Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37942 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Mohammad Arief Syaifulloh; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor individu meliputi jenis kelamin, lingkungan meliputi kepadatan penduduk dan cakupan rumah sehat, dan perilaku meliputi cakupan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah tangga terhadap kasus tuberculosis di Kota Depok tahun 2015-2019. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi ekologi menggunakan data sekunder dalam rentang tahun 2015-2019 berbentuk data agregat dari 11 kecamatan yang ada di Kota Depok sebagai unit analisisnya. Data diperoleh dari buku profil kesehatan Kota Depok yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Data dianalisis secara univariat dan bivariat lalu ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Read More
S-10604
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arifa Rahma Izzati; Pembimbing: R. Budi Hartono; Penguji: Umar Fahmi Achmadi, Daniek Suryaningdiah
Abstrak: Tuberkulosis paru atau TB paru adalah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain melalui droplet yang ditransmisikan melalui udara. Tingginya angka kasus penyakit TB dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor kepadatan penduduk, cakupan rumah sehat, serta iklim (suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan) terhadap angka proporsi kasus TB paru BTA Positif di Kota Surabaya pada tahun 2015-2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistika dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan metode studi ekologi time trend dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel kepadatan penduduk (p = 0,000; r = 0,308), cakupan rumah sehat (p = 0,000; r = -0,363), serta kelembaban udara pada lag time 1 tahun (p = 0,014; r = 0,949) dengan proporsi TB paru BTA positif. Sementara untuk faktor suhu udara serta curah hujan menunjukkan hubungan yang tidak signfikan dengan proporsi TB paru BTA Positif. Berdasarkan peta analisis spasial, didapatkan pola yang jelas bahwa angka proporsi yang tinggi terdapat pada wilayah kecamatan yang memiliki cakupan rumah sehat yang rendah, namun pada faktor kepadatan penduduk tidak terlihat pola yang jelas. Oleh karena itu, disarankan untuk dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit TB paru terutama pada wilayah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan juga melalui upaya pengembangan rumah sehat yang optimal.
Pulmonary tuberculosis or pulmonary TB is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. This disease is transmitted from one person to another through droplets that are transmitted through the air. The high number of TB cases can be caused by various factors, one of which is environmental factors. This study aims to determine the relationship between population density, healthy housing coverage, and climate factors (air temperature, relative humidity, and rainfall) to the proportion smear-positive pulmonary TB cases in Surabaya city in 2015-2019. This study uses secondary data from the Central Bureau of Statistics and the Surabaya City Health Office with time trend ecological study methods and spatial analysis. The results showed that there was a significant relationship between population density (p = 0.000; r = 0.308), healthy house coverage (p = 0.000; r = -0.363), and humidity at a 1 year lag time (p = 0.014; r = 0.949) with the proportion of smear-positive pulmonary TB. Meanwhile, the air temperature and rainfall factors showed a non-significant relationship with the proportion of smear-positive pulmonary TB. Based on the spatial analysis map, a clear pattern is found that the high proportion is found in sub-districts that have low coverage of healthy homes, but on the population density factor there is no clear pattern. Therefore, it is recommended to prevent and control pulmonary TB disease, especially in sub-districts that have a high population density and also through efforts to develop optimal healthy homes.
Read More
S-11020
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andri Kurnia; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Dewi Susanna, Nurifa Handayani
Abstrak:
Latar belakang: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang mudah menular melalui udara yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi masalah kesehatan di dunia maupun Indonesia. Tingginya kasus TB dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, di antaranya faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan meliputi cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk, faktor perilaku meliputi cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, dan faktor pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan dan angka keberhasilan pengobatan TB (success rate) terhadap kejadian TB paru BTA positif di Kota Surabaya tahun 2018-2022. Metode: Penelitian ini memakai data sekunder selama lima tahun (2018-2022) yang berasal dari Badan Pusat Statistik Kota Surabaya dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan metode studi ekologi. Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan prevalensi TB paru BTA positif adalah variabel cakupan rumah sehat (r = -0,300), kepadatan penduduk (r = 0,343), dan fasilitas kesehatan (r = 0,302) dengan masing-masing keeratan hubungan sedang. Sementara itu, variabel cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dan angka keberhasilan pengobatan TB tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan prevalensi TB paru BTA positif. Kesimpulan: Variabel yang berhubungan dengan prevalensi TB paru BTA positif di Kota Surabaya tahun 2018-2022 adalah cakupan rumah sehat, kepadatan penduduk, dan fasilitas kesehatan. Dengan demikian, diperlukan upaya untuk mengendalikan faktor risiko yang berhubungan seperti peningkatan kondisi rumah dan edukasi rumah sehat, perizinan pembangunan wilayah, dan pengkajian efektivitas fasilitas kesehatan.

Background: Tuberculosis (TB) is an airborne disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis and is still a health problem in the world as well as Indonesia. The high incidence of TB is influenced by a variety of risk factors, including environmental factors, behavioral factors, and health care factors. The study aims to find out the relationship between environmental factors including healthy home coverage and population density, behavioral factors including coverage of families with clean and healthy living behavior, and health care factors including health facilities and the success rate of TB treatment against the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis in Surabaya City in 2018-2022. Methods: The research uses secondary data for five years (2018-2022) from the Central Statistical Agency of Surabaya and the Health Service of Surabaya with the method of ecological study. Results: The results of the study showed that the variables associated with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis are the healthy home coverage variables (r = -0,300), population density (r =0,343), and health facilities (r = 0,302) with each of them having a moderate relationship. Meanwhile, the coverage of families with clean and healthy living behavior and the success rate of TB treatment, did not show a significant correlation with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis. Conclusion: Variables associated with the prevalence of smear-positive pulmonary tuberculosis in Surabaya City in 2018-2022 are the healthy home coverage variables, population density, and health facilities. Thus, efforts are needed to control associated risk factors such as improved housing conditions and healthy home education, territorial development permits, and evaluation of the effectiveness of health facilities.
Read More
S-11586
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cecilia Nadine Atillah; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Siti Widianingrum Dina
Abstrak:
Hingga saat ini, tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan yang mengancam kesehatan masyarakat. Sebanyak 10,6 juta orang menderita tuberkulosis di tahun 2021 di dunia dan Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak sebagai penyumbang kasus TB di dunia. Kejadian tuberkulosis di Kota Bandung dalam rentang waktu 2015-2019 terus mengalami kenaikan. Kejadian tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko tuberkulosis paru, termasuk di dalamnya faktor lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian tuberkulosis paru dengan faktor cakupan rumah sehat, kepadatan penduduk, dan serta cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menggunakan desain studi ekologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian tuberkulosis lebih banyak dialami oleh masyarakat berjenis kelamin laki-laki, serta orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok usia produktif. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara kejadian tuberkulosis paru dengan cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk, dengan keduanya memiliki nilai p masing-masing sebesar 0,000. Sedangkan, usia dan cakupan rumah tangga ber-PHBS tidak memiliki hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru, dengan masing-masing nilai p sebesar 0,075 dan 0,876. Untuk memaksimalkan upaya pencegahan tuberkulosis paru yang telah dilakukan oleh pemerintah, disarankan untuk memberdayakan masyarakat setempat serta memanfaatkan teknologi sebagai fasilitas pemberdayaan serta peran public figure dalam upaya promosi kesehatan.

As of right now, pulmonary tuberculosis continues to be a threat to the public health. In 2021, it was estimated about 10.6 million people suffer from tuberculosis worldwide, with Indonesia being the country with the second-largest contributor to tuberculosis cases. In Bandung, the incidence of pulmonary tuberculosis has risen steadily between 2015 and 2019. Environmental factors and other pulmonary tuberculosis risk factors can have an impact on this prevalence. Using an ecological study methodology, this research seeks to determine the relationship between the prevalence of pulmonary tuberculosis and the variables of healthy home coverage, population density, and the coverage of families with clean and healthy living behaviors. The findings of this study indicates that men and those in the productive age group encounter tuberculosis at higher rates than those in other groups. This study also demonstrates a correlation between the coverage of healthy home and population density with the prevalence of pulmonary tuberculosis, with both having a p-value of 0.000. With a p value of 0,075 and 0.876, age and the coverage of families with clean and healthy living behaviors was unrelated to the prevalence of pulmonary tuberculosis. It is advisable to empower local communities, utilize the technology as an empowerment facility, and utilize the role of public figures in health promotion to maximize the government efforts to prevent the pulmonary tuberculosis.
Read More
S-11317
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Eka Saputri; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Bambang Wispriyono, Didik Supriyono
Abstrak:
Tuberkulosis paru merupakan sebuah penyakit yang menular sehingga mengakibatkan kesehatan buruk dan juga salah satu dari sepuluh penyebab kematian paling atas di dunia. Penyebab penyakit tuberkulosis paru yakni Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis paru masih menjadi salah satu masalah Kesehatan di kota bogor dari tahun 2020-2022. Tujuan: Menganalisis hubungan cakupan rumah sehat, cakupan rumah tangga ber PHBS, fasilitas kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kasus tuberkulosis paru di Kota Bogor pada tahun 2020-2022. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi ekologi berbasis waktu. Hasil: Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa Rumah sehat (p=0,256), Rumah ber-phbs (p=-0,257), Fasilitas Kesehatan (p=0,338), Kepadatan penduduk (p=-0,943) terhadap kejadian tuberkulosis paru. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara fasilitas Kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kejadian tuberkulosis. Dan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara rumah sehat dan rumah tangga ber-phbs terhadap kejadian tuberkulosis paru.

Tuberculosis is an infectious disease that causes poor health and is also one of the top ten causes of death in the world. The cause of tuberculosis (TB) is Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis is still a health problem in the city of Bogor from 2020-2021. Objective: To analyze the relationship between healthy home coverage, PHBS household coverage, health facilities and population density on pulmonary tuberculosis (TB) cases in Bogor City in 2020-2022. Method: This research is a quantitative research with a time-based ecological study design. Results: The results of the correlation analysis show that healthy houses (p=0.256), houses with PHBS (p=-0.257), health facilities (p=0.338), population density (p=-0.943) affect the incidence of tuberculosis. Conclusion: There is a significant relationship between health facilities and population density on the incidence of tuberculosis. And there is an insignificant relationship between healthy homes and households with PHBS on the incidence of tuberculosis
Read More
S-11793
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amelia Putri; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Budi Hartono, Aria Kusuma
Abstrak: Tuberkulosis masih menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk Indonesia sebagai negara ke-3 tertinggi penderita tuberkulosis di dunia. Sementara pada tingkat provinsi, Kota Depok berada pada urutan 11 dengan penyumbang kasus tuberkulosis terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rumah sehat, cakupan pengobatan TB, dan angka keberhasilan pengobatan TB dengan Incidence Rate (IR) tuberkulosis di Kota Depok tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tempat dengan populasi seluruh masyarakat yang tercatat di 11 kecamatan di Kota Depok yang terdiagnosis penyakit tuberkulosis. Hasil penelitian melalui uji korelasi menunjukkan variabel independen yang memiliki hubungan signifikan dengan Insidence Rate (IR) tuberkulosis adalah cakupan pengobatan di Kecamatan Bojongsari (p = 0.000). Sementara hasil uji korelasi cakupan rumah sehat, cakupan pengobatan TB, angka keberhasilan pengobatan TB di Kota Depok menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Hasil analisis lainnya, cakupan rumah sehat di Kota Depok memiliki keeratan hubungan lemah berpola negatif (r = -0.173), cakupan pengobatan TB memiliki keeratan hubungan lemah berpola positif (r = 0.184), dan angka keberhasilan pengobatan TB memiliki keeratan hubungan kuat berpola negatif (r = -0.584).
Tuberculosis is still the main cause of death worldwide, including Indonesia as the 3rd country with the highest number of tuberculosis sufferers in the world. Meanwhile, at the provincial level, Depok City is in 11th place with the largest contributor to tuberculosis cases in West Java Province. This study aims to determine the relationship between healthy homes, TB treatment coverage, and TB treatment success rates with the Incidence Rate (IR) tuberculosis in Depok City in 2021. This study uses an ecological study design based on place with a population of all communities recorded in 11 sub-districts in Depok. Depok City, which was diagnosed with tuberculosis. The results of the study through the correlation test showed that the independent variables that had a significant relationship with the Incidence Rate (IR) of tuberculosis is treatment coverage in Bojongsari District (p = 0.000). Meanwhile, the results of the correlation test between healthy home coverage, TB treatment coverage, and TB treatment success rates in Depok City showed an insignificant relationship. The results of other analyzes showed that the coverage of healthy homes in Depok City had a weak negative correlation (r = -0.173), TB treatment coverage had a weak positive correlation (r = 0.184), and the success rate of TB treatment had a strong negative correlation (r = -0.584).
Read More
S-11055
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitiri Rakhmania; Pembimbbing: Ema Hermawati; Penguji: R. Budi Haryanto, Aturut Yansen
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyebar melalui udara. Jakarta Timur menjadi kota dengan jumlah kasus TB semua tipe tertinggi selama 6 berturut-turut dari tahun 2016-2021. Kejadian TB dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor-faktor risiko TB yaitu faktor lingkungan (jumlah rumah sehat dan kepadatan penduduk), faktor individu (jenis kelamin), dan faktor pelayanan kesehatan (angka keberhasilan pengobatan TB) dengan prevalence rate tuberkulosis di setiap kecamatan (10 kecamatan) di Kota Jakarta Timur pada tahun 2021 dengan desain studi ekologi. Hasil penelitian analisis tren kasus tuberkulosis menurut jenis kelamin, diketahui bahwa kasus tuberkulosis lebih lebih banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Terdapat 3 kecamatan yang telah mencapai target global angka keberhasilan pengobatan TB sebesar 90% yaitu Kecamatan Cakung (91%), Ciracas (91%), dan Duren Sawit (90%). Kecamatan Cakung dapat menjadi salah satu contoh berjalannya program pengobatan TB yang sudah efektif karena memiliki angka keberhasilan pengobatan TB (success rate TB) tertinggi (91%) dengan prevalence rate tuberkulosis terendah (129,80 per 100.000 penduduk). Hasil uji korelasi menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah rumah sehat dengan prevalence rate tuberkulosis pada 7 dari 10 kecamatan yaitu Cakung (p=0,009; r=-0,713), Ciracas (p=0,033; r=-0,615), Duren Sawit (p=0,005; r=0,748), Jatinegara (p=0,048; r=-0,580), Kramat Jati (p=0,013; r=0,692), Makasar (p=0,020; r=-0,657), dan Matraman (p=0,045; r=0,587). Selain itu, hubungan yang signifikan juga didapatkan antara kepadatan penduduk dengan prevalence rate tuberkulosis pada 7 dari 10 kecamatan yaitu Cakung (p=0,009; r=0,713), Ciracas (p=0,033; r=0,615), Duren Sawit (p=0,005; r=0,748), Jatinegara (p=0,048; r=0,580), Kramat Jati (p=0,013; r=0,692), Makasar (p=0,020; r=0,657), dan Matraman (p=0,045; r=0,587). Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kegiatan edukasi terkait rumah sehat dan edukasi terkait tuberkulosis kepada kelompok masyarakat, serta mengoptimalkan gerakan penanggulangan tuberkulosis dan penataan tata kota pada wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis and spread through the air. East Jakarta has been the city with the highest number of TB cases of all types for 6 consecutive years from 2016-2021. The incidence of TB can be influenced by several risk factors. The purpose of this study was to analyze the relationship of TB risk factors, namely environmental factors (number of healthy houses and population density), individual factors (gender), and health service factors (success rate TB) with the prevalence rate of tuberculosis in each sub-district (10 sub-districts) in East Jakarta City in 2021 with an ecological study design. The results of the study analyzed the trend of tuberculosis cases by gender, it was found that tuberculosis cases were more prevalent among men than women. There are 3 sub-districts that have reached the global target of 90% success rate TB, namely Cakung (91%), Ciracas (91%), and Duren Sawit (90%). Cakung sub-district can be an example of an effective TB treatment program because it has the highest success rate TB (91%) with the lowest TB prevalence rate (129.80 per 100,000 population). Correlation test results showed a significant relationship between the number of healthy houses and TB prevalence rate in 7 out of 10 sub-districts, namely Cakung (p=0.009; r=-0.713), Ciracas (p=0.033; r=-0.615), Duren Sawit (p=0.005; r=0.748), Jatinegara (p=0.048; r=-0.580), Kramat Jati (p=0.013; r=0.692), Makasar (p=0.020; r=-0.657), and Matraman (p=0.045; r=0.587). In addition, a significant relationship was also found between population density and tuberculosis prevalence rate in 7 out of 10 sub-districts, namely Cakung (p=0.009; r=0.713), Ciracas (p=0.033; r=0.615), Duren Sawit (p=0.005; r=0.748), Jatinegara (p=0.048; r=0.580), Kramat Jati (p=0.013; r=0.692), Makasar (p=0.020; r=0.657), and Matraman (p=0.045; r=0.587). Therefore, it is recommended to increase educational activities related to healthy homes and tuberculosis-related education to community groups, as well as optimize the tuberculosis prevention movement and urban planning in areas with high population density.
Read More
S-11277
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jeremy Andreas Hasoloan Oscar P; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Zakianis, Desy Mery Dorsanti
Abstrak:
Latar Belakang: Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dengan gejala berupa demam, lemas, batuk ringan, sembelit, ketidaknyamanan perut, sakit kepala, dan muntah.Kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur menjadi yang tertinggi dari 6 kabupaten/kota yang berada di Provinsi DKI. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan (jamban sehat), faktor invidu (usia), faktor iklim (curah hujan), dan faktor kependudukan (kepadatan penduduk) dengan proporsi kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur pada tahun 2020 - 2023. Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan uji korelasi. Hasil: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur memmpunyai persebaran yang fluktuatif dengan penurunan pada tahun 2021 dan peningkatan pada tahun 2023. Proporsi demam tifoid pada kota Jakarta Timur memiliki nilai total sebesar 2,34 % dan lebih tinggi proporsi demam tifoid di DKI Jakarta sebesar 0,2 % dengan proporsi tertinggi terdapat pada Kecamatan Pasar Rebo sebesar 0.17 %, dan proporsi demam tifoid terendah terdapat pada Kecamatan Jatinegara dan Cakung sebesar 0,02 %. Pada penelitian ini, faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian demam tifoid meliputi variabel usia (p = 0.000) dan curah hujan (p = 0.003). Kesimpulan: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur Tahun 2020 – 2023 mencapai 2,34 % dan lebih tinggi dari proporsi demam tifoid di DKI Jakarta. Faktor resiko demam tifoid yang terjadi di Kota Jakarta Timur, antara lain curah hujan dan usia. Saran: Pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk meningkatkan higiene dan sanitasi makanan di perumahan dan lingkungan sekolah

Background: Typhoid fever is a disease caused by the bacterium Salmonella typhi, with symptoms including fever, weakness, mild cough, constipation, abdominal discomfort, headache, and vomiting. The incidence of typhoid fever in East Jakarta is the highest among the six districts/cities in the DKI Jakarta Province. Objective: This study aims to analyze the relationship between environmental factors (sanitary latrines), individual factors (age), climate factors (rainfall), and demographic factors (population density) with the proportion of typhoid fever cases in East Jakarta from 2020 to 2023. Methods: This study uses an ecological study with correlation tests. Results: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City has shown a fluctuating distribution, with a decrease in 2021 and an increase in 2023. The proportion of typhoid fever in East Jakarta City is 2.34%, which is higher than the proportion in DKI Jakarta at 0.2%. The highest proportion of typhoid fever is in the Pasar Rebo District at 0.17%, while the lowest proportions are in the Jatinegara and Cakung Districts at 0.02%. In this study, risk factors related to typhoid fever incidence include age (p = 0.000) and rainfall (p = 0.003). Conclusion: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City from 2020 to 2023 reached 2.34%, which is higher than the proportion of typhoid fever in DKI Jakarta. The risk factors for typhoid fever in East Jakarta City include rainfall and age. Recommendations: The government and the community can collaborate to improve food hygiene and sanitation in residential and school areas.
Read More
S-11623
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Baby Putri Adria; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Umar Fahmi Achmadi, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Diare merupakan masalah kesehatan global yang banyak menyebabkan kesakitan dan kematian pada seluruh kelompok usia. Diare ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui transmisi fekal-oral. Kota Depok menjadi salah satu kota dengan kasus diare fluktuatif selama tahun 2013-2021. Kota Depok juga menduduki peringkat kedua sebagai kota/kabupaten dengan angka Kejadian Luar Biasa (KLB) diare tertinggi di Indonesia pada tahun 2018. Terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi diare, di antaranya faktor perilaku pemajanan seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kepadatan penduduk serta faktor lingkungan seperti cakupan air minum layak dan cakupan jamban sehat. Penelitian ini bertujuan untuk hubungan antara faktor perilaku pemajanan (cakupan rumah tangga ber-PHBS dan kepadatan penduduk) da faktor lingkungan (cakupan air minum layak dan cakupan jamban sehat) terhadap kejadian diare di Kota Depok tahun 2013-2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi ekologi dan analisis spasial dengan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara faktor cakupan air minum layak (p=0,004; r=-0,289) dan cakupan jamban sehat (p=0,020; r=-0,233) dengan kejadian diare. Sementara itu, faktor cakupan rumah tangga ber-PHBS dan kepadatan penduduk tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian diare. Peta analisis spasial juga memperlihatkan pola persebaran kejadian diare di Kota Depok selama tahun 2013-2021 cenderung lebih banyak ditemukan pada wilayah kecamatan dengan cakupan air minum layak yang rendah.

Diarrhea is a global health problem that causes morbidity and death in all age groups. Diarrhea is transmitted from one person to another through fecal-oral transmission. Depok City became one of the cities with fluctuating diarrhea cases during 2013-2021. Depok City also ranked second as a city/regency with the highest number of diarrhea outbreaks in Indonesia in 2018. There are various factors that can affect diarrhea, including behavioral exposure factors such as clean and healthy living behavior (PHBS) and population density as well as environmental factors such as adequate drinking water coverage and healthy latrine coverage. This study aims to analyze the relationship between behavioral exposure factors (household with clean and healthy living behavior (PHBS) coverage and population density) and environmental factors (drinking water coverage and healthy latrine coverage) to the occurrence of diarrhea in Depok City in 2013-2021. The research type is quantitative study using several methods such as ecological study and spatial analysis with secondary data from the Depok City Health Office. The results showed a significant relationship between adequate drinking water cover (p=0,004; r=-0,289) and healthy latrine coverage (p=0,020; r=-0,233) with the occurrence of diarrhea. Meanwhile, households with clean and healthy living behavior (PHBS) coverage and population density showed no significant association with the occurrence of diarrhea. Spatial analysis maps also showed the distribution pattern of diarrhea in Depok City during 2013-2021 tends to be more common in areas with low coverage of adequate drinking water.
Read More
S-11259
[s.l.] : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Natasha Shafa Amalia; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Fitri Kurniasari, Syafran Arrazy
Abstrak: Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menjadi penyebab kematian menular nomor satu di dunia. Indonesia menempati peringkat kedua dengan beban TB tertinggi. Kabupaten Bogor menjadi wilayah dengan kasus TB tertinggi di Jawa Barat pada tahun 2023. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor pelayanan kesehatan dan faktor individu terhadap incidence rate tuberkulosis paru di 20 kecamatan di Kabupaten Bogor pada tahun 2023 – 2024. Metode: Penelitian menggunakan desain studi ekologi dengan sampel 20 kecamatan di Kabupaten Bogor. Menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan BPS Kabupaten Bogor. Hasil: Hasil penelitian dengan variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap incidence rate TB paru adalah cakupan pengobatan di Kabupaten Bogor (p = 0,000; r = 978), serta success rate di Kecamatan Leuwiliang (p = 0,004; r = 0,696), Kemang (p = 0,036; r = -0,543), dan Jasinga (p = 0,038; r = -0,540). Tidak terdapat hubungan signifikan pada variabel usia dan proporsi jenis kelamin (p>0,05). Kesimpulan: Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor disarankan untuk mengevaluasi metode penemuan kasus, memperkuat pelaporan TB oleh fasyankes, menyelenggarakan edukasi pentingnya pengobatan tuntas, serta meningkatkan intervensi pada kelompok berisiko.
Introduction: Pulmonary tuberculosis is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and is the leading cause of death from infectious diseases worldwide. Indonesia ranks second among countries with the highest TB burden. Bogor Regency had the highest number of TB cases in West Java in 2023. Objective: To determine the correlation between healthcare service factors and individual factors with the incidence of pulmonary tuberculosis in 20 sub-districts of Bogor Regency during 2023 – 2024. Methods: This study employed an ecological study design, with a sample of 20 sub-districts in Bogor Regency. Secondary data were obtained from the Bogor Regency Health Office and the Bogor Regency Central Bureau of Statistics. Results: The variable that showed a significant relationship with the incidence of pulmonary TB were treatment coverage in Bogor Regency (p = 0,000; r = 0,978), as well as treatment success rate in Leuwiliang sub-district (p = 0,004; r = 0,696), Kemang (p = 0,036; r = -0,543), and Jasinga (p = 0,038; r = -0,540). There was no significant correlation between the incidence rate and age or gender proportion (p>0,05). Conclusion: The Bogor Regency Health Office is advised to evaluate case-finding methods, strengthen TB reporting by health facilities, conduct education on the importance of completing treatment, and enhance interventions targeting at-risk groups.
Read More
S-11956
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive