Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33790 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Isnani Dewi Saefina; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Anhari Achadi, Pratiwi Andayani
S-9613
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elfrida Rinawaty Manurung; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Anhari Achadi, Vetty Yulianty Permanasari, Liman Harijono, Krsitiawan Basuki Rahmat
Abstrak: Tantangan resistensi antimikroba yang dihadapi Indonesia serupa dengan banyak negara di Kawasan Asia dan sekitarnya. Hasil survei penggunaan antimikroba yang dilakukan EXPLAIN* (Exploration of Antimicrobial Consumption to Identify Targets for Quality Improvement in Indonesian Hospitals) di seluruh bangsal rawat inap RS Royal Taruma tanggal 19-22 Maret 2019 dari 100 pasien yang diteliti didapatkan hasil penggunaan antibiotik empiris sebanyak 97% yang terdiri dari 81% untuk terapi empiris, 12 % profilaksis medis, 4% profilaksis bedah, dengan diagnosis terbanyak untuk pemberian antibiotik adalah tifoid, pneumonia dan demam berdarah. Pasien tanpa indikasi yang jelas mendapatkan antibiotik sebanyak 16%. RS Royal Taruma pada bulan November 2018 membentuk Tim PPRA untuk mendukung program nasional dan mengurangi penggunaan antibiotik irasional di RS Royal Taruma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan PPRA terhadap penggunaan antibiotik di RS Royal Taruma. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menganalisis penggunaan antibiotik secara kuantitatif DDD (Defined daily doses)/100 patient-days secara berkala dengan mengambil data sekunder Tim PPRA triwulan di bulan Februari, Mei dan Agustus 2020. Dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam 14 sumber informan untuk mengetahui tentang persepsi, pendapat, pikirannya tentang penggunaan antibiotik terkait dengan impelementasi kebijakan PPRA di RS Royal Taruma. Dari hasil DDD/100 patient-days, didapatkan hasil tiga antibiotik terbanyak yang digunakan adalah Cetriaxon (64,7%), Levofloxacin (20,1%) dan Meropenem (6,9%), yang termasuk kedalam golongan antibiotik berspektrum luas. Total penggunaan antibiotik sebanyak 1206,59 DDD/100 patient-days atau dalam satu hari terdapat 12,1 DDD antibiotik yang digunakan pada 100 pasien rawat inap dengan total lama perawatan selama 5547 hari. Dari hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan PPRA sudah dilaksanakan namun belum berjalan optimal dan perlu ditingkatkan lagi
The challenges of antimicrobial resistance facing Indonesia are similar to those of many countries in the Asian Region and beyond. The results of a survey on the use of antimicrobials conducted by EXPLAIN * (Exploration of Antimicrobial Consumption to Identify Targets for Quality Improvement in Indonesian Hospitals) in all inpatient wards of Royal Taruma Hospital on 19-22 March 2019, out of 100 patients studied, it was found that 97% of empirical antibiotics were used. consisting of 81% for empiric therapy, 12% for medical prophylaxis, 4% for surgical prophylaxis, with the most common diagnoses for antibiotics being typhoid, pneumonia and dengue fever. 16% of patients without a clear indication received antibiotics. Royal Taruma Hospital in November 2018 formed the PPRA Team to support the national program and reduce the use of irrational antibiotics at the Royal Taruma Hospital. The purpose of this study was to determine the implementation of PPRA policies on the use of antibiotics at the Royal Taruma Hospital. This research is a descriptive analytical study by analyzing the quantitative use of antibiotics, DDD (Defined daily dosage) / 100 patient-days periodically by taking secondary data from the PPRA Team for the quarterly months of February, May and August 2020. Followed by a qualitative approach with in-depth interviews with 14 sources. informants to find out about their perceptions, opinions, thoughts about the use of antibiotics related to the implementation of PPRA policies at Royal Taruma Hospital. From the DDD / 100 patient-days results, the three most widely used antibiotics were Cetriaxon (64.7%), Levofloxacin (20.1%) and Meropenem (6.9%), which belong to the broad-spectrum antibiotic class. Total antibiotic use was 1206.59 DDD / 100 patient-days or in one day there were 12.1 DDD antibiotics used in 100 hospitalized patients with a total length of stay of 5547 days. From the results of the in-depth interview it can be concluded that the implementation of PPRA policies has been implemented but has not run optimally and needs to be further improved
Read More
B-2182
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sukma Marthia Rahani; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Anhari Achadi, Mardiati Nadjib, Erike A. Suwarsono, Dede Sri Mulyana
Abstrak:
Penggunaan antibiotik yang tepat dan rasional dipercaya dapat mencegah terjadinya resistensi terhadap antibiotik juga berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan pasien pneumonia. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional diduga juga dapat menyebabkan pemanjangan lama hari rawat di rumah sakit sehingga mempengaruhi biaya perawatan pasien pneumonia. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 2%, sedangkan tahun 2013 sebesar 1.8%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kerasionalan penggunan antibiotik dengan outcome klinis pasien pneumonia di Rumah Sakit Haji Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik (cross-sectional) kuantitatif yang pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medik pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta periode 1 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember 2019. Dari 77 sampel yang didapat, sebanyak 37,7% pasien mendapatkan antibiotik secara tepat, 93.5% pasien mendapat dosis antibiotik secara tepat, 85.7% pasien yang mendapat antibiotik dengan durasi yang tepat, dan 98.7% pasien mendapat antibiotik dengan frekuensi yang tepat. Perbaikan klinis yang terjadi ≤ hari kelima sebanyak 88.3% dan lama hari rawat (length of stay) ≤ 5 hari sebanyak 67.5%. Kerasionalan penggunaan antibiotik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap outcome klinis (p value > 0.05) dan lama hari rawat (p value > 0.05).
Appropriate and rational use of antibiotic is believed to prevent the occurrence of resistance to antibiotic also affect the success of the treatment of pneumonia patients. The irrational use of antibiotic is thought to also be able to cause lengthening of the length of stay in the hospital, thereby affecting the cost of treating pneumonia patients. Riskesdas data for 2018 showed an increase in the prevalence of pneumonia based on diagnosis by health professionals by 2%, while in 2013 it was 1.8%. The purpose of this study was to determine the relationship between the rational use of antibiotic with the clinical outcome of pneumonia patients at the Jakarta Hajj Hospital. This research is a quantitative descriptive-analytic (cross-sectional) study whose data was collected retrospectively using medical records of patients at the Jakarta Hajj Hospital for the period of January 1 2019 to 31 December 2019. Of the 77 samples obtained, 37.7% patients get the right antibiotik, 93.5% of patients get the right dose of antibiotic, 85.7% of patients get antibiotic with the right duration, and 98.7% of patients get antibiotic with the right frequency. Clinical improvement that occurred ≤ fifth day was 88.3% and length of stay ≤ 5 days was 67.5%. The rationality of antibiotik use did not show a significant relationship to clinical outcome (p value > 0.05) and length of stay (p value > 0.05).
Read More
B-2151
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sarwati; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Yawestri Pudjiati, Andi Julia Rifiana
B-1624
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hilda Elsa Putri; Pembimbing: Masyitoh; Penguji: Puput Oktamianti, Astried Maydhita Putri
S-8943
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Haryman Utama Suryadinata; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmito, Sandi Iljanto, Atik Nurwahyuni, Robby Purnamasidhi, T. Robertus
Abstrak: Penggunaan antibiotik yang salah atau irasional dapat menyebabkan terjadinya kasus Antibiotic Resistance (ABR). Salah satu proses dalam mengendalikan ABR yaitu dengan melakukan evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik dengan alur Gyssens. Rumah Sakit X saat ini berupaya untuk terus memenuhi standar pelayanan kesehatan yaitu tentang penggunaan antibiotik yang rasional. Metode untuk mengevaluasi rasionalitas yang digunakan adalah dengan metode Gyssens. Kemudian, beberapa hasil yang menarik akan diverifikasi dengan tim pada saat diskusi dilakukan. Sampel yang dikumpulkan sebanyak 307 kali penggunaan antibiotik. Terdapat 7,5% penggunaan antibiotik yang sesuai dengan pedoman dan penggunaan antibiotik terbanyak pada golongan Cephalosporin generasi 3 (Ceftriaxone) dan Beta Lactam (Ampisilin Sulbaktam). Penyebab terjadinya ketidaksesuaian dan dalam penggunaan antibiotik adalah belum adanya standar pedoman penggunaan antibiotik pada seluruh kelompok diagnosa penyakit, beberapa antibiotik tidak tersedia di rumah sakit, beberapa kebijakan dan program belum berjalan maksimal. Dampak tersebut dapat menyebabkan potensi terjadinya resistensi, penurunan efektivitas obat bahkan dapat meningkatkan biaya pengobatan. Beberapa solusi harus segera dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan cost saving dan hal ini dapat berpengaruh terhadap pembelian obat di rumah sakit termasuk pada mengurangi potensi risiko lainnya yang dapat muncul. Hal tersebut memiliki tujuan akhir yang sama yaitu kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya yang terkendali. Kata Kunci: Antibiotik, Penggunaan Antibiotik, Evaluasi Rasionalitas, Metode Gyssens, Alur Gyssens Irational antibiotics usage could drive into Antibiotics Resistance (ABR) which could be control by doing the evaluation of antbiotic usage. Nowdays, Hospital X is very concern to improve their quality of services by pushing rational usage of antibiotics. This reasearch will evaluate the rationality of antibioic useage with Gyssens algorithm, and cntinue by some discussion with the team for verification the interesting results. The total sample is 307 cases of antibiotic used. There are 7,5% rational cases of antibiotics usage which Cephalosporin 3 generation (Ceftriaxone) and Beta Lactam (Ampicillin Sulbactam) were the most frequent delivered. Those irational antibiotic usage caused by there was no antibiotics used guideline for therapy especially for antibiotics therapy, some kind of antibiotics are not available in hospital and some internal regulations and programs were not working properly which could drive to antibiotics resistance, inefficient of the treatment and also increase the treatment cost. The hospital should do some improvement to prevent the resistance, which could give some benefits such as increase cost saving of the treatment, decrease the purchasing level and minimum risk of potential incident. All of those things just to reach the best quality with the controlled cost of healthy services Keywords : Antibiotics, Antibiotics Usage, Rationality Evaluation, Gyssens Algorithm
Read More
B-1947
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nila Indrawati; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Ronnie Rivany, Mieke Savitri, Endang Andriyani, Eka Nursiaty
Abstrak:

Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis pengendalian persediaan antibiotik pada tahun 2011 di RSIA Budi Kemuliaan. Desain penelitian yang digunakan Cross Sectional dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis unsur-unsur yang berpengaruh pada efektifitas pengendalian dan pendekatan kuantitatif digunakan untuk melakukan analisis ABC antibiotik pada tahun 2011. Hasil yang didapat dari penelitian ini untuk analisis ABC nilai indeks kritis, kelompok A terdiri dari 8 item obat atau 6,25 % dari seluruh item antibiotik, kelompok B 58 item atau 45,31% dan kelompok C 48,44% atau 62 item antibiotik Untuk evaluasi Formularium, 28 item antibiotik dalam kelompok C dapat dihilangkan. Efektifitas pengendalian belum tercapai, dikarenakan kebijakan yang ada belum cukup dan belum dibakukan menjadi pedoman yang disosialisasikan serta dievaluasi secara rutin dan belum dibakukannya prosedur-prosedur yang berkaitan dengan pengendalian persediaan, serta sistem informasi yang tersedia belum menunjang proses pencatatan dan pelaporan.


 The aim of this research is to analyze antibiotics stock control in Budi Kemuliaan Hospital in 2011. This was a cross-sectional study using qualitative approach to analyze some factors influencing control effectivity and quantitative approach to analyze ABC antibiotics in 2011. The result of this study, using ABC analysis of critical index point, showed that Group A consisted of 8 drug items or 6.25% of total antibiotics items, Group B consisted of 58 items (45.31%) and Group C consisted of 62 items (48.44%). Twenty eight itemsin Group C could be deleted from Budi Kemuliaan Hospital?s drug formularium lists.The effectivity of stock control had not been achieved yet because the policy regarding stock controlhad not been established adequately andhad not became a guidance to be socialized and evaluated routinely;there were many procedures of drug stock control had not became SOP (Standard Operating Procedure); and the excellence information system that supported good documentation had not been available yet.

Read More
B-1429
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Seli Pibriani Hendra Yani; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmito; Penguji: Aziz, Anhari Achadi
Abstrak: Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Kompensasi dan Pengembangan Karir Terhadap Turnover Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Fatmawati Tahun 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Kompensasi dan Pengembangan Karir Terhadap Turnover Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUP fatmawati Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan data diperoleh dari hasil wawancara dan kuisioner menggunakan skala linkert. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat rawat inap RSUP Fatmawati Tahun 2017. Sampel yang digunakan sebanyak 82 perawat dengan metode pengambilan sampel simple random sampling. Analisis data yang digunakan Uji Validitas Kuisioner, Uji Reabilitas Kuisioner, Uji korelasi, dan Uji Regresi Linier sederhana dengan dengan menggunakan SPSS 20,0 for windows. Hasil penelitian didapatkan bahwa Kompesasi berpengaruh negatif, kuat, dan signifikan, sebesar 82% terhadap turnover perawat dan pengembangan karir berpengaruh negatif dan lemah, terhadap turnover perawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Fatmawati sekitar 18%.
Kata kunci : Kompensasi, Pengembangan Karir, Turnover

This study discusses the Influence of Compensation and Career Development on Turnover Nurse in Inpatient Installation RSUP Fatmawati Year 2017. The purpose of this study is to determine the Effect of Compensation and Career Development on Turnover Nurse in Inpatient Installation RSUP fatmawati Year 2017. This research is a quantitative research with cross sectional approach and data obtained from interviews and questionnaires using linkert scale. The population of this research is all nurses of Inpatient Hospital of Fatmawati Year 2017. The sample used is 82 nurses with simple random sampling method. Data analysis used Test Questionnaire Validity, Test Questionnaire Reaction, Correlation Test, and Linear Regression Test simple by using SPSS 20,0 for windows. The result of the research shows that Compensation has negative, strong, and significant effect, 82% toward nurse turnover and career development have negative and weak effect on nurse turnover at RSUP Fatmawati hospital about 18%.
Keywords : Compensation, Career Development, Turnover
Read More
S-9627
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adhy Nugroho; Pembimbing: Ronnie Rivany; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Vetty yulianty Permanasari, Simon Djeno
Abstrak: Abstrak
Di RSUD Dokter Soedarso, berdasarkan hasil wawancara, ditemukan kejadian penundaan pelayanan resep sebanyak 70-80% setiap bulannya. Penundaan pelayanan resep disebabkan habisnya persediaan obat di gudang penyimpanan. Dalam persiapan menjadi BLUD, pihak manajemen harus memperbaiki sistem pengadaan obat. Penelitian ini adalah analisis evaluasi ekonomi kuantitatif untuk menyusun model pengadaan obat antibiotik kelompok A nilai investasi. Selanjutnya dilakukan perhitungan total biaya persediaan obat kelompok A. Kemudian dilakukan penghitungan EOQ serta ROP dilanjutkan dengan dilakukan simulasi pengadaan dengan metode EOQ dan perhitungan biayanya. Dari biaya yang diperoleh dilakukan perbandingan untuk melihat efektifitas pengadaan terhadap konsekuensi ITOR, service level, cakupan obat terlayani, jumlah waktu pekerjaan dan jumlah dokumen yang dihasilkan. Pengadaan persediaan farmasi di RSUD Dokter Soedarso Pontianak belum dilakukan dengan optimal untuk mencapai hasil yang efektif dilihat dari sudut pandang biaya. Dengan adanya keterbatasan anggaran, sebaiknya dilakukan prioritas dalam pengadaan obat-obatan dengan menggunakan analisis ABC nilai investasi. Metode ini akan membantu pihak manajemen untuk lebih memfokuskan diri terhadap obat-obatan yang mempunyai nilai investasi tinggi. Pengadaan obat antibiotik kelompok A nilai investasi mempunyai efektifitas biaya yang lebih baik dibandingkan dengan cara RSUD Dokter Soedarso saat ini jika dilihat dari sudut pandang service level, cakupan obat terlayani, jumlah waktu pekerjaan dan jumlah dokumen yang dihasilkan (CER EOQ < CER RS). Sedangkan dilihat dari sudut pandang ITOR, sangat tergantung dengan jumlah pemesanan. Jumlah pemesanan lebih dari 350 vial metode EOQ lebih efektif sedangkan jumlah pemesanan kurang dari 350 vial, cara RSUD Dokter Soedarso lebih efektif.
 

At the RSUD Dokter Soedarso, based on interviews, it was found 70-80% delay per month in pharmacy services (drog provison for patients). The reason for the delays was stockout of prescription drugs in the pharmacy storage. In preparation to be BLUD, the management should improve the drug procurement system. This was a quantitative analysis of economic evaluation study to compare a procurement methode for class A ABC investing score analysis antibiotics. The calculation of EOQ and ROP was performed, followed by procurement simulations with EOQ method and cost calculations. Total cost were compared with each consequences, namely, ITOR, service level, drug coverage, worktime needed and documents generated. The procurement method at RSUD Dokter Soedarso has yet to be implemented in an optimal way to reach the desired effectiveness from cost point of view. With budget limitations, it is advised to prioritize the drugs procurement using ABC insvesting score analysis. This method will help the management to focus more on the drugs that have a high investment value. Procurement of class A ABC investing score analysis antibiotics drugs using EOQ method is more cost effective compared with RSUD Dokter Soedarso?s ways viewed from service level, drug coverage, amount of time and amount of documents (CER EOQ < CER Hospital). Whereas from ITOR consequences, the cost effectivenes depends on the amount of purchasing. EOQ method is likely more cost effective f the amounts of purchasing exceed 350 vials.
Read More
B-1539
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andre Wilia Putra; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Prastuti Soewondo, Pujiyanto, Alvina Rubianti, Doni Arianto
Abstrak: ABSTRAK Tindakan operasi orthopaedi membutuhkan tarif yang tinggi karena dilakukan dengan alat berteknologi tinggi, proses perawatan komplek dan seringkali menggunakan implan berharga mahal. Terdapat variasi tarif rumah sakit pada operasi orthopaedi yang perlu diidentifikasi penyebabnya. Penelitian bertujuan mengetahui komponen tarif dan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan tarif operasi orthopaedi pasien JKN pada prosedur anggota tubuh atas, sendi tungkai bawah dan fusi tulang belakang pada lengkungan tulang belakang di RSUP Fatmawati tahun 2017. Desain penelitian adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif melalui menghitung tagihan dan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan gambaran rata-rata tarif prosedur anggota tubuh atas Rp22.264.612 terdiri atas komponen bahan alat 51%, jasa rumah sakit 14% dan jasa pelayanan 35%, gambaran rata-rata tarif prosedur sendi tungkai bawah Rp61.700.637 yaitu bahan alat 75%, jasa rumah sakit 10% dan jasa pelayanan 15%, dan gambaran rata-rata tarif prosedur fusi tulang belakang Rp79.501.208 yaitu bahan alat 63%, jasa rumah sakit 11% dan jasa pelayanan 26%. Faktor penggunaan dan harga implan, tingkat keparahan, lama hari rawat, dan penggunaan ICU mempengaruhi tarif pada tiga prosedur, sedangkan faktor metode cost plus pricing dan kelas perawatan tidak mempengaruhi tarif pada tiga prosedur. RSUP Fatmawati telah melakukan upaya untuk mengatasi variasi tarif pada komponen bahan alat, jasa rumah sakit dan jasa pelayanan. Rumah Sakit perlu melakukan perhitungan unit cost berkala, pembuatan unit cost pada tagihan yang belum memiliki unit cost, pemenuhan dan kepatuhan Clinical Pathway dan Panduan Praktik Klinis untuk tindakan operasi khususnya yang memiliki lama hari rawat dan jumlah terbanyak Kata kunci: variasi tarif operasi orthopaedi, prosedur anggota tubuh atas, prosedur sendi tungkai bawah, prosedur fusi tulang belakang pada lengkungan tulang belakang, implan. ABSTRACT Orthopedic surgery requires high rates because it is done with high-tech tools, complex maintenance process and often use expensive implans. There are variations in hospital rates on orthopedic surgery that need to be identified. The objectives of the study were to determine the tariff components and to analyze factors related to the operating tariffs of JKN patients on upper limb procedures, lower limb joints and spinal fusion in the spinal arch at Fatmawati Hospital 2017. This study is cross-sectional study design with quantitative approach through counting the bill and qualitative approaches through in-depth interviews. The results of this study showed that the average tariff procedure of the limbs of Rp22,264,612 consisted of 51% of appliance component, 14% hospitals service and 35% service, the average cost of lower limb joint procedure Rp61,700,637,%, hospital services 10% and service 15%, and average picture tariff of spinal fusion procedure Rp79.501.208 yaitu appliance 63%, hospital services 11% and service 26%. Factors of use and implanation rates, severity, length of stay, and use of ICUs affect tariffs on three procedures, while cost plus pricing and treatment class methods do not affect tariffs on three procedures. RSUP Fatmawati has made efforts to overcome the variation of tariff on components of equipment, hospital services and services. Hospital need to calculate unit cost periodically, unit cost creation on bills that do not have unit cost, compliance and compliance Clinical Pathway and Clinical Practice Guidelines for surgery, especially those with long days of service and the highest number Key words : tariif variations of orthopeadi surgery, upper limb procedures, lower limb joint procedures, spine fusion procedures in the spinal cord, implans.
Read More
B-2025
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive