Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32801 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Diantika Prameswara; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi, Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Dadan Erwandi, Anton Ojong, Ricko Adlyana Putra
Abstrak: Kegiatan eksplorasi di industri hulu minyak dan gas merupakan kegiatan denganrisiko yang tinggi. Hasil analisis investigasi menyatakan faktor yang palingberkontribusi menyebabkan insiden adalah tidak efektifnya penilaian risiko.Dalam melakukan kegiatan berisiko tinggi diperlukan suatu perencanaan agartetap bekerja dengan aman dan selamat, yaitu manajemen risiko. Metode yangdigunakan untuk manajemen risiko aktifitas keselamatan kerja adalah HIRADC.Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melihat penerapan proses risk assessmentpada HIRADC. Penelitian ini bertujuan mengkaji hazard identification, riskassessment, and determining control (HIRADC) di PT. X. Penelitian inimenggunakan desain penelitian observasional deskriptif dengan metode kualitatif.Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu dilakukan sinergi tim HSSE yang adadi lapangan dalam memonitor HIRADC dan PTW sehingga terjadi keterkaitanantara keduanya. Dalam memaksimalkan sinergi tersebut perlu dibuat suatu workinstruction oleh Safety Manager.Kata kunci: HIRADC, penilaian risiko, manajemen risiko
Exploration activities in upstream oil and gas industries are high risk activities.The results of the investigation analysis stated that the most factors that contributeto the incidence is the ineffectiveness of risk assessment. In conducting high-riskactivities, a plan is required in order to keep working safely, ie risk management.The method used for risk management of occupational safety activities isHIRADC. Therefore, the researcher tries to see the implementation of riskassessment process at HIRADC. This study aims to examine the hazardidentification, risk assessment, and determining control (HIRADC) in PT. X. Thisresearch used descriptive observational research design with qualitative method.The results suggested that it is necessary to synergize HSSE team in the field tomonitor HIRADC and PTW so that there is a correlation between the two. Inmaximizing the synergy need to be made a work instruction by Safety Manager.Key words: HIRADC, risk assessment, risk management.
Read More
T-5216
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endong Darwilisan Yahya; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Mila Tejamaya, Wardatul Hamro
Abstrak: Penelitian yang dilakukan membahas mengenai proses manajemen risiko yang ada di warehouse PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk mulai dari tahapan identifikasi hazard dan risiko, analisis dan evaluasi risiko, penilaian risiko, pengendalian, komunikasi dan konsultasi hingga pemantauan dan telaah ulang. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode semi kuantitatif yang mengacu standar AS/NZS 4360:2004. Tahap identifikasi hazard dan risiko menggunakan tabel Job Safety Analysis (JSA). Kemudian untuk proses analisis risiko mengacu pada tabel ukuran semi kuantitatif berdasarkan criteria Fine. Hasil penelitian menunjukan bahwa ditemukan level of risk pada masing-masing tahap proses pekerjaan di warehouse dari hasil penelitian ada lima risiko yang mampu mengakibatkan kecelakaan kerja antara lain; bahaya mekanik (pemandu container/truck tertabrak), bahaya mekanik (tertabrak forklift), bahaya lifting, drop object, dan bahaya kimia (tumpahan bahan kimia). Oleh karena itu dibutuhkan upaya pengendalian yang bersifat engineering, administrative, serta penggunaan alat pelindung diri (APD).
Kata Kunci : AS/NZS 4360:2004, manajemen risiko, consequences, exposure, likelihood, level of risk.
Read More
S-8762
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sulastri; Pembimbing: Syahrul M. Nasri; Penguji: Robiana Modjo, Ferry Simanjuntak
S-6834
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pius Daviv Sugiarto; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Mila Tejamaya, Neneng Churaeroh
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hazard dan analisis risiko pada aktivitas maintenance wahana X. Penelitian ini besifat deskriptif dengan desain semikuantitatif dan menggunakan tahapan manajemen risiko AS//NZS: 4360. Tahapan kerja aktivitas maintenace didapatkan dari SOP dan wawancara mendalam. Analisis tingkat risiko menggunakan kriteria exposure, likelihood, consequence, dan risk level W.T. Fine. Aktivitas maintenance yang di analisis adalah harian dan mingguan (greasing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hazard terbanyak yang dihadapi oleh pekerja pada maintenance harian adalah hazard fisik (ketinggian dan listrik) dengan tingkat risiko tertinggi pada tahapan memeriksa neple dan oli hidraulik tentakel. Sementara untuk aktivitas greasing, hazard yang paling banyak adalah fisik (ketinggian) dengan tingkat risiko tertinggi pada tahapan kerja menuju lokasi penggantian grease. Adapun pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan antara lain dengan pembagian shift kerja dan menyediakan kendaraan berupa golf car serta APD berupa; gloves, safety shoes, body harness, helm, dan googles.
Kata kunci: Analisis risiko, maintenance, wahana, T. Fine

This study aims to determine the hazards and risks analysis that exist in the maintenance activities of the ride X. This research was conducted with semi-quantitative design and using AS/NZS: 4360. Work process obtained from SOPs and in-depth interviews. The criteria of level analysis; exposure, possibilities, consequences, and risk level by W.T. Fine. The maintenance activities analyzed are daily and weekly (greasing). The results elucidate that most hazards incurred by workers for daily maintenance were physical hazards (altitude and electrical) at work process of inspection of the neple and tentacle hydraulic oil. Meanwhile, as for greasing activity, physical (altitude) is the most dangerous hazard at the work process to the location of grease replacement. In addition, controls that have been done by the company, among others, by dividing the work shift and providing the vehicle such as golf car and PPE in the form of; gloves, safety shoes, body harness, helmets, and googles.
Key words: Risk analysis, maintenance, ride, T. Fine
Read More
S-9775
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arif Budi Waskita; Pembimbing: Hendra; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Doni Hikmat Ramadhan, Agus Triyono, Adenan
Abstrak: Bandara merupakan salah satu tempat kerja dan titik pertemuan berbagai moda transportasi dimana sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar kedua angka kecelakaan kerja. Faktor kelelahan pengemudi merupakan penyebab utama kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI) sebagai instrumen ukur tingkat kelelahan subyektif berbasis kuisioner.
Penelitian ini bertujuan melihat dan menganalisa hubungan faktor terkait pekerjaan (sifat pekerjaan, shift kerja, waktu kerja, waktu istirahat, lama kerja), faktor tidak terkait pekerjaan (lama tidur, pola tidur, waktu perjalan, pengguna suplemen, akivitas fisik) dan karateristik individu (umur,status perkawinan, IMT) terhadap tingkat kelelahan pengemudi pemadu moda/bus bandara pada perusahaan pendukung layanan transportasi di bandar udara.
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah 60 pengemudi yang berada di pool perusahaan dalam lokasi Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 23,3% pengemudi pemadu moda/bus bandara yang mengalami lelah, dengan variabel waktu istirahat sebagai faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelelahan pengemudi.
Read More
T-5711
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Fitriyani; Pembimbing: Meizar Sjahrul; Penguji: Hendra, Doni Hikmat Ramdhan, Iqbal Mochtar, Annes Waren
Abstrak: Penelitian ini membahas pelaksanaan Health Risk Assessment di PT X Area Operasi Bagian Utara. Penelitian bertujuan mengkaji data hasil ukur dosis personal selama 1 periode pengukuran tahun 2015 - 2017 dan melakukan penilaian risiko kesehatan dengan metode analisis semi-kuantitatif dengan mengacu Risk Assessment Matrix IPIECA & OGP 2006. Hasil penelitian ini teridentifikasi 9 SEG, namun setelah dikaji secara kuantitatif terdapat SEG yang perlu diklasifikasikan menjadi beberapa sub-group dan health hazard hanya mengacu pada dokumen sekunder sebanyak 10 health hazard. Terdapat keragaman hasil ukur dosis personal dalam 1 SEG menunjukkan salah satu kelemahan pengklasifikasian SEG yang hanya mengacu jabatan pekerjaan saja. Residual Risk Level pada setiap SEG untuk seluruh bahaya gas (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene, Xylene) berada pada tingkatan low risk, kecuali untuk H2S yang masuk kategori medium risk. Sementara noise diklasifikasikan low risk pada SEG GS Operator, MWT Operator, Gas Operator, Welder, Company Representative dan noise masuk medium risk pada sebagian SEG Technician shop terutama pada saat pekerjaan metalizing. Risk level bahaya H2S tidak dapat diturunkan menjadi Low mengingat tingkat severity berada pada tingkatan high (4). Penurunan risk level bahaya noise dapat dilakukan dengan konsistensi implementasi HCP dan perlu dilakukan pengukuran efektifitas fungsi earmuff / earplugs untuk mengetahui dosis efektif yang diterima pekerja. Risiko kesehatan pada tingkatan Low Risk, tetap harus dikelola agar level risk tidak meningkat sehingga PT X tetap melanjutkan penerapan existing control dan memastikan pelaksanaan kajian HRA lebih mendalam dengan melakukan observasi / wawancara untuk mengetahui efektifitas implementasi existing control terhadap Potential Risk Level dan Residual Risk Level
This Health Risk Assessment research that was implemented at PT X North Operations Area. The aims of this study was to review the data on personal dose exposure measurement results for 1 measurement period 2015 - 2017 nd conduct a health risk assessment using a semi-quantitative analysis method with reference to the IPIECA & OGP Risk Assessment Matrix Year 2006. The results of this study identified 9 SEGs, but after being studied quantitatively there were SEGs that needed to be classified into several sub-groups and health hazards only referred to secondary documents as many as 10 health hazards. There is a variety of personal dose measurement results in 1 SEG showing one of the weaknesses in the classification of SEG which only refers to job title. The Residual Risk Level in each SEG for all gas hazards (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene, Xylene) is at a low risk level, except for H2S which is in the medium risk category. Meanwhile, noise is classified as low risk in SEG GS Operators, MWT Operators, Gas Operators, Welder, Company Representatives and noise is a medium risk in several SEG Technician shops, especially during metalizing work. The H2S risk level cannot be lowered to low considering that the severity level is at a high level (4). Reducing the risk level of noise hazards can be implemented by consistent implementation of HCP and it is necessary to measure the effectiveness of the earmuff / earplugs function to determine the effective dose received by workers. Health risks at the Low Risk level must still be managed so that the risk level does not increase so that PT X continues to implement existing controls and ensure the implementation a comprehensive HRA study by conducting observations / interviews to determine the effectiveness of implementing existing controls on the Potential Risk Level and Residual Risk Level
Read More
T-6108
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kiara Ayu Listiani; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra, Mila Tejamaya, Iqro Glentar, Muthia Ashifa
Abstrak:

Paparan terhadap bahan kimia dan faktor fisika di lingkungan kerja manufaktur herbisida berpotensi menimbulkan risiko kesehatan serius jika tidak dilakukan pengendalian secara sistematis. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan Health Risk Assessment (HRA) terhadap bahaya kimia dan fisika yang dihadapi oleh pekerja di area produksi, packaging, dan gudang pada industri manufaktur herbisida, dengan pendekatan berbasis Similar Exposure Group (SEG). Metode yang digunakan mengacu pada kerangka kerja ISO 31000:2018 dan praktik rekomendasi HRA dari otoritas internasional. Data diperoleh melalui dokumen pemantauan lingkungan kerja, SDS, OHSERA, dan wawancara dengan pemangku kepentingan. Risiko dinilai menggunakan matriks semi-kuantitatif berdasarkan skor likelihood dan severity, dengan validasi keparahan kesehatan merujuk pada referensi seperti ACGIH dan literatur ilmiah terkini. Hasil menunjukkan bahwa SEG Proses menghadapi risiko tinggi dari paparan Monoisopropylamine (MIPA) dan Kalium Hidroksida (KOH), sedangkan SEG Packaging dan Warehouse memiliki risiko signifikan akibat kebisingan, getaran, panas, serta uap bahan kimia volatil. Evaluasi existing control menunjukkan pengendalian belum optimal dalam menurunkan risiko ke tingkat rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penguatan pengendalian teknis dan administratif, seperti ventilasi lokal, rotasi kerja, penggunaan alat pelindung diri yang sesuai, serta pengaturan waktu kerja-istirahat, diperlukan untuk menurunkan risiko residual. Penilaian risiko berbasis SEG terbukti efektif dalam memetakan prioritas pengendalian dan memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan K3 di industri sejenis.


 

Exposure to chemical agents and physical hazards in herbicide manufacturing environments poses serious health risks if not managed systematically. This study aims to conduct a Health Risk Assessment (HRA) of chemical and physical hazards encountered by workers in the production, packaging, and warehouse areas of a herbicide manufacturing industry, using a Similar Exposure Group (SEG) approach. The methodology follows the ISO 31000:2018 risk management framework and international best practices for occupational health risk assessment. Data were obtained through environmental monitoring reports, safety data sheets (SDS), OHSERA records, and interviews with relevant stakeholders. Risks were assessed using a semi-quantitative matrix based on likelihood and severity scores, with health severity validation referring to ACGIH and recent peer-reviewed scientific literature. The findings indicate that the Process SEG faces high risks from exposure to Monoisopropylamine (MIPA) and Potassium Hydroxide (KOH), while the Packaging and Warehouse SEGs are significantly affected by noise, vibration, heat, and volatile chemical vapors. Evaluation of existing controls reveals that current measures are not sufficiently effective in reducing risks to acceptable levels. The study concludes that stronger technical and administrative controls—such as local exhaust ventilation, work rotation, appropriate use of personal protective equipment (PPE), and regulated work-rest schedules—are essential to achieve low residual risks. Risk assessment based on SEGs has proven effective in mapping control priorities and provides a solid foundation for occupational health and safety decision-making in similar industrial settings.

Read More
T-7356
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eka Runita Lilia Ningrum; Pembimbing: Syahrul Meizar Nasri; Penguji: Doni Hikmat Ramadhan, Agung Surya Irawan
Abstrak: Asbes merupakan nama yang diberikan untuk kelompok dari enam serat mineral berbeda yang terjadi secara alami di lingkungan. Dalam dunia industri, terkadang masih ada yang menggunakan Asbestos Containing Materials (ACMs) sebagai insulasi dan gasket. Penelitian ini dilakukan di PT X Tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi, kondisi ACMs, serta nilai risiko ACMs. Penelitian ini dilakukan dengan cara bulk sampling, dan diidentifikasi menggunakan Polarized Light Microscopy (PLM). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan core-cutter untuk memperoleh sampel dengan berdiameter 2-3 cm. Dari hasil bulk sample sebanyak 42 sampel, diketahui ada 18 sampel signifikan ACMs dan 24 sampel non-ACMs. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring dan pengelolaan terhadap ACMs tersebut.
 

Asbestos is the name given to a group of six different mineral fibers that occur naturally in the environment. In industrial world, there are some industries that still use Asbestos Containing Materials (ACMs) as insulation and gaskets. This research was conducted in PT X at 2011. The purpose of this study was to determine location, condition of ACMs, and risk value of ACMs. The research was done by bulk sampling, and identificate used Polarized Light Microscopy (PLM). Sample had taken with core-cutter to get samples with diameter of 2-3 cm. From the bulk sample got 42 samples, 18 have significant ACMs and 24 non-ACMs. Therefore, have to monitoring and management for ACMs.
Read More
S-7806
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anto Yamashita Saputra; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Fatma Lestari, Robiana Modjo, Robertus Adhi, Nisa Finidhama Palestine
Abstrak:
Perubahan organisasi merupakan bagian dari siklus kehidupan bisnis yang normal dan tak terhindarkan. Jika dikelola dengan baik, perubahan organisasi berpeluang meningkatkan kinerja bisnis serta keselamatan dan kesehatan kerja suatu organisasi. Namun demikian, perubahan organisasi dapat pula memperburuk keadaan yang disebabkan oleh distress akibat perubahan pada elemen intrinsik di tempat kerja. Faktor lingkungan rumah, lingkungan sosial dan karakteristik individu juga merupakan faktor risiko distress yang harus dikelola organisasi pada saat melakukan perubahan. PT X melakukan perubahan organisasi di tahun 2022. Pasca perubahan, pekerja sering mengeluh munculnya gejala-gejala distress dengan berbagai tingkatan. Oleh karena itu, perubahan organisasi perlu dilakukan kajian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat gejala distress pekerja pasca perubahan organisasi, mengetahui hubungan faktor risiko distress dengan tingkat gejala distress dan mengetahui faktor risiko distress yang paling berhubungan secara simultan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada pekerja Fungsi K3 dan Fungsi Operasi dengan jumlah 193 responden pada bulan Mei – Juni 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gejala distress yang dialami pekerja pasca perubahan organisasi adalah 153 pekerja (79,3%) dengan tingkat rendah, 30 pekerja (15,5%) sedang dan 10 pekerja (5,2%) tinggi. Faktor risiko distress yang berhubungan signfikan dengan tingkat gejala distress adalah umur, bagian kerja, ketaksaan peran, konflik peran, beban kerja kuantitatif, beban kerja kualitatif, tanggung jawab terhadap orang lain, lingkungan rumah dan lingkungan sosial. Sementara faktor risiko distress yang paling berhubungan secara simultan dengan tingkat gejala distress adalah umur dan lingkungan rumah.



Organizational change is a normal and unavoidable part of the business life cycle. If managed properly, organizational change has the opportunity to improve business performance and occupational safety and health of an organization. However, organizational change can also exacerbate the situation caused by distress due to changes in intrinsic elements in the workplace. Factors of the home environment, social environment and individual characteristics are also risk factors for distress that must be managed by the organization when implementing change. PT X implements organizational change in 2022. After the change, workers often complain of symptoms of distress with various levels. Therefore, organizational change needs to be studied. This study aims to determine the level of symptoms of workers' distress after organizational change, to determine the relationship between risk factors for distress and the level of symptoms of distress and to determine the risk factors for distress that are most closely related simultaneously. This research is a quantitative study using a cross-sectional approach using questionnaires distributed to workers in the K3 Function and Operations Function with a total of 193 respondents in May - June 2023. The results showed that the level of distress symptoms experienced by workers after organizational change was 153 workers (79 .3%) with a low level, 30 workers (15.5%) medium and 10 workers (5.2%) high. Distress risk factors that are significantly related to the level of distress symptoms are age, work assignment, role ambiguity, role conflict, quantitative workload, qualitative workload, responsibility to others, home environment and social environment. While the risk factors for distress that are most related simultaneously to the level of distress symptoms are age and home environment
Read More
T-6750
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
A. Yvonne Natasha; Pembimbing: Ridwan Zahadi Syaaf, Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Farida Tusafariah
T-3617
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive