Ditemukan 20553 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Kelvin Evaline Riupassa; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Anhadi Achari, Kurnia Sari. Atika, Arry Yuswandi
Abstrak:
Penelitian di dunia melaporkan bahwa tenaga kesehatan harus membayar mahal keterlibatan mereka dalam penanganan pandemi Covid-19. Data di Indonesia, sampai bulan September 2020 tercatat sejumlah 117 dokter dan 67 perawat meninggal akibat tertular Covid 19. Di Jakarta, tenaga kesehatan merupakan profesi kedua terbanyak yang terinfeksi Covid19 Rumah sakit diharapkan sudah lebih siap dalam penanganan Penelitian ini dalam rangka melihat kesiapan Tenaga Kesehatan RSUD Mampang Prapatan dalam menghadapi Pandemi 19
Read More
B-2209
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Catur Rini Irawati; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Yaslis Ilyas, Wachyu Sulistiyadi, Avriazar Beng Kiuk, Nining Kristiningsih
Abstrak:
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS Co,V 2), dan ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai masalah darurat kesehatan internasional. Penularan Covid-19 adalah melalui droplet dan aerosol. Rumah Sakit merupakan fasilitas kesehatan yang melayani perawatan covid-19. RSUD Sultan Imanuddin merupakan rumah sakit rujukan covid-19. Petugas rumah sakit sangat berisiko tertular covid-19. K3RS diselenggarakan rumah sakit untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang. Hasil penelitian : Standar K3RS dalam pelaksanaan program menghadapi pandemic Covid-19 adalah pelayanan kesehatan kerja dan utilitas sarana prasarana rumah sakit. Perilaku petugas dalam pelaksanaan budaya K3RS, tersedianya sarana pendukung berupa APD yang didukung dana BLUD dan dana BTT serta peran aktif manajemen yang turut serta dalam tim satgas covid-19 dalam upaya melindungi petugas dari risiko tertularnya covid-19. K3RS berperan aktif sebagai bagian dari tim satgas covid-19.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS Co, V 2), and was designated by the World Health Organization (WHO) as an international health emergency. The transmission of Covid-19 is through droplets and aerosols. Hospitals are health facilities that serve the treatment of COVID-19. Sultan Imanuddin Hospital is a COVID-19 referral hospital. Hospital staff are at high risk of contracting COVID-19. K3RS is organized by a hospital to ensure occupational safety and health. This research is a qualitative research with a case study method using in-depth interviews and documentation studies. There were 8 informants in this study. Research results: K3RS standards in implementing the program to deal with the Covid-19 pandemic are occupational health services and hospital infrastructure utilities. The behavior of officers in implementing the K3RS culture, the availability of supporting facilities in the form of PPE supported by BLUD funds and BTT funds as well as the active role of management who participates in the COVID-19 task force team in an effort to protect officers from the risk of contracting COVID-19. K3RS plays an active role as part of the COVID-19 task force team
Read More
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS Co, V 2), and was designated by the World Health Organization (WHO) as an international health emergency. The transmission of Covid-19 is through droplets and aerosols. Hospitals are health facilities that serve the treatment of COVID-19. Sultan Imanuddin Hospital is a COVID-19 referral hospital. Hospital staff are at high risk of contracting COVID-19. K3RS is organized by a hospital to ensure occupational safety and health. This research is a qualitative research with a case study method using in-depth interviews and documentation studies. There were 8 informants in this study. Research results: K3RS standards in implementing the program to deal with the Covid-19 pandemic are occupational health services and hospital infrastructure utilities. The behavior of officers in implementing the K3RS culture, the availability of supporting facilities in the form of PPE supported by BLUD funds and BTT funds as well as the active role of management who participates in the COVID-19 task force team in an effort to protect officers from the risk of contracting COVID-19. K3RS plays an active role as part of the COVID-19 task force team
B-2243
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Revita Anisa Pertiwi; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Masyitoh, Wachyu Sulistiadi, Atika, Fify Mulyani
Abstrak:
Read More
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab rendahnya pelaporan insiden keselamatan pasien dan budaya keselamatan pasien di RSUD Mampang Prapatan, Indonesia. Data menunjukkan bahwa tingkat pelaporan insiden di RSUD Mampang Prapatan masih sangat rendah, dengan hanya satu kasus yang dilaporkan pada tahun 2021, lima kasus pada tahun 2022, dan delapan kasus pada semester pertama tahun 2023. Budaya keselamatan pasien, yang diukur melalui 12 elemen, juga belum mencapai nilai optimal. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus, dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Temuan menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan petugas tentang keselamatan pasien, tidak adanya media edukasi, dan sistem pelaporan yang masih berbasis kertas menjadi faktor penyebab utama. Selain itu, ada faktor proses yang mempengaruhi, seperti ketersediaan dokumen pelaporan saat insiden, persepsi tentang pentingnya laporan, dan ketakutan akibat pelaporan. Untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien dan pelaporan insiden, disarankan untuk mengadakan pelatihan, mengembangkan media edukasi, beralih ke sistem pelaporan digital, serta melakukan pemetaan risiko di setiap unit. Penelitian ini memberikan saran konkret bagi RSUD Mampang Prapatan untuk mengembangkan prototipe usulan yang dapat mengoptimalkan budaya keselamatan pasien dan sistem pelaporan insiden.
This research aims to analyze the causes of the low reporting of patient safety incidents and the patient safety culture at Mampang Prapatan General Hospital, Indonesia. Data shows that the incident reporting rate at Mampang Prapatan General Hospital is still very low, with only one case reported in 2021, five cases in 2022, and eight cases in the first half of 2023. The patient safety culture, measured through 12 elements, has also not yet reached optimal value. The research methodology uses a qualitative approach through case studies, with data collection conducted through in-depth interviews, observations, and document reviews. The findings indicate that the lack of knowledge among staff about patient safety, the absence of educational media, and the paper-based reporting system are the main contributing factors. Additionally, there are process factors that influence, such as the availability of reporting documents at the time of the incident, perceptions about the importance of reports, and fear resulting from reporting. To improve the culture of patient safety and incident reporting, it is recommended to conduct training, develop educational media, switch to a digital reporting system, and carry out risk mapping in each unit. This research provides concrete recommendations for Mampang Prapatan General Hospital to develop a proposed prototype that can optimize the patient safety culture and incident reporting system. Keywords: Optimallization, patient safety culture, the patient safety.
B-2503
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lovia Lova; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Prastuti Soewondo, Helen Andriani, Badriah; Maryati Nurbaya
Abstrak:
Dengan ditetapkannya Covid-19 sebagai kondisi kegawatdaruratan kesehatan dunia oleh WHO pada bulan Januari 2020, dan angka kematian yang terlihat lebih tinggi pada pasien dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), maka kebutuhan akan pelayanan unit intensif (ICU) sangat meningkat. Lonjakan pasien yang terjadi sangat cepat, mengharuskan rumah sakit beradaptasi dan segera mempersiapkan pelayanan khusus ICU Covid-19. Strategi manajemen keperawatan diperlukan untuk mengatasi kebutuhan tenaga keperawatan ICU yang ikut melonjak. Sementara jumlah tenaga keperawatan dengan kualifikasi ICU yang belum memadai kondisi pandemi Covid yang belum pernah dialami sebelumnya, menyebabkan tenaga keperawatan banyak yang menolak untuk melayani pasien Covid-19.
Mengetahui bagaimana kesiapan dan hal apa saja yang dilakukan oleh manajemen keperawatan ICU Covid-19 RS Hasanah Graha Afiah dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, sehingga pelayanan ICU Covid-19 dapat tetap berjalan dengan baik.Dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, manajemen keperawatan ICU Covid- 19 bekerjasama dengan seluruh unit terkait terutama dengan komite Pengendalian dan Pencegahan Infeksi, melakukan perencanaan dari pemetaan ketenagaan merekrut tenaga perawat secara internal maupun external dan pemberian insentif dari internal maupun external. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari sistem manajemen keperawatan diatur berkesinambungan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan Icu Covid-19 dengan beban kerja perawat dan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan mereka.
Read More
Mengetahui bagaimana kesiapan dan hal apa saja yang dilakukan oleh manajemen keperawatan ICU Covid-19 RS Hasanah Graha Afiah dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, sehingga pelayanan ICU Covid-19 dapat tetap berjalan dengan baik.Dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, manajemen keperawatan ICU Covid- 19 bekerjasama dengan seluruh unit terkait terutama dengan komite Pengendalian dan Pencegahan Infeksi, melakukan perencanaan dari pemetaan ketenagaan merekrut tenaga perawat secara internal maupun external dan pemberian insentif dari internal maupun external. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari sistem manajemen keperawatan diatur berkesinambungan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan Icu Covid-19 dengan beban kerja perawat dan tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan mereka.
B-2258
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Maharani Sylvia Rindawati; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Pujiyanto, Atika, Siti Ainun Dwiyanti
Abstrak:
Read More
Pemerintah bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Rumah sakit bekerjasama dengan BPJS dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan melalui pengajuan klaim, pembayaran atas pelayanan, dan feedback verifikasi dokumen. Berkas klaim yang tidak lengkap dianggap belum layak disebut dengan klaim pending. Klaim pending dapat mengganggu pendapatan dan proses keuangan. Mayoritas pasien yang berobat di RSUD Mampang Prapatan sebanyak 90% merupakan peserta BPJS Kesehatan. Klaim pending di RSUD Mampang Prapatan pada Tahun 2022 mencapai 13.5% rawat inap dan 3.5% rawat jalan dengan tarif pending sebesar Rp1.190.594.300 rawat inap dan Rp331.363.900 rawat jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penyebab klaim pending dan memberikan solusi berupa inovasi dalam mencegah atau mengurangi klaim pending. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan, jumlah klaim pending bulan Januari - Juli 2023 ditemukan pada unit rawat inap sebanyak 13.3% dan unit rawat jalan sebanyak 2.3%. Total tarif pending sebanyak Rp780.096.800 pada rawat inap dan Rp145.317.100 pada rawat jalan. Klaim pending disebabkan oleh faktor input dan proses. Faktor input penyebab klaim pending disebabkan antara lain faktor man, yaitu belum adanya verifikator internal, pelatihan koding internal, dan belum ada kebijakan serta evaluasi terkait klaim pending. Dari faktor money, rumah sakit belum menerapkan remunerasi dan belum ada reward dan punishment terkait pengisian resume medis yang tepat dan sesuai untuk menjadi dasar penilaian. Dari faktor material, belum ada kebijakan terkait pengisian resume medis elektronik, beberapa staf rumah sakit belum mengetahui syarat berkas pengajuan klaim, dan tanda tangan pengisian resume medis belum digital. Dari faktor metode, PPK dan ICP hanya tersedia beberapa, sosialisasi syarat pengajuan klaim serta review berkala kasus klaim pending belum dilakukan. Sedangkan, dari faktor machine ditemukan terdapat beberapa komputer yang masih lambat saat menggunakan beberapa aplikasi. Penyebab klaim pending dari faktor proses didominasi oleh ketidaklengkapan berkas pendukung dan masalah dalam koding. Pengembangan prototipe melalui metode design thinking dalam SIMRS telah dilakukan terkait proses pengajuan klaim yang terdiri dari pengumpulan berkas, pengisian resume medis, dan koding dengan menambahkan menu berkas digital, koding yang terintegrasi, serta menu attachment prosedur / tindakan serta diagnosis yang terintegrasi antara perawatan pasien dengan resume medis. Saran bagi rumah sakit untuk menggunakan dan mengembangkan usulan prototipe, upaya perbaikan bagi unit casemix, melakukan sosialisasi mengenai syarat berkas klaim kepada unit terkait, sosialisasi syarat pengajuan klaim BPJS Kesehatan sesuai peraturan kementerian kesehatan dan panduan klinis kepada dokter, dan review berkala secara internal kepada dokter mengenai klaim pending.
The government collaborates with Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) through the National Health Insurance Program. Hospitals collaborate with BPJS in providing health services through submitting claims, payment for services, and document verification. Incomplete claim documents are considered as pending claims. Pending claims can disrupt revenue and financial processes. The majority of patients treated at Mampang Prapatan General Hospital, 90%, are BPJS participants. Pending claims in Mampang Prapatan General Hospital in 2022 reach 13.5% for inpatient care and 3.5% for outpatient care with pending of Rp1.190.594.300 for inpatient and Rp331.363.900 for outpatient. The aim of this research is to analyze the causes of pending claims and provide solutions in the form of innovations in preventing or reducing pending claims. This research is qualitative research with a case study approach. Data collection was carried out through in-depth interviews, observation and document review. The research results show that the number of pending claims in January - July 2023 was found in inpatient units at 13.3% and outpatient units at 2.3%. The total pending rate is IDR 780,096,800 for inpatient care and IDR 145,317,100 for outpatient care. Pending claims are caused by input and process factors. The input factors that cause pending claims include human factors, namely the absence of an internal verifier, internal coding which is not given to staff, and there are no policies and evaluations regarding pending claims. From the money factor, the hospital has not implemented remuneration and there are no rewards and punishments regarding filling out a medical resume correctly and appropriately as a basis for assessment. In terms of material factors, there is no policy regarding filling out electronic medical resumes, some hospital staff do not know the file requirements for submitting claims, and signatures for filling out medical resumes are not yet digital. In terms of method factors, only a few PPK and ICP are available, socialization of claim submission requirements and regular reviews of pending claim cases have not been carried out. Meanwhile, from the machine factor, it was found that several computers were still slow when using several applications. The causes of pending claims from process factors are dominated by incomplete supporting files and problems in coding. Prototype development using the design thinking approach in SIMRS has been done regarding to the claim submission process which consists of collecting files, filling in medical resumes, and coding by adding a digital file menu, integrated coding, and attachment menus in providing procedure and diagnosis integrated with medical resumes. Suggestions for hospital to use and develop the prototype, improve casemix unit, socialize recarding to the requirements in filling claim documents, and periodically held an internal review to doctors regarding to the pending claims
B-2416
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Kurniadji; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Ede Surya Darmawan, Puput Oktamianti, Tb. Rachmat Sentika; Jhon Marbun
B-1972
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dewi Sri Rachmawati; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Adang Bachtiar, Sandi Ilyanto, Rachmat Sentika, Marian Margaretha
B-1927
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Putri Yuliani; Pembimbing: Wahyu Sulistyadi; Penguji: Ede Surya Darmawan, Adang Bachtiar, Ferdy Tiwow, Alexander K. Ginting
Abstrak:
Kemampuan rumah sakit untuk bertahan dan menjalankan fungsinya sebagai penyedia layanan kesehatan kepada masyarakat menghadapi tantangan dalam situasi darurat dan bencana. Rumah sakit harus mampu menghadapi pandemi COVID-19 dan bertahan sebagai salah satu bagian sentral dari ekosistem kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis respon Rumah Sakit Awal Bros Batam terhadap pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus melalui wawancara mendalam, telaah dokumen, observasi dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit dinilai memiliki tingkat kesiapsiagaan yang adekuat untuk berespon terhadap COVID-19. Komponen yang memiliki performa kurang baik adalah Komponen Kesehatan kerja, kesehatan mental, dan dukungan psikososial; Komponen Manajemen Pasien, dan Komponen Surge Capacity. Rumah sakit belum memiliki program kesehatan mental karyawan yang komprehensif terutama bagi tenaga kesehatan yang menangani COVID-19. Penggunaan terapi baru yang belum terdaftar juga belum dilakukan pemantauan dan kajian dilema etik dengan mengembangkan protokol pemantauan terapi. Selain itu, rumah sakit juga belum melakukan penetapan jumlah optimal sumber daya yang dibutuhkan untuk menghadapi kemungkinan kapasitas lonjakan di masa mendatang. Kesiapsiagaan dan respon rumah sakit terhadap pandemi tentunya harus dapat dipertahankan, ditingkatkan, dan dievaluasi sehingga disusunlah strategi mitigasi risiko prioritas yang menitikberatkan pada subkomponen yang memiliki nilai Risk Priority Number (RPN) paling tinggi. Selain strategi mitigasi risiko, telah disusun pula serangkaian Key Performance Outcome Indicator yang akan digunakan untuk melakukan pengukuran dan pemantauan keberhasilan rumah sakit dalam bersiapsiaga, berespon terhadap pandemi COVID-19 dan mempertahankan keberlangsungan bisnis operasionalnya. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang status kesehatan mental tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit pada masa pandemi COVID-19 serta analisis hubungannya dengan status kesiapsiagaan rumah sakit serta melakukan evaluasi dari pemantauan penggunaan obat yang tidak terdaftar dan dampaknya terhadap outcome pasien COVID-19
Hospital ability to survive and maintain its function as a health service provider to the community faces challenges in emergency and disaster situations. Hospitals must be able to deal with the COVID-19 pandemic and survive as a central part of the health ecosystem. This research was conducted to analyze Awal Bros Batam Hospital responses to the COVID-19 pandemic. This study used a qualitative approach with a case study design through in-depth interviews, document review, observation, and focus group discussion (FGD). The results showed that in general, hospitals were considered to have an adequate level of preparedness to respond to COVID-19. Underperforming components are the components of Occupational Health, Mental Health, And Psychosocial Support; Patient Management Components, and Surge Capacity Components. The hospital have not develop a comprehensive employee mental health program, especially for health workers who handle COVID-19 patients. The use of new unregistered has also not been adequately monitored and studied ethical dilemmas by developing therapy monitoring protocols. Besides, the hospital has not determined the optimal amount of human resources needed to deal with possible future capacity spikes. Hospital preparedness and response to pandemics must of course be maintained, improved, and evaluated so that a priority risk mitigation strategy is formulated that focuses on the subcomponent that has the highest Risk Priority Number (RPN) value. In addition to risk mitigation strategies, a series of Key Performance Outcome Indicators have also been prepared which will be used to measure and monitor the success of hospitals in preparing, responding to the COVID-19 pandemic, and maintaining the sustainability of its operational business. Further research is needed on the mental health status of health workers working in hospitals during the COVID-19 pandemic and its relationship with hospital preparedness status, also research to evaluate the unregistered drug use monitoring and its impact on COVID-19 patient outcomes
Read More
Hospital ability to survive and maintain its function as a health service provider to the community faces challenges in emergency and disaster situations. Hospitals must be able to deal with the COVID-19 pandemic and survive as a central part of the health ecosystem. This research was conducted to analyze Awal Bros Batam Hospital responses to the COVID-19 pandemic. This study used a qualitative approach with a case study design through in-depth interviews, document review, observation, and focus group discussion (FGD). The results showed that in general, hospitals were considered to have an adequate level of preparedness to respond to COVID-19. Underperforming components are the components of Occupational Health, Mental Health, And Psychosocial Support; Patient Management Components, and Surge Capacity Components. The hospital have not develop a comprehensive employee mental health program, especially for health workers who handle COVID-19 patients. The use of new unregistered has also not been adequately monitored and studied ethical dilemmas by developing therapy monitoring protocols. Besides, the hospital has not determined the optimal amount of human resources needed to deal with possible future capacity spikes. Hospital preparedness and response to pandemics must of course be maintained, improved, and evaluated so that a priority risk mitigation strategy is formulated that focuses on the subcomponent that has the highest Risk Priority Number (RPN) value. In addition to risk mitigation strategies, a series of Key Performance Outcome Indicators have also been prepared which will be used to measure and monitor the success of hospitals in preparing, responding to the COVID-19 pandemic, and maintaining the sustainability of its operational business. Further research is needed on the mental health status of health workers working in hospitals during the COVID-19 pandemic and its relationship with hospital preparedness status, also research to evaluate the unregistered drug use monitoring and its impact on COVID-19 patient outcomes
B-2172
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Selly Gloria Lengkong; Pembimbing: Wiku Bakti B. Adisasmito; Penguji: Ede Surya Darmawan, Wachyu Sulistiadi, Hendro Bakti Wibowo, Cornelia Jaqualina
Abstrak:
Read More
Pendahuluan: Pandemi COVID-19 menyebabkan tantangan tersendiri bagi Rumah Sakit (RS) Meilia yaitu tingginya angka pasien pulang Atas Permintaan Sendiri (APS) karena mencari second opinion ke RS lain sebesar 22%, rendahnya kepatuhan visit dokter spesialis < pukul 14.00 (50,56% dari target >80%), rendahnya kepatuhan asesmen medis rawat inap80%), dan tingginya turnover dokter spesialis yaitu 22%, serta belum adanya standar penilaian kinerja dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja dokter di instalasi rawat inap RS Meilia selama pandemic COVID-19 tahun 2021. Metode: desain penelitian cross sectional dengan metode kuantitatif. Penelitian berlokasi di RS Meilia pada bulan Juni-Juli 2022. Untuk variabel kepuasan kerja menggunakan instrumen kuesioner kepuasan kerja yang cara penilaiannya mengadaptasi kuesioner Job Satisfaction Survey, namun dengan indikator yang disesuaikan dengan pandemi COVID-19. Penilaian kinerja dokter dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medis secara retrospektif menilai kinerja dokter di instalasi rawat inap pada tahun 2021, berdasarkan indikator waktu, efek, dan reaksi pada dokter umum yang bekerja di instalasi rawat inap RS Meilia dan dokter spesialis yang pernah menjadi Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Hasil penelitian: terdapat hubungan antara pendidikan terakhir (p-value = 0,02) dan status kepegawaian (p-value = 0,03) terhadap kepuasan kerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia, terdapat hubungan antara kepuasan kerja, keadaan lingkungan kerja, tuntutan pekerjaan, dan gaji terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia selama Pandemi COVID-19 (p=0,04; p=0,03; p=0,03; p=0,04; secara berurutan), sedangkan indikator kepuasan kerja yang lain dan variabel individu tidak berhubungan terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia. Kesimpulan: terdapat hubungan antara kepuasan kerja terhadap kinerja dokter di Instalasi Rawat Inap RS Meilia Selama Pandemi COVID-19. Baik komite medis maupun manajemen rumah sakit diharapkan dapat membuat indikator kinerja yang baku sehingga ada evaluasi kinerja bagi dokter di RS Meilia. Dengan adanya evaluasi kinerja, pemberian gaji maupun jasa medis dapat sesuai dengan penilaian kinerjanya.
Introduction: The COVID-19 pandemic has caused its own challenges for the Meilia Hospital, namely the high number of patients going home on their own request (APS) to seek second opinion from another hospital of 22%, the low compliance of specialist doctor visits < 14.00 (50.56% of the target > 80%), low compliance with inpatient medical assessments 80%), and high turnover of specialists at 22%, and the absence of standards for assessing physician performance. This study aims to determine the relationship between job satisfaction and the performance of doctors in the inpatient installation of Meilia Hospital during the COVID-19 pandemic in 2021. Methods: cross sectional research design with quantitative methods. The research is located at Meilia Hospital in June-July 2022. For the job satisfaction variable, the job satisfaction questionnaire instrument is used, the assessment method is based on the Job Satisfaction Survey questionnaire, with indicators adapting COVID-19 situation. The doctor's performance assessment is carried out using secondary medical record data retrospectively assessing the performance of doctors in inpatient unit in 2021, based on performance indicators of time, effects, and reactions of general practitioners who work in inpatient installations at Meilia Hospital and specialist doctors who have been the Incharge Doctor. Results: there is a relationship between the latest education (p-value = 0.02) and employment status (p-value = 0.03) on the job satisfaction of doctors at the Inpatient Unit of Meilia Hospital, there is a relationship between job satisfaction, job resources, job demands, and salaries on the performance of doctors at the Meilia Hospital Inpatient Unit during the COVID-19 Pandemic (p=0.04; p=0.03; p=0.03; p=0.04; respectively), while the other indicators of job satisfaction and individual variables are not related to the performance of doctors in the Inpatient Unit of Meilia Hospital. Conclusion: there is a relationship between job satisfaction and the performance of doctors at the Meilia Hospital Inpatient Installation during the COVID-19 Pandemic. Both the medical committee and hospital management are expected to be able to make standard performance indicators so that there is a performance evaluation for doctors at Meilia Hospital. With the performance evaluation, the provision of salaries and medical services can be in accordance with the performance appraisal.
B-2332
Depok : FKM UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Julius Parlin; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Surya Ede Darmawan, Akhdrisa Mura Wijaya, Reny Puspita
Abstrak:
Read More
Pandemi COVID-19 di Indonesia berdampak pada implementasi Sisrute kasus rujukan ke rumah sakit. Sisrute RSUD Siti Aisyah pada rujukan dalam dan keluar memengaruhi morbiditas dan mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Sisrute meliputi kebijakan, kapasitas petugas, sistem jaringan, komunikasi rujukan dan pelayanan rujukan yang berdampak pada keterlambatan respons rujukan. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui observasi lapangan, telaah dokumen dan wawancara mendalam 13 informan yang berkerja di RSUD Siti Aisyah. Penelitian menunjukkan bahwa penolakan rujukan Sisrute dalam dan keluar baik pada kasus COVID-19 dan non- COVID-19 lebih dari 80%. Response time rujukan kurang dari 60 menit paling banyak pada rujukan keluar non-COVID-19 (64%). Alasan penolakan rujukan meliputi ketidaktersediaan ruangan isolasi COVID-19, ICU-COVID-19, ketidaklengkapan berkas rujukan, ketidaktesediaan ruangan perawatan, kendala sistem jaringan, petugas lambat merespons, ketiadaan dokter spesialis, ketiadaan fasilitas kesehatan, kebijakan Dinas Kesehatan lokal terkait penanganan kasus COVID-19 dan lainnya. Pada kebijakan rujukan, tidak terdapat kebijakan Sisrute dan dokumentasi sosialisasi kebijakan dan dilakukan secara lisan dan Whatsapp. Pada kapasitas petugas rujukan, secara umum cukup adekuat untuk aplikasi Sisrute, petugas sudah mendapatkan pelatihan dari RSUD. Kendala kapasitas petugas meliputi kurangnya pengetahuan medis, rendahnya komitmen, kecakapan dan rangkap tugas sehingga berdampak pada lambannya respons rujukan. Pada sistem jaringan rujukan, didapatkan bahwa jaringan komputer dan konektifitas internet yang sama digunakan pada semua layanan yang ada di rumah sakit, SIMRS yang tidak terintergrasi dan infrastruktur penunjang belum adekuat. Komunikasi rujukan dilakukan melalui aplikasi Sisrute dan dibantu telepon dan Whatsapp grup Sisrute se-Sumsel pada sebelum, selama dan setelah rujukan dilakukan. Komitmen petugas, kecepatan penyampaian informasi dan situasi faskes penerima dalam komunikasi rujukan berdampak pada keterlambatan respons Sisrute. Pelayanan rujukan menggunakan pedoman rujukan nasional, tidak memiki pedoman Sisrute, mengikuti alur rujukan, mengikuti prosedur klinis, administratif, dan operasional. Kendala pelayanan rujukan yaitu tidak terpenuhinya persyaratan rujukan, rujukan tidak prosedural, penerimaan keluarga, permasalahan biaya, ketersediaan infrastruktur dan SDM pendamping. Monitoring dan evaluasi tidak dilakukan pada masing-masing variabel. Dengan demikian, Pada implementasi Sisrute di RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau perlu adanya perbaikan dan peningkatan pada kebijakan rujukan, kapasitas petugas rujukan, sistem jaringan rujukan, komunikasi rujukan dan pelayanan rujukan serta dilakukan monitoring dan evaluasi rutin dapat mempercepat proses rujukan guna menekan morbiditas dan mortalitas pasien rujukan.
The Pandemy of COVID-19 in Indonesia has a major impact in referral system implementation of referred cases to hospitals. Integrated Referral System (IRS/Sisrute) both inward and outward referral influence morbidity and mortality cases. This study was conducted to analyse policy, officer capacity, network system, referral communication, and referral services resulting in referral system implementation. It was a case study with qualitative approach through observation, documents research, in-depth interview with 13 informants working at Siti Aisyah General Hospital. The study suggests that Sisrute referral rejection of inward and outward referral to COVID-19 and non-COVID-19 cases was more than 80%. Referral response time suggest less than 60 minutes only occurring in outward non-COVID-19 referral (64%). Reasons for rejectios were unavailability of COVID-19 Isolation dan ICU room, incomplete referral documents, unavaibility of inpatient room, network system issue, late response, health facilities shortage, local government policy against COVID-19 referral cases and other. In referral policy, there is no IRS policy and policy dissemination documentation through spoken and Whatsapp. In officer referral capacity, generally it is sufficient enough to excute IRS application, officers have been acquired trainings from hospital. Challenges in officer capacity resulted from lack of medical knowledges, low commitment, proficiency, double job so that they give impact in later referral response. In referral network system, it found that computer network and internet connectivity used similar system to other services in this hospital, unintegrated hospital information and management system as well as inadequate infrastructure. Referral communication is performed with Sisrute and assisted with calls and Whatsapp South Sumatera group in pre-, whilst, and post-referral. Officer commitment, information delivery rate and local situation may also result in Sisrute late response. Referral service occupy national referral protocol, referral flow, clinical procedures, administrative procedure and operational procedure. The challenges found in referral service were unfulfillment of referral inquiries, unprocedural referral, family acceptance, service cost, infrastructure and health officer companion. Monitoring and evaluation were not performed to each variable in the study. Thus, the implementation of intergrated referral system in Siti Aisyah General Hospital is in the need of improvement in referral policy, officer capacity, referral network capacity, referral communication, and referral service, as well as routine monitoring and evaluation to accelerate the referral process to decrease morbidity and mortality referral cases.
B-2319
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
