Ditemukan 21565 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Ade Rimba Prasetia; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Mila Tejamaya, Ali Syachrul Chairuman
Abstrak:
Salah satu yang dapat memengaruhi kesehatan pekerja, hingga mengganggu produktifitaspekerja yaitu temperatur lingkungan yang ekstrim, baik ekstrim panas maupun ekstrimdingin. Tidak hanya lingkungan (suhu udara, kelembaban, radiasi, kecepatan udara) akantetapi pakaian, aktivitas fisik, hidrasi, aklimatisasi, beban kerja, dan kondisi tempat kerjaserta kondisi seseorang itu sendiri merupakan beberapa faktor yang dapat memicu heatstress yang dapat meningkatkan temperatur tubuh seseorang. Pengaruh heat stress yangtinggi pada psikologis seseorang yang dapat ditimbulkan yaitu perubahan berperilaku saatbekerja sedangkan pengaruh fisiologis akibat heat stress yang tinggi yaitu gangguanfungsi organ tertentu dalam tubuh seperti gangguan ginjal serta heat related illness.Penelitian ini dilakukan untuk mencari faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhirisiko terjadinya gangguan ginjal akibat pajanan panas. Penelitian ini merupakanpenelitan eksploratori yang dilakukan dengan metode Systematical Literature Review.Penelitian ini menggunakan 26 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi peneliti. Hasilpenelitian ini menemukan faktor-faktor yang dapat memengaruhi risiko terjadinyagangguan ginjal akibat pajanan panas yaitu 56,4% merupakan faktor karakteristik dariseseorang tersebut, 30,8% merupakan faktor pekerjaan dari seseorang tersebut dan 12,8%merupakan faktor dari lingkungan.Kata Kunci: Gangguan Ginjal, Pajanan Panas, Tekanan Panas, Faktor Risiko, TinjauanLiteratur Sistematis.
Read More
S-10373
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Astuti; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Hendra, Elsye As Safira
S-10456
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Annisaa; Pembimbing: Hendra; Penguji: Mila Tejamaya, Nur Ani
Abstrak:
Kelelahan merupakan kontributor utama dalam 60-70% insiden yang disebabkan olehkesalahan manusia di sektor pertambangan. Kelelahan dapat membahayakan kesehatandan keselamatan di tempat kerja dan merupakan dampak yang sering terjadi akibat daristres dan shift kerja. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahuipengaruh stres kerja terhadap kelelahan pada operator tambang batubara. Penelitian inijuga menganalisis pengaruh karakter individu (usia, Indeks Massa Tubuh, kualitas tidur,kuantitas tidur dan tempat tinggal) dan faktor pekerjaan (durasi shift) terhadapkelelahan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode systematic literaturereview dengan memasukkan 10 literatur terkait topik penelitian untuk dianalisis. Hasilanalisis menunjukkan bahwa stres merupakan faktor dengan kontribusi tebesar yaitu33,6% pada kejadian kelelahan. Kelelahan juga berkaitan dengan usia, kualitas tidur,kuantitas tidur, tempat tinggal dan durasi shift. Namun, penelitian ini belum bisamembuktikan pengaruh Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap kelelahan. Kesimpulanyang didapatkan dari penelitian ini adalah stres memiliki potensi untuk meningkatkankelelahan pada pada operator tambang batubara.
Read More
S-10283
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Indah Safitri; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Elsye As Safira
Abstrak:
Risiko kesehatan akibat pajanan polutan indoor bisa jadi lebih tinggi daripada outdoorkarena durasi kontak yang lebih lama dan konsentrasi polutan indoor pada beberapa kasuslebih tinggi dibandingkan polutan luar ruangan. Sekolah dasar seringkali luput daripandangan padahal anak usia sekolah dasar (SD) lebih rentan terhadap paparan polutankimia. Hal ini disebabkan karena anak-anak pada usia 7 sampai 14 tahun menghirup 50%lebih banyak udara dibanding orang dewasa, serta sedang mengalami pertumbuhan danperkembangan jaringan dan organ dengan pesat. Penelitian ini merupakan tinjauanliteratur sistematis yang bertujuan untuk melihat gambaran jenis, konsentrasi, dan faktorrisiko yang menyebabkan terjadinya pajanan polutan kimia pada ruang kelas sekolahdasar. Inklusi dari penelitian ini adalah literatur yang menggunakan Bahasa Inggris danBahasa Indonesia, dipublikasikan pada rentang waktu tahun 2017 sampai 2020, dapatdiakses secara full text, dan dapat menjawab pertanyaan penelitian. Dari 3.652 literaturyang teridentifikasi, 18 literatur terpilih dalam studi ini. Hasil penelitian menunjukkanbahwa jenis polutan kimia yang paling banyak dibahas dalam tinjauan literatur sistematisdi ruang kelas sekolah dasar adalah VOC, CO 2, dan NO2 dengan konsentrasi antara0,0001-1,265 ppm (VOC), 411-2009 ppm (CO2 ), dan 4.89-126 mg/m3 (NO2 ) yangdipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti emisi kendaraan (15,79%), aktivitas penghuni(9,21%), sistem ventilasi (9,21%), aktivitas pembersihan ruangan (9,21%), danpemanfaatan bahan artistik (6,58%).Kata Kunci:Polutan Kimia, Kualitas Udara dalam Ruangan, Tinjauan Literatur Sistematis, SekolahDasar.
Read More
S-10297
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mirza Dwi Irianti; Pembimbing: Hendra; Penguji: Mila Tejamaya, Ike Pujiriani
Abstrak:
Read More
Gangguan fungsi paru merupakan kumpulan penyakit paru-paru yang masih menjadi permasalahan di tempat kerja. Salah satu tempat kerja dengan risiko tersebut adalah tambang batubara. Debu batubara yang merupakan objek bisnis dapat menjadi faktor risiko terjadinya gangguan fungsi paru. Tidak semua pekerja tambang batubara yang terpajan debu batubara akan mengalami penyakit gangguan fungsi paru. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor risiko individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi literatur berkaitan dengan hubungan faktor risiko individu yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit gangguan fungsi paru pada pekerja tambang batubara di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metodologi tinjauan literatur sistematis sederhana dengan menggunakan artikel jurnal yang dipublikasikan antara tahun 2012 hingga tahun 2021. Didapatkan 6 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara umur, perilaku merokok, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) terhadap kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja tambang batubara. Status gizi tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, tetapi dapat menjadi faktor risiko kejadian penyakit
Lung function disorders are a collection of lung diseases that workplaces have to face as health problems. Coal mining is one of the workplaces where lung diseases can occur. Coal dust is a risk factor for lung function disorders due to dust exposure. Not all coal mine workers who are exposed to coal dust suffer from lung function disorders. This condition is influenced by several factors, one of which is individual risk factors. This study aims to identify literature related to the association between individual risk factors that can influence the occurrence of lung function disorders in coal mine workers in Indonesia. This research used a simple systematic literature review methodology using journal articles published between 2012 and 2021. Six articles were found to meet the research inclusion criteria. The results of this study show that there is a significant association between age, smoking behavior, and the use of personal protective equipment (PPE) and the incidence of lung function disorders in coal mine workers. Nutritional status does not have a significant association, but it can be a risk factor for disease to develop.
S-11530
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhammad Luthfi; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Mila Teja, Robiana Modjo, I Made Ady Wirawan, Andre Satria Wisaksana
Abstrak:
Read More
Pekerja Sektor Pariwisata berisiko terkena gangguan otot rangka akibat kerja (GOTRAK). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan faktor risiko individu, fisik dan psikososial dengan keluhan GOTRAK melalui disian penelitian tinjauan pustaka sistematis. Database yang digunakan dalam mencari literatur adalah Sciencedirect, Pubmed dan Scopus dengan waktu publikasi tahun 2005 hingga 2020. Terdapat 12 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi. 10 literatur merupakan studi cross-sectional, 1 literatur merupakan studi exploratory dan 1 literatur merupakan studi cohort. Terdapat bukti kuat antara jenis kelamin, IMT, gerakan repetitive, gerakan menggapai berlebihan dan jumlah pembersihan kamar per hari dengan GOTRAK pada beberpa bagian tubuh pekerja sektor pariwisata
Tourism workers at risk of work-related musculoskeletal disorder (WSMDs). The aim of this study was to analyze the relationship between individual, physical and psychosocial factors as risk factors for work-related musculoskeletal disorder through systematic literature review design study. The database used in searching for literature were Sciencedirect, Pubmed and Sopus with publication year from 2005 – 2020. There 12 literature that matched the inclusion criteria, 10 literature is cross-sectional study, 1 literature is exploratory study, 1 literature is cohort study. There is strong evidence and positive association between sex, BMI, repetitive movements, excessive reacing movements and the number of cleaning rooms per day with WSMDs.
T-5917
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mulat Wening Astuti; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Robiana Modjo, Mila Tejamaya, Rismasari, Astuti
Abstrak:
Read More
Latar Belakang: Gangguan Otot dan Tulang Rangka Akibat Kerja (Gotrak) merupakan masalah kesehatan paling umum terkait pekerjaan dan menempati peringkat 2 sebagai gangguan kerja dan paling banyak biayanya. Prevalensi gotrak lebih tinggi pada petugas kesehatan, dibandingkan dengan populasi umum, industri dan profesi konstruksi. Profesional sektor kesehatan khususnya mereka yang bekerja di lingkungan rumah sakit, lebih sering mengalami gotrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja pada pegawai di RSUD X tahun 2022. Metode: Jenis penelitian ini adalah potong lintang dengan responden sebanyak 194 pegawai yang bekerja di RSUD X. Teknik pengumpulan data untuk data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner, observasi, pengukuran dan wawancara. Sedangkan untuk data sekunder berupa profil RSUD, data pegawai dan data MCU pegawai. Hasil: Hasil kuesioner Nordic Body Map didapatkan bahwa prevalensi gotrak pada pegawai di RSUD X sebesar 83,5%. Pegawai yang mengalami keluhan gotrak mayoritas adalah tenaga medis yaitu sebesar 51,2%. Analisis penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor psikososial yaitu tuntutan psikologis dengan OR 6,25 dan ketidakpuasan kerja dengan OR 10,26. Kesimpulan: Prevalensi gotrak pada pegawai di RSUD X tinggi sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk mengurangi keluhan gotrak pada pegawai di RSUD X.
Background: Work Related Musculosceletal Disorders (WMSDs) is the most common health problem related to work and is ranked 2nd as a work disorder and has the most costs. The prevalence of WMSDs is higher among health workers, compared to the general population, industry and the construction profession. Health sector professionals, especially those who work in a hospital environment, are more likely to experience gorak. The purpose of this study was to analyze the factors associated with muscle and skeletal disorders due to work on employees at RSUD X in 2022. Methods: This type of research is cross-sectional with 194 employees working at RSUD X. Data collection techniques for primary data were done by filling out questionnaires, observations, measurements and interviews. As for secondary data in the form of hospital profiles, employee data and employee MCU data. Results: The results of the Nordic Body Map questionnaire showed that the prevalence of WMSDs in employees at RSUD X was 83.5%. The majority of employees who experience WMSDs complaints are medical personnel, which is 51.2%. The analysis of this study found that there was a significant relationship between psychosocial factors, namely psychological work demands with an OR of 6.25 and job dissatisfaction with an OR of 10.26. Conclusion: The prevalence of WMSDs on employees at RSUD X is high so it is necessary to take corrective action to reduce complaints of WMSDs on employees at RSUD X.
T-6585
Depok : FKM UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Diah Rafika Dewi; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Hendra, Muhamad Dawaman
Abstrak:
Di tempat kerja, bising menjadi masalah yang dapat mengakibatkan dampak kesehatan terhadap sistem auditory maupun sistem non-auditory. Dipo Lokomotif Jatinegara merupakan perusahaan yang mempunyai proses perawatan lokomotif yang menghasilkan bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di Dipo Lokomotif Jatinegara dan mencari faktor-faktor seperti dosis pajanan bising harian, usia, masa kerja, hobi terkait bising, tempat tinggal bising dan perilaku merokok serta pemakaian alat pelindung telinga (APT) dengan terjadinya gangguan non-auditory. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tingkat kebisingan pada sumber bising dan area dipo lokomotif serta dosis pajanan bising harian secara langsung di lapangan. Selain itu, gangguan non-auditory juga diukur melalui kuesioner. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di area dipo lokomotif dan dosis pajanan bising harian diketahui pada seluruh unit kerja yang diukur berada diatas NAB (nilai ambang batas). Hasil pengukuran gangguan non-auditory dari 63 responden diperoleh tingkat gangguan non-auditory berat sebanyak 26 orang (41.3%) dan gangguan non-auditory ringan sebanyak 37 orang (58.7%). Analisis rata-rata dosis pajanan bising harian dengan gangguan non-auditory menggunakan uji T-Test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerja yang mengalami tingkat gangguan non-auditory. Disamping itu, analisis antara variabel pemakaian alat pelindung telinga (APT) dengan gangguan non-auditory mendapatkan hasil hubungan yang signifikan. Sedangkan analisis antara variabel usia, masa kerja, hobi terkait bising, tempat tinggal bising dan perilaku merokok dengan gangguan non-auditory diperoleh hubungan yang tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan gangguan non-auditory yang dialami pekerja lebih disebabkan oleh pemakaian alat pelindung telinga (APT). Rekomendasi yang diberikan yaitu mengendalikan gangguan non-auditory dengan menurunkan dosis pajanan bising harian yang ada hingga dibawah NAB dan penggunaan alat pelindung telinga yang sesuai dan konsisten. Kata Kunci: Dosis pajanan bising, Gangguan non-auditory, perawatan lokomotif In the workplace, noise might become a problem affecting both auditory and as well as non-auditory system. Dipo Locomotive Jatinegara is a company that has a locomotive maintenance process generating noise. This research aims to know the level of noise in the Dipo Locomotive Jatinegara and to find certain factors such as exposure to noise daily dose, age, period of employment, hobby related to noise, noisy residence, and smoking behavior, as well as usage of ear protectors tools (in Indonesian known as Alat Pelindung Telinga/APT) factors and the occurrence of non-auditory disorders. Data collection was done by measuring the noise level at the noise source and the area of the locomotive as well as the daily noise exposure dose directly in the field. In addition, the non-auditory disorders also were measured through a questionnaire. The results of the measurements of noise levels in the area of exposure and daily noise exposure dose of the locomotive on the whole work unit which were finally known that the measurement was above NAB (threshold value). The results of the measurement of the non-auditory disorders consisted of 63 respondents: obtaining a non-auditory disorders weight level as much as 26 people (41.3%) and other non-auditory disorders as many as 37 people (58.7%). Analysis of the average of the daily noise exposure dose with the non-auditory disorders used the T-Test showed there was no significant difference between workers who experience non-auditory disorders level. In addition, the analysis between variable usage of tools ear protectors (APT) and the non-auditory disorders resulted on significant relationships. While the analysis between the variables age, period of employment, hobby related to the noise, noisy living place and the smoking behavior of non-auditory disorders with the obtained relationship were not significant. Based on the results of the research, it could be concluded that a non-auditory disorders experienced by workers are caused by the usage of ear protectors tools (APT). The given recommendations is that namely the non-auditory disorders control by lowering the dose of the daily noise exposure exists under the NAB and the use of ear protectors that are appropriate and consistent. Keywords: Daily exposure dose, non-auditory, treatment of the locomotive
Read More
S-9313
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dwi Ardama Ferhi; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Sjahrul Meizar Nasri, Hendra, Heny D. Mayawati, Abdul Hadi Aviciene
T-3414
Depok : FKM UI, 2011
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Kartika Dani Lestari; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Baiduri Widanarko, Robiana Modjo, Totok Suryono, Christoforus Deberland
Abstrak:
Read More
Gangguan otot rangka akibat kerja (gotrak) menjadi salah satu masalah kesehatan serius di berbagai industri yang diderita oleh pekerja. Walau tidak fatal gotrak cenderung mengurangi efisiensi kerja dan kualitas hidup. Keluhan gotrak yang dialami pekerja railway maintenance umumnya dirasakan pada bagian leher, punggung dan lutut, dimana keluhan tersebut disebabkan oleh postur janggal, bekerja di tempat yang sempit, berat beban dll. Pekerjaan railway maintenance memiliki faktor risiko yang dapat berpengaruh terhadap keluhan gotrak yaitu faktor risiko individu, fisik, psikososial, lingkungan dan organisasi. PT X merupakan BUMD di bidang perkeretaapian yang diantaranya mencakup pekerjaan railway maintenance. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dari pekerjaan railway maintenance yang berpengaruh terhadap keluhan gotrak pekerja. Penelitian ini berjenis kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel menggunakan total populasi pada pekerja railway maintenance khususnya pada departemen yang menangani rolling stock maintenance (Departemen RSM dan Departemen RSIT) berjumlah 109. Departemen RSM mencakup light maintenance, sedangkan Departemen RSIT mencakup heavy maintenance. Manajemen data menggunakan SPSS 25, analisa data mengunakan analisa deskriptif, bivariat (uji chi square dan uji regresi logistik sederhana) dan multivariat menggunakan metode enter (uji regresi logistik ganda). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas dan lembar Rapid Entire Body Assesment (REBA). Hasil menunjukkan gambaran aktivitas pekerjaan di Departemen RSM terdiri dari pekerjaan di bagian rooftop, carbody, interior, underfloor dan di dalam kantor. Sedang pada Departemen RSIT terdiri dari pekerjaan di bagian carbody, pantograf, valve, brake, air compressor, motor traksi, bogie, elektrikal, AC, dan didalam kantor. Keluhan gotrak dirasakan oleh 62 pekerja railway maintenance di PT X (63.9%), dimana keluhan yang paling banyak dirasakan pada bagian leher, punggung bawah, kedua bahu, pergelangan tangan kanan dan punggung atas. Tingkat risiko ergonomi dari pekerjaan railway maintenance pada 2 departemen tersebut bervariasi mulai dari diabaikan hingga sangat tinggi, dimana penyumbang skor disebabkan oleh adanya postur janggal pada bagian leher, punggung, lengan atas, kedua kaki, dan berat objek. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap keluhan gotrak yaitu dukungan sosial (OR 3.39, 95% CI 1,29 – 8.88). Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi tingkat risiko ergonomi dari pekerjaan tersebut menggunakan hierarki pengendalian, sedangkan untuk mencegah keluhan gotrak yang berasal dari faktor risiko psikososial Upaya berfokus pada pengurangan tenaga manusia saat bekerja, peningkatan reward, peningkatan kepuasan kerja dan pengelolaan distres di tempat kerja.
Musculoskeletal Disorders (MSDs) are one of the serious health problems in various industries suffered by workers. Although not fatal, MSDs tends to reduce work efficiency and quality of life. Complaints experienced by railway maintenance workers are generally felt in the neck, back and knees, where the complaints are caused by awkward posture, working in narrow places, heavy loads etc. Railway maintenance work has risk factors that can affect MSDs complaints, namely individual, physical, psychosocial, environmental and organizational risk factors. PT X is a BUMD in the field of railway which includes railway maintenance work. This study aims to determine the risk factors of railway maintenance work that affect MSDs workers complaints. This study was quantitative using a cross sectional design. The number of samples using the total population of railway maintenance workers, especially in departments that handle rolling stock maintenance (RSM Department and RSIT Department) amounted to 109. The RSM Department covers light maintenance, while the RSIT Department covers heavy maintenance. Data management using SPSS 25, data analysis using descriptive analysis, bivariate (chi square test and simple logistic regression test) and multivariate using enter method (multiple logistic regression test). The instruments used in this study were questionnaire sheets that had been tested for validity and reliability and Rapid Entire Body Assessment (REBA) sheets. The results show a picture of work activities in the RSM Department consisting of work on the rooftop, carbody, interior, underfloor and inside the office. While in the RSIT Department consists of work in the carbody, pantograph, valve, brake, air compressor, traction motor, bogie, electrical, air conditioning, and in the office. MSDs complaints were felt by 62 railway maintenance workers at PT X (63.9%), where the most complaints were felt in the neck, lower back, both shoulders, right wrist and upper back. The level of ergonomic risk of railway maintenance work in the 2 departments varies from negligible to very high, where the contributor to the score is caused by awkward posture on the neck, back, upper arms, both legs, and the weight of the object. Risk factors that influence gotrak complaints are social support (OR 3.39, 95% CI 1.29 – 8.88). Interventions carried out to reduce the level of ergonomic risk of the work use a hierarchy of control, while to prevent complaints of fatigue derived from psychosocial risk factors Efforts focus on reducing human labor while working, increasing rewards, increasing job satisfaction and managing stress at work.
T-6630
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
