Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31381 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dinda Elaphria Permatahati Betaputri; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Cesilia Meti Dwiriani
Abstrak: Sugar-sweetened beverages dengan kandungan gula tambahan yang tinggi energi namun rendah nilai gizi, jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan penyakit tidak menular lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan frekuensi konsumsi SSB berdasarkan status merokok, tingkat stres, karakteristik individu, dan faktor lingkungan pada mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 221 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67,4% mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia mengonsumsi SSB dalam tingkat tinggi (≥2x/minggu). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara keterpaparan media promosi SSB, ketersediaan SSB di tempat tinggal, dan status rokok dengan tingkat konsumsi SSB. Peneliti menyarankan agar mahasiswa lebih memperhatikan jumlah SSB yang dikonsumsi dan dapat memilih alternatif minuman lain. Produsen SSB disarankan untuk dapat mencantumkan informasi nilai gizi pada SSBnya, terutama bagi perusahaan SSB waralaba. Peneliti juga menyarankan bagi pemangku kebijakan, untuk dapat mencanangkan informasi nilai gizi dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, terutama untuk mengetahui kandungan gula di dalam produk
Read More
S-10906
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Safira Diva Aranis; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Asih Setiarini, Teguh Jati Prasetyo
Abstrak:
Sugar-Sweetened Beverages (SSB) atau biasa dikenal sebagai minuman berpemanis merupakan minuman yang mengandung gula tambahan. Konsumsi SSB yang berlebihan dapat berdampak pada kesehatan. Beberapa dampak yang ditimbulkan SSB adalah obesitas, fatty liver, diabetes tipe II, hipertensi, penyakit jantung, defisiensi zat gizi, dan karies gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi Sugar-Sweetened Beverages berdasarkan faktor individu dan faktor lingkungan pada mahasiswa FKM UI tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 194 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 58,8% mahasiswa FKM UI mengonsumsi SSB tingkat tinggi yaitu ≥ 6 kali/minggu. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara pengetahuan terkait label informasi nilai gizi, efikasi diri, tingkat stres, dan ketersediaan SSB di tempat tinggal dengan konsumsi SSB. Peneliti menyarankan kepada mahasiswa untuk membatasi asukan SSB agar tidak berlebihan dengan memilih alternatif minuman lainnya.

Sugar-Sweetened Beverages (SSB) are beverages that contain added sugars. Excessive consumption of SSB can have an impact on health. Some of the effects caused by SSB include obesity, fatty liver, type II diabetes, hypertension, heart disease, nutritional deficiencies, and dental caries. The aim of this research is to determine the differences in the proportion of Sugar-Sweetened Beverages consumption based on individual and environmental factors among students of the FKM UI in 2023. This study uses a cross-sectional study design with a sample size of 194 individuals. Data was collected through self-administered online questionnaires completed by the respondents. The results indicate that 58.8% of FKM UI students consume SSB at a high level, which means they consume SSB six or more times per week. The bivariate analysis shows a significant difference in proportions between knowledge related to nutrition information labels, self-efficacy, stress levels, and the availability of SSB at home with SSB consumption. The researcher suggests that students limit their SSB intake to avoid excessive consumption by choosing alternative beverages instead.
Read More
S-11376
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Patrisha Ramadhiani; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Sandra Fikawati, Fitri Hudayani
Abstrak:
Minuman kopi merupakan salah satu sugar sweetened beverages, dibuat dari bubuk kopi, gula dan air melalui proses pemanasan. Konsumsi minuman kopi yang tinggi berkaitan dengan kandungan gulanya yang dapat meningkatkan risiko obesitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan proporsi tingkat konsumsi minuman kopi berdasarkan karakteristik individu dan faktor lingkungan pada mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia tahun 2023. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 181 mahasiswa aktif S1 non-kesehatan tahun 2023. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2023 melalui pengisian kuesioner secara mandiri. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 52,5% responden memiliki tingkat konsumsi minuman kopi yang tinggi (≥ 3-4 kali seminggu). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan proporsi signifikan konsumsi minuman kopi berdasarkan perilaku merokok, pengaruh teman, ketersediaan, serta aksesibilitas (p-value < 0,05). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pengaruh teman adalah faktor dominan yang mempengaruhi konsumsi minuman kopi mahasiswa. Peneliti menyarankan mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran dan mengajak lingkungan pertemanannya untuk membatasi konsumsi minuman kopi. Peneliti juga menyarankan bagi institusi kesehatan untuk dapat memberikan edukasi dan informasi mengenai batas aman konsumsi.

Coffee drinks are sugar-sweetened beverages made from coffee powder, sugar, and water, through a heating process. High consumption of coffee drinks is associated with the sugar content, which can increase the risk of obesity. The aim of this study was to determine the differences in coffee drinks consumption levels based on individual characteristics and environmental factors among non-health undergraduate students at the University of Indonesia in 2023. This quantitative study used a cross-sectional design with a sample of 181 active undergraduate non-health students in 2023. Data were collected in June 2023 through self-administered. The results showed that 52.5% of the respondents had a high level of coffee drink consumption (≥ 3-4 times per week). Bivariate analysis revealed significant differences in coffee drinks consumption based on smoking behavior, peer influence, availability of coffee at home, and accessibility (p-value < 0.05). Multivariate analysis indicated that peer influence was the dominant factor influencing students' coffee drink consumption. The researchers suggest students increase their awareness and encourage their social circle to limit excessive coffee consumption. Additionally, relevant health institutions are advised to provide education, increase information about recommended limits of coffee consumption.
Read More
S-11413
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Aulia; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Siti Arifah Pujonarti, Sada Rasmada
Abstrak:
Sugar Sweetened Beverages (SSBs) merupakan cairan yang dimaniskan dengan berbagai bentuk gula tambahan seperti corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, sukrosa, madu dan gula yang secara alami terdapat di dalam bahan pangan namun telah dipekatkan, jika dikonsumsi secara berlebihan maka akan menyebabkan kejadian obesitas dan mengakibatkan faktor risiko lain seperti penyakit tidak menular yaitu diabetes dan penyakit kardiovaskular. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi Sugar Sweetened Beverages (SSBs) berdasarkan konsumsi fast food, screen time, karakteristik individu, karakteristik lingkungan pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 185 orang. Data diambil melalui pengisian kuesioner online secara mandiri oleh responden. Data akan dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 61,6% mahasiswa Universitas Indonesia mengonsumsi SSB dalam tingkat tingi (≥ 200 kkal). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara ketersediaan SSBs p-value 0,045 dan odds ratio OR 2,057 (1,068-3,963), pengaruh media sosial p-value 0,025 dan odds ratio OR 2,273 (1,159-4,457), konsumsi fast food p-value 0,049 dan odds ratio OR 0,514 (0,277-0,954), dan screen time p-value 0,044 dan odds ratio OR 1,986 (1,066-3,699) terhadap konsumsi SSBs. Peneliti menyarankan konsumen untuk memperhatikan konsumsi SSBs dan memilih alternatif lain agar tidak mengonsumsi SSBs berlebihan saat melakukan kegiatan luar bersama dengan teman maupun keluarga. Produsen SSBs disarankan untuk mencantumkan label gizi pangan terkait jumlah gula yang ada di produk SSBs terutama SSBs yang berbentuk warlaba. Peneliti juga menyarankan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dapat mencantumkan infromasi nilai gizi dalam bentuk traffic light atau penggunaan warna yang berbeda untuk membedakan kandungan zat gizi yang rendah, sedang dan juga tinggi seperti warna hijau untuk kandungan zat gizi yang rendah, warna kuning untuk kandungan zat gizi yang sedang dan warna hijau untuk kandungan zat gizi yang tinggi

Sugar Sweetened Beverages (SSBs) are liquids that are sweetened with various forms of added sugar such as corn syrup, dextrose, fructose, glucose, sucrose, honey, and sugar which are naturally found in foodstuffs but have been concentrated, if it consumes in excess, it will cause an obesity and lead to other risk factors such as infectious diseases diabetes and cardiovascular disease. The purpose of this study is to determine the differences in the proportion of consumption of Sugar Sweetened Beverages (SSBs) based on consumption of fast food, screen time, individual characteristics, environmental characteristics among the students at University of Indonesia in 2023. This study used a cross-sectional study design with a sample size of 185 respondents. Data was collected by filling online questionnaires independently by respondents. Data will be analyzed univariately and bivariate. The results showed that 61.6% of University of Indonesia students consumed high levels of SSB (≥ 200 kcal). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant proportion difference between the availability of SSBs p-value 0.045 and odds ratio OR 2.057 (1.068-3.963), social media influence p-value 0.025 and odds ratio OR 2.273 (1.159-4.457), consumption of fast-food p -value 0.049 and odds ratio OR 0.514 (0.277-0.954), and screen time p-value 0.044 and odds ratio OR 1.986 (1.066-3.699) for consumption of SSBs. Researchers suggest consumers to pay attention to consumption of SSBs and choose other alternatives to avoid heavy consumption of SSBs when doing outdoor activities with friends or family. SSBs producers are advised to put food nutrition labels related to the amount of sugar in SSBs products, especially SSBs in the form of franchises. Researchers also suggest that the Food and Drug Monitoring Agency (BPOM) can put nutritional value information in the form of traffic lights or the use of different colors to distinguish low, medium, and high nutrient content such as green for low nutrient content, yellow for medium nutrient content and green for high nutrient content.
Read More
S-11237
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Septi Lidya Sari; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Trini Sudiarti, Pardi Supardi
Abstrak: Sugar-sweetened beverages (SSBs) merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggikandungan gula tambahan namun rendah nilai zat gizi. Apabila dikonsumsi secaraberlebihan dapat meningkatkan kejadian obesitas dan penyakit tidak menular lainnyapada remaja. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui prevalensi konsumsi SSBskemasan dan diketahuinya perbedaan proposi tingkat konsumsi SSBs kemasanberdasarkan karakteristik individu, penggunaan label pangan, aktivitas fisik, dan faktorlingkungan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan karakteristikresponden yaitu siswa/I SMA Budhi Warman 2 Jakarta kelas X dan XI sebanyak 185siswa pada April 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner onlineberupa google form secara mandiri. Data yang diperoleh akan dianalisis secara univariatdan bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64,9% siswaSMA Budhi Warman 2 Jakarta mengonsumsi SSBs kemasan tingkat tinggi (≥ 2x/hari).Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikanantara jenis kelamin, pengetahuan SSBs, kemampuan membaca label informasi nilai gizi,ketersediaan SSBs kemasan di rumah, konsumsi SSBs kemasan ibu, dan pengaruh temansebaya dengan tingkat konsumsi SSBs kemasan. Peneliti menyarankan agar siswa lebihselektif dalam memilih jenis minuman kemasan dan mempelajari serta memahami labelinformasi nilai gizi. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi mengenaikonsumsi SSBs kemasan, label pangan terutama label informasi nilai gizi, dan giziseimbang. Masyarakat disarankan untuk memperhatikan persediaan SSBs kemasan dirumah dan menjadi panutan bagi anak dalam menerapkan perilaku konsumsi minumanyang lebih sehat.Kata kunci:Label informasi nilai gizi, Minuman berpemanis kemasan, Remaja.
Read More
S-10525
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sofie Sachaya; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Triyanti, Yulianti Wibowo
Abstrak:
Sugar-Sweetened Beverages (SSB) merupakan minuman berpemanis yang mengandung gula berkalori tambahan dan dapat menyebabkan resistensi insulin, penumpukan lemak, hingga obesitas yang meningkatkan risiko penyakit metabolik. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan konsumsi SSB berdasarkan karakteristik individu, faktor lingkungan, dan gaya hidup pada mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) dan non-RIK di Universitas Indonesia tahun 2025. Desain penelitian ini adalah kuantitatif cross-sectional dengan pengumpulan data melalui kuesioner daring pada 191 mahasiswa. Hasil menunjukkan bahwa 50,2% mahasiswa mengonsumsi SSB tinggi (≥6 kali/minggu), dengan proporsi lebih tinggi pada mahasiswa non-RIK (53,1%) dibanding RIK (46,8%). Konsumsi SSB secara signifikan berbeda berdasarkan sikap terhadap konsumsi SSB (p=0,007), tingkat stres (p=0,017), pengaruh iklan (p=0,022), dan kebiasaan merokok (p=0,037). Mahasiswa disarankan untuk membatasi atau tidak sama sekali mengonsumsi SSB untuk mencegah dampak negatif terhadap kesehatan metabolik.

Sugar-Sweetened Beverages (SSBs) are sweetened drinks containing added caloric sugar, which can lead to insulin resistance, fat accumulation, and obesity, increasing the risk of metabolic diseases. This study aimed to examine differences in SSB consumption based on individual characteristics, environmental factors, and lifestyle among health science (RIK) and non-health science (non-RIK) students at Universitas Indonesia in 2025. A cross-sectional quantitative design was used, with data collected through an online questionnaire completed by 191 students. The results showed that 50.2% of students had high SSB consumption (≥6 times per week), with a higher proportion among non-RIK students (53.1%) compared to RIK students (46.8%). Significant differences in SSB consumption were found based on attitudes toward SSB (p=0,007), stress levels (p=0,017), advertising influence (p=0,022), and smoking habits (p=0,037). It is recommended to limit or completely avoid the consumption of sugar-sweetened beverages (SSBs) to reduce the risk of metabolic health issues.
Read More
S-11985
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adeline Vashtianada; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Fajrinayanti
Abstrak:
Ultra-processed food/UPF merupakan produk yang melalui serangkaian teknik dan proses industri serta memiliki nilai zat gizi yang rendah. Apabila dikonsumsi secara berlebihan, UPF dapat meningkatkan risiko berat badan lebih dan obesitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi UPF berdasarkan karakteristik individu, faktor lingkungan, dan faktor gaya hidup pada mahasiswa S1 non-kesehatan Universitas Indonesia tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 149 sampel. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online yang diisi secara mandiri. Data yang diperoleh akan dianalisis secara univariat dan bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50,3% mahasiswa mengonsumsi UPF tingkat tinggi. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara pengaruh teman sebaya dan akses terhadap UPF dengan tingkat konsumsi UPF. Peneliti menyarankan mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran terkait pemilihan makanan dan minuman serta menjadi penggerak dalam lingkungan teman sebaya terkait hal tersebut. Pihak Universitas Indonesia dapat memberikan edukasi dan membuat ketentuan terkait UPF dan konsumsi makanan sehat kepada mahasiswa. Pemangku kebijakan dapat meningkatkan dalam penyampaian pesan kesehatan, mendukung lembaga pendidikan, dan mendukung penelitian terkait pola makan mahasiswa dan faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi UPF. Peneliti selanjutnya dapat meneliti pada populasi lain dengan variabel dan teknik yang berbeda.

Ultra-processed food/UPF is a product that undergoes a series of industrial techniques and processes and has low nutritional value. Overconsumption of UPF can increase the risk of overweight and obesity. The purpose of this study is to determine the differences in the proportion of UPF consumption based on individual characteristics, environmental factors, and lifestyle factors among non-health undergraduate students in Universitas Indonesia in 2023. A cross sectional study design conducted on 149 samples. The data was collected using a self-administered online questionnaire. The data was analyzed using univariate and bivariate (chi-square) analyses. The results showed that 50,3% of the students consumed a high level of UPF. The bivariate analysis showed a significant difference in the proportion of UPF consumption based on peer influence and access to UPF. The researchers suggest students to increase awareness of food and beverage choices, also become advocates within their peer groups regarding this matter. Universitas Indonesia should implement health education and make provisions regarding UPF and healthy food consumption for students. Policymakers suggested to improve the delivery of health messages to students, support educational institutions, and support research on students’ dietary patterns and factors influencing UPF consumption. Future researchers can examine other populations with different variables and methods.
Read More
S-11414
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mochammad Rifky Fail Hassan; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Fajrinayanti
Abstrak: Mie instan merupakan produk olahan makanan kemasan yang sangat populer di Indonesia. Menurut Susenas, Indonesia menjadi negara dengan konsumsi mie instan terbesar kedua di dunia. Namun, konsumsi mie instan secara berlebihan memiliki efek meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi konsumsi mie instan serta mengetahui perbedaan tingkat konsumsi mie instan berdasarkan karakteristik individu, penggunaan label pangan, pengaruh klaim produk, kepentingan konsumen terhadap produk, ketersediaan mie instan di rumah, perilaku merokok dan pengaruh keluarga pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2022. Data dikumpulkan melalui kuesioner secara daring kepada mahasiswa UI dengan yaitu 253 mahasiswa aktif semester 4 dan 6. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan menggunakan analisis statistik univariat serta bivariat (Chi-Square). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 69,2% mahasiswa UI mengonsumsi mie instan kategori tinggi (≥1x/minggu) dalam satu bulan terakhir. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara pengaruh keluarga dengan konsumsi mie instan. Peneliti menyarankan agar mahasiswa dapat lebih sadar pentingnya membatasi konsumsi mie instan untuk makan sehari-hari serta mengajak teman untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat. Pada orang tua agar memberikan contoh pola makan yang sehat sehingga menjadi pengaruh baik kepada anaknya. Universitas Indonesia dapat memberikan edukasi kebutuhan gizi dan makanan sehat kepada mahasiswa
Read More
S-10911
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syifa Syauqiyah; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Evi Fatimah
Abstrak: Pola konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Pandemi COVID-19 dan kebijakan yang dilakukan untuk mencegah penyebarannya telah menyebabkan perubahan gaya hidup, termasuk pola konsumsi. Perubahan ke pola konsumsi yang tidak sehat diketahui meningkatkan risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, dan kanker. Mahasiswa merupakan salah satu kelompok yang paling terdampak pandemi dan rentan mengalami perubahan ke pola konsumsi tidak sehat, padahal pengembangan gaya hidup selama rentang usia 18-25 tahun sangat penting untuk membentuk kebiasaan makan yang sehat dan berlangsung seumur hidup. Penelitian ini mengukur perbedaan pola konsumsi selama pandemi COVID-19 berdasarkan faktor individu dan lingkungan pada mahasiswa S1 Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan secara daring pada bulan Maret-Juni 2022. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi potong lintang dan digunakan metode purposive sampling untuk memperoleh 137 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami perubahan pola konsumsi saat awal pandemi jika dibandingkan dengan sebelum pandemi (36,5%). Setelah dua tahun pandemi, sebagian besar responden juga tidak mengalami perubahan pola konsumsi jika dibandingkan dengan awal pandemi (48,9%). Meski demikian, hasil uji Wilcoxon menemukan adanya perbedaan yang signifikan pada asupan sebagian besar zat gizi antara sebelum pandemi dibandingkan dengan awal pandemi, saat awal pandemi dibandingkan dengan setelah dua tahun pandemi, dan sebelum pandemi dibandingkan dengan setelah dua tahun pandemi. Hasil uji chi-square juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada pola konsumsi setelah dua tahun pandemi berdasarkan perubahan stres (p-value = 0,008). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik multinomial, kecenderungan responden dengan peningkatan stres untuk mengalami perubahan ke pola konsumsi tidak sehat adalah 2,981 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami perubahan stres atau mengalami penurunan stres.
The consumption pattern is the composition of food that includes the type and amount of food on average per person per day, which is generally consumed by the public within a certain period. The COVID-19 pandemic and the policies implemented to prevent its spread have led to changes in lifestyle, including consumption patterns. Changes to unhealthy consumption patterns are known to increase the risk of obesity, cardiovascular disease, metabolic syndrome, and cancer. Students are one of the groups most affected by the pandemic and vulnerable to changes to unhealthy consumption patterns, even though the development of a lifestyle during the 18-25 year age range is very important to form healthy eating habits that last a lifetime. This study measures differences in consumption patterns during the COVID-19 pandemic based on individual and environmental factors in undergraduate students of Universitas Indonesia. The research was conducted online from March-June 2022. The research design used was a cross-sectional study design and the purposive sampling method was used to obtain 137 respondents. The results of this study indicate that most respondents did not experience changes in consumption patterns at the beginning of the pandemic compared to prior the pandemic (36.5%). After two years of the pandemic, most of the respondents also did not experience a change in consumption patterns compared to the beginning of the pandemic (48.9%). However, the Wilcoxon test results found significant differences in intake of most nutrients before the pandemic compared to the beginning of the pandemic, at the start of the pandemic compared to after two years of the pandemic, and before the pandemic compared to after two years of the pandemic. The results of the chi-square test also showed a significant difference in consumption patterns after two years of the pandemic based on changes in stress (p-value = 0.008). Based on the results of multinomial logistic regression analysis, the tendency of respondents with increased stress to experience changes to unhealthy consumption patterns is 2,981 times greater than respondents who do not experience changes in stress or experience decreased stress.
Read More
S-11042
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syifa Kumala Sari Dewi; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Fathimah Sulistyowati Sigit, Teguh Jati Prasetyo
Abstrak: Terjadi peningkatan konsumsi sugar-sweetened beverage (SSB) di kalangan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran frekuensi konsumsi SSB dan determinan perilaku konsumsi SSB berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) serta faktor-faktor lainnya pada mahasiswa FKM UI tahun 2025. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan pengumpulan data primer melalui kuesioner yang diisi secara mandiri oleh 158 responden yang dipilih menggunakan metode stratified random sampling. Hubungan antar variabel dianalisis menggunakan tabulasi silang dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan 75,3% responden mengkonsumsi SSB dengan frekuensi tinggi (≥ 2 kali per minggu), serta mengungkapkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel konsumsi SSB dengan tingkat stres (p = 0,005; OR = 2,865; CI 95% = 1,355-6,042) dan ketersediaan SSB di tempat tinggal (p = 0,001; OR = 3,779; CI 95% = 1,730-8,256). Dengan demikian, mahasiswa FKM UI disarankan untuk lebih bijak dalam mengkonsumsi SSB dengan cara mengurangi ketersediaan SSB di tempat tinggal dan membatasi akses terhadap konsumsi SSB serta mengelola stres dengan cara-cara yang sehat.
An increase in the consumption of sugar-sweetened beverages (SSB) has been observed among students of the Faculty of Public Health, Universitas Indonesia (FKM UI) over the years. This study aims to examine the frequency of SSB consumption and the determinants of SSB consumption behavior based on the Theory of Planned Behavior (TPB), along with other factors, among FKM UI students in 2025. A cross-sectional design was employed, with primary data collected through self-administered questionnaires completed by 158 respondents selected using stratified random sampling. Cross-tabulation and the chi-square test were then undertaken to investigate the associations between the variables. The results of this study indicate that 75.3% of respondents consumed SSB at a high frequency (≥ 2 times per week), and reveal significant associations between SSB consumption and stress level (p = 0.005; OR = 2.865; 95% CI = 1.355–6.042) and the SSB availability at home (p = 0.001; OR = 3.779; 95% CI = 1.730–8.256). Therefore, FKM UI students are advised to take more attention towards their SSB consumption by reducing its availability at home or limiting access to SSB, and managing stress through healthy methods.
Read More
S-11996
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive