Ditemukan 34034 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Delmaifanis; Promotor: Kemal Nazaruddin Siregar; Kopromotor: Anhari Achadi, Kalamullah Ramli; Penguji: Sabarinah, Sutanto Priyo Hastono, Tris Eryando, Indra Supradewi; Elizabeth Jane Soepardi
Abstrak:
Read More
Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah melalui pelayanan antenatal. Adanya transformasi digital menjadikan pelayanan antenatal juga perlu menerapkan kesehatan digital untuk meningkatkan kualitas layanan. Salah satu petugas yang berperan penting dalam pelayanan antenatal adalah bidan. Sebanyak 85% pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan, baik yang dilakukan di puskesmas maupun Praktik Mandiri Bidan. Untuk itu diperlukan model layanan antenatal oleh bidan yang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model layanan antenatal oleh bidan yang didukung Web-based Apps ‘Bundaqusehat’ untuk meningkatkan kualitas layanan antenatal dan promosi kesehatan ibu hamil. Metode penelitian adalah pengembangan sistem yang terdiri dari 5 tahap. Tahap 1 adalah systematic literature review, tahap 2 adalah analisis kebutuhan sistem, tahap 3 merupakan pengembangan model pelayanan antenatal dengan proses bisnis baru, tahap 4 pengembangan prototipe Web-based Apps ‘Bundaqusehat’, tahap 5 melakukan uji prototype Web-based Apps ‘Bundaqusehat’ yang terdiri dari; uji usability, uji penerimaan oleh bidan dan ibu hamil dan uji efikasi. Uji efikasi dilakukan dengan desain studi quasi experiment pretest and posttest with control group design. Fitur utama Web-based apps ‘Bundaqusehat’ adalah pengecekan penerapan 10T layanan antenatal, catatan kesehatan, deteksi risiko, reminder, promosi kesehatan, link rujukan, telekonsultasi, pemantauan gerakan janin, dan laporan real time. Penelitian dilakukan di wilayah Jakarta Barat. Sebagai kelompok intervensi adalah 30 bidan dan 30 ibu hamil di Puskesmas Cengkareng, dan 30 bidan dan 30 ibu hamil di Puskesmas Kalideres sebagai kontrol. Analisis statistik uji T menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil (p value=0,009), kepuasan ibu hamil (p value=0,001), kepatuhan minum tablet Fe (p value=0,030) dan pemantauan gerakan janin (p value=0,039). Model layanan antenatal yang didukung oleh Web-based Apps ‘Bundaqusehat’ cukup efektifitas meningkatkan kualitas layanan antenatal. Agar transformasi kesehatan dapat terlaksana, diperlukan ekosistem dalam implementasi kesehatan digital.
One of the efforts to reduce the Maternal Mortality Rate (MMR) is through antenatal care. The existence of digital transformation makes antenatal services also need to implement digital health to improve service quality. One of the officers who play an important role in prenatal checks is the midwife; as much as 85% of prenatal checks are carried out by midwives at health centres and in independent midwifery practices. For this reason, an effective and efficient model of antenatal care by midwives is needed. This study aims to develop a model of antenatal care by midwives supported by the Web-based application 'Bundaqusehat' to improve the quality of antenatal care and the health of pregnant women. The research method is system development which consists of 5 stages. Stage 1 is a systematic literature review; stage 2 is an analysis of system requirements; stage 3 is the development of an antenatal care model with new business processes; stage 4 is the development of a Web-based 'Bundaqusehat' Application prototype; stage 5 has been testing the 'Bundaqusehat' Web-Based Application prototype consisting of; usability test, acceptance test by midwives and pregnant women and efficacy test. The efficacy test was carried out using a quasi-experimental research design with a pretest and a posttest with a control group design. The main features of the web-based 'Bundaqusehat' application are checking the implementation of 10T antenatal services, health records, risk detection, reminders, health promotion, referral links, teleconsultation, fetal movement monitoring, and real-time reports. The research was conducted in the West Jakarta area. As the intervention group, there were 30 midwives and 30 pregnant women at the Cengkareng Health Center and 30 midwives and 30 pregnant women at the Kalideres Health Center as controls. Statistical analysis of the t-test showed an increase in knowledge of pregnant women (p-value = 0.009), the satisfaction of pregnant women (p-value = 0.001), adherence to taking Fe tablets (p-value = 0.030) and fetal movement monitoring (p-value = 0.039). The antenatal care model supported by the web-based 'Bundaqusehat' application effectively improves the quality of antenatal care. For health transformation to occur, an ecosystem is needed to implement digital health.
D-490
Depok : FKM-UI, 2023
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rikawarastuti; Promotor: Kemal Nazaruddin; Ko Promotor: Tris Eryando, Kalamullah Ramli; Penguji: Anhari Achadi, Besral, Toha Muhaimin, Lely Wahyuniar, Artha Prabawa
Abstrak:
Tingkat penularan HIV dari ibu ke anak di Indonesia merupakan peringkat tertinggi di dunia sehingga seorang bayi baru lahir di Indonesia berisiko lebih tinggi untuk menderita beban penyakit yang tinggi (HIV/AIDS). Hal ini karena ibu hamil tidak segera mengetahui status HIV dirinya melalui tes HIV dan penggunaan terapi Anti Retroviral (ARV) yang mampu mencegah penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke anaknya juga masih rendah. Tujuan penelitian ini mengembangkan suatu intervensi kesehatan digital berupa mHealth untuk peningkatan kinerja bidan dalam perbaikan cakupan dan kualitas layanan PPIA. Metode penelitian adalah studi longitudinal dengan intervensi kesehatan digital (mHealth). Penelitian dilakukan 6 tahap. Tahap 1: Systematic literature review; Tahap 2. Rapid asesmen dan analisis kebutuhan intervensi kesehatan digital; 3. Pengembangan model intervensi kesehatan digital; Tahap 4: Pengembangan prototipe mHealth PPIA; Tahap :5 Uji penerimaan bidan terhadap prototipe mHealth PPIA; Tahap 6. Uji efikasi intervensi kesehatan digital mHealth PPIA. Uji efikasi dilakukan dengan desain studi Quasi experiment pre and post intervention with control group design. Kelompok intervensi adalah bidan puskesmas wilayah Kecamatan Cengkareng dan kelompok kontrol adalah bidan puskesmas wilayah Kecamatan Gambir dan wilayah Kecamatan Koja. Intervensi dilakukan selama 3 bulan. Analisis statistik dilakukan dengan analsis kaskade untuk mengukur keberhasilan intervensi kesehatan digital (mHealth) meningkatkan kinerja bidan dalam perbaikan cakupan dan kualitas layanan PPIA. Penelitian ini menghasilkan sebuah prototipe mHealth PPIA yang mengakomodir entitas eksternal (bidan, ibu hamil HIV positif, penanggung jawab program HIV), mengintegrasikan data, memiliki fitur model prediksi HIV, sistem rujukan digital, sistem alert dan reminder serta dashboard monitoring system. Selama 3 bulan intervensi, terjadi peningkatan penerimaan bidan terhadap penggunaan mHealth PPIA setiap bulan. Efikasi penggunaan mHealth ditunjukkan dengan perbaikan kaskade layanan PPIA berupa tes HIV dan terapi ARV (test and treat) yang diperoleh secara realtime, Pencapaian kaskade layanan PPIA terjadi pada perbaikan kinerja tes HIV pada kelompok intervensi dimana sebelum intervensi proporsi tes HIV sebesar 81,64% dan sesudah intervensi proporsi tes vii Universitas Indonesia HIV 100%. Terjadi perbaikan terapi ARV dimana kualitas kepatuhan terapi ARV pada kelompok intervensi sesudah penggunaan mHealth menjadi terukur dan objektif dengan adanya bukti foto minum obat ARV dibandingkan kelompok intervensi sebelum penggunaan mHealth maupun kelompok kontrol.
Read More
D-440
Depok : FKM-UI, 2021
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Roikhatul Jannah; Promotor: Budi Utomo Kopromotor: Ahmad Syafiq, Wahyuddin; Penguji: Endang Laksminingsih, Sudarto Ronoatmodjo, Bambang Trisnowiyanto, Indra Supradewi
Abstrak:
Read More
Masalah persalinan yang berdampak traumatik terhadap keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (BBL) membutuhkan strategi layanan fisioterapi antenatal yang kontekstual dengan budaya sedentari. Untuk itu, penting adanya model strategis persalinan positif, yaitu persalinan berkualitas yang aman, selamat ibu dan bayi sehat, melebihi harapan. Berbagai upaya dikembangkan dengan mengoptimalkan faktor yang berkontribusi. Penelitian ini berkontribusi untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran fisik pada masa kehamilan dalam model layanan Fisioterapi Antenatal (FA) “Gerak Musik” Intensif Kebugaran untuk Hamil-bersalin Aman-sehat (IKHA). Yaitu, program olahraga untuk ibu hamil yang menggabungkan unsur aerobic, stretching dan strengthening dalam satu rangkaian gerak terstruktur. Dari permasalahan itu, rumusan masalah penelitian ini “bagaimana layanan model FA IKHA untuk persalinan positif?” Tujuannya, untuk mengetahui bagaimana efektifitas dan feasibilitas dari layanan FA IKHA untuk persalinan positif. Metode penelitian dirancang dengan pendekatan prospektif dengan desain campuran: Kuantitatif quasi eksperimental dua grup dengan kontrol untuk tahap evaluasi efektifitas, dan kualitatif pada penilaian feasibilitas model. Penelitian melibatkan ibu hamil dan provider kesehatan bidan dan dokter sebagai sampel. Total 48 ibu yang dipilih berdasarkan purposive sampling yang berpartisipasi pada tahap efektivitas. Terbagi dalam kelompok perlakuan (n=24) dan kontrol (n=24). Sampel untuk tahap feasibilitas dipilih dengan convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan intervensi FA IKHA pada ibu dengan usia kehamilan 22 minggu, dilanjutkan dengan pengisian kuesioner kualitas persalinan yang dikembangkan dari modifikasi Birth Satisfaction Scale (BSS) dan Childbirth Experience Questionnaire (CEQ) satu minggu pascasalin. Proses analisis pada tahap efektivitas dilakukan dengan uji statistik. Uji chi square digunakan untuk melihat perbedaan data kategorik dan uji t-test untuk variabel kontinyu. Pada tahap feasibilitas digunakan analisis Rapid Assessment Procedure (RAP). Hasil menunjukkan bahwa pada tahap efektivitas, proporsi perbandingan persalinan positif lebih tinggi pada kelompok perlakuan (67%) daripada kontrol (40.4%) dengan p-value=0.014. Pada komponen kualitas persalinan lain yang menunjukkan beda signifikan secara statistik antara kelompok perlakuan dan kontrol ditemukan pada metode persalinan, nyeri persalinan, laserasi perineum, perdarahan, durasi kala II, penggunaan forceps, proses induksi, dan penggunaan obat antinyeri. Pada tahap feasibilitas model FA IKHA mendapat penerimaan secara antusias karena manfaat yang dirasakan oleh ibu hamil dan bidan, aman, serta mengandung unsur menghibur. Kesimpulan: Layanan model FA IKHA sangat strategis untuk persalinan positif dengan menimbang efektivitas dan feasibilitas yang dirasakan oleh ibu dan proviser dari masa kehamilan sampai persalinan. Rekomendasi: Dengan kebijakan model FA IKHA yang diterapkan menjadi bagian layanan antenatal terpadu secara lebih luas di faskes tingkat satu, maka semakin banyak ibu yang mendapatkan persalinan positif.
Childbirth process problems that have a traumatic impact on the safety and health of mothers and newborns require antenatal physiotherapy service strategies that are contextual to a sedentary culture. For this reason, it is important to have a strategic model for positive childbirth, the better quality of childbirth, those safe and healthy for mother newborn, beyond the expectations. Various efforts have been developed to optimize contributing factors. This research contributes to maintaining and improving physical fitness during pregnancy in the Intensive Fitness Antenatal Physiotherapy service model for Safe and Healthy Pregnancy to Childbirth (FA IKHA). It is an exercise program for pregnant women that combines aerobic, stretching and strengthening elements in one structured series of movements. It raise question research "how is the FA IKHA model service for positive childbirths?" The aim is to find out the effectiveness and feasibility of the FA IKHA service for positive childbirths. The research method was designed using a prospective approach with a mixed design: Quantitative quasi-experimental two groups with controls for the effectiveness evaluation stage, and qualitative for assessing the model's feasibility. The research involved pregnant women and health providers, midwives and doctors as samples. A total of 48 mothers selected based on purposive sampling participated in the effectiveness stage. Divided into treatment (n=24) and control (n=24) groups. The sample for the feasibility stage was selected using convenience sampling. Data collection was carried out by implementing the FA IKHA intervention on mothers at 22 weeks' gestation, followed by filling in a birth quality questionnaire developed from the modified Birth Satisfaction Scale (BSS) and Childbirth Experience Questionnaire (CEQ) one week postpartum. The analysis process at the effectiveness stage is carried out using statistical tests. The chi square test is used to see differences in categorical data and the t-test for continuous variables. At the feasibility stage, Rapid Assessment Procedure (RAP) analysis is used. The results show that at the effectiveness stage, the proportion of positive birth comparisons was higher in the treatment group (67%) than the control (40%) with p-value=0.002. Other components of delivery quality that showed statistically significant differences between the treatment and control groups were found in the method of delivery, labor pain, perineal lacerations, bleeding, duration of the second stage, use of forceps, induction process, and use of pain medication. At the feasibility stage, the FA IKHA model received enthusiastic acceptance because of the benefits felt by pregnant women and midwives, it was safe, and contained entertaining elements. Conclusion: The FA IKHA model service is very strategic for positive childbirth by considering the effectiveness and feasibility benefit for mother and provider from pregnancy to childbirth. Recommendation: With the FA IKHA model policy implemented as part of wider integrated antenatal services in primary health facilities, more mothers will have positive births.
D-530
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lisa Trina Arlym; Promotor: Endang L. Achadi; Kopromotor: Dwiana Ocviyanti, Yekti Widodo; Penguji: Besral, Kusharisupeni, Evi Martha, Anies Irawati, Indra Supradewi
Abstrak:
Berat dan panjang badan lahir mencerminkan pertumbuhan janin. ANC yang berkualitas dan frekuensi kunjungan ANC yang memadai merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dan intervensi gangguan pertumbuhan janin. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kepatuhan bidan dan ibu hamil dalam program ANC terhadap berat dan panjang badan lahir. Metode penelitian adalah mixed method dengan pendekatan potong lintang. Tahap kuantitatif menggunakan data sekunder dari studi kohor tumbuh kembang anak tahun 2012-2018 di Kota Bogor. Tahap kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan kepatuhan bidan melakukan standar 5T (timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemeriksaan Hb dan pemberian tablet tambah darah) sebesar 76,3% pada semua kunjungan dan 72,1% sesuai program (K1-K4). Kepatuhan bidan berpengaruh terhadap panjang badan lahir (p=0,04) dengan RR 1,5 dan kepatuhan ibu hamil berpengaruh terhadap berat badan lahir (p=0,047) dengan RR 1,6. Bidan dan ibu hamil patuh menghasilkan berat badan lahir lebih berat 93,51 gram (p=0,045) dan panjang badan lahir lebih panjang 0,46 cm (p=0,007) dibandingkan salah satu saja yang patuh. Bidan dan ibu patuh menghasilkan berat badan lahir lebih berat 166,1 gram (p=0,006) dan panjang badan lahir lebih panjang 0,54 cm (p=0,064) dibandingkan keduanya tidak patuh. Sebaiknya kepatuhan tidak hanya dari pihak ibu hamil tetapi juga dari bidan
Read More
D-454
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Kusuma, Inggar Ratna; Promotor: Rita Damayanti; Kopromotor: Sabarinah; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Sutanto Priyo Hastono, Irwanto, Hadi Susiarno, Maria Gayatri, Indra Supradewi
Abstrak:
Read More
Pendahuluan Cakupan kontrasepsi modern Keluarga Berencana Pascapersalinan (KBPP) di Indonesia baru mencapai 49.1 %, rendah dibandingkan target pemerintah 70 %. Upaya meningkatkan prevalensi penggunaan kontrasepsi modern KBPP diantaranya melalui komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan konseling berkualitas oleh bidan. Bidan berkontribusi dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) sebanyak 55.90 % dan menjadi rujukan sumber informasi KB terbanyak 19 %.Method Information Indek (MII) kualitas konseling KB Indonesia masih rendah 46.74 %. Rendahnya kualitas konseling menyebabkan tingginya angka unmet needs dan drop out KB. Kejadian drop out KB terbanyak karena efek samping 28.90 %. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kualitas konseling pelayanan KBPP terhadap penggunaan kontrasepsi modern postpartum di Jawa Tengah. Metode Desain kuantitatif kohort prospektif. Menganalisis perbandingan pengaruh kualitas konseling pelayanan kebidanan KBPP terhadap intensi dan penggunaan kontrasepsi modern postpartum di wilayah Strategi Konseling Berimbang (SKB) dan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK). Hasil Konseling KBPP meningkatkan 3.43 x (CI 95 %, 1.31-4.52) intensi penggunaan KBPP pada ibu hamil. Intensi meningkatkan 4.37 x (CI 95 %, 3.16-9.02) penggunaan KBPP. Konseling meningkatkan 5.05 x (CI 95%, 3.19-10.63) penggunaan KBPP. Dampak konseling SKB meningkatkan 1.517 x intensi KBPP dan 0.8 x penggunaan KBPP namun, metode konseling berpengaruh secara statistik tapi tidak berpengaruh secara substansi terhadap intensi dan penggunaan KBPP Kesimpulan Konseling penting untuk meningkatkan intensi dan penggunaan KBPP menggunakan metode konseling apapun. Frekuensi ideal pemberian konseling minimal 5x sejak hamil. Waktu pemasangan KBPP terbaik pada 0-3 hari postpartum saat ibu di fasilitas kesehatan Kata Kunci : Kualitas konseling, Asuhan kebidanan berkesinambungan, KBPP
Introduction Postpartum Family Planning (PPFP) coverage in Indonesia has reached 49.1%. Midwives have an important role in increasing the prevalence of PPFP through the quality of family planning counseling. The contribution of midwives in family planning services is 55.90%. The Method Information Index (MII) in Indonesia is still limited at 46.74 %. The lack of quality counseling causes a high number of family planning dropouts, mostly due to side effects of 28.90%. Therefore, this study aimed to determine the effect of the quality of PPFP by midwifery counseling services on the use of modern postpartum contraception in Central Java. Methods This study employed a prospective cohort quantitative approach. It analyzed a comparison of the influence quality of PPFP by midwifery service counseling on the use of modern postpartum contraception in areas that use balanced counseling (SKB) and Decision Making Aids (ABPK) The results of PPFP counseling raised the intention to utilize KBPP by 3.43 times (95% CI, 1.31-4.52) among pregnant women. The intention to utilize PPFP increased by 4.37 times (95% CI, 3.16-9.02). Counseling increased PPFP use by 5.05 times (95% confidence interval, 3.19-10.63). The impact of SKB counseling raised 1.517 PPFP intentions and 0.8 PPFP use; However, the counseling method showed a statistically significant but small influence on PPFP intentions and use. Conclusion Counseling is essential for increasing PPFP intention and use, regardless of the counseling modality used. The optimal frequency of counseling is at least five times since pregnancy. The optimal period to install PPFP is between 0 and 3 days after birth, while the mother is in a health facility. Keywords: Quality Counseling, Continuity of Care Midwifery, PPFP
D-538
Depok : FKM UI, 2024
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Brian Sriprahastuti; Promotor: Purnawan Junadi; Ko-Promotor: Hadi Pratomo, Tris Eryando; Penguji: Anhari Achadi, Adang Bachtiar, Trihono, Harimat Hendarwan, Dumilah Ayuningtyas, Ede Surya Darmawan
D-301
Depok : FKM-UI, 2014
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Diah Setia Utami; Promotor: Budi Utomo; Ko-Promotor: Sabarinah Prasetyo, Eunike Sri Tyas; Penguji: Anhari
Achadi, Kemal Nazaruddin Siregar, Rita Damayanti, Hartati Kurniadi, Fidiansjah
Abstrak:
Penggunaan Amphetamine Type Stimulants (ATS) di Indonesia meningkat secara signifikan, sehingga tren penggunaan narkotika berubah. Cara penggunaan juga berubah dari mayoritas melalui jarum suntik menjadi melalui alat isap (bong). Penggunaan ini berpotensi menularkan infeksi saluran pernafasan akut seperti TBC dan pneumonia, selain itu penggunaan ATS memberi efek stimulan yang lebih meningkatkan risiko gangguan kardiovaskuler dan gangguan psikiatris. Efek ATS terhadap fisik, psikis maupun sosial, yang berbeda dari penggunaan zat non-ATS perlu mendapatkan intervensi yang spesifik. Saat ini model layanan rehabilitasi yang tersedia memberikan layanan yang sama kepada seluruh pengguna narkotika, sehingga belum memenuhi layanan rehabilitasi spesifik bagi pengguna ATS. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari layanan rehabilitasi yang ada, dan selanjutnya membuat usulan model layanan rehabilitasi khusus pengguna ATS. Metode penelitian adalah kombinasi kuantitatif dan kualitatif. Untuk mempelajari pelayanan yang tersedia saat ini, dilakukan studi kuantitatif membandingkan indikator keluaran yaitu produktivitas dan kekambuhan dari klien yang telah selesai dirawat di One Stop Center (OSC) dan Community Based Unit (CBU) dengan wawancara menggunakan kuesioner. Untuk membuat usulan model dilakukan studi kualitatif dengan wawancara mendalam kepada klien pengguna ATS, manajer program dan kepala OSC; telaah literatur dan telaah data sekunder; serta diskusi kelompok terarah terhadap petugas layanan rehabilitasi, program manajer, akademisi, organisasi profesi dan pengambil kebijakan. Hasil studi awal memperlihatkan tidak adanya perbedaan indikator keluaran pada pengguna ATS yang direhabilitasi di OSC maupun CBU (p>0,05). Ini berarti, perbedaan sumber daya dan metode layanan tidak menghasilkan perbedaan luaran terhadap pengguna ATS. Ditengarai beberapa kelemahan dari layanan yang tidak spesifik bagi pengguna ATS, mencakup prosedur skrining dan asesmen yang belum memisahkan kondisi klinis dan penyulit, intervensi yang belum sesuai dengan kondisi dan tujuan rehabilitasi individu, penilaian faktor risiko dan kualitas hidup belum dilakukan dan belum adanya monitoring evaluasi untuk indikator mutu layanan rehabilitasi. Berdasarkan hasil ini, diusulkan model layanan rehabilitasi bagi pengguna ATS. Model dikembangkan mengacu pada alur perjalanan klinis penggunaan ATS, meliputi metode intervensi sesuai kategori dan kebutuhan individu -terutama perlunya skrining dan asesmen terhadap risiko gangguan psikiatrik-, kemudian kebutuhan sarana prasarana minimal -terutama terkait perlunya ruang observasi psikiatrik-, dan terakhir, kapasitas minimal SDM -khususnya keterampilan penilaian psikopatologi gejala gangguan psikiatris serta kompetensi dalam penatalaksanaan dasar gangguan penggunaan narkotika disertai gangguan mental dan fisik (co-occurring disorders). Diperlukan uji coba lebih lanjut guna menilai penerapannya dalam berbagai tatanan layanan rehabilitasi di Indonesia.
Major drug of abused in Indonesia has changed from heroin to amphetamine type stimulants (ATS) recently. Major route of administration has also changed from injection of heroin to smoking of ATS. Unlike heroin users who tended to be dependent, ATS users in general tended to be a recreational user. However, pattern of ATS usage has also potential risks, such as respiratory diseases -like TB and pneumonia-, as well as cardiovascular diseases and psychiatric disorders. Effects of ATS towards physical, psychological and social of its users were different with other non-ATS users, while existing drug treatment and rehabilitation program tended to provide ?one-size fits all?-where all clients received similar program and approach regardless their uniqueness and background. Therefore, there is a need to develop specific intervention for ATS users who need treatment. This study was aimed to provide drug rehabilitation model for ATS users that can accommodate individual needs and minimize harmful effect of its usage. This study applies both qualitative and quantitative methods. Study population is stakeholders from One Stop drug-treatment Center (OSC) and Community Based drug-treatment Unit (CBU), includes clients, clinical staff and management. Primary data is taken from three sources, first, clients who have completed treatment program, second, from literature review, and third, from secondary data review. The results of primary data analysis showed that there was no significance difference of treatment outcome between OSC and CBU (p>0,05). Meaning that different resources and approaches does not differentiate treatment outcomes toward ATS users. Existing rehabilitation programs have not accommodate ATS users specific needs. Existing drug treatment and rehabilitation program had potential limitation in treating ATS users. The study proposes drug rehabilitation model for ATS users which theoretically can accommodate their specific needs. The model covers intervention method which is based on individual needs and categories -particularly screening and assessment of psychiatric problem risks-, then minimum facilities requirements -particularly availability of psychiatric observation room-, and lastly, human resources capacity -particularly competencies in screening and assessing psychiatric signs and symptoms, as well as managing co-occurring disorder-. This model will be piloted in various rehabilitation setting. This model will be piloted in various rehabilitation setting to review its applicability in the field.
Read More
D-325
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Eny Kusmiran; Promotor: Hadi Pratomo; Kopromotor: Agustin Kusumayati; Penguji: Budi Anna Keliat; Anggota: Sabarinah B Prasetyo, Dumilah Ayuningtyas, Wachyu Sulistiadi, Asep Supena, Fitri Haryanti
D-353
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
☉
Dewa Ayu Putu Mariana Kencanawati; Promotor: Evi Martha; Kopromotor: Sabarinah, Ermi Ndoen; Penguji: Dewi Susanna, Purwadi Soeriadiredja, Lukman Hakim, Indra Supradewi, Bringiwatty Batbual
Abstrak:
Read More
Pencegahan malaria dalam kehamilan dilakukan melalui penggunaan kelambu berinsektisda sepanjang kehamilan yaang diperoleh melalui layanan ANC terpadu dengan pelayanan malaria. Faktor sosial budaya menjadi penentu ibu hamil untuk mengakses layanan ANC dan mendapatkan kelambu berinsektisida. Kecamatan Kodi Utara merupakan salah satu daerah endemis malaria di Pulau Sumba. Ibu hamil yang tinggal di wilayah ini beresiko tinggi terinfeksi malaria namun akses ibu hamil terhadap kelambu dan pemanfaatannya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun sebuh model pemberdayaan masyarakat berbasis sosial budaya untuk dapat meningkatkan penggunaan kelambu berinsektisida di Kecamatan Kodi Utara. Desain pada penelitian ini menggunakan mix method dengan desain exploratory sequensial dengan subjek penelitian adalah ibu hamil. Jumlah sampel pada penelitian sebesar 144 ibu hamil yaitu 71 ibu hamil pada kelompok kontrol dan 73 ibu hamil pada kelompok intervensi. Efek intervensi diketahui dengan menggunakan analisis diference in difference. Setelah dilakukan identifikasi sosial budaya dan bentuk partisipasi masyarakat terkait penggunaan kelambu berinsektisida, kemudian disusun model pemberdayaan masyarakat berdasarkan hasil identifikasi tersebut dan kemudian intervensi dilakukan selama 2 bulan pada kelompok intervensi terdapat peningkatan pengetahuan ibu sebesar 21,13% dan praktik penggunaan kelambu yang benar sebesar 20,83% lebih baik daripada kelompok kontrol. Peneliti menyarankan agar dalam menyusun sebuah strategi pencegahan malaria dalam kehamilan dengan mempertimbangkan faktor sosial budaya dan melibatkan secara aktif setiap komponen masyarakat. selain itu secara regulasi perlu untuk membuat aturan turunan mengenai edukasi penggunaan kelambu berinsektisida kepada ibu hamil yang dilakukan saat pembagian kelambu ru tin pada layanan malaria terinterasi KIA di Kabupaten Sumba Barat Daya
Malaria prevention during pregnancy is achieved through the use of insecticide-treated mosquito nets, which can be obtained through integrated ANC services that include malaria services. Socio-cultural factors are determinants of pregnant women's access to ANC services and obtaining insecticide-treated mosquito nets. Kodi Utara District is one of the malaria-endemic areas on Sumba Island. Pregnant women who live in this area are at high risk of being infected with malaria, but pregnant women's access to mosquito nets and their utilization are still low. This study aims to develop a model of community empowerment based on socio-culture to increase the use of insecticide-treated mosquito nets in the Kodi Utara District. The design in this study used a mixed-methods method with an exploratory sequential design with pregnant women as the research subjects. The number of samples in the study was 144 pregnant women, namely 71 pregnant women in the control group and 73 pregnant women in the intervention group. The effect of the intervention was known using difference-in-difference analysis. After the identification of socio-cultural and forms of community participation related to the use of insecticide-treated mosquito nets, a community empowerment model was then prepared based on the results of the identification and then the intervention was carried out for 2 months in the intervention group there was an increase in maternal knowledge by 21.13% and the practice of using mosquito nets correctly by 20.83% better than the control group. The researcher suggests that in developing a malaria prevention strategy in pregnancy, consideration should be given to socio-cultural factors and actively involving every component of society. In addition, in terms of regulation, it is necessary to make derivative rules regarding education on the use of insecticide-treated mosquito nets for pregnant women, which is carried out during routine mosquito net distribution at integrated malaria services for KIA in West Sumba Regency
D-583
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
