Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30612 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ika Fitria Elmeida; Promotor: Endang L. Achadi; Ko Promotor: Dwiana Ocviyanti; Penguji: Asri C. Adisasmita, Trihono, Atmarita, Besral, Siti Nurul Qomariyah, Trisari Anggodowati
Abstrak: Latar Belakang: Mengumpulkan data berupa pelaporan ibu (self reported) adalah metode yang sering dipakai oleh peneliti karena ini praktis dan relatif murah. Meskipun data jawaban ibu mengenai pengalaman melahirkan dengan komplikasi persalinan mereka sering dipakai tetapi validitas dari data ini sangat jarang dikonfirmasi Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertanyaan apakah yang paling tepat untuk menggambarkan komplikasi persalinan yang dialami untuk digunakan dalam penelitian survei Metode:Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed method. Tahap konstruksi model dilakukan secara kualitatif, dengan Indepth Interview kepada 12 orang informan kunci dan 4 orang informan pendukung. Selanjutnya dilakukan pembentukan instrumen untuk dipakai sebagai kuesioner kuantitatif untuk pengumpulan data dengan desain studi potong lintang pada 300 responden. Analisis yang digunakan adalah regresi logistik untuk menentukan pertanyaan tentang komplikasi yang paling prediktif, dan menentukan nilai akurasi, sensitivitas dan spesifisitas dari tiap item pertanyaan. Survei dilakukan dengan dua kali pengamatan yaitu pengamatan pertama ketika di rumah sakit dan pengamatan kedua dengan mengunjungi rumah ibu setelah tiga bulan kemudian Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa kuesioner ini dapat dipakai untuk penelitian survei yang menanyakan akurasi jawaban ibu tentang komplikasi persalinan pre-eklampsi, perdarahan, dan distosia, dengan nilai akurasi tertinggi 0,93, se. 90,7% dan sp.98,2% pada kuesioner untuk pre- eklampsi, akurasi: 0,84, se.73,3% dan sp. 99,1% untuk kuesioner perdarahan dan nilai akurasi: 0,96, se.97,3%, sp. 98,7% untuk kuesioner distosia. Simpulan: daftar pertanyaan untuk ketiga kelompok komplikasi persalinan ini mempunyai nilai akurasi yang tinggi yaitu di atas 70%. Waktu survei di rumah sakit maupun di rumah ibu keduanya sama baik. Disarankan kepada institusi penelitian agar dapat menggunakan instrumen ini karena terbukti mempunyai tingkat akurasi yang baik.
Read More
D-442
Depok : FKM-UI, 2021
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novita Rudiyanti; Promotor: Budi Utomo; Kopromotor: Dian Kusuma; Penguji: Endang Laksminingsih, Pujiyanto, Sutanto Priyo Hastono, Trisari Anggondowati, Agus Suwandono, Sudibyo Alimoeso
Abstrak:

Latar belakang: Semua ibu hamil memerlukan akses cepat ke perawatan emergensi obstetric melalui sistem rujukan yang efektif. Fasilitas Kesehatan Primer sebagai lini pertama sistem rujukan memiliki peran dalam keputusan merujuk dan mengantarkan ibu mendapatkan perawatan emergensi obstetric dengan aman dan tepat waktu. Kelemahan dalam manajemen kesehatan beresiko meningkatkan keterlambatan yang mengancam keselamatan ibu hamil.
Metode: Desain penelitian Explanatory sequential mixed methods dengan populasi yaitu Puskesmas dan Praktek Bidan. Pada tahap kuantitatif menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan studi ekologi untuk menilai kapasitas deteksi dini komplikasi dan pengiriman rujukan, membuat pemetaan antar Kabupaten/Kota dan mengidentifikasi faktor manajemen yang mempengaruhinya. Pengumpulan data melalui telaah dokumen, wawancara, dan observasi. Data dianalisis menggunakan regresi logistik berganda. Tahap kualitatif dilakukan wawancara mendalam pada Bidan dan Pasien yang dirujuk untuk mengali informasi tentang proses rujukan. Validitas data melalui triangulasi sumber dan dianalisis secara tematik.
Hasil: Kapasitas layanan rujukan maternal dalam kategori baik sangat rendah yaitu 19,7%, kapasitas deteksi dini komplikasi sebesar 48,7%, kapasitas perawatan stabilisasi sebesar 35,3% dan kapasitas pengiriman rujukan sebesar 43,6%. Penyebabnya staf kurang kompeten, kekurangan obat-obatan essensial, lemahnya pendokumentasian, rendahnya kepatuhan staf pada standar pelayanan, dan kurangnya komunikasi antar fasilitas. Penggunaan sistem informasi rujukan, pengembangan kompetensi staf, dan akreditasi menjadi faktor penentu manajemen kesehatan yang dapat meningkatkan layanan rujukan serta di dukung kesiapan pasien dan keluarga dalam mempersiapkan persalinan.
Kesimpulan: Potensi kematian ibu di Provinsi Lampung tinggi karena sekitar 80% pasien dengan komplikasi maternal yang dirujuk beresiko mengalami keterlambatan tipe I dan II. Fasilitas Kesehatan Primer belum memiliki kapasitas yang baik dalam melakukan deteksi dini komplikasi, perawatan stabilisasi dan pengiriman rujukan. Diperlukan intervensi yang terarah untuk mengatasi masalah kompetensi staf, ketersediaan sumber daya essensial, perbaikan sistematis dalam pendokumentasian dan pengawasan terhadap kepatuhan staf pada standar serta meningkatkan komunikasi yang efektif antar fasilitas kesehatan. Pemanfaatan teknologi informasi dan penguatan akreditasi menjadi pendorong utama yang didukung persiapan persalinan yang baik dan pemberdayaan masyarakat di wilayah pedesaan


Background: All pregnant women need rapid access to emergency obstetric care through an effective referral system. Primary Health Facilities as the first line of referral systems have a role in the decision to refer and deliver mothers to receive emergency obstetric care safely and on time. The weakness of Primary Health Facilities in health management is at risk of delays that threaten the safety of pregnant women.
Method: An explanatory sequential mixed-methods research design was used, with the population consisting of Primary Health Care Centres (Puskesmas) and Midwife Practices. In the quantitative phase, a cross-sectional design with an ecological study approach was used to assess the capacity for early detection of complications and referral processes, create a mapping between districts/cities, and identify management factors influencing these processes. Data collection was conducted through document review, interviews, and observations. Data were analysed using multiple logistic regression. The qualitative stage involved in-depth interviews with midwives and referred patients to explore information about the referral process. Data validity was ensured through triangulation of sources and analysed thematically.
Results: The capacity of maternal referral services in the good category is very low at 19.7%, the capacity for early detection of complications is 48.7%, the capacity for stabilization care is 35.3% and the capacity for sending referrals is 43.6%. The causes are incompetent staff, lack of essential medicines, weak documentation, low staff compliance with service standards, and poor communication between facilities. The use of a referral information system, staff competency development, and accreditation are determining factors in health management that can improve referral services and are supported by patient and family readiness in preparing for childbirth.
Conclusion: The potential for maternal mortality in Lampung Province is high because around 80% of patients with maternal complications who are referred are at risk of experiencing type I and II delays. Primary Health Facilities do not yet have good capacity in carrying out early detection of complications, stabilization care and referral delivery. Targeted interventions are needed to address issues of staff competence, availability of essential resources, systematic improvements in documentation and supervision of staff compliance with standards and improving effective communication between health facilities. The use of information technology and strengthening accreditation are the main drivers supported by good preparation for childbirth and community empowerment in rural areas.

Read More
D-587
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Terry Yuliana Rahadian Pristya; Promotor: Besral; Kopromotor: Dede Anwar Musadad; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Tri Yunis Miko Wahyono, Tris Eryando, Atmarita, Nur Asniati Djaali
Abstrak: Komplikasi persalinan merupakan penyebab langsung kematian ibu. Berat badan lahir rendah (BBLR) terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Kunjungan antenatal menjadi faktor penting terjadinya komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian kunjungan antenatal, komplikasi persalinan, dan BBLR banyak dilakukan dengan beragam metode statistik. Tujuan penelitian menghasilkan evidence based recommendation kepada pemegang program berdasarkan perbandingan hasil analisis tiga alternatif pilihan metode statistik tentang pengaruh kunjungan antenatal terhadap komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sumber data berasal dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian sebagian wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir dalam 5 tahun terakhir sebanyak 12.035 responden. Variabel dependen: komplikasi persalinan dan BBLR, variabel independen: kunjungan antenatal, variabel potensial confounder: status ekonomi, tempat tinggal, pendidikan, status pernikahan, status merokok, jarak kelahiran, kunjungan antenatal pertama, kunjungan antenatal terakhir, petugas pemeriksa antenatal, tempat antenatal, paritas, usia ibu, dan jenis kelamin bayi. Analisis data menggunakan regresi logistik, cox, dan poisson dengan varians robust. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi komplikasi persalinan (47,40%) dan BBLR (6,56%). Kunjungan antenatal terbukti secara statistik berpengaruh terhadap komplikasi persalinan dan BBLR di Indonesia. Wanita yang melakukan kunjungan antenatal
Childbirth complications are a direct cause of maternal death. Low birth weight (LBW) continues to be a global public health problem. The antenatal care visits is an important factor in occurrence of birth complications and LBW. Research on the frequency of antenatal visits, birth complications, and LBW has been carried out using various statistical methods. The purpose of the study is to produce evidence-based recommendations for the program based on a comparison of the results of the analysis of three alternative statistical methods for Indonesia regarding the influence of the of antenatal visits on birth complications and LBW. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design. The data comes from the 2017 Indonesian Demographic Health Survey (IDHS). The sample of this study included 12,035 respondents of women of childbearing aged 15-49 years who gave birth to their last child in the last 5 years. Dependent variables: birth complications and LBW, independent variables: frequency of antenatal care, potential confounder variables: economic status, geographic area, place of residence, education, marital status, smoking status, birth spacing, first antenatal visit, last antenatal visit, antenatal care provider, place an antenatal care, birth order, parity, maternal age, and baby’s sex. Data analysis uses logistic regression, Cox, and Poisson regression with robust variance. The results showed that the prevalence of birth complications (47.40%) and LBW (6.56%). The antenatal care visits had been statistically proven to influence childbirth complications and LBW in Indonesia. Women who had
Read More
D-518
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yudhia Fratidhina; Komisi Pembimbing; Rizanda Machmud, Artha Budhi Duarsa; Ketua Program Studi: Delmi Sulastri
D-368
Padang : Andalas, 2017
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Soenarjo Soejoso; Promotor: Sudarto Ronoatmodjo; Ko-Promotor: Ruliana Suradi, Asri C. Adisasmita; Penguji: Sudijanto Kamso, F.A. Moeloek, Kusharisupeni, Ratna Djuwita, Soewarta Kosen
D-261
Depok : FKM-UI, 2012
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Florentina Sustini; Pembimbing: Buchari Lapau, Amal Chalik Syaaf
Abstrak: Demam nifas adalah peningkatan suhu badan yang terjadi paling sedikit dua hari berturut-turut atau lebih pada waktu nifas (42 hari pascapersalinan), kecuali 24 jam pertama pascapersalinan. Demam nifas merupakan manifestasi adanya infeksi nifas dan sering digunakan untuk memperkirakan besarnya angka infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan bagian dari infeksi maternal. Infeksi maternal menempati urutan kedua sebagai penyebab obstetri langsung dari kematian maternal. Demam nifas diperkirakan menyebabkan 5%-10% kematian maternal. Jika demam nifas sebagai manifestasi dari infeksi nifas tidak teridentifikasi secara dire dan diobati secara tepat maka dapat berkembang menjadi sepsis nifas dan dapat berakibat fatal. Sebagai masukan, untuk mencegah terjadinya demam nifas dan infeksi nifas, perlu diketahui faktor risiko terjadinya demam nifas tersebut.
 
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kebiasaan ibu sewaktu dan pascapersalinan terhadap kejadian demam nifas.
 
Penelitian dilakukan di Kecamatan Keruak, Kabuapten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat, dengan alasan angka kelahirannya tinggi, merupakan daerah kritis jika dilihat dari segi geografis, dan keadaan sosial ekonomi masyarakatnya. Selain itu, terdapat kebiasaan yang unik, yaitu sewaktu melahirkan ibu dalam posisi jongkok, pengasapan ibu pascapersalinan, dan kompres panas pada vagina ibu pascapersalinan, yang diduga sebagai faktor risiko kejadian demam nifas, di samping faktor risiko yang lain.
 
Hipotesis yang diajukan adalah kejadian demam nifas dipengaruhi oleh posisi ibu sewaktu melahirkan, pengasapan ibu, dan kompres panas pada vagina; serta dipengaruhi pula aleh variabel-variabel kontrol. Variabel-variabel kontrol yang dimaksud adalah umur ibu, parilas, pendidikan ibu, status ekanami, periksa kehamilan, imunisasi tetanus loksaid, anemia ibu sewaktu hamil, gangguan kehamilan, penggunaan aba! pencegah demam sewaktu handl, keluban pecah secara dim, periksa dalam, jenis parsalinear, lama persalinan, tennbrrni terlinggal, luka jalan lahir, perdarahan sewaktu dan pascapersalinan, penggunaan abat pencegah demam sewaktu dan pascapersalinan, jenis penolong persalinan, kebersihan alai penolong persalinan, penolong persalinan mencuci atau tidak tangannyanya dengan sabun sebelum menolong persalinan, mobilisasi ibu, kebersihan diri ibu, jenis tempest persalinan, jenis lantai tempest persalinan, dan alas untuk persalinan.
 
Janis desain penelitian ini adalah observasional analitik kohor prospektif dan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan secara wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Populasi adalah ibu yang melahirkan di Kecamatan Keruak, yang terpajan dan tidak terpajan dengan pajanan posisi ibu melahirkan berbaring, pengasapan ibu, dan kompres panas pada vagina. Sampel diambil dari ibu melahirkan yang dapat diobservasi dan bertempat di Kecamatan Keruak daratan. Observasi dimulai dan ibu hamil 7 bulan sampai dengan masa nifas (42 hari pascapersalinan). Observasi dilakukan minimal satu kali sewaktu hamil trimerter ketiga oleh bidan. Setelah ibu melahirkan, observasi suhu badannya dilakukan setiap hari oleh kader sampai dengan 10 hari pertama pascapersalinan, kemudian dilanjutkan oleh anggota keluarga yang ditunjuk sampai dengan 42 hari pascapersalinan. Petugas kesehatan supervisi dua kali selama masa nifas, pada hari ke 11 dan hari ke 43 pascapersalinan. Sampel untuk penelitian kuantitatif adalah ibu nifas, ibu atau ibu mertua dari ibu nifas diambil secara random. Sampel untuk tokoh agama, dan dukun bayi diambil secara purposive.
 
Penelitian di lakukan selama satu tahun, pengumpulan data selama 6 bulan, Variabel dependennya adalah demam nifas, yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu (1) ibu sehat, (2) menderita demam nifas yang onsetnya dalam waktu 10 hari pertama pascapersalinan, dan (3) menderita dernam nifas yang onsetnya dalam kurun waktu hari ke-11--42 pascapersalinan,Variabel independennya adalah posisi ibu sewaktu melahirkan, pengasapan ibu, kompres panas pada vagina, dan variabel lain seperti yang dinyatakan pada hipotesis. Analisis data dilakukan dengan regresi logistik politomus ganda dengan batas kemaknaan uji statistik sebesar 0.05.
 
Dari pengumpulan data didapatkan 1.077 persalinan, yang dapat diobservasi secara lengkap adalah 1.004 orang ibu. Risiko insiden demam nifas sebesar 22.7%, yang 46% diantaranya secara klinis merupakan infeksi nifas. Pada analisis regresi ganda politomus dan analisis hubungan kausal didapatkan bahwa kejadian demam nifas, yang onsetnya dalam waktu 10 hari pertama pascapersalinan dipengaruhi oleh (1) ibu melahirkan dengan posisi berbaring, risiko relatifnya (RR) sebesar 1.90 dan population attributable risk (PAR) sebesar 12%, (2) ibu meaakukan pengasapan sewaktu nifas, RR sebesar 2.17 and PAR sebesar, (3) gangguan kehamilan sehari sebelum persalinan, RR sebesar 3.57 dan PAR sebesar 4%, (4) anemia selama keha. nilan, RR sebesar 1.78 dan PAR sebesar 33%, (5) lama persalinan lebih dari 24 jam, RR sebesar 5.61 dan PAR sebesar 4%, (6) penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan, kR sebesar 3.62 dan PAR sebesar 68%, (7) ibu tidak menggunakan obat pencegah demam selama persalinan dan nifas, RR sebesar 2,78 dan PAR sebesar 56%, dan (8) lantai tempat persalinan terbuat dari tanah, RR sebesar 1.87 dan PAR sebesar 39%.
 
Demam nifas yang onsetnya dalam waktu 11 sampai dengan 42 hari pascapersalinan dipengaruhi oleh (1) ibu melahirakan dengan posisi berbaring, RR sebesar 2.67 dan PAR sebesar 19%, (2) ibu tidak melakukan kompres panas pada vagina, RR sebesar 2.82 dan PAR sebesar 58%, (3) anemia selama kehamilan, RR sebesar L86 dan PAR sebesar 34%, (4) penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan, RR sebesar 9.27 dan PAR sebesar 87%, (5) ibu tidak menggunakan obat pencegah demam selama persalinan dan nifas, sebesar 2.78 dan PAR sebesar 57%.
 
Dari studi kualitatif didapatkan perbedaan kepercayaan dan persepsi antara petugas kesehatan dengan masyarakat tentang penyebab kesakitan maternal termasuk demam nifas. Masyarakat percaya bahwa penyebab kesakitan maternal adalah penyebab supranatural (seperi roh jahat, guna-guna), makanan tertentu (berlemak, pisang, apel, ikan), kebiasaan yang salah, bibit penyakit, dan fisik (jatuh). Makanan `pangs' (jahe, bawang) berpengaruh baik terhadap kesehatan. Alasan mereka melahirkan dengan posisi berjongkok karena dapat mempercepat persalinan, kompres panas pada vagina untuk mengurangi rasa saldt dan pembengkakan pada vagina, pengasapan ibu waktu nifas dapat menghilangkan bau ands, mempercepat berhentinya perdarahan dan pemulihan kesehatan ibu.
 
Kesimpulannya adalah (1) insiden demam nifas masih tinggi (22.7%), (2) sekitar 46% demam nifas secara klinis diidentifikasi sebagai infeksi nifas, (3) diantara 28 variabel indeperiden hanya 9 variabel yang terbukti berpengaruh pada kejadian demam nifas, (4) ibu melahirkan dengan posisi berjongkok dan kompres panas pada vagina waktu pascapersalinan bermanfaat bagi kesehatan ibu, (5) ibu melakukan pengasapan waktu nifas berpengaruh tidak baik terhadap kesehatan ibu, (6) adanya perbedaan kepercayaan dan persepsi tentang penyebab demam nifas antara petugas kesehatan dan masyarakat merupakan informasi penting untuk masukan intervensi di masa yang akan datang.
 
Saran sesuai urutan prioritas intervensi adalah (1) peningkatan perawatan persalinan melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan kursus penyegar bagi petugas kesehatan, (2) memperhatikan sosiobudaya melalui diskusi dengan tokoh masyarakat dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, (3) peningkatan perawatan kehamilan melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan kursus penyegar bagi petugas kesehatan, dan (4) pengembangan ekonomi keluarga melalui kerjasama dengan instansi lain dan lembaga swadaya masyarakat terkait dalam peiatihan ketrampilan dan pinjaman modal kerja bergulir untuk meningkatkan daya beli masyarakat dalam meniiih dan membayar tempat persalinan yang memadai.
 

Puerperal fever is the increase of the bodily temperature at least two or more consecutive days during puerperal period, except the first 24 hours postpartum. Puerperal fever is the manifestation of puerperal infection and usually is used to predict the puerperal infection rate. It is a part of maternal infection. The maternal infection is the second cause of direct obstetrics on maternal mortality. Approximately 5%--10% of maternal mortality is caused by puerperal fever. If puerperal fever as an infection manifestation could not be identified and treated early, the infection would develop into sepsis and fatality.
 
The objective of this study is to identify the influence of the behavior of women during deliveries and postpartum on Puerperal Fever.
 
This study was conducted in Keruak Subdistrict, East Lombok District, West Nusa Tengara Province, where the birth rate was high. This sub district is a critical area, viewed from the aspects of geography and socioeconomic. Beside, there were unique community behaviors as for instance mothers' deliveries were carried out in squatting position, postpartum mothers conducted `smoking' themselves, and hot compress for their vaginas, all of which were predicted as the risks of puerperal fever.
 
- The proposed hypothesis is that puerperal fever incidence was influenced by the mother's position during delivery, `smoking', and hot compress for vagina in the puerperal period, and other variables as age, parity, education, economic status, antenatal care, tetanus toxoid immunization, anemia during pregnancy, pregnancy disorders, drug using for fever prevention in pregnancy, premature rupture membrane, vaginal touche, the kind of delivery process, duration of delivery, retentio placentae, birth canal injury, excessive bleeding during and postpartum, drug using for fever prevention in delivery and postpartum period, the kind of birth attendant, the hygiene of delivery instruments, birth attendant's hand wash with soap or none of it before attending delivery, postpartum mobilization, postpartum personal hygiene, the kind place of delivery, the kind of the floor of the place of delivery , and the mats for delivery.
 
The study design was an observational analytic prospective cohort study and a qualitative study. The qualitative study was conducted by in-depth interview and focus group discussion. The populations were mothers, who delivered in the Keruak Subdistrict and that were exposed and unexposed by lying delivery position, which `smoked' themselves, and used hot compress on their vaginas. The samples were derived from a part of the population, who agreed to be observed, and lived in Keruak Subdistrict, excluding the small island areas. Women in their seventh month pregnancy were observed until childbirth period (42 days postpartum). Midwife observed the pregnant women, at least once during the third trimester of pregnancy. After delivery, the mothers? bodily temperature were examined by cadre every day until 10 days, and then continued by the family member until 42 days postpartum, the health providers supervised the cadre and the member of family on the 11" and 42' days postpartum. The samples of qualitative study were postpartum mothers, mothers or mother in law of postpartum mothers that were selected at random. The samples of religious leaders and traditional birth attendants were selected purposively.
 
This study was conducted in one year; the data collection was in six months. The dependent variable was puerperal fever that was categorized into 3, they were (1) healthy mother, (2) puerperal fever of which the onset was in the first ten days postpartum, and (3) puerperal fever, which the onset was in the 11'' until 42°° days postpartum. The independent variables were mother's position during delivery, `smoking' and hot compress for vagina, and others as stated in the hypothesis. The data analysis was conducted by multiple polytomous logistic regression. The limit of the significance of the test was 0.05.
 
During the six month study, 1.077 deliveries data was collected, but just 1.004 postpartum mothers were observed completely. The incidence risk of puerperal fever was 22.7%, of which about 46% was identified as clinical puerperal infection. The multiple polytomous logistic regression analysis and the causal relationship revealed that the puerperal fever of which the onset was in the first ten days postpartum was influenced by (1) delivery in lying position with relative risk (RR) of 1.90 and population attributable risk (PAR) of 12%, (2) postpartum smoking for vagina with RR of 2.17 and PAR of 44%, (3) pregnancy disorder in one day before delivery with RR of 3.57 and PAR of 4%, (4) anemia during pregnancy with RR of 1.78 and PAR of 33%, (5) duration of delivery longer than 24 hours with RR of 5.61 and PAR of 4%, (6) birth attendant's negligence to hand wash with soap before attending the delivery with RR of 3.62 and PAR of 68%, (7) no drugs used by mothers to prevent fever during delivery and postpartum period with RR of 2.78 and PAR of 56%, and (8) the floor of place of delivery made of soil, with RR of 1.87 and PAR of 39%.
 
The puerperal fever of which the onset in the 11 a, until 42 "a days postpartum was influenced by (1) delivery in lying position with RR of 2.67 and PAR of 19%, (2) without hot compress for vagina with RR of 2.82 and PAR of 58%, (3) anemia during pregnancy with RR of 1.86 and PAR of 34%, (4) birth attendant's negligence to hand wash with soap before attending the delivery with RR of 9.27 and PAR of 87%, (5) no drugs used by mothers to prevent fever during delivery and postpartum period with RR of 2.78 and PAR of 57%.
 
The result of the qualitative study showed the difference in trust and perception between the health providers and the community about the cause of maternal morbidity, including puerperal fever. The people believe that the causes of maternal morbidity were supernatural being (as demon, curses), certain food (fatty food, banana, pineapple, or fish), and physical accident. The hot food (ginger or onion) promotes good health.
 
We conclude that (1) the incidence of puerperal fever was still high (22.7%), (2) about 46% of puerperal fever could be identified as an infection, (3) among 28 independent variables just nine of them significantly influenced the puerperal incidence, (4) mother's lying position during delivery and postpartum mother's hot compress for vagina were beneficial for mother's health, (5) the smoke for vagina habit of postpartum mother gave bad influence on mother's health, (6) the difference in trust and perception on the cause of maternal morbidity between health provider and the community was an important information as input for future intervention.
 
The suggestions for intervention according to priorities are (1) increasing the delivery care through health education for community and refreshing course for health providers, (2) paying attention on socioculture through discussion with community leaders and health education for community, (3) increasing antenatal care through health education for community and refreshing course for health providers, and (4) developing the family economy through cooperation with other institution and NGC?s in skill training and rotatory small business capital loan to enhance the community capability to pay and choose the adequate place of delivery.
Read More
D-96
Depok : FKM UI, 2000
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lia Ajeng Novita; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Ede Surya Darmawan, Trijoko Yudopuspito
Abstrak: Pemerintah Republik Indonesia telah berkomitmen untuk memberantas HIV yang saat ini menjadi beban kesehatan di Indonesia bahkan di dunia. Salah satu bentuk nyata dari komitmen tersebut ialah dengan dirancangnya Permenkes nomor 52 tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak. Program yang telah berjalan ialah Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Pada tahun 2018-2019 merupakan tahap akses terbuka dengan target capaian kegiatan 60% ibu hamil diperiksa HIV. Kota Bandar Lampung hanya memiliki satu layanan PPIA di RSUD Abdul Moeloek, dimana RSUD tersebut merupakan RS rujukan Provinsi Lampung, maka dari itu perlu untuk dilakukan evaluasi terkait layanan PPIA di Kota Bandar Lampung untuk melihat capaian layanan PPIA di Kota Bandar Lampung.

Evaluasi yang peneliti lakukan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan sistem. Pengambilan data dilakukan di dinkes dan faskes yang menyelenggarakan layanan PPIA di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinkes Kota Bandar Lampung telah melaksanakan kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi terkait layanan PPIA, tetapi dalam pelaksanaannya belum maksimal dan terdapat perbedaan capaian indikator yang tercatat manual di dinas kesehatan Kota Bandar Lampung dan di web SIHA.

Kata kunci: anak HIV, ibu HIV, PPIA
Read More
S-10021
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Solha Elrifda; Promotor: Anhari Achadi; Ko Promotor: Sudijanto Kamso, Harimat Hendrawan; Penguji: Purnawan Junadi, Kusharisupeni, Adang Bachtiar, Tri Krianto, Soewarta Kosen
D-309
Depok : FKM-UI, 2015
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
B. Mariah Husniati; Pembimbing: Ridwan Zahdi Syaaf; Penguji: Anwar Hasan, Efrida Sinaga
S-7490
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ike Anggraeni G.; Promotor : Purnawan Junadi; Kopromotor: Tris Eryando; Penguji: Sabarinah B. Prasetyo, Adang Suhendra, Mardiati Nadjib, Didik Budijanto, Wahyu, Suprijanto Rijadi
D-331
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive