Ditemukan 35865 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Nurul Aliyah; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Siti Arifah Pujonarti, Syahrizal, Anita Rahmiwati, Yudhi Setiawan
Abstrak:
Read More
Masalah ketidakpatuhan dalam pengobatan sering dijumpai pada penyakit yang memerlukan penanganan jangka panjang, seperti hipertensi. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan hipertensi sering kali menjadi penyebab utama berbagai kecacatan. Alasan utama yang mendasari ketidakpatuhan minum obat pada pasien hipertensi tersebut ialah kurangnya pengetahuan pasien akan pentingnya minum obat hipertensi secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi penderita hipertensi di Puskesmas Boom baru Kota Palembang berdasarkan teori Lawrence Green. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 102 sampel. Jumlah sampel dihitung dengan rumus Lemeshow dan sampel diambil secara purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan 74 responden (72,5%) patuh dalam minum obat antihipertensi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi meliputi pengetahuan, sikap, motivasi diri, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi, adalah pengetahuan dengan nilai OR = 8,040 (95% CI: 2,151 - 30,050). Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan, sikap, motivasi dengan menyediakan media informasi melalui media sosial seperti membuat grup whatsapp sebagai media komunikasi secara daring antara penderita hipertensi dan tenaga kesehatan di Puskesmas Boom baru dan sebagai media penyebaran informasi sebagai upaya peningkatan pengetahuan. Edukasi diperlukan dengan menitikberatkan pada pengetahuan mengenai hipertensi dan tatalaksananya. Juga perlu dilakukan langkah pendekatan dengan keluarga sebagai upaya untuk menjalin kerjasama antara tenaga kesehatan dan keluarga dalam memberikan dukungan bagi penderita hipertensi.
The problem of non-adherence medication is often encountered in diseases that require long-term management, such as hypertension. Non-adherence among hypertension medication is often become as main cause of various disabilities. The main reason underlying of the non-adherence medication among hypertension patients are the lack of patients knowledges of the importance of taking hypertension medication regularly. This study aims to determine the factors associated with adherence to taking antihypertension medication among hypertension patients who regularly seek treatment at the Boom Baru Public Health Centre, Palembang City based on Lawrence Green's theory. This study used a cross sectional design with 102 samples. The number of samples was calculated using the Lemeshow and the samples were taken by purposive sampling according to the inclusion and exclusion criterias. Datas were collected by interview using a questionnaire which was analysed univariately, bivariately and multivariately. The results showed that 74 respondents (72.5%) were compliant in taking antihypertension medication. Factors associated with adherence on taking antihypertension medication includes knowledge, attitude, self-motivation, family support and health worker support. The most dominant factor associated with adherence to taking antihypertension drug is knowledge with OR = 8,040 (95% CI: 2,151 - 30,050). Efforts need to be made to improve knowledge, attitudes, motivation by providing information media through social media such as creating a WhatsApp group as an online communication medium between hypertension patients and health workers at Puskesmas Boom Baru and as a medium for disseminating information as an effort to increase knowledge. Education is needed with an emphasis on knowledge about hypertension and its management. It is also necessary to take steps to approach families as an effort to establish cooperation between health workers and families in providing support for people with hypertension.
T-6954
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ashka Dwita Arisawara; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Tiara Amelia, Erick Persson Jeffry
Abstrak:
ipertensi merupakan salah satu penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditasyang sangat tinggi di dunia. Hipertensi merupakan penyakit terbanyak dengan kasus3.336 di Puskesmas Pasar Manggis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada lansia diwilayah kerja Puskesmas pasar Manggis Tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden dalam penelitian ini yaitulansia (≥60 tahun) dengan hipertensi yang bertempat tinggal di wilayah kerja PuskesmasPasar Manggis sebanyak 59 responden, yang dipilih menggunakan metode quotasampling. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara via telepon dengan panduankuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) dan kuesioner yang telahdiadaptasi dari penelitian sebelumnya serta dianalisis dengan uji chi-square . Hasilpenelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan (p=0,011), pengetahuan (p=0,009), dandukungan keluarga (p=0,001) memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhanminum obat antihipertensi. Jenis kelamin, umur, peran petugas kesehatan dan aksesterhadap pelayanan kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengankepatuhan minum obat antihipertensi (p> 0,05). Hasil penelitian ini diharapkanbermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan & Puskesmas Pasar Manggissebagai dasar pengambilan keputusan untuk upaya kedepannya dalam meningkatkankesadaran, pengobatan dan pengendalian penyakit hipertensi di masyarakat.Kata Kunci:Kepatuhan Minum Obat, Obat Antihipertensi, Tekanan Darah, Hipertensi, Lansia
Hypertension is a disease with very high mortality and morbidity in the world.Hypertension is the most common disease with cases of 3.336 in Puskesmas PasarManggis. This study aims to determine the factors associated with antihypertensivemedication adherence among elderly in the working area of Pasar Manggis Health Centerin 2020. This research is a quantitative-based cross-sectional design. Respondents in thisstudy were 59 elderly (≥60 years old) with hypertension who lived in the working area ofPasar Manggis Health Center which were selected using the quota sampling method.Data was collected through phone interview questions with the Morisky MedicationAdherence Scale-8 (MMAS-8) questionnaire and a questionnaire that has been modifiedfrom previous studies which will be analyzed by chi-square test. The results showed thateducational factors (p = 0.011), knowledge (p = 0.009), and family support (p = 0.001)had a significant relationship with antihypertensive medication adherence. Gender, age,role of health workers and access to health services do not have a significant relationshipwith antihypertensive medication adherence (p> 0.05). The result of this study areexpected to benefit the Sout Jakarta city Health Office & Pasar Manggis Health Centeras a basis for making decisions for future efforts to raise awareness, treatmet and controlof hypertension in the community.Keyword: Medication Adherence, Antihypertensive Medication, Blood Pressure,Hypertension, Elderly.
Read More
Hypertension is a disease with very high mortality and morbidity in the world.Hypertension is the most common disease with cases of 3.336 in Puskesmas PasarManggis. This study aims to determine the factors associated with antihypertensivemedication adherence among elderly in the working area of Pasar Manggis Health Centerin 2020. This research is a quantitative-based cross-sectional design. Respondents in thisstudy were 59 elderly (≥60 years old) with hypertension who lived in the working area ofPasar Manggis Health Center which were selected using the quota sampling method.Data was collected through phone interview questions with the Morisky MedicationAdherence Scale-8 (MMAS-8) questionnaire and a questionnaire that has been modifiedfrom previous studies which will be analyzed by chi-square test. The results showed thateducational factors (p = 0.011), knowledge (p = 0.009), and family support (p = 0.001)had a significant relationship with antihypertensive medication adherence. Gender, age,role of health workers and access to health services do not have a significant relationshipwith antihypertensive medication adherence (p> 0.05). The result of this study areexpected to benefit the Sout Jakarta city Health Office & Pasar Manggis Health Centeras a basis for making decisions for future efforts to raise awareness, treatmet and controlof hypertension in the community.Keyword: Medication Adherence, Antihypertensive Medication, Blood Pressure,Hypertension, Elderly.
S-10357
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dhea Synthia; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Syahrizal Syarif, Trisari Anggondowati, Hidayat Nuh Ghazali Djadjuli
Abstrak:
Read More
Kepatuhan minum obat antihipertensi menjadi prioritas teratas dalam efektifitas pengobatan penderita hipertensi. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berisiko membuat tekanan darah tidak terkontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kepatuhan minum obat antihipertensi pada penderita hipertensi di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan populasi penderita hipertensi di Kota Depok dan jumlah sampel sebanyak 185 orang yang diambil menggunakan teknik cluster sampling. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden dan dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,1% penderita hipertensi di Kota Depok terkategori tidak patuh minum obat antihipertensi. Persepsi individu dan faktor predisposisi yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi diantaranya persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat, hambatan, efikasi diri, isyarat untuk bertindak, usia, pengetahuan dan sikap tentang hipertensi dan kepatuhan minum obat antihipertensi. Efikasi diri menjadi faktor paling dominan berhubungan dengan perilaku kepatuhan minum obat antihipertensi (OR:2,63; 95%CI:1,055-6,563) dengan hasil penderita hipertensi yang memiliki efikasi diri rendah berisiko 2,6 kali untuk berperilaku tidak patuh minum obat antihipertensi. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan pelatihan guna meningkatkan efikasi diri penderita hipertensi seperti keterampilan mengelola kesehatan, manajemen stress, dan adanya kelompok pendukung.
Adherence to taking antihypertensive medication is the top priority in the effective treatment of hypertension patients. Non-adherence risks causing uncontrolled blood pressure. This study aims to determine the determinants of adherence to taking antihypertensive medication in patients with hypertension in Depok City. It used a cross-sectional design with a population of hypertensive patients in Depok City and a sample size of 185 people taken using cluster sampling. Data were collected through questionnaires filled out by respondents and analyzed univariately, bivariately, and multivariately. The results showed that 54,1% of hypertensive patients in Depok City were categorized as non-adherent to taking antihypertensive drugs. Individual perceptions and predisposing factors associated with adherence include perceived susceptibility, severity, benefits, barriers, self-efficacy, cues to action, age, knowledge, and attitudes about hypertension. Self-efficacy is the most dominant factor associated with antihypertensive medication adherence behavior (OR: 2,63; 95% CI: 1,055–6,563), with hypertensive patients with low self-efficacy being 2,6 times more likely to exhibit non-adherent behavior. Therefore, it is necessary to develop training to increase self-efficacy in hypertensive patients, such as health management skills, stress management, and support groups.
T-7227
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ariqa Salsabila; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Evi Martha, Fitrianindita
Abstrak:
Read More
Indikator penderita obat hipertensi berobat teratur dalam IKS (Indeks Keluarga Sehat) wilayah Puskesmas Harjamukti kota Depok di tahun 2022 hanya mencapai 43,5% sehingga program PTM Hipertensi masih menjadi program utama. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan minum obat antihipertensi di Puskesmas Harjamukti dan juga melihat faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor pendorong pada kepatuhan minum obat antihipertensi. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain studi potong lintang yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan total sampel sebanyak 150 orang pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Harjamukti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64% pasien hipertensi di Puskesmas Harjamukti memiliki kepatuhan yang rendah dan hanya 16,7% dari total responden yang memiliki kepatuhan tinggi. Perlu dilakukan penyuluhan lebih mendalam terkait alat bantu kepatuhan minum obat, juga membangun sistem pengingat minum obat di Puskesmas Harjamukti.
The indicator for hypertension patients taking regular medication in the IKS (Indeks Keluarga Sehat) area of the Harjamukti Primary Health Care, Depok in 2022 only reach 43.5%, the Non-communicable Disease Hypertension program is still the main program of Harjamukti Primary Health Care. This research was conducted with the aim of knowing the description of patient’s adherence in taking antihypertensive medication at the Harjamukti Primary Health Care and also to see the predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors in the adherence to antihypertensive medication. The research method used is quantitative with a descriptive cross-sectional study design. Data collection was carried out using a questionnaire with a total sample of 150 hypertension patients in Harjamukti Primary Health Care working area. The results showed that 64% of hypertensive patients at the Harjamukti Community Health Center had low adherence, and only 16,7% of them are having high adherence. It is necessary to provide more in-depth education regarding adherence supporting tools, as well as establishing a medication reminder system in the Harjamukti Primary Health Care.
S-11591
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rizka Muyasara; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Lilah Muflihah
Abstrak:
Read More
Kasus HIV di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Bersamaan dengan itu, hanya sedikit pasien dengan HIV/AIDS yang melakukan pengobatan ARV. Studi ini untuk bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan minum obat pada pasien HIV/AIDS. Dalam studi cross sectional ini, 140 pasien HIV/AIDS yang melakukan pengobatan di RSUD Kabupaten Bekasi diikutsertakan dalam penelitian ini. Tingkat pendidikan, persepsi manfaat, self-efficacy, akses rumah ke fasilitas kesehatan, efek samping obat, dan pemantauan minum obat diteliti dalam studi ini. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel-variabel tersebut dengan kepatuhan minum obat. Diketahui bahwa akses rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan obat (p = 0,013) dan juga merupakan prediktor dalam kepatuhan obat pasien (OR = 2,96). Hasil menunjukan akses rumah ke fasilitas kesehatan mempengaruhi tingkat kepatuhan, sehingga bagi institusi diharapkan dapat memberikan dukungan keyakinan serta motivasi kepada pasien yang memiliki jarak rumah yang jauh untuk berobat ke fasyankes terdekat dalam melakukan pengobatan ARV.
HIV cases in Indonesia are increasing every year. At the same time, only a few HIV/AIDS patients are undergoing ARV treatment. This study aims to determine the factors associated with medication adherence behavior in HIV/AIDS patients. In this cross sectional study, 140 HIV/AIDS patients who received treatment at the Bekasi Regency Regional Hospital were included in this research. Education level, perceived benefits, self-efficacy, home access to health facilities, drug side effects, and monitoring of medication taking were examined in this study. Bivariate analysis was carried out to see the relationship between these variables and medication adherence. Knowledge that home access to health care facilities is significantly associated with medication adherence (p = 0.013) and is also a predictor of patient medication adherence (OR = 2.96). The results show that home access to health facilities influences the level of compliance, so that the institution is expected to provide support, confidence and motivation to patients who have a long distance from home to seek treatment at the nearest health facility in carrying out ARV treatment.
S-11525
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Salwa Refianisa; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Dian Ayubi, Widayanti
Abstrak:
Read More
Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang berkontribusi besar terhadap tingginya angka kematian dini secara global, termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keterkaitan antara faktor gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia produktif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tugu, Kota Depok, pada tahun 2024. Metode yang digunakan adalah studi potong lintang (cross-sectional) dengan memanfaatkan data sekunder dari hasil skrining penyakit tidak menular. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 95 responden, yang berusia 15 hingga 64 tahun. Faktor-faktor yang dianalisis mencakup konsumsi garam, konsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik, obesitas, serta merokok. Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat, dengan uji statistik Chi-square sebagai alat uji hubungan antar variabel. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 54 responden (56,8%) teridentifikasi menderita hipertensi, sedangkan 41 responden (43,2%) tidak mengalami hipertensi. Ditemukan hubungan yang signifikan antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi (p=0,005; OR=11,4; 95% CI: 1,42–91,9), serta antara obesitas dan hipertensi (p=0,021; OR=2,69; 95% CI: 1,1–6,2). Berdasarkan temuan ini, sangat penting bagi pihak Puskesmas untuk melakukan upaya promotif dan preventif, melalui pemberian edukasi serta pengubahan pola hidup masyarakat ke arah yang lebih sehat.
Hypertension is one type of non-communicable disease that contributes greatly to the high rate of premature mortality globally, including in Indonesia. This study aims to examine the relationship between lifestyle factors and the incidence of hypertension in the productive age group in the working area of UPTD Puskesmas Tugu, Depok City, in 2024. The method used was a cross-sectional study utilizing secondary data from non-communicable disease screening results. The sample size in this study was 95 respondents, aged 15 to 64 years. The factors analyzed included salt consumption, fruit and vegetable consumption, physical activity, obesity, and smoking. This study was analyzed using univariate and bivariate analysis, with the Chi-square statistical test as a means of testing the relationship between variables. The results showed that 54 respondents (56.8%) were identified as having hypertension, while 41 respondents (43.2%) did not have hypertension. There was a significant association between salt consumption and hypertension (p=0.005; OR=11.4; 95% CI: 1.42-91.9), as well as between obesity and hypertension (p=0.021; OR=2.69; 95% CI: 1.1-6.2). Based on these findings, the Puskesmas need to make promotive and preventive efforts, through providing education and changing people's lifestyles towards a healthier direction.
S-11939
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Siti Nur Ramdaniati; Pembimbing: Anwar Hasan; Penguji: Besral, Dian Ayubi, Didin Aliyudin, Upi Meikawati
Abstrak:
Hingga saat ini Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan di dunia kesehatan. Menurut data WHO pada tahun 2014 Indonesia merupakan peringkat ke-2 penyumbang kasus TB terbesar di dunia dengan jumlah 9,6 juta kasus. Menurut data Riskesdas 2013 prevalensi TB di Provinsi Banten yaitu 0,4% dari jumlah penduduk. Upaya pengendalian TB memerlukan peran serta masyaraat dan pasien yang perlu diberdayakan melalui paguyuban TB. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pasien TB terkonfirmasi bakteriologis di Puskesmas Unyur yang melaksanakan paguyuban TB dan Puskesmas Kilasah yang tidak melaksanakan paguyuban TB, Kota Serang tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi crosssectional yang dilakukan selama bulan November 2016. Sampel penelitian ini berjumlah 79 pasien baru TB terkonfirmasi bakteriologis yang sedang menjalani pengobatan minimal 1 bulan di Puskesmas Unyur dan Puskesmas Kilasah. Hasil analisis univariat menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan pasien TB di Puskesmas Unyur lebih tinggi dari Puskesmas Kilasah. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan pasien TB (p = 0,024; OR = 10,3; 95% CI = 1,4 to 77,8). Variabel lainnya yang bermakna yaitu dukungan keluarga (p = 0,023; OR = 7,7; 95% CI = 1,3 to 44,5). Selain itu juga didapat hasil bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan TB setelah dikontrol oleh variabel sikap, jarak, penyuluhan dan dukungan sosial. Kepatuhan Pengobatan merupakan kunci keberhasilan pengobatan TB yang menjadi tujuan utama dalam program pengendalian penyakit Tuberkulosis. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat agar program pengendalian TB dapat lebih optimal. Kata kunci: tuberkulosis, pengetahuan, dukungan keluarga, kepatuhan, paguyuban Until now Tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases that has become problems in the health world. According to WHO (2014), Indonesia was ranked as the second largest contributor of TB cases in the world with 9,6 million cases. According to Riskesdas (2013), the prevalence of TB in Banten Province at 0,4% of the population. TB control efforts required participation of communities and patients through TB support groups (paguyuban). This study aimed to determine the factors aasociates the treatment compliance level for new patients of TB confirmed bacteriological in Community Health Center (Puskesmas) in Unyur(TB support group) and Kilasah (Non-TB support group), both in Serang City, 2016. This research used quantitative methods with cross-sectional study design, conducted in November 2016. The research sample was 79 confirmed bacteriological TB patients who are under treatment minimum 1 month in Puskesmas Unyur and Kilasah. As the result, treatment compliance of TB patients in Puskesmas Unyur was higher than in Kilasah. The analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge with compliance treatment of TB patients (p = 0,024; OR = 10,3; 95% CI = 1,4 to 77,8). Other significant variable was family support (p = 0,023; OR = 7,7; 95% CI = 1,3 to 44,5). In addition, the result was that the family support was the most dominant factor influencing TB treatment compliance after being controlled by variables, i.e. attitude, distance, counseling and social support. Treatment compliance was key for successful treatment of TB and became a major goal in Tuberculosis control programs. Therefore it is necessary for increase community participation to optimize the TB control programs. Keywords: tuberculosis, knowledge, family support, compliance, support group
Read More
T-4804
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ihyani Nurdiena Marliamara; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Bambang Wispriyono, Dien Anshari, Risky Kusuma Hartono, Faika Rachmawati
Abstrak:
Read More
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan sopir angkutan umum terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Terminal Kota Depok tahun 2024. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan desain cross-sectional. Responden penelitian adalah 94 sopir angkutan umum yang dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mencakup karakteristik individu serta sikap dan perilaku merokok. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sopir angkutan umum (79.8 %) tidak patuh terhadap peraturan KTR, sementara sisanya (20.2%) patuh. Faktor predisposisi memiliki hubungan signifikan dengan kepatuhan para sopir angkutan umum (p- value < 0,05). Begitu pula dengan faktor pemungkin. Faktor Penguat yaitu harga rokok tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan.
This study aims to analyze the factors associated with the compliance of public transport drivers with the Smoke-Free Area (SFA) regulations at the Depok City Terminal in 2024. The research employs a descriptive method with a quantitative approach and a cross-sectional design. The respondents of the study consist of 94 public transport drivers selected through purposive sampling. Data were collected using a questionnaire that covered individual characteristics as well as smoking attitudes and behaviors. Data analysis was conducted using the Chi-Square test. The results showed that the majority of public transport drivers (79.8%) did not comply with the SFA regulations, while the remaining 20.2% were compliant. Predisposing factors were found to have a significant relationship with the compliance of public transport drivers (p-value < 0.05). Similarly, enabling factors were also significantly related. However, reinforcing factors, such as the price of cigarettes, did not have a significant relationship with compliance.
T-7197
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tantri Juliyanti; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Dian Ayubi, Yunita Sitorus
S-9624
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sabbina Maharani; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Tiara Amelia, Dhina Elfarina
Abstrak:
Read More
Di Puskesmas Kecamatan Cilodong, hipertensi termasuk ke dalam 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan tahun 2022. Kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2020 hingga tahun 2022. Namun, masih ditemukan pasien yang tidak patuh minum obat akibat kurangnya kesadaran, lupa, dan tempat tinggal yang jauh dari Puskesmas untuk mendapatkan obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan perilaku kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) di Puskesmas Kecamatan Cilodong tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Dalam penelitian ini, terdapat 99 responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling serta merupakan pasien hipertensi yang terdaftar di Puskesmas Kecamatan Cilodong, berusia ≥ 18 tahun, dan tidak sedang hamil. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-Maret tahun 2024 melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kepatuhan minum obat responden sebesar 58,75 dari skala 100. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan (p value = 0,001), sikap (p value = 0,001), norma subjektif (p value = 0,005), persepsi kontrol perilaku (p value = 0,001), dan niat (p value = 0,001) dengan perilaku kepatuhan minum obat pasien hipertensi. Akan tetapi, usia, tingkat pendidikan, lama menderita hipertensi, dan riwayat stroke tidak berhubungan signifikan (p value > 0,05) dengan perilaku kepatuhan minum obat pasien hipertensi. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mendukung kepatuhan minum obat pasien hipertensi, seperti konseling secara menyeluruh, pembuatan sistem pelaporan khusus terkait hipertensi dari kader kepada tenaga kesehatan, dan inovasi agar pasien ingat minum obat.
At Puskesmas Kecamatan Cilodong, hypertension is included in the top 10 most common diseases among outpatients in 2022. Hypertension cases in the work area of Puskesmas also continue to increase from 2020 to 2022. However, there are still hypertensive patients who do not adhere to taking their medication due to lack of awareness, forgetting, and living far from Puskesmas to get medicine. This study aims to determine the determinants of medication adherence behavior in hypertensive patients based on the Theory of Planned Behavior (TPB) at the Puskesmas Kecamatan Cilodong in 2024. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. In this study, there were 99 respondents who were selected using a purposive sampling method and were hypertensive patients registered at Puskesmas Kecamatan Cilodong, aged ≥ 18 years old, and not pregnant. Data collection was carried out in February-March 2024 through direct interviews with respondents using a questionnaire. The data was analyzed using the Chi-Square Test. The results of the study showed that the average respondent's medication adherence score is 58.75 on a scale of 100. The results of the study also showed that there is a relationship between knowledge (p value = 0.001), attitude (p value = 0.001), subjective norm (p value = 0.005), perceived of behavioral control (p value = 0.001), and intention (p value = 0.001) with medication adherence behavior in hypertensive patients. However, age, education level, duration of suffering from hypertension, and history of stroke are not significantly associated (p value > 0.05) with medication adherence behavior in hypertensive patients. Several efforts need to be taken to support hypertensive patients' medication adherence, such as comprehensive counseling, creating a specific reporting system about hypertension from cadres to health workers, and innovation so that patients remember to take their medication.
S-11557
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
