Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30682 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Agus Risfian Noor; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Baiduri, Helmi Najamuddin, Irma Setiawaty
Abstrak: Aktifitas pegawai PT PLN UIP X yang berada di kantor induk adalah melakukan kegiatanadministrasi proyek, dimana sebagian besar waktu kerja berada dalam ruangan denganbekerja menggunakan komputer. Jam kerja pegawai adalah selama 8 jam sehari (denganmasa istirahat selama 1 jam) dan 5 hari dalam seminggu.. Dengan pola kerja seperti itu,apabila cara kerja (postur dan durasi kerja), peralatan kerja yang digunakan (kursi, meja,penempatan peralatan komputer), tata letak dalam ruang kerja (gedung kantor, workstation),dan lingkungan kantor (suhu, kelembaban, pencahayaan, bakteri di ruangan) yang tidakmemenuhi syarat serta dipengaruhi oleh karakteristik individu pegawai (usia, jenis kelamin,masa kerja dan kebiasaan olahraga) maka berpotensi terkena dampak risiko ergonomi, yaitumusculoskeletal disorders (MSDs), stres kerja dan kelelahan. Penelitian dilakukan terhadap52 orang responden dimana keluhan dilihat dari masing-masing karakteristik individupegawai. Keluhan MSDs diukur menggunakan kuesioner Nordic Body Map, keluhan stresskerja diukur dengan kuesioner DASS 42 dan keluhan kelelahan diukur dengan kuesionerIFRC. Hasil penelitian menunjukan bahwa keluhan MSDs merupakan keluhan terbanyakpada pegawai dengan rata-rata keluhan 17,17%, dimana bagian tubuh yang paling banyakdikeluhkan adalah sakit leher atas 50%, sakit bahu kanan 42,31%, sakit pinggang 42,31%,sakit pungung 38,46%, sakit leher bagian bawah 34,62% dan sakit bahu kiri 30,77%. Dilihatdari karakteristik individu diperoleh data keluhan MSDs sebagai berikut: wanita lebih banyakmengeluh daripada laki-laki, pegawai berusia > 35 tahun lebih banyak mengeluh dari padapegawai berusia < 35 tahun, pegawai dengan masa kerja > 10 tahun lebih banyak mengeluhdari pada masa kerja < 10 tahun, dan pegawai yang tidak berolahraga lebih banyak mengeluhdari pada pegawai yang rutin berolahraga. Sedangkan keluhan kelelahan relative kecil rata-rata 6,86% dan stres hanya ada pada kategori stress ringan dengan rata-rata 11,54%.Kata kunci: Pegawai PLN UIP X, kantor, postur kerja, peralatan kerja, lingkungan kerja,karakteristik individu, musculoskeletal disorders.
Employees activities of PT PLN UIP X which are in the main office is conducting a projectadministration, where the majority of working time to be in the room to work using acomputer. Working hours by employees is 8 hours a day (with a period of rest for 1 hour) and5 days a week. With such a work pattern, if ways of working (postures and duration), workequipment used (chairs, tables, equipment placement computer), the layout of the workspace(office building, workstation), and the office environment (temperature, humidity, lighting,bacteria in the room) are not eligible and is influenced by the individual characteristics ofemployees (age, gender, working life and exercise habits ) then potentially affected byergonomic risk, i.e. musculoskeletal disorders (MSDs), job stress and fatigue. Researchconducted on 52 respondents where complaints seen from the individual characteristics ofeach employee. MSDs complaint was measured using a questionnaire Nordic Body Map,complaints of job stress was measured by a questionnaire DASS 42 and the fatigue wasmeasured by a questionnaire IFRC. The results showed that MSDs are the biggest complaintof employees with an average of 17.17%. The most complained of part of the body is theneck pain over with value of 50%, and then the right shoulder pain 42.31%, the lumbago42.31%, the back pain 38.46%, the neck pain lower 34.62% and the left shoulder pain30.77%. Judging from the individual characteristics obtained complaint data MSDs asfollows: women complain more than men, employees aged > 35 years more complaining thanemployees aged < 35 years, employees with working life > 10 years more complaining thanworking life <10 years, and employees who do not exercise more complaining thanemployees who regularly exercise. While fatigue is relatively small on average 6.86% whilethe stress only in the category of mild stress by an average of 11.54%.Key word: Employees of PLN UIP X, office, work posture, work equipment, officeenvironment, individual characteristic, musculoskeletas disorders.
Read More
T-4576
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Raihan Anugrah Pekerti; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Fayendra Fitra Akbar
Abstrak:
Aspek ergonomi merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, tidak terkecuali di sektor perkantoran. Pekerja kantor tidak terlepas dari beberapa isu ergonomi seperti postur janggal, postur statis, dan gerakan repetitif. Berdasarkan hasil observasi dan tinjauan dokumen perusahaan, aspek ergonomi masih menjadi permasalahan di PT X karena belum diterapkan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor ergonomi pekerja kantor PT X dengan menggunakan desain studi yang bersifat deskriptif dan eksploratif dengan pendekatan analisis kualitatif. Hasil analisis dan pengukuran faktor ergonomi menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan pekerja administrasi di PT X berada pada kondisi ”fitting the man to the job” dimana 5 dari 7 pekerja harus menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi dari postur janggal para pekerja, frekuensi dan durasi kerja yang tidak aman (faktor pekerjaan); desain kursi dan meja, ketinggian monitor, luas area kerja serta koridor yang kurang memadai (faktor peralatan); serta kurangnya intensitas pencahayaan area kerja (faktor lingkungan). Dengan demikian, PT X perlu meningkatkan perhatian terkait aspek ergonomi diantaranya melalui pengadaan peralatan kerja yang ergonomis, penggantian lampu di area kerja, serta edukasi rutin kepada para pekerja terkait pentingnya aspek ergonomi di perkantoran.

Ergonomics is one aspect that needs to be considered in the work environment, including the office sector. Office workers cannot be separated from several ergonomic issues such as awkward postures, static postures, and repetitive movements. Based on the results of observations and review of company documents, ergonomic aspects are still a problem at PT X because they have not been implemented optimally. This study aims to analyse the ergonomic factors of PT X office workers using a descriptive and exploratory study design with a qualitative analysis approach. The results of the analysis and measurement of ergonomic factors show that most of the activities of administrative workers at PT X are in the condition of "fitting the man to the job" where 5 out of 7 workers must adjust to work conditions. This is due to the interaction of the workers awkward postures, unsafe work frequency and duration (work factors); inadequate chair and table design, monitor height, work area and corridors (equipment factors); and lack of work area lighting intensity (environmental factors). Thus, PT X needs to increase attention related to ergonomic aspects, including through the procurement of ergonomic work equipment, replacement of lights in the work area, and regular education to workers regarding the importance of ergonomic aspects in the office.
Read More
S-11722
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Iqbal; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Windi; Hendra
Abstrak: Sektor ketenagalistrikkan menjadi salah satu pekerjaan yang berisiko dengan gangguan akibat paparan tekanan panas. Tekanan panas terjadi akibat dari kombinasi faktor-faktor lingkungan kerja, faktor-faktor pekerjaan dan faktor-faktor individu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret-Juni 2022 dengan 58 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apparent temperature yang dihasilkan berkisar antara 26oC - 42oC, dengan kelembaban relatif berkisar antara 38,1% hingga 58,2% dan dry bulb antara 24,8oC hingga 37,7oC. Setelah dinilai dengan menggunakan basic thermal risk assessment ditemukan bahwa mayoritas responden tergolong ke dalam kategori low- moderate yaitu 28 responden (48,3%), kemudian very high sebanyak 15 responden (43,1%) dan high sebanyak 5 responden (8,6%). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor individu yaitu usia, indeks massa tubuh, ketersediaan air minum, status aklimatisasi dan status kesehatan dengan tingkat risiko heat stress (nilai p <0,05). Berdasarkan hal tersebut, perusahaan disarankan untuk melakukan upaya lebih lanjut untuk pengendalian tekanan panas berupa pengendalian teknik, pengendalian administratif dan juga personal untuk meminimalisasi risiko heat stress.
The electricity sector is one of the riskiest jobs with disruptions due to exposure to heat stress. Heat stress occurs as a result of a combination of work environment factors, work factors and individual factors. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design conducted in March-June 2022 with 58 respondents. The results showed that the apparent temperature ranged from 26oC - 42oC, with relative humidity ranging from 38.1% to 58.2% and dry bulb between 24.8oC to 37.7oC. After being assessed using a basic thermal risk assessment, it was found that the majority of respondents belonged to the low-moderate category, namely 28 respondents (48.3%), then very high as many as 15 respondents (43.1%) and high as many as 5 respondents (8.6% ). The measurement results show that there is no significant relationship between individual factors, namely age, body mass index, availability of drinking water, acclimatization status and health status with the level of risk of heat stress (p value <0.05). Based on this, the company is advised to make further efforts to control heat stress in the form of technical control, administrative control and also personal control to minimize the risk of heat stress.
Read More
S-11101
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kristin Indriyani; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Baiduri, Hendra, Sumaryanto, Muhammad Fertiaz
Abstrak: Penelitian ini melakukan investigasi terhadap faktor-faktor ergonomi yang berhubungan dengan Indoor Health and Comfort/IHC (dengan indikator keluhan gejala SBS dan kenyamanan kerja) dan keluhan MSS yang dialami oleh pegawai fungsional dan staf di Kantor X. Penelitian ini dilakukan di Kantor X dengan objek penelitian yaitu pegawai fungsional dan staf yang bekerja menggunakan komputer/laptop dan berada di ruangan staf bertipe cubicle (ruangan A, B, C, D, dan E). Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan, wawancara, pengukuran kualitas lingkungan kerja di dalam ruangan serta pengisian kuesioner kenyamanan kerja, keluhan gejala SBS dan keluhan MSS. 53,85% pegawai memiliki tingkat kenyamanan kerja tinggi dan 46,15% pegawai memiliki tingkat kenyamanan kerja rendah. 53,85% pegawai merasakan keluhan gejala SBS dengan keluhan paling banyak ditemui 33,85% mata lelah dan 33,85% lelah atau mengantuk. 78,57% pegawai mengalami keluhan MSS. Faktor-faktor ergonomi yang tidak sesuai dengan standar meliputi : dimensi kursi, dimensi meja, penggunaan perangkat komputer, postur kerja, dimensi ruangan, layout ruangan, warna ruangan, serta faktor lingkungan berupa kebisingan, pencahayaan, temperatur, kelembaban, karbondioksida, formaldehyde, dan VOCs. Ditemukan adanya hubungan signifikan antara faktor level aktivitas dengan kenyamanan kerja; serta faktor konsentrasi VOCs dengan keluhan gejala SBS. Tidak terdapat hubungan signifikan antara faktor-faktor ergonomi yang diteliti dengan keluhan MSS.

This study presents our investigations of ergonomic factors that related to Indoor Health and Comfort/IHC (with indicators Sick Building Syndrome (SBS) symptoms and work comfort) and Musculaskeletal Symptoms (MSS) suffered by functional and staff workers in Office X year 2017. Conducted in X Office in Indonesia, with the object study are functional and staff workers who work using computer or laptop in staff room which cubicle type (room A, B, C, D, and E). This study perform via walktrought observation, interview, measure indoor air quality/environment factors and fill indoor comfort quesionaire, SBS symptoms quesionaire and Nordic Body Map (NBM) quesionaire . 53,85% of workers have a high level of work comfort and 46,15% of workers have a low level of work comfort. 53,85% of workers suffered complaint of SBS symptoms with at most complaint of SBS symptoms be found are 33,85% tired or strained eyes and 33,85% fatigue or drowsiness. 78,57% of workers suffered MSS complaint. Ergonomic factors that not comform to standard include seat dimensions, table dimensions, computer used, work posture, room dimensions, room layout, room colors, and noise, lighting, temperature, humidity, carbon dioxide , formaldehyde, and VOCs. There is significant relationship between activity level factors and work comfort; VOCs concentration and complaint of SBS symptoms. There is no significant relationship between ergonomic factors are studied and MSS complaint.
Read More
T-5019
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wansuzusino; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Chandra Satrya, Hanny Harjulianti
Abstrak: Latar Belakang: kesibukan dalam bekerja sehari-hari, seringkali individu mengabaikan aspek risiko keselamatan dan kesehatan yang berpotensi menimbulkan dampak kesehatan, seperti keluhan nyeri muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal merupakan suatu gangguan pada bagian sistem muskuloskeletal tubuh. Beberapa faktor risiko seperti postur janggal, posisi statis, repetisi, durasi, beban kerja, lingkungan, suhu dan lain-lain. Banyak literatur yang mengungkapkan dampak kesehatan dan kerugian finansial akibat keluhan muskuloskeletal.
Tujuan: penelitian ini untuk menggambarkan penerapan ergonomi kantor dan keluhan muskuloskeletal pada PT. X Jakarta, sebuah perusahaan bergerak dibidang penjualan alat kesehatan dan keselamatan kerja.
Metode: penelitian kualitatif deskriptif yang menggambarkan penerapan ergonomi kantor dan keluhan muskuloskeletal. Pengumpulan data dengan kuesioner, risiko diukur dengan Quick Exposure Checklist (QEC) dan pengukuran terhadap area dan peralatan kerja.
Hasil: sebagian besar responden(90%) berusia diatas 35 tahun, perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Sebagian besar lama kerja responden kurang dari 5 tahun. Tingkat pendidikan yang paling banyak (66,7%) sarjana. Responden yang perokok (26,7%) dan sebagian besar responden (66,7%) tidak berolahraga, mayoritas responden tidak melakukan strecthing saat bekerja. Semua tidak pernah menghadiri training ergonomi. Nilai pengetahuan ergonomi baik, hasil QEC didapatkan sebagian besar postur kepala/leher berisiko tinggi, postur punggung sebagian besar risiko tinggi, sedangkan postur bahu, tangan dan pergelangan tangan responden sebagian berisiko sedang. Proporsi kelompok lima besar keluhan muskuloskeletal dalam satu tahun terakhir yaitu leher atas (54%), pinggang (54%), pinggul (36%), bahu kanan (36%), leher bawah dan punggung (32%). Sedangkan kelompok lima besar keluhan muskuloskeletal dalam tujuh hari terakhir yaitu leher atas (54%), pinggang (36%), leher bawah (29%), punggung (29%), dan bahu kanan (21%)
Kesimpulan: pengetahuan ergonomi yang baik memerlukan faktor pendukung berupa sarana dan prasarana peralatan kerja, serta dukungan dari atasan langsung agar penerapan ergonomi berjalan baik.
Kata kunci: Ergonomi kantor, keluhan musculoskeletal, Quick Exposure Checklist
Read More
T-4467
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Refianto Setyawan; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Fatma Lestari, Hendra, Lana Saria, Selamat Riyadi
Abstrak:
Sindrom metabolik memiliki dampak yang besar terhadap kondisi kesehatan pekerja, hal ini dapat meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan serta mengakibatkan hilangnya produktifitas maka perlu dilakukan penelitian faktor risiko sindrom metabolik pada pekerja kantor di PT X yang diharapkan dapat mencegah dan mengendalikan prevalensi sindrom metabolik demi menurunkan risiko sindrom metabolik dikemudian hari. Penelitian ini dilakukan pada pekerja kantor di PT X dengan responden penelitian sejumlah 106 orang selama bulan Februari - Agustus 2020 di Jakarta. PT X merupakan perusahaan enjineering penyedia produk dan jasa dibidang industri otomatis yang memiliki klien beberapa industri proses yang keseharian aktivitasnya lebih banyak di dalam ruangan. Desain studi penelitian ini menggunakan metode cross sectional (potong lintang). Adapun bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen (Faktor risiko individu dan faktor risiko pekerjaan) dengan variabel independen sindrom metabolik. Hasilnya menunjukkan bahwa sebesar proporsi sindrom metabolik sebesar 4,97% yang memiliki komponen kriteria sindrom metabolik tertinggi terdapat pada trigliserida tinggi 20,4%, yang memiliki kadar HDL rendah 14,9% dan memiliki obesitas perut sebesar 14,4%.. yang terdapat 1 gejala kriteria sindrom metabolik sebesar 25,4% dan yang terdapat 2 gejala kriteria sindrom metabolik sebesar 8,3%. Meskipun pada analisis didapat hasil yang tidak signifikan terhadap hubungan faktor individu dan pekerjaan terhadap sindrom metabolik akan tetapi pada beberapa faktor risiko individu seperti Merokok memiliki risiko 3,35 kali lebih besar dibanding tidak merokok, dan Tingkat pendidikan lebih tinggi beresiko 2,44 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan lebih rendah

Metabolic syndrome has a large impact on the health condition of workers, this can increase costs incurred by the company and lead to loss of productivity it is necessary to research the risk factors for metabolic syndrome in office workers at PT X which is expected to prevent and control the prevalence of metabolic syndrome in order to reduce risk factor of metabolic syndrome in future. This research was conducted on office workers at PT X with 106 research respondents during February - August 2020 in Jakarta. PT X is an engineering service provider of the Indusrial Automation that has clients in several process industries whose daily activities are sedentary. The design of this research study uses cross sectional method. The aim is to determine the relationship between the dependent variable (individual risk factors and occupational risk factors) with the independent variable Metabolic Syndrome. The results showed that the proportion of metabolic syndrome is 4,97% which the highest metabolic syndrome component was found in high triglycerides 20,4%, low HDL levels is 14,9% and had abdominal obesity is 14,4%. Which had 1 symptom of metabolic syndrome criteria is 25,4% and which had 2 symptoms of metabolic syndrome criteria are 8,3%. Although the analysis found no significant results on the relationship of individual factors and occupation of the metabolic syndrome, but on some individual risk factors such as smoking have a risk of 3,35 times greater than not smoking, and higher education levels 2,44 times higher risk compared to lower education levels.

Read More
T-5971
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arif Budi Waskita; Pembimbing: Hendra; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Doni Hikmat Ramadhan, Agus Triyono, Adenan
Abstrak: Bandara merupakan salah satu tempat kerja dan titik pertemuan berbagai moda transportasi dimana sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar kedua angka kecelakaan kerja. Faktor kelelahan pengemudi merupakan penyebab utama kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI) sebagai instrumen ukur tingkat kelelahan subyektif berbasis kuisioner.
Penelitian ini bertujuan melihat dan menganalisa hubungan faktor terkait pekerjaan (sifat pekerjaan, shift kerja, waktu kerja, waktu istirahat, lama kerja), faktor tidak terkait pekerjaan (lama tidur, pola tidur, waktu perjalan, pengguna suplemen, akivitas fisik) dan karateristik individu (umur,status perkawinan, IMT) terhadap tingkat kelelahan pengemudi pemadu moda/bus bandara pada perusahaan pendukung layanan transportasi di bandar udara.
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah 60 pengemudi yang berada di pool perusahaan dalam lokasi Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 23,3% pengemudi pemadu moda/bus bandara yang mengalami lelah, dengan variabel waktu istirahat sebagai faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelelahan pengemudi.
Read More
T-5711
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deny Rianto; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Fatma Lestari, Ati Nurhayati
Abstrak:

Proses pekerjaan pada suatu perusahaan memiliki potensi bahaya yang spesifik sesuai dengan karakteristik operasinya. Pada kegiatan operasi PT. X, Papua, proses pekerjaan mencakup kegiatan eksplorasi batuan tambang hingga pengiriman konsentrat bijih tambang beserta kegiatan-kegiatan pendukung operasi perusahaan. Sehingga PT. X, Papua, memiliki potensi bahaya kerja yang sangat luas. Berdasarkan statistik, kasus "kecelakaan kerja akibatkan hari kerja hilang" (loss time accident/LTA) PT. X, Papua, tahun 2000-2005 terjadi kenaikan jumlah kehilangan hari kerja aktual per kasus LTA , yaitu dari 18,9 hari per kasus pada tahun 2000 menjadi 28,5 hari per kasus pada tahun 2005. Data hari kerja hilang tersebut menunjukkan terjadinya kecenderungan kenaikan tingkat keparahan LTA aktual dan tahun 2000 hingga tahun 2005. Untuk menentukan prioritas program pencegahan kecelakaan kerja, khususnya atas LTA tahun 2000-2005, telah dilakukan analisis terhadap faktor-faktor risiko, yaitu kontak, penyebab Iangsung (tindakan dan kondisi tidak aman), penyebab dasar (faktor manusia dan pekerjaan). Secara keseluruhan faktor-faktor risiko paling dominan pada LTA aktual tahun 2000-2005 adalah : 1. Kontak, yaitu "terpukul oleh". 2. Tindakan tidak aman, yaitu "berposisi, memiliki postur atau tindakan tidak aman". 3. Kondisi tidak aman, yaitu "pengaturan yang berbahaya". 4. Faktor manusia, yaitu "Keterbatasan mental". 5. Faktor pekerjaan, yaitu "Pertgawasan tidak memadai". Perhitungan uji korelasi Kendall's dan Spearman menurut umur, menunjukkan bahwa semakin tinggi umur pekerja, semakin sedikit kondisi tidak aman yang terjadi. Sedangkan menurut masa kerja, semakin tinggi masa kerja pekerja, semakin sedikit tindakan tidak aman, faktor pekerjaan (uji Spearman) ditambi:i kondisi tidak aman (uji Kendall).

Read More
T-2295
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Rahmah Hidayatullah Lubis; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Dadan Erwandi, Fatma Lestari, Hanny Harjulianti, Iqbal Hasyim
T-3422
Depok : FKM UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Indri Astuti; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Hendra, Mayarni
Abstrak: Pekerja forklift merupakan salah satu jenis pekerjaan yang memiliki risiko terkenamusculoskeletal disorders karena faktor individu, lingkungan, dan pekerjaan.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pekerjaan forklift, faktor individu dan lingkungan yang berhubungan dengan musculoskeletal disorderspada pekerja forklift di PT X tahun 2013 dan melihat gambaran risiko pekerjaan.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi potonglintang dengan kuesioner dan tools REBA.
Hasil penelitian menyatakan bahwalama kerja mempengaruhi keluhan subyektif musculoskeletal disorders dantingkat risiko ergonomi pekerja forklift termasuk ringan hingga sedang. Sarannya,perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian postur kerja pekerja forklift,pengaturan durasi kerja, sosialisasi terkait musculoskeletal disorders, gejala,faktor risiko, tindakan pencegahan, dan penanganan. Kata kunci : risiko, ergonomi, forklift, musculoskeletal disorders.
Read More
S-7784
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive