Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 18915 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Joses Felix Sendow; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Popy Yuniar, Mutmainah Indriyati
Abstrak:
Ibu hamil merupakan kelompok yang rentan terinfeksi Covid-19. Tren Angka Kematian Ibu akibat Covid-19 terus meningkat setiap tahun. Vaksin Covid-19 sebagai tindakan preventif yang terbukti aman untuk menghindari risiko penyakit Covid-19. Penerimaan vaksin Covid-19 pada ibu hamil masih tergolong rendah. Penelitian ini bertujun untuk mengetahui apa saja determinan yang memengaruhi peneriman vaksin Covid-19 pada ibu hamil di berbagai negara. Metode digunakan yaitu panduan PRISMA Extension untuk scoping review (PRISMA-ScR) yaitu mengidentifikasi literatur secara komprehensif tentang topik penelitian dari berbagai sumber. Database online berasal dari PubMed, Google Scholar, Springelink, dan Science Direct. Literasi dibatasi pada artikel yang meneliti setelah vaksin Covid-19 direkomendasikan bagi ibu hamil. Data diekstraksi disintesis dengan pendekatan naratif dan hasilnya direpresentasikan secara grafis dengan gambar dan angka yang sesuai tabel. Pencarian artikel didapatkan 38 artikel yang terpilih. Terdapat 17 determinan penerimaan vaksin Covid-19 pada ibu hamil di berbagai negara antara lain: pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, informasi yang beredar mengenasi vaksin, keamanan dan efektivitas vaksin, efek samping vaksin, minggu kehamilan, ras, usia, telah mendapatkan vaksin sebelumnya, riwayat penyakit, risiko kehamilan, pendapatan, daerah tempat tinggal, rekomendasi tenaga kesehatan, kepercayaan terhadap pemerintah serta tenaga kesehatan dan dukungan pasangan atau keluarga atau teman. Beberapa keterbatasan penelitian pada artikel yang dipilih yaitu pemilihan besar sampel, bias seleksi, pengambilan data secara online, instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri yang rentan terhadap bias respon, survei menggunakan survei anonim. Faktor yang mendasari penerimaan vaksin Covid-19 pada ibu hamil sangat kompleks dan spesifik konteks, bervariasi sepanjang waktu, variabel sosio-demografis sangat berperan didalamnya. Pemerintah bisa menggunakan strategi yang disesuaikan dengan budaya dan sosio-psikologis untuk meningkatkan penerimaan cakupan vaksinasi Covid-19 pada ibu hamil.

Pregnant women are a vulnerable group to Covid-19 infection. The trend of maternal mortality due to Covid-19 continues to increase every year. The Covid-19 vaccine is a preventive measure that has been proven safe to avoid the risk of Covid-19 disease. Acceptance of the Covid-19 vaccine in pregnant women is still relatively low. This study aims to find out what are the determinants that affect the acceptance of the Covid-19 vaccine in pregnant women in various countries. The method used is the PRISMA Extension guide for scoping review (PRISMA-ScR), which is to comprehensively identify literature on research topics from various sources. Online databases came from PubMed, Google Scholar, Springelink, and Science Direct. Literacy was limited to articles that examined after the Covid-19 vaccine was recommended for pregnant women. Extracted data were synthesized with a narrative approach and the results were represented graphically with figures and numbers corresponding to the table. The article search obtained 38 selected articles. There are 17 determinants of Covid-19 vaccine acceptance in pregnant women in various countries including: knowledge, education, occupation, information circulating about vaccines, vaccine safety and effectiveness, vaccine side effects, weeks of pregnancy, race, age, having received a previous vaccine, disease history, pregnancy risk, income, area of residence, health worker recommendations, trust in government and health workers and support from spouses or family or friends. Some research limitations in the selected articles are the selection of sample size, selection bias, online data collection, research instruments using self-administered questionnaires that are prone to response bias, surveys using anonymous surveys. The factors underlying the acceptance of the Covid-19 vaccine in pregnant women are complex and context-specific, varying over time, socio-demographic variables play a role. The government can use culturally and socio-psychologically tailored strategies to increase acceptance of Covid-19 vaccination coverage in pregnant women.
Read More
S-11433
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Patricia Roulina; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Besral, Lina Antono
Abstrak:
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal, sehingga menjadi penyebab utama kematian dini. Prevalensi hipertensi pada orang dewasa usia 30−79 tahun di dunia mencapai 33% di tahun 2019. Hipertensi dapat terjadi pada berbagai kelompok, termasuk pekerja, yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan jangka panjang. Identifikasi faktor risiko hipertensi penting dilakukan sebagai dasar upaya pencegahan. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan menganalisis data sekunder medical check up, pengukuran komposisi tubuh, dan data karakteristik pekerja tahun 2024. Prevalensi hipertensi pada pekerja PT X tahun 2024 sebesar 10,3%. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan signifikan antara usia, masa kerja, dislipidemia, komposisi tubuh, dan dimensi lemak dengan hipertensi. Risiko hipertensi meningkat pada pekerja usia 40−49 tahun (AOR: 3,22) dan ≥ 50 tahun (AOR: 4,15), masa kerja > 20 tahun (AOR: 3,83), dislipidemia (AOR: 1,55), komposisi tubuh lemak tinggi dan otot rendah (AOR: 2,15), dan dimensi lemak tinggi (AOR: 2,46). Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan melalui edukasi kesehatan, pemeriksaan tekanan darah dan komposisi tubuh secara berkala, serta pengembangan program penurunan kadar lemak tubuh untuk menekan risiko hipertensi.


Hypertension can lead to serious complications such as heart disease, stroke, and kidney failure, making it a leading cause of premature death. The global prevalence of hypertension among adults aged 30–79 years reached 33% in 2019. Hypertension can affect various population groups, including workers, impacting their productivity and long-term health. Identifying hypertension risk factors is important to support targeted prevention efforts. This study used a cross-sectional design by analyzing secondary data from medical check-up, body composition measurement, and worker characteristic in 2024. The prevalence of hypertension among PT X workers in 2024 was 10.3%. The analysis showed significant associations between age, work tenure, dyslipidemia, body composition, and fat dimension with hypertension. The risk of hypertension increased among workers aged 40–49 years (AOR: 3,22) and ≥ 50 years (AOR: 4,15), with work tenure > 20 years (AOR: 3,83), dyslipidemia (AOR: 1,55), high body fat and low muscle composition (AOR: 2,15), and high fat dimension (AOR: 2,46). Therefore, preventive efforts through health education, regular blood pressure and body composition monitoring, and fat reduction programs are needed to control the risk of hypertension.
Read More
S-12111
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yudha Joniyan Syahputra; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Popy Yuniar, Ely Setyawati
Abstrak:
Latar belakang: Diare masih menjadi permasalahan Kesehatan secara global maupun nasional. Di Indonesia, Jawa Barat memiliki persentase kejadian diare pada balita sebesar 11%. Angka ini tertinggi ke-5 secara nasional dan paling tinggi di pulau Jawa. Berbagai intervensi sudah dilakukan guna mengurangi angka diare pada balita. Namun, masih tingginya kejadian diare pada balita di Jawa Barat membuat penelitian ini diperlukan untuk mengidentifikasi determinan kejadian diare pada balita di Jawa Barat. Metode: Penelitian ini menggunakan data SKI 2023 dengan total sampel sebanyak 913 balita. Desain studi yang digunakan yaitu cross-sectional. Data dianalisis berdasarkan complex sample secara univariat, bivariat dengan uji chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistic berganda. Hasil: Faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita di Jawa Barat adalah drainase limbah (p-value 0,004; OR 2,188; CI 1,283-3,733) dan fasilitas cuci tangan (p-value 0,044; OR 1,808; CI 1,017-3,213), sedangkan untuk sumber air minum dan pengolahan air minum menjadi variabel confounding. Kesimpulan: Upaya optimalisasi sanitasi di masyarakat masih perlu ditingkatkan, di samping itu upaya pencegahan masih perlu dimasifkan untuk meningkatkan keberhasilan penurunan prevalensi kejadian diare pada balita di Jawa Barat.


Background: Diarrhea remains a significant health problem globally and nationally. In Indonesia, West Java has a diarrhea prevalence of 11% among under-five children. This figure is the 5th highest nationally and the highest on Java Island. Various interventions have been implemented to reduce diarrhea rates in under-five children. However, the persistently high incidence of diarrhea in under-five children in West Java necessitates this research to identify the determinants of diarrhea incidence in under-five children in West Java. Methods: This study utilized SKI 2023 data with a total sample of 913 under-five children. A cross-sectional study design was employed. Data were analyzed using complex sample analysis, including univariate, bivariate with chi-square test, and multivariate with multiple logistic regression. Results: Factors significantly associated with diarrhea incidence in under-five children in West Java were wastewater drainage (p-value 0.004; OR 2.188; CI 1.283-3.733) and handwashing facilities (p-value 0.044; OR 1.808; CI 1.017-3.213), while drinking water source and drinking water treatment were identified as confounding variables. Conclusion: Efforts to optimize community sanitation still need to be improved. Furthermore, prevention efforts need to be intensified to enhance the successful reduction of diarrhea prevalence in under-five children in West Java.
Read More
S-12090
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Uswatun Khasanah; Pembimbing: Artha Prabawa; Penguji: Popy Yuniar, Julie Rostina
Abstrak:
Masa neonatal yakni 28 hari pertama kehidupan merupakan periode paling kritis bagi kelangsungan hidup bayi karena tingginya risiko untuk mengalami kematian pada fase ini. Berdasarkan laporan SKI 2023, Indonesia berada di posisi ketiga untuk AKN tertinggi di Asia Tenggara yakni 9,3 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Data terkini mengungkapkan peningkatan yang cukup signifikan, dimana kasus kematian neonatal melonjak dari 20.882 pada tahun 2022 menjadi 29.954 pada tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kematian neonatal pada peserta BPJS Kesehatan Tahun 2015-2022. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan menganalisis data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2022, mencakup bayi baru lahir (0-28 hari) yang melakukan kunjungan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosioekonomi (status ekonomi dan tempat tinggal) dan faktor neonatus (jenis kelamin, usia saat kunjungan dan berat badan lahir) memiliki hubungan yang signifikan (p-value: 0,000) terhadap kematian neonatal. Dengan hasil berat badan lahir rendah memiliki risiko 4,1 kali lebih berisiko untuk mengalami kematian neonatal (OR: 4,1 95% CI: 3,74-4,55), kemudian neonatus yang melakukan kunjungan di usia 0-7 hari 3,4 kali berisiko mengalami kematian neonatal (OR: 3,4 95% CI: 2,64-4,43), neonatus perempuan memiliki risiko 0,8 kali lebih rendah untuk mengalami kematian neonatal (OR: 0,8 95% CI: 0,74-0,88), dan untuk neonatus yang berada di luar pulau jawa memiliki risiko 1,3 kali lebih berisiko untuk mengalami kematian neonatal (OR: 1,31, 95% CI: 1,21-1,43) serta neonatus dengan status ekonomi kurang memiliki risiko 1,8 kali lebih untuk mengalami kematian neonatal (OR: 1,89, 95% CI: 1,79-2,06).



The neonatal period, the first 28 days of life, is the most critical phase for infant survival due to the high risk of mortality. According to SKI 2023, Indonesia ranks third for the highest neonatal mortality rate in Southeast Asia at 9.3 deaths per 1,000 live births. Recent data shows a significant increase, with neonatal deaths rising from 20,882 cases in 2022 to 29,954 in 2023. This study aims to identify factors associated with neonatal mortality among BPJS Kesehatan participants from 2015-2022. Using a cross-sectional design, we analyzed BPJS Kesehatan data of newborns (0-28 days) visiting Advanced-Level Health Facilities (FKRTL). Results show that socioeconomic factors (economic status and residence) and neonatal factors (sex, age at visit, and birth weight) significantly correlate with neonatal mortality (p-value: 0,000). With low birth weight having a 4.1 times higher risk of experiencing neonatal death (OR: 4,1 95% CI: 3,74-4,55), then neonates who have visits at 0-7 days old have a 3.4 times higher risk of experiencing neonatal death (OR: 3,4 95% CI: 2,64-4,43), female neonates have a 0.8 times lower risk of experiencing neonatal death (OR: 0,8 95% CI: 0,74-0,88), and neonates who are outside of Java Island have a 1,3 times higher risk of experiencing neonatal death (OR: 1,31, 95% CI: 1,21-1,43) as well as neonates with poor economic status having a 1,8 times higher risk of experiencing neonatal death (OR: 1,89, 95% CI: 1,79-2,06).
Read More
S-12085
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Salsabilla Tiara; Pembimbiing: Rico Kurniawan; Penguji: Besral, Ananda
Abstrak:
Latar belakang: Obesitas sentral adalah penumpukan lemak di daerah abdomen yang dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit tidak menular lainnya. Prevalensi obesitas sentral di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor sosiodemografi, faktor perilaku, faktor gangguan mental emosional, dan faktor riwayat penyakit dengan kejadian obesitas sentral pada usia dewasa di Indonesia pada tahun 2023. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKI 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan analisis regresi logistik berganda. Besar sampel yang didapatkan sebesar 455.036 dengan rincian sampel perempuan sebesar 253.055 dan sampel laki-laki sebesar 202.251. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi obesitas sentral pada perempuan mencapai (65,4%), sementara pada laki-laki mencapai (25,1%). Penelitian ini menunjukan bahwa riwayat penyakit berhubungan signifikan dan menjadi faktor dominan terhadap kejadian obesitas sentral pada seluruh populasi (AOR Perempuan: 1,96; AOR Laki-laki: 2,37). Kesimpulan: Tingginya angka obesitas sentral pada penduduk usia dewasa mengindikasikan perlunya upaya pencegahan yang serius, terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengatur pola hidup sehat yang lebih baik. Upaya ini dapat dilakukan melalui promosi kesehatan dan kolaborasi antar pihak.

Background: Central obesity is the accumulation of fat in the abdominal region that can increase the risk of various other non-communicable diseases. The prevalence of central obesity in Indonesia is also increasing every year. Objective: This study aims to see the relationship between sociodemographic factors, behavioral factors, mental emotional disorder factors, and disease history factors with the incidence of central obesity in adults in Indonesia in 2023. Methods: This study is a quantitative study using secondary data from SKI 2023. This study used a cross-sectional design and multiple logistic regression analysis. The sample size obtained was 455,036 with details of the female sample of 253,055 and the male sample of 202,251. Results: The results showed that the prevalence of central obesity in women reached (65.4%), while in men it reached (25.1%). This study showed that a history of disease was significantly associated and was the dominant factor in the incidence of central obesity in the entire population. (Female AOR: 1.96; Male AOR: 2.37). Conclusion: The high rate of central obesity in the adult population indicates the need for serious prevention efforts, especially in increasing public awareness to organize a better healthy lifestyle. This effort can be done through health promotion and collaboration between parties.
Read More
S-11988
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shafa Aura Dian Insani; Pembimbing: Budi Utomo; Penguji: Rico Kurniawan, Sudibyo Alimoeso
Abstrak:

Latar Belakang: KB memiliki sejarah keberhasilan dalam meningkatkan pemakaian kontrasepsi modern dalam waktu relatif pendek, yaitu dari 10% di awal dekade 1970-an menjadi sekitar 60% di awal 2000-an. Namun, pada kurun waktu tersebut hingga 2017 terjadi pergeseran dominasi metode kontrasepsi yang digunakan oleh perempuan usia subur berstatus kawin, yaitu dari penggunaan metode kontrasepsi yang beragam menjadi dominasi Non MKJP, khususnya suntik KB.
Metode: Analisis data sekunder dilakukan dengan menggunakan data SKI tahun 2023. Uji chi-square dan regresi logistik dengan interval kepercayaan 95% digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan kekuatan hubungan antar variabel.
Hasil: Cakupan penggunaan MKJP pada perempuan usia subur berstatus kawin di Indonesia dalam penelitian ini mencapai 28,8%. Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan secara statistik antara lain adalah usia, pendidikan responden, status pekerjaan responden, paritas, status ekonomi, wilayah administratif, pendidikan pasangan, dan konseling KB.
Kesimpulan: Semakin tingginya tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seorang perempuan, semakin tinggi juga peluang yang dimilikinya untuk menggunakan MKJP. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat pendidikan tersebut perempuan akan cenderung lebih mudah memahami informasi dan manfaat MKJP, serta memiliki kapasitas lebih besar dalam pengambilan keputusan terkait kontrasepsi. Oleh karenanya, peningkatan akses dan kualitas informasi dapat menjadi salah satu strategi yang dapat mendorong penggunaan MKJP secara lebih luas.a


Background: The family planning program has a history of success in increasing the use of modern contraceptives within a relatively short period, rising from 10% in the early 1970s to around 60% in the early 2000s. However, during that period up to 2017, there was a shift in the dominant contraceptive methods used by women of reproductive age—from a variety of methods to a dominance of non-long-acting and permanent methods (non-LARCs), particularly injectable contraceptives. Method: The proportion of long-acting reversible contraceptive (LARC) use among women of reproductive age in Indonesia in this study reached 28.8%. The multivariable analysis showed that several variables were statistically associated with LARC use, including age, respondent’s education, respondent’s employment status, parity, economic status, administrative region, partner’s education, and FP counseling. Results: Women with a secondary education level are more likely to use long-acting reversible contraceptive (LARCs). This is because, at this level of education, women tend to better understand information regarding the benefits of LARCs and have greater capacity in making decisions related to contraception. Therefore, improving access to and the quality of information may serve as an effective strategy to promote broader use of LARCs. Conclusion: The higher the level of education attained by a woman, the greater her likelihood of using long-acting reversible contraceptive (LARCs). This is because women at this education level tend to understand information about the benefits of LARCs more easily and have greater capacity in making decisions related to contraception. Therefore, improving access to and the quality of information can be an effective strategy to encourage wider use of LARCs.

Read More
S-11953
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fajrin Syahrina; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Rahmadewi
Abstrak:
Inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematan neonatal dan mengoptimalkan pemberian ASI eksklusif. Pelaksanaan IMD erat kaitanya dengan metode persalinan yang dilakukan ibu yaitu persalinan pervaginam atau persalinan caesar. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan desain studi cross sectional untuk mengetahui determinan IMD pada wanita yang melahirkan secara operasi caesar. Analisis data pada penelitian ini menggunakan chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paritas (AOR: 1,49, 95% CI: 1,03-2,16), kunjungan ANC (AOR: 2,96, 95% CI: 1,07-8,20), dan skin-to-skin contact (AOR: 3,50, 95% CI: 2,41-5,08) berhubungan dengan perilaku inisiasi menyusui dini pada wanita usia subur yang melahirkan secara operasi caesar. Oleh karena itu perlu adanya regulasi untuk mengatur pelaksanaan IMD pada semua jenis persalinan baik pervaginam maupun caesar. Selain itu peningkatan edukasi IMD pada kunjungan ANC serta sosialisasi persalinan pervaginam perlu ditingkatkan kembali.

Early initiation of breastfeeding (EIBF) is an effort to reduce neonatal mortality and optimize exclusive breastfeeding. The implementation of EIBF is closely related to the method of delivery performed by the mother, namely vaginal delivery or cesarean delivery. This study used data from the 2017 IDHS with a cross-sectional study design to determine the determinants of EIBF in women of childbearing age who deliver by caesarean section. Data analysis in this study used chi-square and logistic regression. The results of this study indicated that parity (AOR: 1.49, 95% CI: 1.03-2.16), ANC visits (AOR: 2.96, 95% CI: 1.07-8.20), and skin -to-skin contact (AOR: 3.50, 95% CI: 2.41-5.08) is associated with early breastfeeding initiation behavior in women of childbearing age who deliver by cesarean section. Therefore it is necessary to have regulations to regulate the implementation of EIBF in all types of deliveries, both vaginal and cesarean delivery. In addition, increased EIBF education at ANC visits and socialization of vaginal births need to be increased again.
Read More
S-11417
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yeni Rahmawati; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Meilisa Rahmadani
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi gejala kecemasan dan depresi pada tenaga kesehatan laboratorium terpadu di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Juli 2021. Analisis yang digunakan yaitu, univariat, bivariat dan multivariabel dengan derajat kepercayaan 95%. Dari 42 tenaga kesehatan laboratorium terpadu RS UI didapatkan prevalensi gejala kecemasan sebesar 11,9% dan prevalensi gejala depresi sebesar 14,3%. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara gejala kecemasan ataupun depresi dengan variabel independen penelitian.
Read More
S-10777
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alika Shameela; Pembimbing: Artha Prabawa; Penguji: Rico Kurniawan, Fifi Dwijayanti
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh dari coping pandemi COVID-19 dan penyesuaian perkuliahan terhadap depresi pada Mahasiswa Baru FKM UI Angkatan 2020. Disain studi dalam penelitian ini merupakan studi potong lintang. Sampel dalam penelitian adalah Mahasiswa Baru FKM UI Angkatan 2020. Sebanyak 139 sampel didapatkan dengan menggunakan purposive sampling. Analisis bivariat dilakukan menggunakan chi-square dan analisis multivariat dilakukan dengan mengunakan regresi logistik biner. Data dikumpulkan antara Mei - Juni 2021 melalui kuesioner online.
Read More
S-10667
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadazaira Alifia Ramadhianisa; Pembimbing: Artha Prabawa; Penguji: Rico Kurniawan, Dwita Maulida
Abstrak:
Pada tahun 2022, diperkirakan ada sekitar 1.060.000 kasus tuberkulosis di Indonesia, menjadikan Indonesia dengan jumlah estimasi kasus TB tertinggi kedua di dunia. Kota Depok, Jawa Barat mengalami penurunan keberhasilan pengobatan sejak tahun 2019 sampai 2022. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain kohort retrospektif menggunakan data sekunder yang bersumber dari SITB Kota Depok dan bertujuan untuk mengetahui determinan keberhasilan pengobatan pada pasien dewasa TB paru sensitif obat di Kota Depok tahun 2022. Sebanyak 2259 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan SPSS Statistics 25. Diperoleh angka keberhasilan pengobatan pada pasien dewasa TB paru SO sebesar 84,2%. Variabel umur, jenis kelamin, riwayat pengobatan TB, status HIV, dan lama konversi sputum ditemukan memiliki hubungan dengan keberhasilan pengobatan. Ditemukan tiga determinan keberhasilan pengobatan, yakni variabel umur, jenis kelamin, dan riwayat pengobatan TB dengan variabel riwayat pengobatan TB memiliki pengaruh paling besar. Diperlukan adanya intervensi pada kelompok umur lansia, jenis kelamin laki-laki, riwayat pengobatan TB ulangan, positif HIV, dan lama konversi sputum lebih dari 2 bulan untuk dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan TB.

In 2022, it is estimated that there were approximately 1,060,000 tuberculosis cases in Indonesia, making it the country with the second highest estimated TB cases in the world. Depok City, West Java, has experienced a decline in treatment success rates from 2019 to 2022. This research is a quantitative study with a retrospective cohort design using secondary data from SITB aimed at determining the factors influencing treatment success in adult patients with drug-sensitive pulmonary TB in Depok City in 2022. A total of 2,259 samples that met the inclusion and exclusion criteria were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate methods with SPSS Statistics 25. The treatment success rate for adult patients with drug-sensitive pulmonary TB was found to be 84.2%. Variables such as age, gender, history of TB treatment, HIV status, and duration of sputum conversion were found to be associated with treatment success. Three determinants of treatment success were identified: age, gender, and history of TB treatment, with the history of TB treatment having the most significant impact. Interventions are needed for elderly age groups, males, those with a history of repeated TB treatment, HIV-positive individuals, and those with sputum conversion lasting more than 2 months to improve TB treatment success rates.
Read More
S-11703
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive