Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36285 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Pingky Shafiyah Ananda Riko; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Sudijanto Kamso, Fidiansjah
Abstrak:
Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang paling sering terjadi. Data menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dengan total kasus depresi tertinggi di wilayah Asia Tenggara, setelah India. Dimana depresi merupakan beban penyakit mental urutan pertama di Indonesia dalam hampir tiga dekade (1990 ? 2017). Terdapat beberapa faktor risiko kejadian depresi, salah satunya adalah aktivitas fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan depresi yang dikontrol dengan beberapa variabel yang diduga confounding pada penduduk usia 15 ? 24 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional menggunakan data IFLS-5. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji chi-square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan proporsi depresi sebesar 29.46% dan berdasarkan model akhir analisis multivariat diketahui jika aktivitas fisik yang kurang 0.58 kali lebih rendah risiko mengalami depresi, serta tidak terdapat variabel confounding yang ikut mempengaruhi hubungan antara aktivitas fisik dengan depresi.

Depression is one of the most common mental health disorders. Data shows that Indonesia ranks second with the highest total cases of depression in the Southeast Asia region, after India. Where depression is the first burden of mental illness in Indonesia in almost three decades (1990 ? 2017). There are several risk factors for depression, one of them is physical activity. The purpose of this study was to analyze the relationship between physical activity and depression which was controlled by several variables that were suspected of being confounded in residents aged 15-24 years in Indonesia. This study uses a quantitative method with a cross-sectional research design using IFLS-5 data. The analysis used in this study is the analysis of the chi-square test and multiple logistic regression. The results of the analysis showed that the proportion of depression was 29.46% and based on the final multivariate analysis model, it was found that physical activity was lacking 0.58 times the risk of experiencing depression was lower, and there were no confounding variables that influenced the relationship between physical activity and depression.
Read More
S-11181
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Clarissa Tertia Firjatullah; Pembimbing: Kemal Nazarudin Siregar; Penguji: Popy Yuniar, Tiur Febrina Pohan
Abstrak:

Prevalensi diabetes melitus mengalami tren meningkat, baik di tingkat global maupun di
Indonesia. Prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah di Indonesia meningkat dari tahun 2013 (6,9%), 2018 (10,9%), hingga 2023 (11,7%). DM adalah salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang bisa dicegah melalui perubahan gaya hidup, salah satunya adalah aktivitas fisik, yang menjadi kunci dalam pencegahan dan pengurangan beban PTM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM pada penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia pada tahun 2023, dengan distratifikasi oleh variabel perancu usia, jenis kelamin, status obesitas, tempat tinggal, status pekerjaan, dan status ekonomi. Penelitian ini menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dengan desain studi potong lintang. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat, dan stratifikasi. Berdasarkan analisis bivariat, aktivitas fisik berhubungan signifikan dengan DM, dengan aktivitas fisik kurang lebih berpeluang (OR=1,36; 95% CI= 1,23 – 1,51) untuk memiliki DM. Variabel perancu usia, jenis kelamin, status obesitas, dan status pekerjaan berhubungan signifikan dengan DM dan digunakan untuk stratifikasi. Setelah distratifikasi, hubungan aktivitas fisik dengan DM tetap signifikan, tetapi nilai OR berbeda berdasarkan modifikasi efek dari variabel usia dan jenis kelamin. Penduduk usia 40 tahun ke atas (OR=1,52; 95% CI= 1,35 – 1,71) lebih berpeluang untuk memiliki DM jika kurang melakukan aktivitas fisik. Upaya intervensi pengelola program kesehatan perlu difokuskan untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan aktivitas fisik dan skrining DM yang komprehensif dengan bekerja sama dengan sektor luar kesehatan dan fokus untuk meningkatkan partisipasi aktivitas fisik pada penduduk berusia 40 tahun ke atas.


There is an upward trend of diabetes mellitus prevalency, both globally and in Indonesia.  DM prevalency based on blood glucose examination in Indonesia shows an upward trend,  from 2013 (6,9%), 2018 (10,9%), up to 2023 (11,7%). DM is a noncommunicable disease  (NCD) that could be prevented by lifestyle change, which one of them is physical activity,  a key in NCD prevention and burden reduction.  This study aims to identify the  association between physical activity and DM in Indonesia’s population aged 15 years  and over in 2023, with stratification based on confounding variable age, sex, obesity  status, residential area, employment status, and economic status. This study utilizes  Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 data with cross-sectional study design.  Univariate, bivariate, and stratification analysis were conducted. Based on bivariate  analysis, physical activity is significantly associated with DM, with the less active group  having higher odds (OR=1,36; 95% CI= 1,23 – 1,51) for developing DM. Confounding  variables age, sex, obesity status, and employment status significantly associated with  DM and will be used in stratification. After stratification, the association between  physical activity and DM hold its significance, but the OR differs based on effect  modification by age and sex variables. Population aged 40 years and over (OR=1,52; 95%  CI= 1,35 – 1,71) higher odds to develop DM if they’re physically inactive. Interventions  effort made by health program organizer needs to be focused on designing and  implementing comprehensive physical activity and DM screening policy with partners  outside the health sectors and focusing on increasing participation in physical activity  among population aged 40 years and over. 

Read More
S-11872
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Apsyah Davina Gunawan; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Popy Yuniar, Julie Rostina
Abstrak:
Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang umum terjadi secara global dan memberikan dampak signifikan terhadap kualitas hidup. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi depresi di Indonesia adalah 1,4%, dengan remaja menjadi kelompok yang paling rentan mengalami depresi. Namun, hanya 10,4% remaja dengan depresi yang mendapatkan pengobatan. Rendahnya angka ini dapat disebabkan oleh adanya stigma di masyarakat serta kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, yang menyebabkan remaja tidak mengungkapkan kondisi psikologis yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikan determinan kejadian depresi pada remaja usia 15 – 24 tahun di Indonesia. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan uji statistik chi-square untuk bivariat dan regresi logistik untuk multivariat menggunakan complex sample analysis. Data diambil dari SKI 2023 dengan jumlah sampel yang digunakan sebesar 94.545 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada remaja usia 15 – 24 tahun di Indonesia adalah sebesar 2%. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian depresi adalah konsumsi alkohol, diikuti oleh riwayat PTM, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status pekerjaan, dan usia. Variabel-variabel tersebut memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian depresi (p-value < 0,05), kecuali variabel status pekerjaan. Faktor perilaku dan kondisi kesehatan memiliki kontribusi besar terhadap depresi pada remaja. Diperlukan intervensi yang relevan, terutama terhadap konsumsi alkohol, serta penguatan dukungan bagi remaja dengan penyakit tidak menular.

Depression is one of the most common mental disorders globally and has a significant impact on quality of life. According to the 2023 Indonesia Health Survey (SKI), the prevalence of depression in Indonesia is 1.4%, with adolescents being the most vulnerable group to depression. However, only 10.4% of adolescents with depression receive treatment. This low figure may be attributed to the stigma in society and the lack of awareness regarding mental health, which causes adolescents to refrain from expressing their psychological conditions. This study aims to identify the determinants of depression among adolescents aged 15 – 24 years in Indonesia. The study design used was cross-sectional with chi-square statistical tests for bivariate and logistic regression for multivariate using complex sample analysis. The data were obtained from the 2023 SKI, with 94,545 samples. The results of this study indicate that the prevalence of depression among adolescents aged 15-24 years in Indonesia is 2%. The most influential factors associated with depression were alcohol consumption, followed by the history of non-communicable diseases, gender, area of residence, employment status, and age. All variables were statistically associated with depression (p-value < 0.05), except for employment status. Behavioral factors and health conditions have a major contribution to depression in adolescents. Relevant interventions are needed particularly regarding alcohol use and strengthening support for adolescents with non-communicable diseases.
Read More
S-11877
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ashfa Mardiana Ikhsani; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Rico Kurniawan, Yunita Arihandayani
Abstrak:
Latar Belakang: Secara global, bunuh diri merupakan penyebab kematian kelima pada usia 10–19 tahun dan penyebab kematian keempat pada kelompok umur 15–19 tahun. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, sebanyak 0,25% penduduk mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidupnya dalam satu bulan terakhir dengan prevalensi paling tinggi adalah kelompok umur 15–24. Fenomena ini meningkatkan kemungkinan penyimpangan perilaku sehingga dapat meningkatkan risiko penurunan produktivitas dan imunitas individu serta dapat berujung pada meningkatnya angka kesakitan pada dewasa muda. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui determinan pikiran untuk bunuh diri pada penduduk berusia 15 – 24 tahun. Metode: Penelitian ini menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dengan desain studi cross-sectional dan analisis regresi logistik. Hasil: Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, kelompok umur, wilayah tempat tinggal, penyakit tidak menular, dan depresi dengan pikiran bunuh diri. Berdasarkan analisis multivariat, faktor yang paling berhubungan terhadap pikiran untuk bunuh diri adalah depresi (p-value < 0,001; AOR = 125,232; 95%CI = 51,363 – 305,335) setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, dan variabel interaksi. Kesimpulan: Penyusunan sistem data nasional dan regional untuk membantu dalam memantau angka depresi di masyarakat sehingga dapat mencegah tindakan bunuh diri.

Background: Globally, suicide is the fifth leading cause of death in the 10–19 age group and the fourth leading cause of death in the 15–19 age group. Based on the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), 0.25% of the population had thoughts of ending their lives in the past month with the highest prevalence being in the 15–24 age group. This phenomenon increases the possibility of behavioral deviations so that it can increase the risk of decreased productivity and individual immunity and can lead to increased morbidity in young adults. Therefore, an analysis is needed to determine the determinants of suicidal thoughts in the 15–24 year old population. Methods: This study used data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI) with a cross-sectional study design and logistic regression analysis. Results: Based on the results of the bivariate analysis, there was a significant relationship between gender, age group, area of residence, non-communicable diseases, and depression with suicidal thoughts. Based on multivariate analysis, the most related factor to suicidal thoughts was depression (p-value < 0.001; AOR = 125.232; 95%CI = 51.363 – 305.335) after being controlled by gender, age group, education level, and interaction variables. Conclusion: The preparation of national and regional data systems to assist in monitoring depression rates in the community so that suicide can be prevented.
Read More
S-11887
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khalina Puspitasari; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Wahyu Septiono, Siti Sugih Hartiningsih
Abstrak:
Depresi merupakan gangguan kesehatan mental paling umum di seluruh dunia yang dapat mengarah pada keinginan bunuh diri serta menimbulkan kerugian ekonomi. Kelompok dewasa muda memiliki prevalensi depresi tertinggi, namun paling sedikit mengakses layanan kesehatan mental. Wilayah perkotaan memiliki prevalensi depresi yang lebih tinggi dari perdesaan karena berbagai perbedaan antara kedua wilayah tempat tinggal. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan depresi pada dewasa muda usia 18-24 tahun di Indonesia menurut wilayah perkotaan dan perdesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi logistik. Hasil menunjukkan perempuan (OR=2,743; 95% CI=2,058 - 3,655), memiliki riwayat penyakit kronis (OR=4,252; 95% CI=2,651 - 6,818), dan mengonsumsi alkohol (OR=4,285; 95% CI=2,359 - 7,786) merupakan determinan depresi di perkotaan. Perempuan (OR=2,149; 95% CI=1,196 - 3,863), tidak bekerja (OR=2,260; 95% CI=1,274 - 4,008), dan tidak menikah (OR=1,980; 95% CI=1,161 - 3,377) merupakan determinan depresi di perdesaan. Program edukasi, konseling, dan skrining kesehatan jiwa perlu diutamakan bagi kelompok berisiko, serta diintegrasikan dengan promosi gaya hidup sehat.

Depression is the most common mental health disorder worldwide that can lead to suicidal ideation and economic loss. Young adults have the highest prevalence of depression, but the least to access mental health services. Urban areas have a higher prevalence of depression than rural areas due to various differences between the two areas of residence. Based on that, this study aims to determine the determinants of depression in young adults aged 18-24 years in Indonesia according to urban and rural areas. This study is a quantitative study using secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (IHS). Data analysis was carried out using the logistic regression analysis method. The results showed that women (OR = 2.743; 95% CI = 2.058 - 3.655), having a history of chronic disease (OR = 4.252; 95% CI = 2.651 - 6.818), and consuming alcohol (OR = 4.285; 95% CI = 2.359 - 7.786) are determinants of depression in urban areas. Female (OR=2.149; 95% CI=1.196 - 3.863), unemployed (OR=2.260; 95% CI=1.274 - 4.008), and unmarried (OR=1.980; 95% CI=1.161 - 3.377) are determinants of depression in rural areas. Mental health education, counseling, and screening programs need to be prioritized for at-risk groups, and integrated with healthy lifestyle promotion.
Read More
S-11902
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ade Rika Fajrin; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Popy Yuniar, Lili Musnelina
Abstrak:
Indonesia dinobatkan sebagai negara ketiga terbanyak kasus prediabetes di dunia pada tahun 2019 dengan jumlah penderita sebesar 29,1 juta kasus. Prediabetes merupakan kondisi meningkatnya kadar glukosa darah dari batas normal, namun belum mencapai ambang diagnosis diabetes mellitus. Prediabetes memiliki risiko tinggi berkembang menjadi penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan berdampak pada peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) yang dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan kejadian prediabetes pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Indonesia berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2023. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, chi-square, dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi prediabetes di Indonesia sebesar 26,9%. Variabel yang memiliki hubungan secara statistik berdasarkan regresi logistik yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, hipertensi, obesitas sentral, dan status merokok. Variabel dominan yang berhubungan dengan kejadian prediabetes yaitu lansia ≥ 60 tahun (AOR=3,198; 95% CI=2,673 - 3,825). Dengan demikian, pentingnya menetapkan batas minimal usia pemeriksaan kadar glukosa darah rutin terutama pada kelompok berisiko tinggi, intervensi terkait promosi gaya hidup sehat dan ajakan melakukan deteksi dini kadar glukosa darah di masyarakat. Selain itu, diperlukan kerja sama sektor kesehatan maupun non kesehatan untuk mencegah terjadinya prediabetes yang berfokus pada usia dewasa, pra-lanjut usia, dan lansia. 

In 2019, Indonesia was recognized as the third-ranked country in the world for the prevalence of prediabetes with an estimated 29.1 million people affected. Prediabetes is defined as a condition involving elevated blood glucose levels outside the normal range, but below the diagnostic threshold for diabetes mellitus. This condition carries a significant risk of progressing to type 2 diabetes mellitus and contributes to the rising burden of non-communicable diseases (NCDs), thereby adversely impacting the quality of life of those affected. This study aims to identify the determinants of prediabetes among individuals aged 15 years and older in Indonesia, utilizing data from the 2023 Indonesian Health Survey. This study uses descriptive analysis, chi-square test, and logistic regression. Based on the results of the study, the prevalence of prediabetes in Indonesia is 26.9%. Variables that are statistically related to prediabetes as determined by logistic regression included age, gender, education, hypertension, central obesity, and smoking status. The variable that is the most significant factor causing prediabetes is elderly ≥ 60 years (AOR=3.198; 95% CI=2.673 - 3.825). Consequently, the importance of establishing a minimum age threshold for routine blood glucose screening, implementing interventions to promote healthy lifestyles, and encouraging early detection of blood glucose levels within the community. In addition, collaboration between health and non-health sectors is essential to prevent prediabetes, with a focus on adult, pre-elderly, and elderly populations.
Read More
S-11890
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurfahira Hernovirianti; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Artha Prabawa, Galuh Budi Leksono Adhi
Abstrak: Tuberkulosis merupakan 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2013 prevalensi kejadian tuberkulosis paru di Indonesia berdasarkan terdiagnosis dokter sebesar 0,4% dan berdasarkan gejala sebesar 3,9%. Saat ini diabetes melitus diketahui sebagai faktor risiko tuberkulosis. Prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 2,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan kejadian tuberkulosis paru di Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjut Indonesia Family Life Survey dengan desain studi Cross Sectional. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di Indonesia usia ≥ 15 tahun yang memiliki data variabel penelitian lengkap. Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa responden yang menderita diabetes melitus memiliki peluang 3,80 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis paru dibandingkan dengan responden yang tidak menderita diabetes melitus setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, status gizi, dan riwayat merokok.
Read More
S-10056
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rini Marsini; Pembimbing: Besral; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Nurhayati
Abstrak: Penyakit jantung koroner dan asma masih menjadi beban bagi kesehatan masyarakatglobal. Pada penderita asma diketahui terjadi peningkatan penanda inflamasi yangberperan dalam patogenesis terjadinya aterosklerosis hingga menimbulkan sakit jantungkoroner. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara asma dengan kejadianpenyakit jantung koroner dengan menggunakan desain studi cross sectional danmenggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2013. Sampel penelitian adalah individuberusia > 19 tahun yang memenuhi kriteria inklusi yakni tidak memiliki riwayat diabetesmelitus, hipertensi, dislipidemmia dan obesitas berdasarkan hasil wawancara. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner pada penderita asmaadalah 0,9% (95% CI 0,7-1,1). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antaraasma dengan penyakit jantung koroner dan berbeda menurut kelompok umur. Penderitaasma pada kelompok umur ≤45 tahun memiliki OR sebesar 2,7 (95% CI 2,0-3,7)sedangkan pada penderita asma yang berusia >45 tahun memiliki OR sebesar 7,9 (95%CI 5,8-10,9) untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan bukanpenderita asma. Oleh karena itu, penderita asma diharapkan dapat meningkatkan aktivitasfisiknya seperti berolahraga secara teratur serta menerapkan pola hidup sehat dengantidak merokok dan pengaturan pola makan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakitjantung koroner.Kata kunci:Penyakit jantung koroner, Asma.
Read More
S-9856
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Uweisha Eraz Puteri; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar; Penguji: Artha Prabawa, Leny Latifah
Abstrak: Bunuh diri termasuk penyebab kematian ketiga pada remaja usia 10 hingga 19 tahun. Pada tahun 2016, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia diestimasikan sebesar 3,4 per 100.000 penduduk. Kematian akibat bunuh diri adalah sebuah fenomena gunung es, dimana besarnya masalah akan terlihat lebih jelas jika perilaku bunuh diri dimasukkan dalam perhitungan. Salah satu faktor utama perilaku bunuh diri remaja usia sekolah adalah bullying. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara bullying dengan perilaku bunuh diri ada pelajar SMP dan SMA di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel confounding. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data sekunder Global School Based Health Survey Indonesia 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 12-17 tahun (n = 8733). Analisis yang digunakan adalah analiss univariat, bivariat dan multivariabel dengan level kepercayaan 95%. Hasil analisis multivariabel dengan regresi logistik berganda, menunjukkan rasio odds terjadinya perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia yang pernah mengalami bullying dibandingkan dengan pelajar yang tidak pernah mengalami bullying adalah 2,27 (95% CI: 1,92-3,53). Selain itu, hasil analisis multivariabel juga mununjukan adanya variabel interaksi (variabel moderator/effect modifier) yaitu perilaku berkelahi dan kekerasan seksual. Strategi pencegahan bullying dan perilaku bunuh diri berbasis sekolah sangat diperlukan untuk mengurangi risiko perilaku bunuh diri pada pelajar. Kata kunci: Bunuh diri, Perilaku Bunuh Diri, Bullying Suicide is the third leading cause of death in adolescents aged 10 to 19 years old. In 2016, the death rate due to suicide in Indonesia was estimated at 3.4 per 100,000 population. Complete suicide is an iceberg phenomenon, where the problem will be seen more clearly if suicidal behavior was involved. One of the main factors that could intensify suicidal behavior risk among high school students is bullying. This study examined the association between bullying and suicide among high school student in Indonesia after adjusting for confounder variables. It was a secondary analysis of Global School Based Health Survey Indonesia 2015 which used cross sectional study design. Univariate, bivariate, and multivariable analyses were performed at 95% confidence level. Multivariable regression logistic model showed that students who had been bullied had 2.27 times greater odds of having suicidal behavior compared to students who had never experienced bullying (OR: 2,27; 95% CI: 1,92-3,53). Besides, we indicated that physical fighting, and sexual abuse as effect modifiers (moderator or interaction variables) that affect the association between bullying and suicidal behavior. School-based bullying and suicidal behavior prevention strategies are needed to reduce the risk of suicidal behavior among students. Key words: Suicide, Suicidal Behavior, Bullying
Read More
S-10338
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Faisal; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Artha Prabawa, Rinni Yudhi Pratiwi
S-6232
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive