Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36755 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ahmad Aswal Liambo; Pembimbing: Soedarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Yovsyah, Soewarta Kosen, Eulis Wulantari
Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat, WHOmelaporkan hampir satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diprediksimeningkat menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 nanti. Kurang aktivitas fisik merupakansalah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yangtidak terlalu besar. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa diIndonesia sebesar 25,8% dan proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 26,1%. Tujuanpenelitian ini adalah mengetahui prevalensi hipertensi, proporsi kurang aktivitas fisik danhubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesiaberdasarkan data IFLS 5 tahun 2014. Desain yang digunakan adalah cross sectional,populasi penelitian yakni seluruh penduduk dewasa (≥18 tahun) yang menjadi respondenIFLS 5 tahun 2014 dengan sampel sebanyak 26.043 responden. Kriteria hipertensimenggunakan pedoman JNC-7 (140/90 mmHg), penilaian aktivitas fisik berdasarkankebiasaan melakukan kegiatan fisik minimal selama 10 menit dalam seminggu, terdiridari aktif dan kurang aktif. Uji statistik pada analisis bivariat dan multivariatmenggunakan cox regression. Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar24,09%, proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 35,68%, serta terdapat hubungan yangsignifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (P value 0,000). Penduduk yang kurangaktivitas fisik berisiko 1,15 kali mengalami hipertensi dibandingkan penduduk yangmemiliki aktivitas fisik aktif (PR: 1,15; 95% CI: 1,09-1,21). Disarankan kepadamasyarakat untuk melakukan kegiatan fisik ringan berupa jalan kaki minimal selama 30menit setiap harinya dan kepada Dinas Kesehatan untuk berinovasi dalam memberikanedukasi kepada masyarakat terkait pentingnya aktivitas fisik dengan menggunakan sosialmedia (Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya).
Kata kunci :Hipertensi, aktivitas fisik, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
Hypertension is the leading causes for prematur death worldwide. Globally, WHOreported about nearly one billion people living with hypertension and it is estimated thatthis number will escalate to more than 1,5 billion by the year 2025. Insufficient physicalactivity is one of the modifiable risk factors for hypertension, which is not required greateffort and cost. In 2013, the prevalence of hypertension among Indonesian adults was25,8% and the proportion of insufficient physical activity was 26,1%. This study aims toknow the prevalence of hypertension, the proportion of insufficient physical activity andalso its relationship among the Indonesian adults based on IFLS 5 data in 2014. A cross-sectional study was conducted among 26.043 respondents in IFLS 5 aged 18 years andabove. The JNC-7 guidelines used to defined hypertension (if systolic blood pressure≥140 mmHg and/or diastolic ≥90 mmHg), whereas physical activity measured by thehabit of performing physical activity for at least 10 minutes a week. Statistical test onbivariate and multivariate analysis using cox regression. The prevalence of hypertensionwas 24,09% and the proportion of insufficient physical activity was 35,68%. Statisticaltest shown there was a significant relationship between physical activity and hypertension(P value 0,000), people with insufficient physical activity at risk 1,15 times havinghypertension than those with active physical activity (PR: 1,15; 95 % CI: 1,09-1,21).Adults should do at least 30 minutes walking everyday, province/district health officeneeds to use social media such as Facebook, Instagram, Twitter, etc, in order to promotingthe benefit of physical activity.
Keywords :Hypertension, physical activity, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
Read More
T-5133
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syafira Anindya Dhika Maulani; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Ahmad Syafiq, Misty
Abstrak:
Peningkatan prevalensi obesitas sentral di Indonesia diikuti dengan terjadinya peningkatan prevalensi aktivitas fisik yang kurang. Risiko meningkat saat usia ≥40 tahu, hal ini berkaitan dengan pengurangan aktivitas fisik dan kecenderungan gaya hidup yang menetap yang membuat orang dewasa yang lebih tua lebih rentan untuk mengalami obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas sentral pada usia ≥ 40 tahun di Indonesia bedasarkan data IFLS 5. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder IFLS 5 Tahun 2014. Sampel yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 9.124 orang. Analisis cox regression dilakukan untuk mengetahui besar risiko aktivitas fisik terhadap obesitas sentral. Hasil penelitian menjelaskan prevalensi obesitas sentral pada usia ≥ 40 tahun di Indonesia adalah 44,8 %. Analisis multivariat menunjukkan responden yang kurang aktif secara fisik memiliki risiko 1,049 kali untuk mengalami obesitas sentral dibandingkan responden yang cukup aktif secara fisik setelah dikontrol variabel jenis kelamin tinggal (95% CI 1,012-1,087). Kepada masyarakat disarankan untuk melakukan aktivitas fisik sedang dan kuat dengan prinsip BBTT (Baik,Benar, Terukur, dan Teratur).

The increase in the prevalence of central obesity in Indonesia is followed by an increase in the prevalence of physical inactivity. The risk increases at age ≥40 years, this is related to the absorption of physical activity and the tendency for a sedentary lifestyle that makes older adults more susceptible to obesity. This study aims to determine the relationship between physical activity and the incidence of central obesity at the age of ≥ 40 years in Indonesia based on IFLS 5 data. This research is an analytic study with a cross-sectional design using IFLS 5 secondary data in 2014. The samples analyzed in this study were 9,124. person. Cox regression analysis was performed to determine the risk of physical activity on central obesity. The results of the study explain the prevalence of central obesity at the age of ≥ 40 years in Indonesia is 44.8%. Multivariate analysis showed that respondents who were less physically active had 1,049 times the risk of developing central obesity compared to respondents who were quite physically active after controlling for the remaining sex variable (95% CI 1,012-1,087). The community is advised to carry out moderate and vigorous physical activity with the principle Good, Right, Measured, and Regular.
Read More
T-6719
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eva Lyani Amelia; Pembimbing: Nurhayati Adnan'; Penguji: Putri Bungsu, Prihandriyo Sri Hijranti
Abstrak:
Diabetes merupakan penyakit tidak menular dengan prevalensi yang terus meningkat, termasuk di Indonesia, di mana prevalensinya mencapai 11,7% pada SKI 2023. Prediabetes sebagai kondisi awal sebelum diabetes menjadi perhatian global karena prevalensinya yang lebih tinggi dan potensi berkembang cepat menjadi diabetes tipe 2. Fenomena gaya hidup sedentari yang meluas turut memperburuk risiko ini karena berhubungan erat dengan kurangnya aktivitas fisik, faktor risiko utama diabetes dan penyakit tidak menular lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi prediabetes dan menganalisis hubungan kurang aktivitas fisik dengan kejadian prediabetes setelah dikontrol oleh variabel kovariat seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, penyakit penyerta, pola konsumsi makanan, dan kebiasaan merokok. Desain studi cross sectional dari data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Hasil penelitian menunjukkan Prevalensi Prediabetes pada populasi usia dewasa 18-59 tahun di Indonesia adalah 42,91% dan sebesar 39,77% terjadi pada kelompok kurang aktivitas fisik. Analisis multivariat dengan uji cox’s regression menunjukkan hampir tidak ada perbedaan risiko kejadian prediabetes pada kurang aktivitas fisik dibandingkan aktivitas fisik cukup (PR 0,96; 95% CI : 0,91 – 1,01). Tingginya prevalensi prediabetes pada kelompok usia produktif diharapkan dapat membrikan motivasi untuk meningkatkan frekuensi dan durasi aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu serta rutin melakukan deteksi dini prediabetes


Diabetes is a non-communicable disease with a continuously increasing prevalence, including in Indonesia, where the prevalence reached 11.7% according to the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). Prediabetes, as a precursor condition to diabetes, has garnered global attention due to its higher prevalence and the rapid progression potential to type 2 diabetes. The widespread sedentary lifestyle phenomenon further exacerbates this risk, as it is strongly associated with insufficient physical activity, a major risk factor for diabetes and other non-communicable diseases. This study aims to determine the prevalence of prediabetes and analyze the association between insufficient physical activity and prediabetes incidence after controlling for covariates such as age, sex, education, comorbidities, dietary patterns, and smoking habits. This cross-sectional study utilizes secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). The results indicate a prediabetes prevalence of 42.91% in the adult population aged 18-59 years in Indonesia, with 39.77% occurring in the insufficient physical activity group. Multivariate analysis using Cox regression showed almost no difference in prediabetes risk between the insufficient physical activity and sufficient physical activity groups (PR 0.96; 95% CI: 0.91–1.01). The high prevalence of prediabetes in the productive age group is expected to motivate increased frequency and duration of physical activity to a minimum of 150 minutes per week and regular early detection of prediabetes.
Read More
T-7409
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ba'da Febriani; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Misti
Abstrak:

Diabetes melitus (DM) masih menjadi tantangan bagi negara berkembang termasuk Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) memproyeksikan angka DM di Indonesia akan meningkat 150%, menjadi 28,6 juta jiwa pada tahun 2045. WHO merekomendasikan kelompok berisiko untuk melakukan kombinasi dari konsumsi buah dan sayur ≥5 porsi/hari serta melakukan aktivitas fisik cukup untuk hasil optimal dalam menurunkan risiko DM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara efek gabungan konsumsi buah-sayur dan aktivitas fisik dengan DM pada penduduk dewasa usia 18-64 tahun di Indonesia tahun 2023. Desain studi cross sectional dari data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dengan total sampel 23.821 orang dewasa berusia 18-64 tahun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM pada orang dewasa sebesar 15,2%. Analisis multivariat dengan uji logistic regression menunjukkan asosiasi yang tidak signifikan antara konsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan aktivitas fisik kurang dibandingkan dengan penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup (RRCorrected 1,2; 95%CI 1,08-1,52 p value 0,607), artinya penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki tren peningkatan risiko DM sebesar 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, hipertensi dan obesitas sentral, meskipun tidak signifikan secara statistik. Optimalisasi upaya pencegahan DM dengan meningkatkan intake buah-sayur agar memenuhi rekomendasi ≥5 porsi/hari dapat dilakukan penduduk dewasa usia 18-64 tahun yang disertai dengan meningkatkan kegiatan aktivitas fisik baik sedang maupun berat serta meningkatkan kegiatan olah raga bersama baik di sekolah, kampus, kantor maupun di rumah. 


Diabetes mellitus (DM) remains a significant challenge for developing countries, including Indonesia. The International Diabetes Federation (IDF) projects that the number of DM cases in Indonesia will increase by 150%, reaching 28,6 million by 2045. The World Health Organization (WHO) recommends that high-risk groups adopt a combination of consuming ≥5 servings of fruits and vegetables per day and engaging in sufficient physical activity for optimal results in reducing DM risk. This study aims to examine the association between the combined effects of fruit and vegetable consumption and physical activity on DM among adults aged 18–64 years in Indonesia in 2023. The study used a cross-sectional design with secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), involving a total sample of 23,821 adults aged 18–64 in Indonesia. The findings revealed that the prevalence of DM among adults was 15,2%. Multivariate analysis using logistic regression showed a non-significant association between consuming <3 servings of fruits and vegetables per day with insufficient physical activity compared to adults who consumed ≥5 servings per day and engaged in adequate physical activity (RRcorrected 1,2; 95% CI 1,08–1,52, p-value 0,607). This suggests that adults with low fruit and vegetable intake (<3 servings/day) and low physical activity had a trend of a 1,2 times higher risk of DM compared to those who met the recommended intake (≥5 servings/day) and had sufficient physical activity, after controlling for age, sex, hypertension, and central obesity—though the result was not statistically significant. To optimize DM prevention efforts, adults aged 18–64 should increase their fruit and vegetable intake to meet the recommended ≥5 servings per day, alongside increasing moderate to vigorous physical activity and promoting group exercise activities in schools, universities, workplaces, and at home.

Read More
T-7322
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Masaruddin; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Helda, I Nyoman Kandun, Ridho Ichsan Syaini
Abstrak: Hypertension or high blood pressure is a global health problem, including in Indonesia because of its high prevalence. Hypertension does not provide typical complaints and symptoms so many sufferers do not realize it. Therefore hypertension is called the silent killer, the prevalence of hypertension in Indonesia in 2013 is 25.8%, in 2015 23.8%, in 2016 30.9%. Prevalence in women is 32.9%, men 28.7%, in urban areas 31.7%, rural areas 30.2% and the number 3 cause of death in Indonesia. This study aims to determine the relationship between consumption patterns of fast food, soft drinks and meat with the incidence of hypertension in the adult population in Indonesia in 2014 using IFLS-5 data. The design of the study in this study was analytic observational with a cross-sectional study design, this study was conducted in October-November 2018 in Depok City. The results of the study were the prevalence of hypertension in the adult population (≥ 18 yrs - 101 yrs) of 18.91%, people who consumed fast food, age> 30 years, with female gender, low education and suffering from diabetes mellitus were at risk for hypertension by 1 , 47 times to experience hypertension compared to people who do not consume fast food, PRadj 1.47 (95% CI: 1.16 - 1.86) P-value 0.001. People who consume soft drinks, age> 30 years, are female, with low education and suffer from diabetes mellitus at a risk of 1.63 times compared to people who do not consume PRadj soft drinks; 1.63 (95% CI; 1.37 - 1.95) P-value 0,000. People who consume meat, age> 30 years in female sex, low education, smoke and suffer from diabetes mellitus are not associated with the incidence of hypertension PRadj 1.00 (95% CI: 0.92 - 1.09) P-value 0.885. It is recommended to the public to consume foods that contain balanced nutrition, take measurements of blood pressure at least 1 time / month, to the Health Office to conduct counseling or healthy food campaigns that contain balanced nutrition, to the Ministry of Health, promote the consumption pattern of 4 perfectly healthy 5.
Keywords: Hypertension, Fast Food, Soft Drink, Meat and IFLS-5.
Read More
T-5475
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wardah Hanifah; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Trisari Anggondowati, Agung Dwi Laksono, Nining Mularsih
Abstrak:
Wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas sentral dibandingkan pria. Prevalensi obesitas sentral terus meningkat khususnya pada kelompok usia dewasa dan tinggal di perkotaan. Obesitas sentral dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah aktivitas fisik yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Namun, wanita cenderung kurang aktivitas fisik sehingga risiko mengalami obesitas sentral semakin besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral pada wanita usia dewasa (≥ 18 tahun) di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini berdesain studi cross sectional menggunakan data Riskesdas 2018. Sebanyak 2.922 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil analisis dengan regresi cox menunjukkan perbedaan dari penelitian terdahulu yaitu tidak terdapat hubungan secara statistik antara aktivitas fisik sedang (APR=1,04 ; 95%=0,81-1,34) dan aktivitas fisik ringan (APR=0,99 ; 95% CI=0,76-1,29) dengan obesitas sentral pada wanita usia dewasa di Provinsi DKI Jakarta setelah dikontrol oleh variabel usia, pendidikan, pekerjaan, serta konsumsi buah dan sayur. Meskipun begitu, aktivitas fisik tetap memberi manfaat untuk kesehatan. Memperkuat intensitas aktivitas fisik, skrining kesehatan secara rutin khususnya pengukuran lingkar perut, serta membiasakan aktivitas fisik cukup sejak dini untuk meningkatkan aktivitas fisik dan mencegah obesitas sentral pada kelompok wanita usia dewasa.

Women has a higher risk of developing central obesity than men. The prevalence of central obesity continues to increase, especially in the adult age group and those living in urban areas. Central obesity is influenced by many factors, one of which is physical activity which has many health benefits. However, women tend to lack physical activity and the risk of women developing central obesity is greater. This study aims to determine the relationship between physical activity and central obesity in the adult women (≥ 18 years) in DKI Jakarta Province. This research has a cross-sectional study design using Riskesdas data on 2018. A total of 2,922 subjects met the inclusion and exclusion criteria. The results of the analysis using cox regression show a difference from previous research that there is no statistical relationship between moderate physical activity (APR = 1.04 ; 95% CI =0.81-1,34) and low physical activity (APR = 0.99 ; 95% CI = 0.76-1.29) with central obesity in the adult women population in DKI Jakarta Province after controlled by the age, education, occupation, consumption of fruit and vegetables variables. Even so, physical activity still provides health benefits. Strengthening the intensity of physical activity, regular health screening especially waist circumference, and getting used to sufficient physical activity from an early age to increase physical activity and prevent central obesity in adult women.
Read More
T-6919
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bima Uramanda; Pembimbing: PNurhayati A Prihartono, Yovsyah; Penguji: Yoan Hotnida Naomi
Abstrak: Salah satu cara untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan faal paru adalah dengan cara mengukur arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan peak flow meter. Salah satu faktor resiko yang menyebabkan penurunan nilai APE adalah merokok. Merokok dapat menyebabkan terjadinya bronkokontriksi pada saluran pernapasan. Selain merokok, faktor lain yang berperan dalam menurunkan risiko terjadinya penurunan kapasitas fungsi paru adalah kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu penelitian untuk melihat efek gabungan merokok dan aktifitas fisik terhadap penurunan nilai APE diperlukan untuk mengkonfirmasi besar asosiasi keduanya dengan mempertimbangkan faktorfaktor contributory (potential confounder) yang juga berhubungan terhadap penurunan nilai APE. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 8.823 responden pria 18- 74 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Indonesian family life survey 5(IFLS) dan dianalisis menggunakan uji Cox regresi. Penurunan nilai arus puncak ekspirasi lebih besar pada orang yang tidak merokok dan aktifitas fisik kurang,yaitu sebesar 1,26 kali serta perokok yang memiliki aktivitas fisik kurang sebesar 1,20 kali dibanding orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup. Sedangkan pada orang yang merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup beresiko 0,84 kali protektif dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup dengan kata lain aktivitas fisik lebih berperan dibanding kebiasaan merokok. Pada orang yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya juga melakukan aktifitas fisik secara rutin agar resiko untuk terjadinya penurunan nilai arus puncak ekspirasi menjadi lebih kecil
Read More
T-5582
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deasy Eka Saputri; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Yovsyah, Nasrin Kodim, Toni Wandra, Suhardi
Abstrak: Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Apabila tidak diobati dan tidak dikontrol, hipertensi bisa mengakibatkan kematian disebabkan oleh komplikasi. Kematian pada penderita hipertensi paling sering terjadi karena stroke, gagal ginjal, jantung, atau gangguan pada mata. Pada tekanan darah tinggi, jantung memompa darah ke tubuh dengan tekanan yang luar biasa tingginya, salah satu sebabnya adalah karena stres emosional. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stres emosional yang tinggi.
 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007, dengan variabel kovariat: umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, kecukupan serat, aktifitas fisik, Indek Masa Tubuh (IMT), Diabetes Melitus (DM), pengeluaran perkapita dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2007, yang akan dilaksanakan dari bulan Maret 2010 sampai Juni 2010. Data dianalisis dengan analisis satu variabel, analisis dua variabel dan analisis multivariabel dengan uji regresi logistik ganda.
 
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007 adalah 33,9% sedangkan prevalensi stres sebesar 12,1%. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi setelah dikontrol oleh variabel lain yaitu umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, IMT, DM dan pengerluaran perkapita serta dikontrol pula oleh adanya interaksi umur dan stres yang berinteraksi negatif (antagonism), dimana umur mengurangi efek dari stres terhadap terjadinya hipertensi. Dengan proporsi hipertensi yang disebabkan adanya interaksi tersebut sebesar 3,2%. Upaya pencegahan hipertensi dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap stres, yaitu dengan berolahraga, relaksasi mental (rekreasi), melakukan curhat atau berbicara pada orang lain, selalu menumbuhkan emosi yang positif serta memperdalam ibadah dan agama. Perlunya melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala bagi penduduk yang berumur 40 tahun keatas dan screening kasus hipertensi oleh pengelola program pengendalian penyakit hipertensi yang diutamakan pada kelompok umur 40 tahun keatas.
 

High blood pressure (hypertension) is an increase in arterial blood pressure. If left untreated and uncontrolled, hypertension can lead to death caused by complications. Mortality in patients with hypertension most often occurs because of stroke, kidney failure, heart disease, or disorders of the eye. In high blood pressure, heart pumps blood to the body with exceptional high pressure, one reason is because of emotional stress. Increased blood pressure will be greater in individuals who have a high tendency of emotional stress.
 
The purpose of this study is to determine the relationship of stress and hypertension in the population in Indonesia in 2007, with kovariat variables: age, sex, occupation, marital status, education, cigarette consumption, alcohol consumption, adequacy of dietary fiber, physical activity, Body Mass Indeks (BMI), Diabetes Mellitus (DM), expenditure percapita and area of residence. This research is an analytical cross sectional study design using secondary data from Riskesdas 2007, which will be implemented from March 2010 until June 2010. Data were analyzed with one variable, two variable analysis and multivariable analysis with multiple logistic regression.
 
The results of this study showed that the prevalence of hypertension in the population in Indonesia in 2007 was 33.9% while the prevalence of stress by 12.1%. There is significant correlation between stress and hypertension after controlled by other variables such as age, marital status, educational level, BMI, DM and expenditure percapita and also controlled by the interaction of age and stress that the negative interaction (antagonism), in which age reduces the effects of stress against the occurrence of hypertension. With the proportion of hypertension caused by the interaction of 3.2%. Hypertension prevention efforts conducted by the intervention to stress, that is with exercise, mental relaxation (recreation), to vent or talk to other people, always cultivate positive emotions and deepening of worship and religion. The need to conduct periodic measurements of blood pressure for the population aged 40 years or older and screened in cases of hypertension by hypertensive disease control program managers who focused on the age group 40 years and older.
Read More
T-3209
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yusri Kartika; Pembimbing: Soedarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Yovsyah, Soewarta Kosen, Lalu Kekah Budi Prasetya
T-5144
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yulia Anggraeni Hidayat Putri; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Krisnawati Bantas, Tri Yunis Miko Wahyono, Mulyadi
Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia maupun di dunia. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥90 mmHg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi di Jawa Barat tahun 2016. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Surveilens Posbindu PTM di Jawa Barat tahun 2016. Dengan menggunakan jumlah minimal sampel dua populasi sebesar 238 sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis multivariat menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (POR=0,803, 95% CI: 0,661-0.977). Adanya interaksi antara aktivitas fisik dengan umur (POR=1,284, 95%CI: 1,050-1,570). Adanya interaksi aktivitas fisik dengan obesitas (POR= 0,818,95%CI:0,690-0,970). Kata kunci: Aktivitas Fisik,cross sectional, Hipertensi, Jawa Barat Hypertension is one of the non-commicable disease which became part of public health problem in Indonesia and in the world. Hypertension is defined as a systolic blood pressure ≥140 mmHg and/or diastolic blood pressure ≥90 mmHg. This study aims to knows the relation of psychical activity and hypertension in West Java in 2016. This analysis used Surveilens Posbindu PTM data in West Java in 2016 with cross sectional study desaign. Use sample 238 respondens. The data was analizes using logistic regression. The study result of multivariate shows that relation between pshycal activity and hypertension (POR=0,803, 95% CI: 0,661-0.977). Interaction between psychal activity with age (POR=1,284, 95%CI: 1,050- 1,570). Interaction between psychal activity with obesity (POR= 0,818,95%CI:0,690-0,970). Keywords: cross sectional;Hypertension;Physical Activity;West java
Read More
T-5112
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive