Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7831 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Asia-Pacific Jour. of PUblic Health ( APJPH) ( Suppl), Vol.26, No.5, Sept. 2014 : hal. 7s-8s
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Asia-Pacific Jour. of PUblic Health ( APJPH) ( Suppl), Vol.26, No.5, Sept. 2014 : hal. 9s-17s
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bull. of the WHO, Vol..87, No.6, June. 2009, hal. 447-455
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Silfia Dini Pratiwi; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Dwi Hapsari Tjandrarini
Abstrak: Kesehatan mental yang terganggu merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab kesakitan dan kematian pada remaja. Gejala gangguan mental dapat berupa ansietas atau kecemasan, depresi, gangguan tidur, ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri dan percobaan bunuh diri. Kondisi mental yang buruk merupakan masalah kesehatan yang berat, khususnya pada remaja. Kesehatan mental dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perilaku sehari-hari dan gaya hidup individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kesehatan mental remaja sekolah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey (GSHS) Indonesia tahun 2015. Populasi penelitian ini adalah 9.628 remaja sekolah tingkat SMP dan SMA berusia 11-18 tahun di Indonesia. Sampel penelitian ini didapat dengan metode total sampling. Analisis hubungan gaya hidup dengan kesehatan mental remaja sekolah di Indonesia pada penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regresi dan besar asosiasi dinyatakan dengan Prevalence Ratio (PR) dengan 95% Confindence Interval (CI). Prevalensi remaja sekolah di Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan mental sebesar 9,4%. Hasil uji analisis mutivariat menunjukan ada hubungan bermakna antara gaya hidup dengan kesehatan mental remaja sekolah di Indonesia 1,47 (95%CI: 1,31 - 1,65) setelah dikontrol dengan jenis kelamin, status sosialekonomi dan bullying. Pihak sekolah dan orang tua disarankan bekerjasama untuk mencegah gangguan kesehatan mental pada remaja dengan melakukan pendekatan pada anak untuk mengetahui permasalahan yang dirasakan dengan menjalin kedekatan antar anggota keluarga agar komunikasi dapat terjalin dengan baik dan memberikan makanan bergizi tinggi pada anak dan mendorong anak untuk melakukan olah raga dan aktivitas fisik secara rutin agar terhindar dari perilaku menetap yang tinggi.
Mental health disorders are one of the main risk factors for causing pain and death in adolescents. Symptoms of mental health disorders can be anxiety, depression, sleep disorders, suicidal or self-harm ideas and attempted suicide. Poor mental health is a severe health problem, especially in adolescents. Mental health is affected by multiple factors, including daily behavior and individual lifestyle. This study aims to find out the relationship between lifestyle and mental health of school adolescent in Indonesia. This study used secondary data of Indonesia's Global School-Based Student Health Survey (GSHS) in 2015. The population of this study was 9.628 students aged 11-18 years in Indonesia. This research sample was obtained by total sampling method. Analysis of lifestyle relationships with school adolescent mental health in Indonesia in this study using multivariate analysis of cox regression and large associations expressed with Prevalence Ratio (PR) with 95% Confindence Interval (CI). Result showed that the prevalence of school adolescents in Indonesia with mental health disorders is 9,4%. Mutivariate analysis test results showed there was a significant relationship between lifestyle and school adolescent mental health in Indonesia 1,47 (95%CI: 1,31 - 1,65) after being controlled by gender, socioeconomic status, and bullying. The school and parents are advised to work together to prevent mental health disorders in adolescents by approaching the child to know the problems felt by establishing closeness between family members so that communication can be well established and provide highly nutritious food to the child and encourage the child to exercise and physical activity regularly in order to avoid high sedentary behavior
Read More
T-6150
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nabila Febby Yeni; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Iwan Ariawan, Gina Anindyajati
Abstrak: Penelitian ini membahas hubungan kekerasan fisik dengan percobaan bunuh diri pada remaja usia sekolah menengah di Indonesia tahun 2015. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data Global School-based Student Health Survey Indonesia 2015. Sampel penelitian ini adalah remaja usia 12 hingga 17 tahun. Hasil analisis multivariabel dengan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa remaja yang mengalami kekerasan fisik akan berisiko 2,6 kali lebih tinggi melakukan percobaan bunuh diri dibanding mereka yang tidak mengalami kekerasan setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, jenis kelamin, dan kepemilikan teman dekat.
Read More
S-10830
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahma Miladia Sari; Pembimbing: Sabarinah Prasetyo; Penguji: Popy Yuniar, Usep Solehudin
Abstrak: Angka hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia tidak mengalami penurunan yang signifikan sepanjang tahun 2007 hingga 2017. Berbagai penelitian menemukan bahwa remaja usia pertengahan (pelajar SMA) lebih banyak yang melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja usia awal (pelajar SMP). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor determinan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP dan pelajar SMA di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan menggunakan data sekunder Global School based Student Health Survey (GSHS) tahun 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 11 hingga 18 tahun yang terdapat pada data GSHS 2015. Hasil penelitian menunjukkan 5,8% pelajar SMP dan 3,7% pelajar SMA di Indonesia pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan hasil penelitan, ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP terdiri dari keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, pendidikan seksualitas dan HIV/AIDS di sekolah, keinginan bunuh diri, dan konsumsi alkohol. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMA, yaitu usia, keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, keinginan bunuh diri, merokok, dan konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol menjadi faktor yang paling berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah, baik pada pelajar SMP maupun pelajar SMA.
Read More
S-10983
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cindy Nur Khaliza; Pembimbing: Besral; Penguji: Iwan Ariawan, Herlina J. El-Matury
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015 dengan desain studi yang digunakan yaitu cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini yaitu anak sekolah pada tingkat SMP dan SMA di Indonesia yang berusia 12-17 tahun. Sementara total sampel yang digunakan sebanyak 8.517 responden. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 20,7%.
Read More
S-10591
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Uweisha Eraz Puteri; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar; Penguji: Artha Prabawa, Leny Latifah
Abstrak: Bunuh diri termasuk penyebab kematian ketiga pada remaja usia 10 hingga 19 tahun. Pada tahun 2016, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia diestimasikan sebesar 3,4 per 100.000 penduduk. Kematian akibat bunuh diri adalah sebuah fenomena gunung es, dimana besarnya masalah akan terlihat lebih jelas jika perilaku bunuh diri dimasukkan dalam perhitungan. Salah satu faktor utama perilaku bunuh diri remaja usia sekolah adalah bullying. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara bullying dengan perilaku bunuh diri ada pelajar SMP dan SMA di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel confounding. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data sekunder Global School Based Health Survey Indonesia 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 12-17 tahun (n = 8733). Analisis yang digunakan adalah analiss univariat, bivariat dan multivariabel dengan level kepercayaan 95%. Hasil analisis multivariabel dengan regresi logistik berganda, menunjukkan rasio odds terjadinya perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia yang pernah mengalami bullying dibandingkan dengan pelajar yang tidak pernah mengalami bullying adalah 2,27 (95% CI: 1,92-3,53). Selain itu, hasil analisis multivariabel juga mununjukan adanya variabel interaksi (variabel moderator/effect modifier) yaitu perilaku berkelahi dan kekerasan seksual. Strategi pencegahan bullying dan perilaku bunuh diri berbasis sekolah sangat diperlukan untuk mengurangi risiko perilaku bunuh diri pada pelajar. Kata kunci: Bunuh diri, Perilaku Bunuh Diri, Bullying Suicide is the third leading cause of death in adolescents aged 10 to 19 years old. In 2016, the death rate due to suicide in Indonesia was estimated at 3.4 per 100,000 population. Complete suicide is an iceberg phenomenon, where the problem will be seen more clearly if suicidal behavior was involved. One of the main factors that could intensify suicidal behavior risk among high school students is bullying. This study examined the association between bullying and suicide among high school student in Indonesia after adjusting for confounder variables. It was a secondary analysis of Global School Based Health Survey Indonesia 2015 which used cross sectional study design. Univariate, bivariate, and multivariable analyses were performed at 95% confidence level. Multivariable regression logistic model showed that students who had been bullied had 2.27 times greater odds of having suicidal behavior compared to students who had never experienced bullying (OR: 2,27; 95% CI: 1,92-3,53). Besides, we indicated that physical fighting, and sexual abuse as effect modifiers (moderator or interaction variables) that affect the association between bullying and suicidal behavior. School-based bullying and suicidal behavior prevention strategies are needed to reduce the risk of suicidal behavior among students. Key words: Suicide, Suicidal Behavior, Bullying
Read More
S-10338
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vania Gemma Miari; Pembimbing: Nurhayati A. Prihartono; Penguji: Trisari Anggondowati, Gina Anindyajati
Abstrak:
Bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat terbesar pada kelompok usia remaja secara global. Pemikiran bunuh diri atau ideasi bunuh diri dapat menjadi awal dari perilaku bunuh diri dan merupakan kekhawatiran di kalangan remaja. Angka prevalensi pemikiran bunuh diri remaja di Indonesia meningkat dari 4,2% di tahun 2007 menjadi 5,14% di tahun 2015. Melihat situasi saat ini, ada kemungkinan angka kematian akibat bunuh diri semakin meningkat. Terdapat beberapa faktor risiko perilaku kesehatan yang berkontribusi pada peningkatan upaya bunuh diri di kalangan remaja, salah satunya adalah perilaku seksual berisiko. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara perilaku seksual berisiko dengan pemikiran bunuh diri setelah dikontrol dengan variabel confounding. Penelitian menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan analisis data Global School-Based Student Health Survey Indonesia tahun 2015. Hasil penelitian ini adalah prevalensi pemikiran bunuh diri pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015 sebesar 4,8% dan prevalensi perilaku seksual berisiko pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015 dalam penelitian ini sebesar 4,17%. Berdasarkan hasil analisis multivariat, risiko pelajar yang pernah melakukan perilaku seksual berisiko 2,54 (CI 95% 1,56—4,13) kali lebih besar untuk memiliki pemikiran bunuh diri dibandingkan dengan pelajar yang tidak pernah melakukan perilaku seksual berisiko.

Suicide is the fourth largest cause of death in the adolescent age group globally. Suicidal ideation can be a precursor to suicidal behavior and is a concern among adolescents. The prevalence rate of suicidal ideation among teenagers in Indonesia increased from 4.2% in 2007 to 5.14% in 2015. Looking at the current situation, there is a possibility that the death rate due to suicide will increase. Several health behavioral risk factors contribute to the increase in suicide attempts among adolescents, one of which is risky sexual behavior. This research aims to look at the relationship between risky sexual behavior and suicidal thoughts after being controlled by confounding variables. The research used a cross-sectional study design with data analysis from the Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015. The results of this research are that the prevalence of suicidal thoughts among middle and high school students in Indonesia in 2015 was 4.8% and the prevalence of risky sexual behavior among middle and high school students in Indonesia in 2015 was 4.17%. Based on the results of multivariate analysis, the risk of students who have engaged in risky sexual behavior is 2.54 (CI 95% 1.56—4.13) times greater for having suicidal thoughts compared to students who have never engaged in risky sexual behavior.
Read More
S-11539
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hana Humaira; Pembimbing: Rizka Maulida; Penguji: Dwi Gayatri, Samuel Josafat Olam
Abstrak:
Latar belakang: Kejadian perundungan pada remaja di Indonesia terutama pada pelajar menempati urutan kelima tertinggi diantara 78 negara pada tahun 2018. Dampak dari perundungan yakni terkait dengan aspek fisik, mental, sosial serta memungkinkan perilaku berisiko yang dapat memengaruhi kualitas hidup remaja. Perundungan yang terjadi pada remaja disebabkan berbagai faktor diantaranya faktor individu dan faktor sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor sosial dan faktor individu dengan kejadian perundungan pada remaja di Indonesia berdasarkan data GSHS 2015. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey (GSHS) 2015 dengan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian adalah remaja umur 10-19 tahun yang menjawab variabel penelitian secara lengkap (n=9.500). Analisis univariat dilakukan dengan menampilkan frekuensi dan presentase, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji chi square dan menghitung odds ratio (OR). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20,1% remaja di Indonesia mengalami kejadian perundungan selama 30 hari terakhir. Diketahui bahwa remaja yang tidak memiliki teman dekat (POR: 1,59; CI:1,20-2,10), tidak mendapat dukungan teman sebaya (POR: 1,51; CI:1,35-1,67), orang tua yang tidak peduli (POR: 1,12; CI: 1,00-1,24), dan orang tua yang tidak mengawasi (POR: 1,38; CI: 1,25-1,54), untuk memiliki odds yang lebih tinggi mengalami kejadian perundungan. Remaja laki-laki (POR: 1,43; CI: 1,30-1,59), berusia 14 tahun kebawah (POR: 1,12; CI: 1,01-1,24) dan memiliki status kerawanan pangan (POR: 2,37; CI: 1,91-2,94) memiliki odds yang lebih tinggi mengalami perundungan. Kesimpulan: Faktor sosial orang tua dan teman serta faktor individu menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian perundungan. Diharapkan penelitian selanjutnya melakukan analisis multivariat untuk melihat besar pengaruh tiap variabel

Background: The incidence of bullying among adolescents in Indonesia, particularly among students, fifth highest among 78 countries in 2018. The impacts of bullying are related to physical, mental, and social aspects, and it can lead to risky behaviors that affect the quality of life of adolescents. Bullying among adolescents is caused by various factors, including individual and social factors. This study aims to determine the relationship between social factors and individual factors with the incidence of bullying among adolescents in Indonesia based on data from the GSHS 2015. Methods: This study uses secondary data from the 2015 Global School-Based Student Health Survey (GSHS) with a cross-sectional study design. The research sample consists of adolescents aged 10-19 years who completed the survey variables (n=9,500). Univariate analysis was performed by presenting frequencies and percentages, while bivariate analysis used the chi-square test and calculated the odds ratio (OR). Results: The study results showed that 20.1% of adolescents in Indonesia experienced bullying in the past 30 days. It was found that adolescents who did not have close friends (POR: 1.59; CI: 1.20-2.10), did not receive peer support (POR: 1.51; CI: 1.35-1.67), had indifferent parents (POR: 1.12; CI: 1.00-1.24), and had unsupervised parents (POR: 1.38; CI: 1.25-1.54) had higher odds of experiencing bullying. Male adolescents (POR: 1.43; CI: 1.30-1.59), those aged 14 years or younger (POR: 1.12; CI: 1.01-1.24), and those with food insecurity (POR: 2.37; CI: 1.91-2.94) also had higher odds of experiencing bullying. Conclusion: Parental and peer social factors as well as individual factors show a significant relationship with the incidence of bullying. Future research is expected to conduct multivariate analysis to determine the influence of each variable
Read More
S-11751
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive