Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 34855 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Aurellia Velda Alfinyo; Pembimbing: Nurul Dina Rahmawati; Penguji: Siti Arifah Pujonarti, Imas Arumsari
Abstrak:
High-Density Lipoprotein (HDL) berfungsi membawa kelebihan kolesterol dalam darah kembali ke hati untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh, sehingga kadar HDL yang rendah dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, proporsi penduduk di Indonesia dengan kadar HDL yang rendah masih terus meningkat. Angkanya mencapai 24,3% di tahun 2018. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang dapat menurunkan status HDL pada penduduk usia produktif (15–64 tahun) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2018 dengan desain studi cross sectional. Sampel yang digunakan berjumlah 26.394 responden. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara faktor usia, jenis kelamin, obesitas, obesitas sentral, hipertensi, depresi, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan asin, dan kebiasaan merokok dengan status HDL rendah penduduk usia produktif (15–64 tahun) di Indonesia. Sementara hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa penduduk usia 50–64 tahun memiliki peluang 2,4 kali lebih tinggi untuk memiliki status HDL yang rendah.

High-Density Lipoprotein (HDL) plays a crucial role in transporting excess cholesterol in the blood back to the liver, where it can be excreted from the body. Therefore, low HDL levels can increase the risk of various cardiovascular diseases. However, the proportion of individuals in Indonesia with low HDL levels has been increasing. By 2018, the proportion of individuals with low HDL levels had risen to 24.3%. To address this growing issue, the study aims to identify the dominant factors that can reduce HDL status among the productive age population (15-64 years) in Indonesia. This study used secondary data from Basic Health Research 2018 and employed a cross-sectional study design. The sample comprised 26,394 respondents. The results indicated significant relationships between HDL status and various factors, including age, gender, obesity, central obesity, hypertension, depression, consumption of sweet drinks, consumption of salty foods, and smoking habits among the productive age population in Indonesia. Furthermore, multivariate analysis revealed that individuals aged 50-64 years are more likely to have low HDL status.
Read More
S-11771
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gabriella Nicole; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Fitri Hudayani
Abstrak:
Nama : Gabriella Nicole Program Studi : Gizi Judul : Faktor Dominan Diabetes Melitus pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun) di Indonesia Tahun 2018 (Analisis Data Riskesdas 2018) Pembimbing : Ir. Siti Arifah Pujonarti, M.P.H. Diabetes melitus merupakan sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai dan diidentifikasi dengan adanya kondisi hiperglikemia (kondisi gula darah berlebihan atau tinggi) dalam kondisi tanpa pengobatan. Prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia kerap mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini merupakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32747 subjek penelitian, 7,5% mengalami diabetes melitus. Analisis bivariat menunjukkan hasil yang signifikan antara variabel konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, konsumsi minuman berenergi, konsumsi soft drink atau minuman berkarbonasi, kebiasaan merokok, IMT, obesitas sentral, dan tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus (p-value <0,05). Analisis multivariat menunjukkan obesitas sentral merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan diabetes melitus (p-value = 0,000; OR 1,86; 95% CI: 1,66-2,08).

Name : Gabriella Nicole Study Program : Nutritional Science Title : Dominant Factor of Diabetes Mellitus Among Productive Age Population (15-64 Years) in Indonesia (An Analysis on Riskesdas 2018) Counsellor : Ir. Siti Arifah Pujonarti, M.P.H. Diabetes mellitus is a group of metabolic disorders characterized and identified by the presence of hyperglycaemia (a condition of excessive or high blood sugar) in conditions without medication. The prevalence of diabetes mellitus in the productive age population (15-64 years) in Indonesia is consistently increasing. This study aims to determine the dominant factors and factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the productive age population (15-64 years) in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design using secondary data from the National Basic Health Survey 2018. Data analysis was carried out in this study using univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The result displayed that of the 32747 research subjects, 7,5% had diabetes mellitus. Bivariate analysis showed significant results between the variables consumption of sweet foods, consumption of sweet beverages, consumption of energy drink, consumption of soft drinks, smoking habits, BMI, central obesity, and level of education with the incidence of diabetes mellitus (p-value <0,05). Multivariate analysis showed that central obesity is the most dominant factor associated with diabetes mellitus (p-value = 0,000; OR 1,86; 95% CI: 1,66-2,08).
Read More
S-11453
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Afifah Ika Kurniawati; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Asih Setiarini, Triyani Kresnawan
Abstrak:
Penyakit Ginjal Kronik memberikan berbagai dampak buruk pada tingkat individu maupun nasional dan prevalensinya mengalami kenaikan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor dominan Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia tahun 2018 dari analisis data Riskesdas 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan dilakukan pada bulan Maret-Juli 2023. Populasi penelitian adalah penduduk usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia dengan jumlah sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 9400 orang. Variabel penelitian terdiri dari karakteristik demografi (usia dan jenis kelamin), penyakit tidak menular (diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas), serta gaya hidup (merokok, konsumsi minuman berkarbonasi, konsumsi minuman berenergi, dan aktivitas fisik). Data penelitian dianalisis secara bivariat dan multivariat menggunakan uji chi square dan binary logistic regression. Prevalensi Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19-60 tahun) di Indonesia tahun 2018 adalah 1,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara usia (p=0,000), diabetes melitus (p=0,001), hipertensi (p=0,000), obesitas (p=0,004), serta konsumsi minuman berkarbonasi (p=0,047) dengan kejadian penyakit ginjal kronik pada usia produktif (19-60 tahun). Hasil uji statistik multivariat menunjukkan bahwa usia OR 3,709 (95% CI: 2,325-5,919) merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif (19- 60 tahun) di Indonesia tahun 2018. Saran utama yang dapat diberikan untuk mengurangi kejadian Penyakit Ginjal Kronik pada usia produktif, yaitu mengoptimalkan program pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Penyakit Ginjal Kronik dan faktor-faktornya.

Chronic Kidney Disease has various impacts at the individual and national levels. The prevalence of this disease is also rising. This thesis aims to determine the prevalence and dominant factors of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years old) in Indonesia in 2018 from the 2018 Riskesdas data analysis. This study was conducted in March-July 2023 using a cross-sectional design. The study population was Indonesian at productive age (19-60 years old) with a total sample of 9400 people. The study variables include demographic characteristics (age and gender), non-communicable diseases (diabetes mellitus, hypertension, and obesity), and lifestyle (smoking, consumption of carbonated drinks, consumption of energy drinks, and physical activity). The data were analyzed using chi-square and binary logistic regression. The prevalence of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years) in Indonesia in 2018 was 1.7%. Bivariate analysis showed that there was a relationship between age (p=0.000), diabetes mellitus (p=0.001), hypertension (p=0.000), obesity (p=0.004), and carbonated drinks consumption (p=0.047) with the incidence of chronic kidney disease at productive age (19-60 years old). Multivariate analysis shows that age OR 3.709 (95% CI: 2.325-5.919) is the most dominant factor associated with the incidence of Chronic Kidney Disease in productive age (19-60 years) in Indonesia in 2018. Based on the evidence, the suggestion to prevent Chronic Kidney Disease is to optimize Non-Communicable Disease (NCD) prevention programs, including Chronic Kidney Disease and its factors.
Read More
S-11441
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fellatinnisa Zafira Rajwadini; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Sandra Fikawati, Fadila Wirawan
Abstrak:
Dislipidemia merupakan kondisi ketidakseimbangan lipid dalam tubuh yang ditandai dengan ditemukannya minimal satu abnormalitas kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL. Prevalensi dislipidemia pada usia produktif di Indonesia tergolong tinggi. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dislipidemia pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis data yang dilakukan pada penelitina ini adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28.007 subjek, 61,6% mengalami dislipidemia. Analisis bivariat menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, wilayah tempat tinggal, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal, hipertensi, IMT, obesitas sentral, dan riwayat merokok dengan kejadian dislipidemia (p value < 0,05). Sementara pada variabel konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi buah sayur juga ditemukan hubungan yang signifikan namun bersifat protektif terhadap kejadian dislipidemia. Analisis multivariat menunjukkan bahwa diabetes melitus merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan dislipidemia (p value = 0,000; OR 1,88; 95% CI : 1,49-2,38).

Dyslipidemia refrers to a condition of lipid imbalance in the body which is characterized by the finding of at least one abnormality of total cholesterol, LDL cholesterol, triglyceride, and HDL cholesterol levels. The prevalence of dyslipidemia in productive age in Indonesia is high. This study aims to determine the dominant factors and factors associated with the incidence of dyslipidemia in the productive age population (15-64 years) in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design using secondary data from Riskesdas 2018. Data analysis was carried out in this study using univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the chi square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that out of 28.007 subjects, 61.6% had dyslipidemia. Bivariate analysis showed significant results between age, region of residence, diabetes mellitus, impaired kidney function, hypertension, BMI, central obesity, history of smoking, consumption of sweet foods, consumption of sweet drinks, consumption of fatty foods, and consumption of fruits and vegetables with the incidence of dyslipidemia (p-value < 0.05). Meanwhile, in variable consumption of sweet foods, consumption of sweet drinks, consumption of fatty foods, and consumption of fruit and vegetables found a significant but protective relationship to the incidence of dyslipidemia. Multivariate analysis showed that diabetes mellitus was the dominant factor associated with dyslipidemia (p value = 0.000; OR 1.88; 95% CI: 1.49-2.38).
Read More
S-11419
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hesty Ghaits Mubarrok; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Agus Triwinarto
Abstrak:

Latar Belakang: Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg sedangkan tekanan darah diastolik < 90 mmHg. HST dinilai sebagai fenomena penuaan, merupakan jenis hipertensi paling berbahaya karena berespon lemah terhadap obat antihipertensi. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan faktor dominan yang berhubungan dengan HST, dengan desain penelitian cross-sectional. Metode: Data yang digunakan yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dengan sampel sebesar 18.599 (HST dan normal) serta subjek yang HST yaitu 1.471, dan dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 7,9% sampel yang mengalami hipertensi sistolik terisolasi (HST), dengan 85% sampel mengalami HST derajat I, 12,8% HST derajat II, dan 8,8% HST derajat III; terdapat hubungan signifikan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, obesitas, obesitas sentral, stres psikologis, diabetes mellitus, konsumsi makanan asin, konsumsi makanan berlemak, dan aktivitas fisik terhadap kejadian HST, serta tidak ada hubungan antara konsumsi buah, konsumsi sayur, kebiasaan merokok dengan kejadian HST di Indonesia pada tahun 2018. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pendidikan menjadi faktor dominan kejadian HST di Indonesia adalah tingkat pendidikan (OR = 2,14) setelah dikontrol variabel kebiasaan merokok.


 

Background: Isolated Systolic Hypertension (HST) is defined as a condition where the systolic blood pressure is ≥140 mmHg while the diastolic blood pressure is <90 mmHg. HST is considered a phenomenon of aging, is the most dangerous type of hypertension because it responds weakly to antihypertensive drugs. Objective: The aim of this study is to determine the associated factors and dominant factors associated with HST, with a cross-sectional research design. Method: The data used was Basic Health Research (Riskesdas) in 2018 with a sample of 18,599 (HST and normal) and 1,471 HST subjects, and analyzed using the chi-square test and logistic regression. Results: The results of this study showed that 7.9% of samples experienced isolated systolic hypertension (HST), with 85% of samples experiencing HST grade I, 12.8% HST grade II, and 8.8% HST grade III; there is a significant relationship between age, gender, education level, employment status, marital status, obesity, central obesity, psychological stress, diabetes mellitus, consumption of salty foods, consumption of fatty foods, and physical activity on the incidence of HST, and there is no relationship between consumption of fruit, vegetable consumption, smoking habits with the incidence of HST in Indonesia in 2018. Conclusion: The conclusion of this study is that the level of education that is the dominant factor in the incidence of HST in Indonesia is the level of education (OR = 2.14) after controlling for the smoking habit variable.

Read More
S-11743
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurjihan Fakhriah; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Triyani Kresnawan, Ratu Ayu Dewi Sartika
Abstrak: Obesitas sentral merupakan kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak di bagian perut. Obesitas sentral berhubungan dengan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, sindrom metabolik, dan kanker. Prevalensi obesitas sentral diketahui meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Sebanyak 40,2% individu di dunia diperkirakan mengalami obesitas sentral. Indonesia termasuk negara berkembang dengan peningkatan prevalensi obesitas sentral dengan peningkatan dari tahun 2007, 2013, dan 2018 menurut data Riskesdas berturut- turut sebesar 18%, 26% , dan 31%. Peningkatan obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan ekonomi dan urbanisasi yang menyebabkan perubahan tidak menguntungkan dalam kebiasaan konsumsi makanan berkalori tinggi dan minuman manis, aktivitas fisik, perilaku sedentari, dan stres. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi obesitas sentral di daerah perkotaan lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 35%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaan Indonesia. Terdapat sebanyak 194.049 responden Riskesdas 2018 yang dilibatkan dalam penelitian.. Analisis data menggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda pada perangkat pengolah data. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat 15 variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral, diantaranya: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, gangguan mental emosional, konsumsi makanna manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak/gorengan, konsumsi softdrink, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok (p-value <0,05). Jenis kelamin perempuan diketahui sebagai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaa Indonesia (p-value 0,0005). OR dari kejadian obesitas sentral lebih tinggi 4,060 (95%CI: 3,947-4,175) kali pada kelompok responden berjenis kelamin perempuan, setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Dengan demikian, masyarakat di wilayah perkotan, khususnya perempuan, dihimbau untuk lebih meningkatkan kesadaran terkait obesitas sentral . Masyarakat dihimbau untuk dapat mengurangi konsumsi makanan berisiko, melakukan olahraga secara teratur, menghindari stres, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol. Instansi kesehatan diharapkan dapat membantu masyarakat dengan memberikan edukasi gizi dan promosi keseatan terkait obesitas sentral.
Central obesity is a condition where there is an accumulation of fat in the abdomen. Central obesity is associated with the risk of non-communicable diseases such as type II diabetes mellitus, hypertension, dyslipidemia, metabolic syndrome, and cancer. The prevalence of central obesity is known to increase in both developed and developing countries. As many as 40.2% of individuals in the world are estimated to have central obesity. Indonesia is a developing country with an increasing prevalence of central obesity with an increase from 2007, 2013, and 2018 according to riskesdas data, respectively, by 18%, 26%, and 31%. The increase in central obesity is associated with economic development and urbanization leading to unfavorable changes in consumption habits of high-calorie foods and sugary drinks, physical activity, sedentary behavior, and stress. Riskesdas 2018 data states that the prevalence of central obesity in urban areas is higher than the national prevalence, which is 35%. This study aims to further analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia. There were 194,049 riskesdas 2018 respondents who were involved in this study. Data analysis used chi-square bivariate test and multiple logistic regression multivariate test on the applicationThe results showed that there were 15 variables that were significantly associated with the incidence of central obesity, including: age, gender, education level, employment status, emotional mental health, consumption of sweet foods, sugary drinks, fatty foods, soft drinks, fruit and vegetable consumption, alcohol consumption, physical activity, and smoking habits (p-value <0,05). Female gender is known as the dominant factor in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia (p-value 0,0005). The OR of the incidence of central obesity was 4.06 (95%CI: 3,947-4,175) higher in the female respondent group, after being controlled by other variables. Thus, people in urban areas, especially women, are urged to increase awareness regarding central obesity. The public is encouraged to reduce the consumption of risky foods, do exercise regularly, avoid stress, and avoid smoking and alcohol consumption. Health agencies are expected to help the community by providing nutrition education and promotion of health related to central obesity.
Read More
S-11088
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Abstrak: Obesitas sentral merupakan kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak di bagian perut. Obesitas sentral berhubungan dengan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, sindrom metabolik, dan kanker. Prevalensi obesitas sentral diketahui meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Sebanyak 40,2% individu di dunia diperkirakan mengalami obesitas sentral. Indonesia termasuk negara berkembang dengan peningkatan prevalensi obesitas sentral dengan peningkatan dari tahun 2007, 2013, dan 2018 menurut data Riskesdas berturut- turut sebesar 18%, 26% , dan 31%. Peningkatan obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan ekonomi dan urbanisasi yang menyebabkan perubahan tidak menguntungkan dalam kebiasaan konsumsi makanan berkalori tinggi dan minuman manis, aktivitas fisik, perilaku sedentari, dan stres. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi obesitas sentral di daerah perkotaan lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 35%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaan Indonesia. Terdapat sebanyak 194.049 responden Riskesdas 2018 yang dilibatkan dalam penelitian.. Analisis data menggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda pada perangkat pengolah data. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat 15 variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral, diantaranya: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, gangguan mental emosional, konsumsi makanna manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak/gorengan, konsumsi softdrink, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok (p-value <0,05). Jenis kelamin perempuan diketahui sebagai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaa Indonesia (p-value 0,0005). OR dari kejadian obesitas sentral lebih tinggi 4,060 (95%CI: 3,947-4,175) kali pada kelompok responden berjenis kelamin perempuan, setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Dengan demikian, masyarakat di wilayah perkotan, khususnya perempuan, dihimbau untuk lebih meningkatkan kesadaran terkait obesitas sentral . Masyarakat dihimbau untuk dapat mengurangi konsumsi makanan berisiko, melakukan olahraga secara teratur, menghindari stres, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol. Instansi kesehatan diharapkan dapat membantu masyarakat dengan memberikan edukasi gizi dan promosi keseatan terkait obesitas sentral.
Read More
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Farisa Lukman Gismar; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Ananda
Abstrak:
Obesitas sentral merupakan kondisi penumpukan lemak berlebih pada bagian abdomen (perut) dan terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiometabolik yang ditandai oleh indikator lingkar perut >80 cm untuk perempuan dan >90 cm untuk laki-laki. Prevalensi obesitas sentral di DKI Jakarta, yang merupakan ibukota negara, menempati peringkat tertinggi kedua di Indonesia, yakni 41,9% dengan prevalensi obesitas sentral pada perempuan mencapai 55,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral pada perempuan usia produktif (15-59 tahun) di DKI Jakarta. Desain penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data Riskesdas 2018. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4307 perempuan, sebanyak 61,8% mengalami obesitas sentral. Faktor dominan obesitas sentral pada perempuan usia produktif (15-59 tahun) di DKI Jakarta adalah status pernikahan (AOR = 2,933).

Central obesity is a condition of excess fat accumulation in the abdomen (visceral fat) and is associated with an increased risk of cardiometabolic disease characterized by an abdominal circumference >80 cm for women and >90 cm for men. The prevalence of central obesity in DKI Jakarta, the nation's capital, is the second highest in Indonesia at 41.9% with the prevalence of central obesity in women reaching 55.2%. This study aims to determine the dominant factors and factors associated with central obesity in women of productive age (15-59 years) in DKI Jakarta. This research design is cross-sectional using Riskesdas 2018 data. Data analysis included univariate analysis using frequency distribution, bivariate analysis using chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that out of 4307 women, 61.8% had central obesity. The dominant factor of central obesity in women of productive age (15-59 years) in DKI Jakarta is marital status (AOR = 2.933).
Read More
S-11767
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Sajida Khairillah Sri Mulyani; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Triyani Kresnawan
Abstrak:

Dislipidemia adalah suatu gangguan yang mengacu pada kadar lipid yang tidak normal dalam aliran darah yang ditandai dengan ditemukannya salah satu tanda keabnormalan kadar lipid darah, meliputi kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, atau HDL. Prevalensi dislipidemia pada usia dewasa (19–49 tahun) di Indonesia tergolong tinggi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dislipidemia pada penduduk usia 15–49 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder SKI 2023. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15.827 subjek, 90,7% responden laki-laki dan 80,2% responden perempuan mengalami dislipidemia. Analisis bivariat pada responden laki-laki menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, status pekerjaan, tingkat pendidikan, indeks massa tubuh, hipertensi, dan obesitas sentral dengan kejadian dislipidemia (p-value <0,05). Analisis bivariat pada responden perempuan menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, konsumsi makanan berlemak, minuman manis, minuman beralkohol, indeks massa tubuh, diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas sentral dengan kejadian dislipidemia (p-value <0,05). Analisis multivariat pada responden laki-laki menunjukkan bahwa indeks massa tubuh merupakan faktor dominan (p-value = 0,000; OR 2,3; 95% CI : 1,752-3,249), sedangkan pada responden perempuan menunjukkan bahwa interaksi indeks massa tubuh dan konsumsi makanan berlemak merupakan faktor dominan (p-value = 0,038; OR 3,4; 95% CI : 1,070-10,834).



Dyslipidemia is a disorder characterized by abnormal levels of lipids in the bloodstream, indicated by elevated or decreased levels of total cholesterol, LDL, triglycerides, or HDL. The prevalence of dyslipidemia among adults aged 19–49 years in Indonesia is relatively high. This study aimed to identify the dominant and associated factors related to the occurrence of dyslipidemia among individuals aged 15–49 years in Indonesia. This was a quantitative study with a cross-sectional design using secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI 2023). Data analysis included univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that among 15,827 respondents, 90.7% of males and 80.2% of females had dyslipidemia. Bivariate analysis in male respondents revealed significant associations between dyslipidemia and age, employment status, education level, body mass index (BMI), hypertension, and central obesity (p-value < 0.05). In female respondents, significant associations were found with age, residential area, education level, fatty food consumption, sugary drink intake, alcohol consumption, BMI, diabetes mellitus, hypertension, and central obesity (p-value < 0.05). Multivariate analysis showed that BMI was the dominant factor among males (p-value = 0.000; OR = 2.3; 95% CI: 1.752–3.249), while among females, the interaction between BMI and fatty food consumption was the dominant factor (p-value = 0.038; OR = 3.4; 95% CI: 1.070–10.834).
Read More
S-11997
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Rahmah Utami; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Triyanti; Fadila Wirawan
Abstrak: Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang ditandai oleh obesitas sentral, kadar gula darah tinggi, kadar kolesterol HDL rendah, tingginya kadar trigliserida, dan tekanan darah tinggi. Prevalensi sindrom metabolik di Indonesia tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada penduduk Indonesia usia >15 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 30.563 subjek, 32% memiliki sindrom metabolik. Analisis bivariat juga menunjukkan hasil yang signifikan antara jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tempat tinggal, status pekerjaan, konsumsi alkohol, riwayat merokok (0,000), konsumsi makanan berisiko (makanan dan minuman manis, makanan asin), konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, kondisi mental emosional, dan status gizi dengan sindrom metabolik (p value = 0,05). Analisis multivariat menunjukkan bahwa usia lansia merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan sindrom metabolik (p value = 0,000; OR 8,94 ; 95% CI : 5,98 ? 13,36)
Metabolic syndrome refers to the presence of a cluster of risk factors specific for cardiovascular disease. The cluster of metabolic factors includes central obesity, impaired fasting blood glucose, low HDL cholesterol, high triglyceride levels, and high blood pressure. This study aims to identify the dominant factor and related factors associated with metabolic syndrome in the Indonesian population aged 15 and over years old. This research is a quantitative research with cross-sectional study design and the data was obtained from the Indonesia Basic Health Research (RISKESDAS) 2018. The association between risk factors and metabolic syndrome were measured through chi-square bivariate analysis and binary logistic regression. Multivariate analysis was done using multiple logistic regression. The prevalence of metabolic syndrome was 32%. The results demonstrates that age, sex, level of education, residence type, occupation status, smoking habit, alcohol consumption, fruits and vegetable intake, sweet food intake, sugar sweetened beverages intake, physical activity, mental and emotional disturbance, and nutritional status were significantly associated with metabolic syndrome (p value <0,05). Elderly was the most dominant risk factor for metabolic syndrome (p value = 0,000; OR 8,935 ; 95% CI : 5,977 ? 13.358)
Read More
S-11044
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive