Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 29183 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Paulina Magdalena Nainggolan; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Renti Mahkota, Punto Dewo, Nikson Sitorus
Abstrak: Latar Belakang: Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menjadi pencetus terjadinya hipertiroid selain beberapa faktor risiko lainnya. Prevalensi merokok di Indonesia semakin meningkat dari 27% (tahun 1995) menjadi 36,3% (tahun 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid pada penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun.
Metode: Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar 722.329 responden. Sampel penelitian adalah penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas tahun 2013 dan memiliki data lengkap tentang variabel yang diteliti yaitu sebesar 46.823 responden. Analisis data multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kandungan iodium dalam garam yang digunakan dalam rumah tangga dan status gizi.
Hasil: Prevalensi hipertiroid pada penelitian ini adalah 0,8%. Prevalensi keterpaparan asap rokok 77,4%. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan tinggi memiliki peluang 1,65 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan sedang memiliki peluang 1,30 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan rendah memberikan efek protektif 0,69 kali terhadap hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan pendidikan tinggi.
Kesimpulan: Paparan asap rokok berinteraksi dengan pendidikan dalam menyebabkan hipertiroid.
Kata Kunci: Hipertiroid; Paparan asap rokok; Pendidikan; Riskesdas 2013.
Read More
T-4988
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Stevy Elisabeth Dame Simamora; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Helda; Yosyah; Penguji: Soewarta Kosen, Mularsih Restianingrum
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Stevy Elisabeth Dame Simamora Program Studi : Epidemiologi Judul : Pengaruh Paparan Asap Rokok Dari Suami Pada Wanita Usia 15-57 Tahun Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Indonesia (Analisis Data Lanjutan IFLS V Tahun 2014) Pembimbing : DR. dr. Sudarto Ronoatmodjo S.K.M., M.Sc Di Indonesia berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka nasional BBLR yaitu sekitar 10,2%. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 diperoleh hasil bahwa 67% laki-laki di Indonesia merokok. (1) Sementara itu pada tahun 2011-2015 prevalensi perokok pasif yang terpapar asap rokok di rumah sekitar 78.4%, lebih dari separuh perokok pasif adalah kelompok rentan seperti perempuan dan balita. (2).  Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubungan paparan asap rokok dari suami pada wanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubungan paparan asap rokok dari suami pada wanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR. Penelitian ini menganalisis data IFLS V tahun 2014.Jumlah wanita usia 15-57 tahun yang menjadi responden IFLS V sebanyak 2.721 orang. Sebanyak 1.599 orang menjadi total sampel karena telah memenuhi syarat kriteria inklusi yaitu wanita  usia 15 – 57 tahun dengan anak kelahiran terakhir yang lahir hidup dalam kurun waktu 2007-2015, Pernah melahirkan. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu : data tentang riwayat merokok suamidan variabel kovariat  tidak lengkap, dan ibu merupakan perokok aktif. Proporsi ibu usia 15-57 tahun yang terpapar asap rokok dari suami adalah 73,5 % . Proporsi bayi  dengan berat lahir rendah yang dilahirkan oleh ibu yang terpapar asap rokok dari suami pada penelitian ini adalah 7,74 %, dan  proporsi bblr pada ibu yang tidak terpapar asap rokok dari suami yaitu 6,86%. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara merokok pasif pada ibu usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR dengan 1,096 (CI 95% 0,721-1,66) setelah dikontrol oleh variabel riwayat kunjungan ANC. Pengaruh paparan asap rokok terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabel riwayat kunjungan ANC tidak bermakna. Meskipun faktor yang mempengaruhi BBLR sangat banyak dan kompleks, namun hal ini dapat dicegah sejak dini. Salah satunya melalui melindungi masyarakat dari paparan asap rokok melalui upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Kata Kunci : bblr,merokok pasif, IFLS


ABSTRACT Name : Stevy Elisabeth Dame Simamora Study Program : Epidemiology Title : The Effect of Cigarette Smoke Exposure From Husbands In Women Aged 15-57 Years With Low Birth Weight In Indonesia (Advanced Data Analysis of IFLS V 2014) Counsellor : DR. dr. Sudarto Ronoatmodjo S.K.M., M.Sc In Indonesia based on the results of Riskesdas (Basic Health Research) in 2013 shows the national rate of LWB is about 10.2%. Based on a survey conducted by Global Adult Tobacco Survey (GATS) in 2011, it was found that 67% of men in Indonesia smoke. (1) Meanwhile in 2011-2015 the prevalence of passive smokers exposed to cigarette smoke at home is about 78.4%, more than half of passive smokers are vulnerable groups such as women and toddlers. (2). Objective: This study to see the effect of exposure to husbands cigarette smoke with the LWB. Method: This study analyzed IFLS V data in 2014. A total of 1,599 people into the total sample because it has fulfilled the inclusion criteria, namely women aged 15 - 57 years with the last born birth of children in the period 2007-2015, Ever give birth. While the exclusion criteria are: data about husbans smoking history and  covariate variable is incomplete, and mother is active smoker. Results: 73.5% of husbands were smokers. The proportion of infants with low birth weight born to mothers exposed to cigarette smoke from husbands in this study was 7.74%, and the proportion of bblr in mothers not exposed to cigarette smoke from husbands was 6.86%. There was no significant relationship between passive smoking in women aged 15-57 years with LWB incidence with 1.096 (95% CI 0.721-1.66) after controlled by antenatal care (ANC) visit variables. Conclusion: The effect of exposure to husbands smoke with the  LWB after controlled by antenatal care (ANC) visit history variable is not significant. Although the factors that affect LBW are very numerous and complex, but this can be prevented early on. One of them through protecting people from exposure to cigarette smoke through prevention efforts and health promotion. Key words : LWB, passive smoker, IFLS

Read More
T-5142
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Farhan Dwi Yulianto; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Rindu Rachmiaty
Abstrak: Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Sekumpulan faktor risiko yang dapat berinteraksi bersama yang terdiri dari obesitas sentral, kadar trigliserida tinggi, kadar kolesterol HDL rendah, kadar GDP tinggi, dan hipertensi dikenal dengan istilah sindrom metabolik (IDF, 2006). Seseorang yang mengalami sindrom metabolik mempunyai peluang 3 kali untuk mengalami serangan jantung dan stroke (IDF, 2006). Sementara, menurut IDF (2006) diestimasi bahwa 20-25% penduduk dewasa di dunia mengalami sindrom metabolik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sindrom metabolik dengan kejadian stroke pada penduduk berusia ≥ 15 tahun di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel kovariat. Desain studi penelitian yaitu potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh sebesar 24.451 responden. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh proporsi stroke berdasarkan diagnosis dokter sebesar 1,2%. Proporsi sindrom metabolik diperoleh sebesar 24,4%. Terdapat hubungan yang signifikan antara sindrom metabolik dengan kejadian stroke dengan nilai p sebesar 0,001 dengan POR sebesar 2,370 (95% CI: 1,872-3,001), artinya responden yang mengalami sindrom metabolik mempunyai odds atau peluang 2,370 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke dibandingkan responden yang tidak mengalami sindrom metabolik. Hasil analisis multivariat diperoleh hubungan yang signifikan antara sindrom metabolik dengan kejadian stroke (nilai p = 0,000) dengan aPOR sebesar 2,415 (95% CI: 1,883-3,099) dan diperoleh adanya variabel confounding yaitu variabel jenis kelamin dan usia. Sindrom metabolik dapat menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan dalam upaya pencegahan dan pengendalian stroke di Indonesia.
Kata Kunci: Sindrom Metabolik, Stroke, Riskesdas 2018

Stroke is a non-communicable disease that becomes one of public health problems in the world, including in Indonesia. A group of risk factors that can be interacted together including central obesity, high triglyceride levels, low HDL levels, high GDP levels, and hypertension are known as metabolic metabolism (IDF, 2006). The person who has metabolic syndrome has a chance 3 times to have heart attacks and strokes (IDF, 2006). Meanwhile, according to IDF (2006) it is estimated that 20-25% of the adult population in the world having metabolic syndrome. This research aims to study the relationship between metabolic syndrome and stroke event in population aged ≥ 15 years old in Indonesia after being controlled by covariate variables. The design study of this research is cross sectional using data from Riskesdas 2018. The sample of this research that met the inclusion and exclusion criteria was 24,451 respondents. Based on the result of the analysis, the proportion of strokes based on the doctor's diagnosis is 1.2%. The proportion of metabolic syndrome obtained is 24.4%. There is a significant relationship between metabolic syndrome and the stroke event with a p value of 0.001 with a POR of 2.370 (95% CI: 1.8872,001), which means that respondents with metabolic syndrome has a chance or odds 2.370 times higher for stroke compared to respondents without metabolic syndrome. The results of multivariate analysis obtained a significant relationship between metabolic syndrome and stroke event (p = 0,000) with aPOR of 2,415 (95% CI: 1,883- 3,099) and obtained confounding variables such as gender and age. Metabolic syndrome can be an important factor to consider in efforts to prevent and control stroke event in Indonesia.
Keywords: Metabolic Syndrome, Stroke, Riskesdas 2018
Read More
S-10417
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Baiq Diken Safitri; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah, Felly Philipus Senewe
S-10305
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mutia Nafisah Zahra; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Telly Purnamasari Agus
Abstrak: Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan baik berdasarkan diagnosis dokter ataupun pemeriksaan kadar glukosa darah. Selain itu, DM menyumbang tingkat kematian yang tinggi, morbiditas di semua kelompok umur, serta memberikan pembebanan pada biaya kesehatan. Asma merupakan penyakit pernapasan kronis yang menjadi faktor risiko potensial DM mengalami peningkatan jumlah penderita, penyebab morbiditas orang dewasa, peningkatan angka kematian serta tingginya beban kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asma dengan kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data sekunder Riskesdas 2018. Terdapat 23.119 sampel yang sesuai dengan kriteria studi. Proporsi kejadian DM tipe 2 sebesar 14,8% dan proporsi kejadian asma sebesar 3,1%. Proporsi DM tipe 2 lebih besar pada penderita asma (16,7%) dibanding dengan bukan penderita asma (14,7%). Jenis kelamin, perilaku merokok, konsumsi alkohol, dan kadar trigliserida memiliki efek modifikasi dengan asma terhadap hubungannya dengan DM tipe 2. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asma tetap tidak berhubungan signifikan dengan kejadian DM tipe 2 setelah dikontrol semua variabel kovariat (PR=1,138; 95% CI: 0,94-1,36; p=0,162). Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk studi mendatang dalam menganalisis hubungan kedua penyakit ini lebih lanjut
Read More
S-10899
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Leah Hadassah Kadly; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yovsyah, Rindu Rachmiaty
Abstrak: Latar Belakang: Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendunia, karena prevalens dan insidens PGK yang terus meningkat, prognosis yang buruk, serta biaya perawatan yang tinggi. Epidemi penggunaan temabakau dengan penggunaan utamanya adalah melalui perilaku merokok merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar yang dihadapi dunia, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) pada penduduk berusia ≥ 15 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan desain studi potong lintang analitik. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang dipeoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dengan jumlah sampel sebesar 324.801 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Berdasarkan hasil analisis, didapatkan prevalensi kejadian PGK adalah 0,5% dan proporsi perilaku merokok adalah terdapat 15,8% merokok dan 1,8% pernah merokok dengan sebanyak 14,1% rata-rata batang rokok yang dihisap ≤ 20 batang/hari, 14,5% merokok > 10 tahun, 8,0% merupakan perokok sedang, dan 11,0% merokok jenis kretek. Terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok, lama merokok, derajat merokok, dan jenis rokok dengan POR = 1,15 (95% CI = 1,02 ? 1,30), POR = 1,30 (95% CI = 1,15 ? 1,48), POR = 1,89 (95% CI = 1,48 ? 2,40), dan POR = 1,91 (95% CI = 1,30 ? 2,80), secara berturut-turut. Selain itu, beberapa variabel faktor risiko lain memiliki hubungan yang bermakna, yaitu usia (POR = 2,66, 95% CI = 2,40 ? 2,96), jenis kelamin (POR = 1,44, 95% CI = 1,30 ? 1,60), tingkat pendidikan (POR = 1,33 95% CI = 1,20 ? 1,48), hipertensi (2,43, 95% CI = 2,20 ? 2,69), diabetes mellitus (POR = 4,2, 95% CI = 3,63 ? 4,93), penyakit jantung (5,28, 95% CI = 4,51 ? 6,17), konsumsi minuman berenergi (POR = 1,51, 95% CI = 1,07 ? 2,13), dan aktivitas fisik (POR = 1,58, 95% CI = 1,42 ? 1,77). Selain itu, diidentifikasi variabel efek modifikasi (interaksi), yaitu status pekerjaan, diabetes mellitus, dan konsumsi minuman berenergi dan variabel perancu yaitu variabel usia dan jenis kelamin. Kesimpulan: Perilaku merokok, khususnya status merokok, lama merokok, derajat merokok, dan jenis rokok yang dihisap merupakan faktor risiko penting yang perlu diperhatikan dalam pencegahan dan pengendalian kejadian PGK.
Background: Chronic kidney disease (CKD) is a global public health problem, due to the increasing prevalence and incidence of CKD, poor prognosis, and high treatment costs. The epidemic of tobacco use with its main use being through smoking is one of the biggest public health threats facing the world, including Indonesia. This study aims to determine the relationship between smoking behavior and Chronic Kidney Disease (CKD) in the population aged 15 years in Indonesia. Methods: The research was conducted using quantitative methods and a a cross-sectional analytical design. The source of data used in this study is secondary data obtained from the Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 with a total sample of 324,801 according to the inclusion and exclusion criteria. Results: Based on the results of the analysis, the prevalence of CKD incidence was 0.5% and the proportion of smoking behavior was 15.8% smoked and 1.8% had ever smoked with 14.1% the average cigarette smoked 20 cigarette/days, 14.5% smoked > 10 years, 8.0% were moderate smokers, and 11.0% smoked kretek. There is a significant relationship between smoking status, smoking duration, smoking degree, and type of cigarette with POR = 1.15 (95% CI = 1.02 ? 1.30), POR = 1.30 (95% CI = 1.15 ? 1.48), POR = 1.89 (95% CI = 1.48 ? 2.40), and POR = 1.91 (95% CI = 1.30 ? 2.80), respectively. In addition, several other risk factor variables had a significant relationship, namely age (POR = 2.66, 95% CI = 2.40 ? 2.96), gender (POR = 1.44, 95% CI = 1, 30 ? 1.60), education level (POR = 1.33 95% CI = 1.20 ? 1.48), hypertension (2.43, 95% CI = 2.20 ? 2.69), diabetes mellitus ( POR = 4.2, 95% CI = 3.63 ? 4.93), heart disease (5.28, 95% CI = 4.51 ? 6.17), consumption of energy drinks (POR = 1.51, 95 % CI = 1.07 ? 2.13), and physical activity (POR = 1.58, 95% CI = 1.42 ? 1.77). In addition, the modification effect variables (interaction) were identified, namely employment status, diabetes mellitus, and consumption of energy drinks, and confounding variables, namely age and gender. Conclusion: Smoking behavior, especially smoking status, duration of smoking, degree of smoking, and types of cigarettes smoked are important risk factors that need to be considered in preventing and controlling the incidence of CKD.
Read More
S-11021
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nugrahani Meika Narvianti; Pembimbing: Dwi Gayatri; Penguji: Krisnawati Bantas, Eko Prihastono
Abstrak: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang diukur berdasarkan TB/U. Di Indonesia, prevalensi stunting pada balita umur (0-59 bulan) mengalami peningkatan dari tahun 2007, 2010, hingga tahun 2013. Prevalensi stunting pada balita umur (0-59 bulan) di Pulau Sulawesi mengalami peningkatan hingga 41,05 persen pada tahun 2013. Angka tersebut menggambarkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
 
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor risiko dengan kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013, dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 7462 balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi yang memiliki data lengkap, dan tidak mempunyai data z-score TB/U < -6SD dan > +6SD.
 
Hasil penelitian menunjukkan, kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013 sebesar 43,3 persen. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna (nilai p ≤ 0,05) antara umur, jenis kelamin, status imunisasi dasar, berat badan lahir, pendidikan ibu, tinggi badan ibu, wilayah tempat tinggal, status ekonomi keluarga, dan fasilitas sanitasi dengan kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan terhadap faktor risiko, utamanya pencegahan primer, serta melakukan deteksi dini dengan pengukuran TB/U secara teratur.
 

 
Stunting is a chronic malnutrition measured using height-for-age indicator. In Indonesia, prevalence of stunting on under-five-children (0-59 months) increases from 2007, 2010, to 2013. Prevalence of stunting on under-five-children (0-59 months) in Sulawesi Island increases by 41,05 percent in 2013. This number indicates a serious public health problem in Sulawesi Island.
 
This study aims to determine the relationship between risk factors with stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013. This study uses secondary data from the Riskesdas 2013, with a cross-sectional study. The sample amounts to 7462 under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island, who have complete data, and don’t have z-score data H/A < -6SD and > +6SD.
 
The results of this study indicate that the occurrence of stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013 is 43,3 percent. The bivariate analysis indicates significant association (p ≤ 0,05) between age, gender, status of primary immunization, birth weight, maternal education, maternal height, region of residence, family economic status, and sanitation facilities with stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013. Therefore, it’s necessary to implement prevention of risk factors especially primary prevention, and early detection using height-for-age measurement frequently.
Read More
S-8850
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deasy Eka Saputri; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah, Nasrin Kodim, Toni Wandra, Suhardi
Abstrak: Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Apabila tidak diobati dan tidak dikontrol, hipertensi bisa mengakibatkan kematian disebabkan oleh komplikasi. Kematian pada penderita hipertensi paling sering terjadi karena stroke, gagal ginjal, jantung, atau gangguan pada mata. Pada tekanan darah tinggi, jantung memompa darah ke tubuh dengan tekanan yang luar biasa tingginya, salah satu sebabnya adalah karena stres emosional. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stres emosional yang tinggi.
 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007, dengan variabel kovariat: umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, kecukupan serat, aktifitas fisik, Indek Masa Tubuh (IMT), Diabetes Melitus (DM), pengeluaran perkapita dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2007, yang akan dilaksanakan dari bulan Maret 2010 sampai Juni 2010. Data dianalisis dengan analisis satu variabel, analisis dua variabel dan analisis multivariabel dengan uji regresi logistik ganda.
 
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007 adalah 33,9% sedangkan prevalensi stres sebesar 12,1%. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi setelah dikontrol oleh variabel lain yaitu umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, IMT, DM dan pengerluaran perkapita serta dikontrol pula oleh adanya interaksi umur dan stres yang berinteraksi negatif (antagonism), dimana umur mengurangi efek dari stres terhadap terjadinya hipertensi. Dengan proporsi hipertensi yang disebabkan adanya interaksi tersebut sebesar 3,2%. Upaya pencegahan hipertensi dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap stres, yaitu dengan berolahraga, relaksasi mental (rekreasi), melakukan curhat atau berbicara pada orang lain, selalu menumbuhkan emosi yang positif serta memperdalam ibadah dan agama. Perlunya melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala bagi penduduk yang berumur 40 tahun keatas dan screening kasus hipertensi oleh pengelola program pengendalian penyakit hipertensi yang diutamakan pada kelompok umur 40 tahun keatas.
 

High blood pressure (hypertension) is an increase in arterial blood pressure. If left untreated and uncontrolled, hypertension can lead to death caused by complications. Mortality in patients with hypertension most often occurs because of stroke, kidney failure, heart disease, or disorders of the eye. In high blood pressure, heart pumps blood to the body with exceptional high pressure, one reason is because of emotional stress. Increased blood pressure will be greater in individuals who have a high tendency of emotional stress.
 
The purpose of this study is to determine the relationship of stress and hypertension in the population in Indonesia in 2007, with kovariat variables: age, sex, occupation, marital status, education, cigarette consumption, alcohol consumption, adequacy of dietary fiber, physical activity, Body Mass Indeks (BMI), Diabetes Mellitus (DM), expenditure percapita and area of residence. This research is an analytical cross sectional study design using secondary data from Riskesdas 2007, which will be implemented from March 2010 until June 2010. Data were analyzed with one variable, two variable analysis and multivariable analysis with multiple logistic regression.
 
The results of this study showed that the prevalence of hypertension in the population in Indonesia in 2007 was 33.9% while the prevalence of stress by 12.1%. There is significant correlation between stress and hypertension after controlled by other variables such as age, marital status, educational level, BMI, DM and expenditure percapita and also controlled by the interaction of age and stress that the negative interaction (antagonism), in which age reduces the effects of stress against the occurrence of hypertension. With the proportion of hypertension caused by the interaction of 3.2%. Hypertension prevention efforts conducted by the intervention to stress, that is with exercise, mental relaxation (recreation), to vent or talk to other people, always cultivate positive emotions and deepening of worship and religion. The need to conduct periodic measurements of blood pressure for the population aged 40 years or older and screened in cases of hypertension by hypertensive disease control program managers who focused on the age group 40 years and older.
Read More
T-3209
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Traviata Prakarti; Pembimbing: Renti Mahkota; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Hanifah Rogayah
Abstrak: Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, terutama di wilayah perdesaan Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari hasil Riskesdas 2013 dimana prevalensi malaria di wilayah perdesaan Indonesia masih mencapai 7,1% lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional sebesar 6,0%. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah perdesaan Indonesia. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 382.231 subjek penelitian yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang berusia ≥15 tahun, berdomisili di wilayah perdesaan Indonesia, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing). Hasil menunjukkan prevalensi malaria berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan pada penduduk usia ≥15 tahun sebesar 3,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p<0,05) antara faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, status gizi), faktor lingkungan tempat tinggal (plafon, dinding rumah, jenis sumber air, tempat pembuangan akhir tinja, lingkungan kumuh), faktor perilaku pencegahan (kelambu, pemakaian kawat kasa pada ventilasi, pemakaian obat anti nyamuk bakar/elektrik, repellent, dan minum obat kemoprofilaksis). Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pengendalian fisik untuk memutus rantai penularan vektor nyamuk Anopheles yang didukung oleh modifikasi perilaku hidup sehat oleh masyarakat. Kata Kunci: Malaria, Usia ≥15 tahun, Perdesaan Indonesia, Riskesdas 2013
Read More
S-8970
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iwany Amalliah Badruddin; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Nurhayati Adnan, Magdarina D Agtini, Dede Anwar Musadad
Abstrak: Karies gigi merupakan masalah kesehatan global dan penyakit gigi paling tinggi prevalensinya. Perilaku pemeliharaan kebersihan gigi dan pola konsumsi adalah salah satu etiologi karies gigi. Tujuan penelitian adalah mendapatkan nilai besar risiko karies gigi dan perilaku kesehatan gigi. Disain studi cross-sectional menggunakan data Riskesdas 2013. Jumlah sampel 5.496 anak usia 12 tahun. Prevalensi karies adalah 50,4%. Besar risiko anak yang memiliki kombinasi kedua perilaku tidak baik, adalah 1,99 kali (95% CI: 1,20-3,30) untuk mendapat karies dibanding anak dengan kombinasi perilaku baik. Sedangkan risiko anak yang memiliki kebiasaan menyikat gigi tidak pada waktu yang benar sebesar 1,75 kali (1,06-2,87), dan anak yang memiliki kebiasaan makan manis sering sebesar 1,27 kali (95% CI: 0,53-3,02) untuk mendapat karies. Untuk menurunkan angka kejadian karies gigi, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat bersama-sama aktif membentuk perilaku kesehatan gigi yang baik melalui program-program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit gigi. Kata kunci: pengalaman karies gigi, perilaku kesehatan gigi, Riskesdas 2013
Read More
T-4484
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive