara Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2021 hingga 2023. Provinsi Riau dapat menurunkan nilai unmet need kontrasepsi sebesar 7,81% sedangkan Provinsi Kepulauan Riau hanya dapat menurunkan sebesar 3,12%. Padahal, kedua provinsi tersebut memiliki karakterisitk yang hampir sama, seperti kebudayaan dan kebiasaan masyarakat karena Provinsi Kepulauan Riau merupakan pemekaran dari Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang paling berhubungan dengan kejadian unmet need kontrasepsi di Provinsi Riau adalah keterpaparan informasi tentang KB dari petugas (AOR 0,030 CI 95% 0,010-0,084) dan diskusi dengan suami (AOR 2,833 CI 95% 1,352-5,934). Sedangkan di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan status pekerjaan (AOR 1,639 CI 95% 1,011-2,660) dan tempat tinggal (AOR 2,554 CI 95% 1,034-6,306) sebagai faktor-faktor yang memiliki hubungan paling kuat dengan kejadian unmet need kontrasepsi.

Population growth projections indicate that Indonesia will be among the countries expected to experience significant increases. Lowering the Total Fertility Rate (TFR) is one of the strategies to manage population growth effectively, and TFR serves as a key performance indicator in controlling population numbers. One of the factors influencing TFR is the unmet need for contraception, which is directly related to contraceptive use and birth rates. The level of unmet need for contraception in Indonesia is still far from the targeted goal. Between 2021 and 2023, there was a notable difference in the reduction of unmet need for contraception between Riau Province and the Riau Islands Province. Riau Province successfully reduced the unmet need for contraception by 7.81%, whereas the Riau Islands Province only managed a reduction of 3.12%. This is noteworthy because both provinces share similar characteristics, such as culture and societal habits, given that the Riau Islands Province was carved out from Riau Province. Research findings highlight that in Riau Province, the factors most associated with the occurrence of unmet need for contraception are exposure to family planning information from health workers (AOR 0.030, CI 95% 0.010-0.084) and discussions with husbands (AOR 2.833, CI 95% 1.352-5.934). In contrast, in the Riau Islands Province, employment status (AOR 1.639, CI 95% 1.011-2.660) and place of residence (AOR 2.554, CI 95% 1.034-6.306) are the strongest factors associated with the unmet need for contraception.
Read More
S-11780
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anindya Nuzhmi Zharifa; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Wahyu Septiono, Novi Indriastuti
Abstrak:
Merokok masih menjadi ancaman kesehatan bagi remaja hingga saat ini. Studi menemukan bahwa tren perokok anak usia 10 – 18 tahun di Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat. Merokok yang dimulai pada usia remaja akan lebih sulit untuk berhenti merokok saat dewasa. Kian langgengnya perilaku merokok yang dilakukan oleh penduduk usia belia di Indonesia menandakan belum tercapainya kemajuan program-program pengendalian tembakau yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren dan prevalensi pengalaman merokok remaja di Indonesia dari tahun 2009, 2014, hingga 2019. Analisis data memanfaatkan hasil Global Youth Tobacco Survey pada sampel remaja usia 11 – 17 tahun di tingkat menengah pertama dengan regresi logistik multivariabel untuk mengetahui determinan utama pengalaman merokok. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi merokok remaja di Indonesia meningkat secara signifikan dari waktu-waktu (p-value <0.001). Faktor-faktor yang mendorong perilaku mencoba merokok pada remaja ditemukan pada remaja laki-laki (AOR: 13,2; 95% CI: 11,055 – 15,788), remaja dengan persepsi social benefit positif (AOR: 1,2; 95% CI: 1,095 – 1,406), menerima tawaran rokok teman (AOR: 24; 95% CI: 19,450 – 29,788), terpapar asap rokok di tempat umum (AOR: 2; 95% CI: 1,774 – 2,228), terpapar asap rokok di rumah (AOR: 2,4; 95% CI: 2,103 – 2,706). Implikasi penelitian ini menyorot evaluasi program pengendalian tembakau di Indonesia yang perlu dikembangkan dari berbagai aspek guna menekan laju konsumsi rokok yang dilakukan remaja melalui penguatan regulasi dan kolaborasi lintas sektor.

Smoking is still a health threat to adolescents today. Studies have found that the trend in smokers among children aged 10 - 18 years in Indonesia has been increasing over time. Smoking that starts in adolescence will be more difficult to quit smoking as an adult. The persistence of smoking behavior by the young population in Indonesia indicates that effective tobacco control programs have not yet made progress. This study aims to determine the trends and prevalence of adolescent smoking experience in Indonesia from 2009, 2014, to 2019. Data analysis utilized the Global Youth Tobacco Survey on a sample of adolescents aged 11 - 17 years at junior secondary level with multivariable logistic regression to determine the main determinants of smoking experience. The study revealed that the prevalence of adolescent smoking in Indonesia increased significantly over time (p-value <0.001). Factors that encourage adolescent smoking trying behavior were found in male adolescents (AOR: 13.2; 95% CI: 11.055 - 15.788), adolescents with positive social benefit perceptions (AOR: 1.2; 95% CI: 1.095 - 1.406), accepting a friend's cigarette offer (AOR: 24; 95% CI: 19.450 - 29.788), exposure to cigarette smoke in public places (AOR: 2; 95% CI: 1.774 - 2.228), exposure to cigarette smoke at home (AOR: 2.4; 95% CI: 2.103 - 2.706). The implications of this study highlight the evaluation of tobacco control programs in Indonesia that need to be developed from various aspects to reduce the rate of cigarette consumption by adolescents through strengthening regulations and cross-sector collaboration
Read More
S-11728
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ulya Zahratul Afiah; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Wahyu Septiono, Eksi Wijayanti
Abstrak:
Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia masih rendah dan belum merata di setiap provinsi. Data SDKI 2012 dan 2017 melaporkan cakupan imunisasi dasar lengkap mencapai 37% dan 59%. Jawa Timur, Bali dan NTB merupakan provinsi dengan cakupan imunisasi selalu di atas cakupan nasional sedangkan Aceh, Sumatera Barat dan Riau selalu di bawah cakupan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan faktor yang mempengaruhi imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-59 bulan di wilayah imunisasi dasar konsisten tinggi (Jawa Timur, Bali dan NTB) dan wilayah imunisasi dasar konsisten rendah (Aceh, Sumatera Barat dan Riau) menggunakan data SDKI 2012 dan 2017. Variabel dependen yaitu imunisasi dasar lengkap sedangkan variabel independen yaitu usia ibu, pendidikan ibu, indeks kekayaan, kunjungan antenatalcare dan tempat persalinan. Uji regresi logistik multivariabel digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang paling mempengaruhi imunisasi dasar lengkap. Cakupan imunisasi dasar lengkap di wilayah imunisasi dasar konsisten tinggi dan rendah tahun 2012 mencapai 43,8% dan 29,8% sedangkan tahun 2017 mencapai 51,4% dan 21,8%. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa indeks kekayaan menjadi faktor yang paling mempengaruhi imunisasi dasar lengkap tahun 2012 di wilayah imunisasi dasar konsisten tinggi (OR=2,89) dan wilayah imunisasi dasar konsisten rendah (OR=2,64). Faktor yang paling mempengaruhi imunisasi dasar lengkap tahun 2017 di wilayah imunisasi dasar konsisten tinggi yaitu tempat persalinan (OR=2,3) sedangkan di wilayah imunisasi dasar konsisten rendah yaitu kunjungan antenatalcare (OR=2,09). Program antenatalcare dan perencanaan persalinan perlu diperkuat untuk mendukung program imunisasi dengan menargetkan ibu dari indeks kekayaan terbawah.

Complete basic immunization coverage in Indonesia is still low and not equally distributed in each province. The IDHS 2012 and 2017 data reports basic complete immunization around 37% and 59%. East Java, Bali and West Nusa Tenggara are province with immunization coverage above national coverage, while Aceh, West Sumatera and Riau are bellow national coverage. This study aims to compare the factors that influence complete basic immunization among children aged 12-59 months in consistently high (East Java, Bali and West Nusa Tenggara) and low (Aceh, West Sumatera and Riau) basic immunization areas uses 2012 and 2017 IDHS data. The dependent variable is complete basic immunization while the independent variables are maternal age, maternal education, wealth index, antenatal care visits and place of delivery. Multivariable logistic regression test was used to identify factors that most influence complete basic immunization. The results showed that the wealth index was the factor that most influenced complete basic immunization in 2012 in consistently high (OR=2,89) and low (OR=2,64) basic immunization areas. The factors that most influenced complete basic immunization in 2017 in consistently high basic immunization areas was the place of delivery (0R=2,3) while in consistently low basic immunization areas was antenatal care visits (OR=2,09). Antenatal care and birth planning programs need to be strengthened to support immunization programs by targeting mothers from the lowest wealth index.
Read More
S-11493
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khalina Puspitasari; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Wahyu Septiono, Siti Sugih Hartiningsih
Abstrak:
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental paling umum di seluruh dunia yang dapat mengarah pada keinginan bunuh diri serta menimbulkan kerugian ekonomi. Kelompok dewasa muda memiliki prevalensi depresi tertinggi, namun paling sedikit mengakses layanan kesehatan mental. Wilayah perkotaan memiliki prevalensi depresi yang lebih tinggi dari perdesaan karena berbagai perbedaan antara kedua wilayah tempat tinggal. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan depresi pada dewasa muda usia 18-24 tahun di Indonesia menurut wilayah perkotaan dan perdesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi logistik. Hasil menunjukkan perempuan (OR=2,743; 95% CI=2,058 - 3,655), memiliki riwayat penyakit kronis (OR=4,252; 95% CI=2,651 - 6,818), dan mengonsumsi alkohol (OR=4,285; 95% CI=2,359 - 7,786) merupakan determinan depresi di perkotaan. Perempuan (OR=2,149; 95% CI=1,196 - 3,863), tidak bekerja (OR=2,260; 95% CI=1,274 - 4,008), dan tidak menikah (OR=1,980; 95% CI=1,161 - 3,377) merupakan determinan depresi di perdesaan. Program edukasi, konseling, dan skrining kesehatan jiwa perlu diutamakan bagi kelompok berisiko, serta diintegrasikan dengan promosi gaya hidup sehat.

Depression is the most common mental health disorder worldwide that can lead to suicidal ideation and economic loss. Young adults have the highest prevalence of depression, but the least to access mental health services. Urban areas have a higher prevalence of depression than rural areas due to various differences between the two areas of residence. Based on that, this study aims to determine the determinants of depression in young adults aged 18-24 years in Indonesia according to urban and rural areas. This study is a quantitative study using secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (IHS). Data analysis was carried out using the logistic regression analysis method. The results showed that women (OR = 2.743; 95% CI = 2.058 - 3.655), having a history of chronic disease (OR = 4.252; 95% CI = 2.651 - 6.818), and consuming alcohol (OR = 4.285; 95% CI = 2.359 - 7.786) are determinants of depression in urban areas. Female (OR=2.149; 95% CI=1.196 - 3.863), unemployed (OR=2.260; 95% CI=1.274 - 4.008), and unmarried (OR=1.980; 95% CI=1.161 - 3.377) are determinants of depression in rural areas. Mental health education, counseling, and screening programs need to be prioritized for at-risk groups, and integrated with healthy lifestyle promotion.
Read More
S-11902
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Audrey Hanifa Putri; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Wahyu Septiono, Samuel Josafat Olam
Abstrak:
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Merokok diketahui menyebabkan penurunan kemampuan kognitif serta meningkatkan risiko demensia namun literatur mengenai hubungan merokok dengan kemampuan kognitif pada penduduk usia produktif di Indonesia masih sangat terbatas. Melalui analisis data Indonesian Family Life Survey 5, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan kemampuan kognitif pada penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kuintil kekayaan, status perkawinan, status bekerja, tempat tinggal, hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, penyakit jantung, dan stroke. Melalui analisis regresi linier ditemukan bahwa perokok memiliki rata-rata kemampuan kognitif yang lebih rendah dibanding non-perokok sebesar 0,07 (95%CI: -0,10 hingga -0,04) standar deviasi (p<0,05). Perokok berat ditemukan tidak memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah daripada perokok ringan yang signifikan secara statistik. Selain itu ditemukan hubungan merokok dengan kemampuan kognitif dari aspek lama menjadi perokok aktif dimana bertambahnya satu tahun menjadi perokok aktif berhubungan dengan kemampuan kognitif yang lebih rendah 0,01 (95%CI: -0,01 hingga -0,01) standar deviasi (p<0,05).

Indonesia is one of the countries with the largest number of smokers in the world. Smoking is known to negatively affect cognitive ability and increases the risk of dementia, however literature regarding the relationship between smoking and cognitive abilities in the productive age population in Indonesia is still very limited. Through data analysis of the 5th wave of the Indonesian Family Life Survey, this study aims to determine the relationship between smoking and cognitive abilities in the Indonesian population whilst controlling the effect of age, gender, education level, wealth quintile, marital status, work status, place of residence, hypertension, diabetes, hypercholesterolemia, heart disease, and stroke. Through linear regression analysis, it was found that smokers’ cognitive ability was lower than non-smokers by 0.07 (95%CI: -0.10 to -0.04) standard deviations (p<0.05). Heavy smokers were not found to have statistically significant lower cognitive ability than light smokers. There was a relationship between smoking and cognitive ability from the aspect of years of smoking, where an increase of one year of being an active smoker was associated with lower cognitive ability of 0.01 (95%CI: -0.01 to -0.01) standard deviations (p <0.05).
Read More
S-11717
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ibnu Muyassar; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Wahyu Septiono, Sedy Fajar Muhamad
Abstrak:
Disparitas antara layanan kesehatan diabetes melitus antara kota dan kabupaten masih menjadi tantangan di Indonesia meskipun sudah ada Jaminan Kesehatan Nasional. Akses ini menjadi penting karena pasien sangat bergantung terhadap manajemen diabetes melitus tipe 1 untuk menjaga kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran akses layanan kesehatan pada pasien diabetes melitus tipe 1 di Indonesia tahun 2015-2022 berdasarkan kabupaten/kota. Penelitian ini menggunakan data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2022 dengan desain penelitian cross sectional. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk melihat proporsi pada setiap karakteristik pasien berdasarkan kabupaten/kota. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 3,8% pasien memiliki akses adekuat dengan mayoritas adalah laki-laki, berada dalam segmentasi PBI, berobat ke wilayah kota apabila tinggal di wilayah kabupaten, berobat ke wilayah kabupaten apabila tinggal di wilayah kota, dan memiliki komorbid hipertensi. Perluasan jaminan manfaat program Prolanis dan pedoman manajemen penyakit diabetes melitus tipe 1 menjadi hal yang penting untuk meningkatkan akses pada pasien.

Healthcare access disparity between cities and regencies in diabetes mellitus healthace is a challenging issue despite Indonesia already have National Health Insurance. This access become an important subject because type 1 diabetes mellitus patients depend on good management to maintain their quality of life. The aim of this study is to describe the healthcare access among type 1 diabetes mellitus patients based on regency-city status. This study used Indonesia National Health Insurance 2015-2022 Sample Data with cross sectional as its study design. The results showed that 3,8% type 1 diabetes mellitus in patients in Indonesia have adequate access with majority of them are men, in PBI scheme, seeking treatment in the city if they lived in the regency, seeking treatment in the regency if they lived in the city, and have hypertension as a comorbid. The expansion of Prolanis program and type 1 diabetes mellitus management guidelines are important to improve patients’ access to healthcare.
Read More
S-11582
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khairiah; Pembimbing: Helda; Penguji: Wahyu Septiono, Hidayat Nuh Ghazali Djajuli
Abstrak:

Dengue merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2024, Kota Depok mencatat 5.040 kasus dengue (IR 266/100.000 penduduk) dengan 13 kematian (CFR 0,25%), jauh melebihi target nasional (IR ≤10/100.000). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian dengue secara spasial di Kota Depok tahun 2024 dengan menggunakan pendekatan mix-method. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk pendekatan kuantitatif dengan data sekunder dan pendekatan explanatory untuk kualitatif melalui wawancara mendalam. Analisis spasial dilakukan menggunakan perangkat lunak QGIS dan GeoDa. Variabel yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta angka bebas jentik (ABJ). Kasus dengue menunjukkan pola spasial mengelompok dengan autokorelasi spasial pada variabel-variabel yang diteliti. Model Spatial Error Model (SEM) memberikan hasil terbaik dengan nilai AIC terendah (657,88) dan R² sebesar 0,276. Efek spasial eror sebesar 37,4% menunjukkan pengaruh dari wilayah sekitar terhadap penyebaran kasus dengue. Kepadatan penduduk ditemukan sebagai variabel signifikan yang berhubungan dengan kejadian dengue. Wilayah prioritas untuk intervensi meliputi Kelurahan Bedahan, Rangkapan Jaya Baru, Depok Jaya, Mampang, dan Cisalak. Pendekatan spasial efektif dalam mengidentifikasi wilayah risiko tinggi dengue dan variabel yang memengaruhi penyebarannya. Disarankan agar intervensi dengue lebih difokuskan pada wilayah dengan kepadatan tinggi, peningkatan edukasi PHBS, integrasi analisis spasial dalam perencanaan program, serta koordinasi lintas sektor. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengendalian dengue yang berbasis data dan wilayah.


 

Dengue is a viral infection transmitted by Aedes aegypti mosquitoes and remains a significant public health threat in Indonesia. In 2024, the city of Depok reported 5,040 dengue cases (IR 266/100,000 population) and 13 deaths (CFR 0.25%), far exceeding the national target of IR ≤10/100,000. This study aims to spatially analyze the risk factors associated with dengue incidence in Depok City in 2024 using a mixed-methods approach. A cross-sectional ecological design was used for the quantitative component, supported by secondary data, while the qualitative component followed an explanatory design through in-depth interviews. Spatial analysis was conducted using QGIS and GeoDa. The variables analyzed included gender, age, population density, household-level Clean and Healthy Living Behavior (PHBS), and larva-free index (ABJ). Dengue cases exhibited a clustered spatial pattern with spatial autocorrelation across the studied variables. The Spatial Error Model (SEM) yielded the best performance with the lowest AIC (657.88) and R² of 0.276. A spatial error effect of 37.4% indicated that neighboring areas influence dengue transmission. Among all variables, population density was significantly associated with dengue incidence. Priority intervention areas identified were Bedahan, Rangkapan Jaya Baru, Depok Jaya, Mampang, and Cisalak sub-districts. A spatial approach is effective in identifying high-risk areas and key factors influencing dengue transmission. It is recommended that dengue prevention programs prioritize high-density areas, strengthen PHBS education, integrate spatial analysis into health program planning, and enhance cross-sector coordination. These strategies are expected to improve the effectiveness of dengue control efforts based on spatial and epidemiological data.

Read More
T-7282
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Latifatul Khoiriyah; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Wahyu Septiono, Iqbal Ridzi Fahdri Elyazar
Abstrak:
Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 masih menjadi masalah kesehatan global yang serius. Prevalensi DMT2 selalu meningkat dari tahun 2000-2021 yakni dari 4,55% menjadi 10,6%. Angka kematian DMT2 juga mengalami peningkatan sebanyak 57,94% dari tahun 2011 ke tahun 2021. Walaupun pemerintah sudah berupaya dalam mengendalikan DMT2, beban penyakit ini diproyeksikan meningkat hingga tahun 2045. DMT2 merupakan penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Beban penyakit DMT2 ini dapat tercermin dalam ukuran DALYs. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tren DALYs penyakit DMT2 dan faktor risikonya di Indonesia tahun 1990-2021. Metode: Penelitian ini menggunakan metode systematic review dengan data sekunder Global Burden of Disease 2021. Populasi dari penelitian ini adalan penduduk usia ≥ 35 tahun di 34 provinsi di Indonesia dengan unit analisis provinsi. Variabel dalam penelitian ini adalah DALYs DMT2, DALYs DMT2 akibat IMT tinggi, dan DALYs DMT2 akibat perilaku merokok. Hasil: Penelitian menjukkan DALYs DMT2 mengalami kenaikan sebesar 59,6% dari tahun 1990-2021. Faktor yang paling berkontribusi dalam DALYs DMT2pada tahun 2021 yaitu IMT tinggi (41,7%) dan perilaku merokok (15,8%). DALYs DMT2 yang disebabkan oleh faktor risiko tersebut juga mengalami kenaikan, dengan rincian 133,21% untuk IMT tinggi dan 69,2% untuk perilaku merokok. Kesimpulan: DALYs DMT2, DALYs DMT2 akibat IMT tinggi, dan DALYs DMT2 akibat perilaku merokok selalu meningkat dari tahun 1990-2021. Hal ini menunjukkan kewaspadaan masyarakat terhadap dampak DMT2 yang masih rendah.

Background: Type 2 diabetes mellitus remains a serious global health problem. The prevalence of T2DM has always increased from 2000-2021, from 4.55% to 10.6%. The mortality rate of T2DM also increased by 57.94% from 2011 to 2021. Despite the government's efforts to control T2DM, the disease burden is projected to increase until 2045. T2DM is a disease with high mortality and morbidity. The disease burden of T2DM can be reflected in the DALYs measure. This study aims to examine the trend of T2DM disease DALYs and its risk factors in Indonesia from 1990 to 2021. Methods: This study used systematic review methods with secondary data from the Global Burden of Disease 2021. The population of this study was the population aged ≥ 35 years in 34 provinces in Indonesia. The variables in this study were T2DM DALYs, T2DM DALYs due to high BMI, and T2DM DALYs due to smoking behaviour. Results: The study showed that T2DM DALYs increased by 59.6% from 1990-2021. The most contributing factors to T2DM DALYs in 2021 were high BMI (41.7%) and smoking behaviour (15.8%). T2DM DALYs caused by these risk factors also increased, with 133.21% for high BMI and 69.2% for smoking behaviour. Conclusion: T2DM DALYs, T2DM DALYs due to high BMI, and T2DM DALYs due to smoking behaviour always increased from 1990-2021. This shows that public awareness of the impact of T2DM is still low.
Read More
S-11583
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive