Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33932 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nur Hadi Budhy Setyanto; Pembimbing: Sudjianto Kamso; Penguji: Artha Prabawa, Salimar
S-10026
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amanda Widlanisia; Pembimbing: Kemal Nazarudin; Penguji: Sutanto; Sudibyo Alimoeso
Abstrak: Pemberian ASI merupakan usaha dan investasi yang mudah dilakukan untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak. Keterlambatan pemberian ASI pertama dapat diakibatkan oleh metode kelahiran yang dipilih seperti secara pervaginam atau persalinan sesar. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dan pendekatan kuantitatif menggunakan data SDKI 2017 untuk mengetahui hubungan antara persalinan sesar dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Provinsi DKI Jakarta. Sampel yang digunakan adalah wanita usia subur 15-49 tahun saat survei di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki anak terakhir yang lahir dalam 2 tahun terakhir sebanyak 236 responden. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat menggunakan chi-square (CI 95%) dan analisis multivariat uji regresi logistik berganda. Hasil analisis menunjukkan ibu yang melahirkan secara persalinan sesar berisiko 0,52 [95%CI 0,27-1,01] kali lebih rendah melakukan IMD dibandingkan ibu yang melahirkan secara pervaginam. Analisis multivariat pada penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu secara persalinan sesar berisiko 0,54 [95%CI 0,18-1,61] kali lebih rendah melakukan IMD dibandingkan ibu yang melahirkan secara pervaginam setelah dikontrol dengan variabel tingkat pendidikan, usia, dan status ekonomi. Maka disimpulkan bahwa pembuatan kebijakan dan pemberian intervensi akan bagaimana pelaksanaan dan pentingnya inisasi menyusu dini perlu dilakukan pada ibu yang memiliki tingkat Pendidikan rendah, usia dibawah 35 tahun, status ekonomi rendah, dan yang berencana melahirkan dengan metode persalinan sesar.
Breastfeeding is an easy way to reduce morbidity and mortality in infants and childrens. The delay in giving the first breast milk can be caused by the chosen method of birth such as vaginal or cesarean delivery. This study was conducted in a cross sectional and quantitative approach using the 2017 IDHS data to determine the relationship between cesarean delivery and Early Breastfeeding Initiation (EBFI) in DKI Jakarta Province. The sample used was women of childbearing age 15-49 years during the survey in DKI Jakarta Province who had their last child born in the last 2 years as many as 236 respondents. Univariate, bivariate statistical analysis was performed using chi-square (95% CI) and multivariate analysis with multiple logistic regression tests. The results of the analysis showed that mothers who gave birth by cesarean had 0.52 times [95% CI 0.27-1.01] times lower risk of having an EBFI than mothers who gave birth vaginally. Multivariate analysis in this study showed that mothers who delivered by cesarean had 0.54 times lower risk [95% CI 0.18-1.61] of having an EBFI compared to mothers who gave birth vaginally after controlled by variables such as education level, age, and economic status. It is concluded that policy making and providing interventions on how to implement and the importance of early breastfeeding initiation need to be carried out on mothers who have low levels of education, age under 35 years, low economic status, and who plan to give birth by cesarean delivery method.
Read More
S-11137
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Restu Adya Cahyani; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Agus Triwinarto
S-10106
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Retno Ambarwati; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Trini Sudiarti, Mario Ekoriano, Nida Rochmawati
Abstrak:
Prelakteal adalah makanan atau minuman yang diberikan kepada bayi sebelum Air Susu Ibu (ASI) keluar, salah satu dampak pemberian asupan prelakteal adalah meningkatkan angka kematian pada bayi. Upaya untuk mengurangi perilaku pemberian asupan prelakteal adalah dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Salah satu manfaat pelaksanaan IMD adalah merangsang keluarnya ASI. Penelitian ini menggunakan data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan IMD terhadap pemberian asupan prelakteal pada bayi baru lahir setelah dikontrol oleh variabel kovariat (usia, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, frekuensi kunjungan Antenatal Care, penolong persalinan, jenis persalinan, dan berat bayi lahir). Desain studi yang dipergunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 1.728 responden. Analisis data menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan IMD dengan pemberian asupan prelakteal pada bayi baru lahir di Indonesia tahun 2017 (ρ-value = 0,0001) dengan nilai OR 5,20. Ibu yang tidak melaksanakan IMD berpeluang 5,20 kali lebih besar untuk melakukan pemberian asupan prelakteal pada bayi baru lahir setelah dikontrol oleh variabel wilayah tempat tinggal dan jenis persalinan. Rekomendasi penelitian ini adalah perlu dibuat petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan yang sudah ada sehingga peraturan ini dapat diimplementasikan oleh daerah

Prelacteal is foods given to newborns before breastfeeding is established or before breast milk comes out, one of the effects of prelacteal feeding practice is to increase mortality in infants. Efforts to reduce the behavior of prelacteal feeding practice is by implementing Early Initiation of Breastfeeding. Where one of the benefits of implementing EIB is stimulate the release of breast milk. This study uses data from the Indonesian Demographic and Health Survey on 2017 which aims to determine the correlation between the implementation of EIB with prelacteal feeding practice among newborns after being controlled by covariate variables (age, education, occupation, economic status, region of residence, frequency of Antenatal Care visits, birth attendants, type of delivery, and birthweight). The study design used was cross sectional with a total sample of 1,728 respondents. Data analysis used multiple logistic regression. The results showed that there was a correlation between the implementation of IMD with prelacteal feeding practice among newborns in Indonesia on 2017 (ρ-value = 0.0001) with an OR value of 5.20, which means that respondents who did not implement EIB had a 5.20 times more likely to do prelacteal feeding practice among newborns after being controlled by variables the region of residence and type of delivery. The recommendations of this research are technical guidelines and implementation guidelines of existing policies so that these regulations can be implemented by the regions.

Read More
T-5927
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur A'isyah Amalia Putri; Pembimbing: Besral; Pwnguji: Adang Bachtiar, Sutanto Priyo Hastono, Rahmadewi
Abstrak:
Kelangsungan hidup neonatal dini merupakan kemampuan neonatus untuk bertahan hidup atau menjalani kehidupan hingga mencapai usia enam hari. Masa neonatal dini disebut sebagai masa kritis pada bayi baru lahir, dengan estimasi separuh kematiannya terjadi pada 24 jam pertama pasca lahir. Kurangnya pelayanan berkualitas pada saat atau segera setelah lahir dan pada hari-hari pertama kehidupan memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup neonatus. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sampel SDKI 2017, dengan jumlah sampel sebanyak 15.270 anak lahir hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 1000 bayi yang berumur 0 hari (baru lahir) terdapat 991 bayi yang mampu bertahan hidup sampai berusia tepat 6 hari. Berdasarkan hasil uji regresi Cox, faktor utilisasi pelayanan kesehatan saat hamil hingga pasca persalinan yang berpengaruh dan signifikan secara statistik terhadap kelangsungan hidup neonatal dini yaitu, persalinan yang bukan ditolong oleh tenaga kesehatan, utilisasi layanan KN 1 yang tidak lengkap, dan utilisasi layanan ANC < 6 kali dengan paritas ibu 1 anak, setelah dikontrol dengan usia ibu saat melahirkan, paritas, dan berat lahir bayi. Pengaruh utilisasi pelayanan kesehatan saat hamil hingga pasca persalinan terhadap kelangsungan hidup neonatal dini tidak dipengaruhi oleh waktu. Adapun, faktor utilisasi pelayanan kesehatan yang paling mempengaruhi kelangsungan hidup neonatal dini, yakni layanan KN 1.

Early neonatal survival is the ability of neonates to survive until they reach the age of six days. The early neonatal period is referred to as a critical period for newborns, with an estimated half of deaths occurring in the first 24 hours after birth. Lack of quality care at or immediately after birth and in the first days of life has an impact on neonate survival. This study used a retrospective cohort study design with a quantitative approach. The data used is the 2017 IDHS sample data, with a total sample of 15,270 children ever born. The results of the study showed that out of 1000 babies who were 0 days old (newborn), 991 babies were able to survive until they were exactly 6 days old. Based on the results of the Cox regression test, the factors of health service utilization during pregnancy to postpartum that have a statistically significant influence on early neonatal survival are, births that are not assisted by health workers, incomplete utilization of first neonatal visit services, and utilization of antenatal care services less than 6 times with the mother's parity of 1 child, after controlling for the mother's age at birth, parity, and baby's birth weight. The influence of health service utilization during pregnancy to postpartum on early neonatal survival is not influenced by time. Meanwhile, the health service utilization factor that most influences early neonatal survival is the first neonatal visit service.
Read More
T-6896
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rosita Dewi; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Besral, KM. Taufik
S-6045
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Salsabila Hulwani; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Maria Gayatri
Abstrak:
Indonesia menempati peringkat ke-7 dengan jumlah kematian neonatal tertinggi di dunia. Sekitar 42% dari seluruh kematian neonatal terjadi pada hari pertama setelah lahir dan sekitar 75% terjadi dalam periode neonatal dini. Sebagian besar kematian neonatal dini dapat dicegah melalui akses ke pelayanan kesehatan, salah satunya kunjungan neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Kunjungan Neonatal Pertama (KN 1) dengan kematian neonatal dini di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi kasus-kontrol dengan menganalisis data sekunder SDKI tahun 2017. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan KN 1 dengan kematian neonatal dini [OR=8,23, 95% CI=2,76-24,55]. Risiko kematian neonatal dini ditemukan lebih tinggi pada wilayah tempat tinggal perdesaan, bayi berjenis kelamin laki-laki, urutan kelahiran 2-3 dan ≥4, jarak kelahiran35 bulan serta anak tunggal, berat badan lahir35 tahun, memanfaatkan perawatan antenatal

Indonesia is ranked 7th with the highest number of neonatal deaths worldwide. About 75% of all neonatal deaths occur in the early neonatal period. Early neonatal deaths can be prevented through access to health services through neonatal visits. This study aims to determine the relationship between first neonatal visits and early neonatal mortality in Indonesia. This is a quantitative study using a case-control study design by analyzing secondary data from the 2017 IDHS. This study found a significant relationship between first neonatal visits and early neonatal mortality [OR=8.23, 95% CI=2.76- 24,55]. The risk of early neonatal mortality was found to be higher in rural areas; male babies; birth order 2-3 and ≥4; birth spacing 35 months, and an only child; birth weight 35 years; used antenatal care
Read More
S-11293
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Olivia Tisya Anne E.A. Sigalingging; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Meiwita P. Budiharsana, Maria Gayatri
Abstrak: Penelitian ini membahas pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun dengan tujuan mengetahui gambaran pengaruh jarak kelahiran dengan kematian bayi di Indonesia berdasarkan karakteristik wilayah perdesaan dan perkotaan. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan analisis multivariabel regresi logistik menggunakan data sekunder SDKI 2017. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 4871 sampel dengan pembagian wilayah perkotaan 2294 sampel dan wilayah perdesaan 2577 sampel pada populasi WUS sudah menikah dan memiliki >1 anak. Hasil penelitian bivariat menunjukkan jarak kelahiran memiliki risiko terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di perkotaan saja berdasarkan nilai OR. Variabel lainnya yang menunjukan hubungan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun berdasarkan P value <0,05 adalah jumlah anak yang dilahirkan, kelengkapan melakukan layanan ANC, dan keinginan ibu memiliki anak lagi. Setelah dilakukan analisis pemodelan terdapat perubahan hasil di kedua wilayah. Di perkotaan, hasil analisis multivariabel yang menunjukan faktor risiko kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun berdasarkan AOR>1 adalah jarak kelahiran 5 tahun, usia ibu pertama melahirkan 30 tahun, jumlah anak yang dilahirkan >3, tingkat pendidikan tidak sekolah/SD, ANC tidak lengkap, dan ibu menginginkan anak lagi. Di perdesaan, faktor risikonya adalah jarak kelahiran 5 tahun, usia ibu pertama melahirkan 30 tahun, jumlah anak yang dilahirkan >3, ANC tidak lengkap, ibu menginginkan anak lagi. Faktor risiko dominan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di kedua wilayah adalah ibu yang melahirkan >5 anak. Dapat disimpulkan jarak kelahiran memiliki hubungan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di wilayah perkotaan, sedangkan di wilayah perdesaan jarak kelahiran menjadi faktor risiko setelah dilakukan analisis pemodelan. Terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan faktor risiko kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di kedua wilayah, sehingga faktor risiko bervariasi menurut karakteristik wilayah.
Read More
S-10998
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Olive Aturan Cornella; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Iwan Ariawan, Nurmala Selly Saputri
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak antar-kelahiran dengan kematian neonatal di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang menggunakan data SDKI 2017 yang mencakup 9.273 kelahiran hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dikontrol oleh variabel usia ibu saat melahirkan, odds kematian neonatal pada jarak antar-kelahiran 24 bulan ke bawah meningkat menjadi 1,8 (95% CI = 0,9-3,0). Selain itu, terdapat beda efek antara jarak antar-kelahiran dengan kematian neonatal setelah diinteraksikan dengan frekuensi kunjungan ANC. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai jarak antar-kelahiran yang aman dan pentingnya mengunjungi pelayanan ANC saat masa kehamilan.
Read More
S-10729
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zuhairah Syarah; Pembimbing: Besral; Penguji: Milla Herdayati, Hany Zahro
Abstrak:
Antenatal care adalah indikator kesehatan yang digunakan untuk mencegah tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Namun, masih terdapat provinsi di Indonesia Bagian Timur yang memiliki cakupan kunjungan ANC 4 kali atau lebih di bawah target nasional, yaitu Provinsi NTB sebesar 79%, NTT sebesar 64,3%, Maluku sebesar 47,9%, Maluku Utara sebesar 55,6%, Papua Barat sebesar 48,1%, dan Papua sebesar 43,8%. Selain itu, WUS di Indonesia Bagian Timur yang melaporkan menghadapi salah satu masalah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan menunjukkan persentase yang lebih besar jika dibandingkan dengan persentase nasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator akses ke pelayanan kesehatan dan mengetahui hubungan akses ke pelayanan kesehatan dengan kunjungan ANC. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2017 dengan desain penelitian cross sectional. Confirmatory factor analysis digunakan untuk mengidentifikasi indikator akses ke pelayanan kesehatan. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk melihat hubungan akses ke pelayanan kesehatan dengan kunjungan ANC. Hasil CFA menunjukkan terdapat 4 dimensi yang membentuk variabel akses pelayanan kesehatan, yaitu literasi dan akses media informasi, otonomi pengambilan keputusan pada wanita, hambatan yang dirasakan dalam akses pelayanan kesehatan, dan kepemilikan jaminan kesehatan. Proporsi kunjungan ANC sesuai standar pada wanita usia subur di Indonesia Bagian Timur adalah 12,8%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara akses ke pelayanan kesehatan dengan kunjungan ANC (AOR = 1,19; 95% CI= 0,80-1,77). Dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya cakupan kunjungan ANC sesuai standar di Indonesia Bagian Timur sehingga perlu upaya pemerintah untuk meningkatkan kunjungan ANC pada ibu hamil sesuai standar.

Antenatal care is a health indicator to prevent high maternal mortality rates in Indonesia. However, there are still provinces in Eastern Indonesia that have ANC visit coverage of 4 or more times below the national target, namely NTB Province at 79%, NTT at 64.3%, Maluku at 47.9%, North Maluku at 55.6 %, West Papua at 48.1%, and Papua at 43.8%. In addition, the percentage of women aged 15-49 in Eastern Indonesia who reported facing a problem in obtaining health services showed a larger percentage when compared to the national percentage. This study aims to identify indicators of access to health services and determine the relationship between access to health services and ANC visits. Analyses use secondary data (IDHS 2017 Data) with a cross-sectional research design. Confirmatory factor analysis uses to identify indicators of access to health services. Bivariate and multivariate analyzes assessed the relationship between access to health services and ANC visits. The CFA results show there are 4 dimensions of variable access to health services, namely literacy and access to information media, decision-making autonomy for women, perceived barriers to accessing health services, and health insurance. 12.8% of women aged 15-49 in Eastern Indonesia visited standard ANC. There is no significant relationship between access to health services and ANC visits (AOR = 1,19; 95% CI= 0,80-1,77). Despite showing insignificant results, the coverage of ANC visits according to standards in Eastern Indonesia is still low. Therefore, government efforts are required to increase ANC visits to pregnant women according to standards.
Read More
S-11167
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive