Ditemukan 35174 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Saida Simanjuntak; Pembimbing: Achir Yani S. Hamid
B-349
Depok : FKM UI, 1998
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhammad Hatta; Pembimbing: Ella Nurlaella Hadi
S-1517
Depok : FKM UI, 1999
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Adrielona JMS; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Puput Oktamianti, Amal C. Sjaaf, Sri Mulyani, Hidayat Sumintapura
B-1512
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Cissie Nugraha; Pembimbing: Mary Wangsarahardja; Penguji: H. M Hafizurrachman, Wresti Indriatmi
B-1008
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
S F Wardaya Wrdaya; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Ratna Djuwita, Ahmad Yani, Maimunah
Abstrak:
Trauma adalah cedera atau rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional. Untuk mengidentifikasi status mortalitas pasien trauma dibutuhkan skor trauma yang digunakan untuk menilai korban trauma diantaranya adalah RTS, ISS dan TRISS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui skor trauma yang paling optimal digunakan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sehingga dapat diketahui batasan skor yang dapat mengancam nyawa dengan menggunakan disain kohort retrospektif. sampel yang digunakan adalah seluruh pasien trauma yang datang ke IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2013 sebanyak 1306. Skor RTS yang optimal pada penelitian ini sebesar 7,69 dengan sensitivitas 35,3% dan spesifisitas 99,4%, dengan OR 97,247 yang berarti skor RTS < 7,69 mampu mengidentifikasi 97,247 kali dibandingkan dengan skor RTS ≥ 7,69. Skor ISS yang optimal pada penelitian ini sebesar 39,5 dengan sensitivitas 11,8% dan spesifisitas 15%, dengan OR 45,084 yang berarti skor ISS ≥ 39,5 mampu mengidentifikasi 45,084 kali dibandingkan dengan skor ISS < 39,5. Skor TRISS yang optimal sebesar 99,35 dengan sensitivitas 76,5% dan spesifisitas 60,2% dengan OR 4,924 yang berarti skor TRISS < 99,35 mampu mengidentifikasi 4,924 kali dibandingkan dengan skor TRISS ≥ 99,35. Batasan skor TRISS yang digunakan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk mengidentifikasi status mortalitas sebesar 99,35. Kata kunci: Trauma, status mortalitas 8 jam pertama, RTS, ISS, TRISS
Read More
T-4489
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lilian R. Andries; Pembimbing: Bambang Sutrisna
T-506
Depok : FKM UI, 1997
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dewi Retna Komara; Pembimbing: Amal C. Sjaaf; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Riamin Sitorus
Abstrak:
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis implementasi kebijakanpengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) pasca akreditasi JCI di RSUPNdr.Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2014. Fokus penelitian ini adalahimplementasi kebijakan pengelolaan B3 dan faktor-faktor yang mempengaruhinyayaitu komunikasi, sumber daya,disposisi dan stuktur birokrasi. Permasalahan yangdiangkat dalam penelitian ini adalah berdasarkan data dari laporan rondemanajemen dimana banyak temuan-temuan pengelolaan B3 di lapangan pascaakreditasi JCI yang tidak sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkandalam kebijakan pengelolaan B3 dan juga dilihat dari data Unit K3RS dimanaterjadi beberapa insiden yang dilaporkan terkait dengan pengelolaan B3 pascaakreditasi JCI. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi tak berstruktur dan telaah dokumen. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Analisadata dalam penelitian ini menggunakan analisis isi (content analysis).Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pengelolaan B3 pasca akreditasi JCI di RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo belum berjalan dengan baik. Pada faktor komunikasi: Transmisi yang kurang maksimal,ketidakjelasan kebijakan dimana secara isi yang belum lengkap danpenyampaiannya ke lapangan belum optimal serta pelaksanaan kebijakan yangbelum konsisten. Selanjutnya, pada faktor sumber daya: SDM, fasilitas dananggaran masih belum memadai. Pada faktor disposisi implementor yang jugabelum baik, para pelaksana kebijakan secara umum kurang cukup kuat memiliki komitmen untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pengelolaan B3 ini. Terakhirfaktor struktur birokrasi: Mekanisme pelaksanaan, koordinasi dan monitoringyang belum berjalan efektif.
Kata Kunci: FMS JCI , Implemetasi, Kebijakan, Pengelolaan B3.
Read More
Kata Kunci: FMS JCI , Implemetasi, Kebijakan, Pengelolaan B3.
S-8510
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Anindyajati Tyas Nareshwarie; Pembimbing : Adang Bachtiar; Penguji: Anhari Achadi, Wachyu Sulistiadi, Budi imam Santoso, Amila Megraini
Abstrak:
Kelengkapan dokumen rekam medis merupakan hal yang sangat penting karena mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelengkapan rekam medis Di Unit Rawat Inap Departemen Obstetri Dan Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berdasarkan criteria Malcolm baldrige. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada 90% rekam medis yang tidak lengkap pada bagian identitas, 6,25% pada tanggal dan waktu, 16,25% pada informed consent, dan 5% pada ringkasan pulang. Kendala yang dihadapi antara lain beban kerja yang tinggi, jumlah pasien banyak, form pengisian rekam medis yang terlalu tebal, software EHR (Electronic Health Record) sering eror dan loading. Saran pada penelitian ini antara lain mengganti pengisian rekam medis dengan sistem elektronik, memperbaiki koneksi internet agar stabil, mengirim staf rekam medis ke unit rawat inap, menyediakan dokter di unit rekam medis. Kata Kunci: Rekam Medis, Kelengkapan, Malcolm Baldrige
Read More
T-4821
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Roza Maimun; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto
B-250
Depok : FKM UI, 1997
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Widya Purnama Sari; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Yunia Irawati, Eka Yoshida
Abstrak:
ABSTRAK Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil disebutkan Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan terhadap Negara. Naik pangkat dapat menjadi dorongan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya. Karena kenaikan pangkat merupakan penghargaan dan setiap penghargaan memiliki nilai apabila kenaikan pangkat diberikan tepat orang dan tepat waktu. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan Rumah Sakit Pendidikan dimana memiliki tenaga medis subspesialistik yang beragam, memiliki kompetensi dan masa kerja yang cukup lama. Berdasarkan data yang ada pada Unit Sumber Daya Manusia (SDM) Departemen Mata tercatat 14 Dokter Spesialis Mata yang berstatus Dodiknis dari 30 Dokter Spesialis Mata yang berstatus PNS sehingga masih terdapat 16 Dokter yang belum melakukan inpassing dan 10 staf medis belum memiliki jabatan fungsional pendidikan. Diketahui Ketepatan kenaikan pangkat bagi staf medis di Departemen Mata dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang adalah variabel penilaian diri sendiri dengan nilai p=0,015. Dilakukan analisis dengan wawancara mendalam kepada staf medis dimana diperoleh informasi yang mempegaruhi keterlambatan kenaikan pangkat bagi staf medis yaitu staf tidak mengerti proses inpassing dan belum memiliki publikasi sehingga belum dapat mengurus kenaikan jabatan akademik dosen. Rumitnya proses administrasi baik kenaikan pangkat ataupun proses inpassing membuat sebagian staf lebih memilih untuk melakukan pelayanan dibandingkan melakukan penilitian. Kata kunci: Naik pangkat, staf medis, jabatan fungsional ABSTRACT In the government regulation of the Republic of Indonesia Number 99 of year 2000 concerning the Promotion of Civil Servants mentioned the promotion is an award given for the work performance and dedication of the concerned Civil Servants to the State. Promotion can be a boost to Civil Servants to further improve their work performance and service. Because promotion is an award and each award has a value if the promotion is given to the right person and on time. Cipto Mangunkusumo Hospital is a Teaching Hospital where it has a variety of subspecialty medical personnel, has competency and has a long working period. Based on the data available at the Department of Human Resources (SDM), there were 14 Dodiknis Ophthalmologists from 30 Ophthalmologists who were civil servant status so that there were still 16 Doctors who had not done inpassing and 10 medical staff did not have functional educational positions. It is known that the accuracy of promotion for medical staff at Department of Ophthalmology is influenced by several factors, one of the factors is the selfassessment variable with a value of p = 0.015. An analysis was conducted with in-depth interviews with medical staff where information was obtained which affected the delay in promotion for medical staff, staff did not understand the inpassing process and did not have publications so that they could not take care of the increase in academic lecturer positions. The complexity of the administrative process both promotion and inpassing process makes some staff prefer to do service rather than doing research Keywords: Civil servants, medical staf, fungtional structure
Read More
B-2059
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
