Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 22588 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Minawati; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Wahyu Septiono, Iqbal Ridzi Fahdri Elyazar
Abstrak:
Malnutrisi menjadi masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Malnutrisi berkontribusi menyebabkan hilangnya kesempatan hidup sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran beban masalah gizi dan potensi hilangnya kesempatan hidup sehat pada balita terkait masalah gizi di Indonesia pada level provinsi. Studi ini menggunakan metode analisis sistematik review Global Burden of Disease (GBD) 2021 untuk menganalisis beban penyakit akibat masalah kekurangan gizi. Indikator masalah gizi yang dianalisis yaitu berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelahiran prematur, kegagalan pertumbuhan balita, defisiensi zat besi, dan defisiensi vitamin A. Wilayah prioritas ditentukan berdasarkan besaran DALYs dan tren periode 1990-2021. Tren DALYs dianalisis menggunakan uji Mann Kendall, besaran potensi hilangnya kesempatan hidup sehat dengan mengidentifikasi faktor risiko atribusi. Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan NTT, menjadi wilayah prioritas. BBLR dan kelahiran prematur menjadi faktor risiko utama, dan gangguan neonatal menjadi penyebab utama. Seluruh indikator masalah kekurangan gizi menunjukkan tren penurunan yang signifikan. BBLR dan kelahiran prematur berpotensi menyebabkan hilangnya kesempatan hidup sehat akibat gangguan neonatal sebesar 2.974.493,1. Kegagalan pertumbuhan balita menyebabkan hilangnya kesempatan hidup sehat akibat diare sebesar 558.743,0 dan infeksi saluran pernafasan 449.285,6. Menyelesaikan BBLR dan kelahiran prematur serta kegagalan pertumbuhan anak menjadi prioritas untuk menurunkan beban penyakit pada balita.

Malnutrition is a global health issue, including Indonesia. Malnutrition potentially causes loss of healthy life. This research aims to identify priority areas with a burden of disease and provide descriptions, trends and potential lost of healthy life attributed to risk factors related to malnutrition. This study used Global Burden of Disease (GBD) 2021 systematic analysis method. Indicators that analyzed were low birth weight (LBW) and preterm birth, child growth failure (CGF), iron and vitamin A deficiency. Priority areas are determined by rate of DALYs and trend since 1990-2021. Trends were analyzed with Mann Kendall test, potential lost of healthy life is done by identifying attributable risk factors. Maluku, North Maluku, Gorontalo, Southeast Sulawesi, West Sulawesi and NTT were selected as priority areas. LBW and preterm birth are the leading risk factors, and neonatal disorders are the leading cause. All indicators of malnutrition show significant downward trend. LBW and preterm birth was potentially caused loss a healthy life due to neonatal disorders by 2,974,493.1. CGF was potentially caused loss a healthy life due to diarrhea by 558,743.0 and respiratory infections by 449,285.6. Resolving LBW and preterm birth and CGF, should be prioritized to reduce the burden of disease among under five.
Read More
T-7001
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
T-1705
Depok : FKM-UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tyra Septi Diana; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Sudijanto Kamso, Popy Yuniar, Misti, Ananda
Abstrak:
Diabetes melitus tipe 2 meningkat pada usia 15-24 tahun akibat perubahan gaya hidup, pola makan yang cepat berkembang. Hal ini disebabkan oleh peningkatan glukosa darah akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas (International Diabetes Federation, 2023). Usia 15-24 tahun dengan diabetes tipe 2 memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dan mempengaruhi kesehatan di usia dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 pada kelompok usia 15-24 tahun usia 15-24 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional menggunakan data SIPTM pada penduduk usia 15-24 tahun di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2022. Hasil: Prevalensi diabetes melitus pada usia 15-24 tahun di Provinsi DKI Jakarta tahun 2022 sebesar 2,0%. Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 pada kelompok usia 15-24 tahun adalah riwayat keluarga DM (AOR = 8,171). Faktor-faktor terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 pada kelompok usia 15-24 tahun adalah hipertensi (AOR=5,227), konsumsi gula berlebih (AOR=1,342), merokok (AOR=1,327), indeks massa tubuh (AOR= 1,303), obesitas sentral (AOR=1,204), dan konsumsi buah dan sayur (AOR=0,854). Saran: Merencanakan program untuk meningkatkan dukungan keluarga dalam menerapkan pola hidup sehat sejak dini. Perlu memperdetail pertanyaan kuesioner pada variabel konsumsi buah dan sayur, konsumsi gula garam lemak berlebih dan aktivitas fisik. Penelitian dengan analisis lanjut diperlukan dalam penelitian ini.

Type 2 diabetes mellitus increases at the age of 15-24 years due to fast-growing changes in lifestyle and diet. This is caused by an increase in blood glucose due to a lack of insulin production by the pancreas (International Diabetes Federation, 2023). Ages 15-24 with type 2 diabetes have a higher risk of complications and affect health in adulthood. This study aims to determine the risk factors related to type 2 diabetes mellitus in the age group of 15-24 years and 15-24 years in DKI Jakarta Province. Methods: This study used a cross-sectional design using SIPTM data in the population aged 15-24 years at the DKI Jakarta Provincial Health Office in 2022. Results: The prevalence of diabetes mellitus at the age of 15-24 years in DKI Jakarta Province in 2022 was 2.0%. The most dominant risk factor for the incidence of type 2 diabetes mellitus in the age group of 15-24 years was a family history of DM (AOR = 8.171). Results: The prevalence of diabetes mellitus at the age of 15-24 years in DKI Jakarta Province in 2022 was 2.0%. The most dominant risk factor for the incidence of type 2 diabetes mellitus in the age group of 15-24 years was a family history of DM (AOR = 8.171). The factors for the incidence of type 2 diabetes mellitus in the age group of 15-24 years were hypertension (AOR=5.227), excess sugar consumption (AOR=1.342), smoking (AOR=1.327), body mass index (AOR=1.303), central obesity (AOR=1.204), and fruit and vegetable consumption (AOR=0.854). Suggestion: Plan a program to increase family support in implementing a healthy lifestyle from an early age. It is necessary to detail the questionnaire questions on the variables of fruit and vegetable consumption, sugar consumption, salt, excess fat and physical activity. Research with further analysis is needed in this study.
Read More
T-6979
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Aulia Rahman; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Sudijanto Kamso, Sutanto Priyo Hastono, Mugi Wahidin, Najmi Komariyah
Abstrak:
Ibadah haji merupakan ibadah yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Pada tahun 2023, sebanyak 1.845.045 orang dari berbagai negara mengikuti ibadah ini dan Jemaah haji dari Indonesia sendiri berjumlah 211.386 orang. Sebagian besar aktivitas dalam ibadah haji bersifat fisik dan ditambah dengan stresor eksternal seperti cuaca panas dan terik matahari, sehingga faktor kesehatan menjadi sangat penting untuk kelancaran ibadah haji. Kriteria kesehatan jemaah haji ditentukan berdasarkan istithaah kesehatan. Pada tahun 2023, terdapat peningkatan signifikan dalam angka kematian jemaah haji dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai 798 orang, dengan 42% di antaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular atau berjumlah 336 jiwa. Oleh karena itu, penelitian potong-lintang dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (SISKOHATKES) untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kematian jemaah haji Indonesia akibat penyakit kardiovaskular. Hasil uji analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa usia, Jenis kelamin, indeks massa tubuh, status hipertensi, status diabetes melitus secara signifikan mempengaruhi kematian jemaah haji akibat penyakit kardiovaskular, sedangkan status merokok dan pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Hajj is a pilgrimage carried out by Muslims worldwide at a specified time and place. In 2023, a total of 1,845,045 people from various countries participated in this pilgrimage, including 211,386 pilgrims from Indonesia. Most of the activities during Hajj are physical, coupled with external stressors such as hot weather and intense sunlight, making health a critical factor for the smooth conduct of the pilgrimage. The health criteria for pilgrims are determined based on health feasibility (istithaah kesehatan). In 2023, there was a significant increase in the mortality rate of pilgrims compared to previous years, reaching 798 people, with 42% of these deaths (336 individuals) caused by cardiovascular diseases. Therefore, a cross-sectional study was conducted using secondary data from the Integrated Hajj Health Computerization System (SISKOHATKES) to determine the influence of risk factors on the mortality of Indonesian Hajj pilgrims due to cardiovascular diseases. The results of the multiple logistic regression analysis showed that age, gender, body mass index, hypertension status, and diabetes mellitus status significantly affected the mortality of pilgrims due to cardiovascular diseases, while smoking status and education level did not have a significant influence.
Read More
T-7103
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Masnauli Pratiwi Sitompul; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Dian Ayubi, Sutanto Priyo Hastono, Maria Gayatri
Abstrak:
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi Stunting di Indonesia pada tahun 2022 adalah 21,6%. Prevalensi stunting pada balita di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2019 sebesar 39,3 persen dan turun pada tahun 2021 namun mengalami kenaikan dari tahun 2021 sebesar 1,2 persen yaitu dari 33,8 persen menjadi 35,0 persen atau sebanyak 479.699. Prevalensi stunting terendah tahun 2019, 2021 dan 2022 adalah di provinsi Bali dengan nilai berturut-turut adalah 14,3 persen lalu turun menjadi 10,9 persen dan turun 2,9 persen pada tahun 2022 menjadi 8 persen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komparasi determinan stunting pada anak usia 6-23 bulan di Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Bali berdasarkan data SSGI Tahun 2022. Desain dalam penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data SSGI 2022. Sampel dalam penelitian ini anak usia 6-23 bulan di Provinsi Sulawesi Barat dan Bali yang terpilih menjadi responden SSGI 2022. Analisis data dilakukan menggunakan chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan bermakna dengan stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Provinsi Sulawesi Barat, yakni Jenis kelamin dan berat bayi lahir rendah. Status IMD merupakan variabel counfounding. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan stunting di Provinsi Sulawesi Barat adalah riwayat BBLR. Hasil analisis didapatkan odds ratio (OR) dari variabel BBLR adalah 2,640 (95% CI: 1,286-5,420), artinya peluang anak dengan riwayat BBLR lebih besar 2,64 kali lebih besar untuk mengalami stunting daripada anak dengan riwayat tidak BBLR setelah dikontrol variabel jenis kelamin sedangkan di Provinsi Bali, Jenis Kelamin, Berat Bayi Lahir Rendah, Pendidikan Ayah, Tinggi Badan Ibu, Umur Ibu, dan IMD yang berhubungan dengan stunting (p<0,05). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan stunting di Provinsi Bali adalah IMD. Variabel jenis kelamin, BLLR, pekerjaan ibu dan sumber air minum, Riwayat pneumonia merupakan variabel counfounding. Anak yang tidak IMD (=1 jam) setelah dikontrol variabel, Pendidikan Ayah, Umur Ibu, dan Tinggi ibu.

Stunting is a global public health concern. The prevalence of stunting in Indonesia in 2022 is 21.6%. The prevalence of stunting among young children in West Sulawesi province was 39.3% in 2019 and decreased in 2021, but increased by 1.2% from 2021, from 33.8% to 35.0% or 479,699. The lowest prevalence of stunting in 2019, 2021 and 2022 was in Bali province with consecutive values of 14.3 percent, then decreased to 10.9 percent and decreased by 2.9 percent to 8 percent in 2022. This study aims to analyze the comparative determinants of stunting in children aged 6-23 months in West Sulawesi Province and Bali Province based on SSGI data in 2022. The design in this study was cross-sectional using SSGI 2022 data. The sample in this study were children aged 6-23 months in West Sulawesi and Bali provinces who were selected as SSGI 2022 respondents. The data were analyzed using chi-squared and multiple logistic regression. The results showed that the variables significantly associated with stunting in children aged 6-23 months in West Sulawesi Province were gender and low birth weight. IMD status is a cofounding variable. The most dominant variable associated with the incidence of stunting in West Sulawesi Province is a history of LBW. The results of the analysis obtained the odds ratio (OR) of the LBW variable is 2.640 (95% CI: 1.286-5.420), meaning that the chances of children with a history of LBW are 2.64 times greater to experience stunting than children with a history of not LBW after controlling for gender variables, while in Bali Province, The most dominant factor associated with the incidence of stunting in Bali Province was early initiation of breastfeeding. Gender, BLLR, maternal occupation and drinking water source, and history of pneumonia were cofounding variables. Children who did not initiate early breastfeeding (=1 hour) after controlling for the variables of father's education, mother's age, and mother's height.
Read More
T-6936
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Izzatul Mardiah Saini; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Nining Mularsih, Tiopan Sipahutar
Abstrak:
Penanggulangan dan pengobatan tuberkulosis semakin sulit dan menantang dengan munculnya varian mycrobacterium tuberculosis yang resisten terhadap obat. Tuberkulosis yang resisten terhadap obat merupakan risiko kesehatan global dan dapat mmenyebabkan tingginya angka kematian. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi yang tercatat sebagai provinsi dengan angka kejadian tuberkulosis dan TB-RO tertinggi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan diabetes mellitus dan HIV dengan ketahanan hidup pasien TB-RO selama masa pengobatan di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif pada 1100 pasien TB-RO yang menjalani pengobatan pada Januari 2021-Desember 2023 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang dilakukan analisis univariat, kaplan-meier, bivariat menggunakan regresi cox dan multivariat dengan cox proportional hazard. Hasil penelitian ini menunjukkan 18,8% pasien TB-RO mengalami kematian dengan incidence rate kematian 15 per 1000 orang-bulan dengan probabilitas survival kumulatif sebesar 79,69%. Status HIV positif (HR 2,17; 95% CI: 1.14 – 4,12) berhubungan dengan ketahanan hidup pasien TB-RO. Status HIV positif pada pasien tuberkulosis yang resistan terhadap obat dapat mempercepat kematiannya. Pentingnya peningkatan kolaborasi program terutama TB-HIV agar pasien TB-RO dengan HIV mendapatkan pengobatan dan pemantauan yang tepat

The prevention and treatment of tuberculosis have become increasingly complicated and challenging with the emergence of drug-resistant variants of Mycobacterium tuberculosis. Drug-resistant tuberculosis poses a global health risk and can lead to high mortality rates. DKI Jakarta is one of the provinces in Indonesia with the highest incidence of tuberculosis and drug-resistant TB (TB-DR). The objective of this study is to investigate the relationship between diabetes mellitus and HIV with the survival of TB-DR patients during treatment in DKI Jakarta Province. The study design is a retrospective cohort study involving 1100 TB-DR patients who underwent treatment from January 2021 to December 2023 and were registered in the Tuberculosis Information System. The analysis included univariate analysis, Kaplan-Meier analysis, bivariate analysis using Cox regression, and multivariate analysis with Cox proportional hazard. The results of the study showed that 18.8% of TB-DR patients experienced mortality, with an incidence rate of 15 per 1000 person-months and a cumulative survival probability of 79.69%. HIV-positive status (HR 2.17; 95% CI: 1.14 – 4.12) was associated with the survival of TB-DR patients. Being HIV-positive in drug-resistant tuberculosis patients can accelerate their mortality. The importance of enhancing collaborative programs, especially TB-HIV programs, is crucial to ensure that TB-DR patients with HIV receive appropriate treatment and monitoring.
Read More
T-7011
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dini Kurniawati; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Ahmad Syafiq, Christa Dewi, Siti Masitoh
Abstrak:

Obesitas merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi yang terus meningkat, termasuk di Indonesia. Pada anak dan remaja, obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti genetik, lingkungan, pola makan, dan status sosial ekonomi. Namun, penelitian yang secara khusus mengkaji obesitas pada kelompok usia ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan obesitas pada anak dan remaja di Indonesia menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan sampel terdiri dari 115.053 anggota rumah tangga berusia 5–19 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil menunjukkan prevalensi obesitas sebesar 7,9% (95% CI 7,6–8,1). Faktor-faktor yang secara signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas meliputi: jenis kelamin laki-laki [AOR 1,56; 95% CI 1,451–1,678], pendidikan ibu tinggi [AOR 1,197; 95% CI 1,106–1,296], ibu bekerja [AOR 1,14; 95% CI 1,063–1,223], tinggal di perkotaan [AOR 1,27; 95% CI 1,176–1,370], status ekonomi teratas [AOR 1,791; 95% CI 1,548–2,032], aktivitas fisik rendah [AOR 1,534; 95% CI 1,230–1,913], konsumsi makanan olahan lebih dari satu kali sehari [AOR 1,27; 95% CI 1,009–1,242], serta konsumsi buah dan sayur minimal satu porsi per hari [AOR 1,142; 95% CI 1,060–1,227]. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi promosi kesehatan yang menargetkan faktor-faktor tersebut penting untuk mencegah dan mengendalikan obesitas pada anak dan remaja di Indonesia.

Obesity is a global health problem with a steadily increasing prevalence, including in Indonesia. Among children and adolescents, obesity is influenced by various factors such as genetics, environment, dietary patterns, and socioeconomic status. However, research specifically focusing on obesity within this age group remains limited. This study aims to examine the prevalence and determinants of obesity among children and adolescents in Indonesia using data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI). A cross-sectional study design was employed, with a total sample of 115,053 household members aged 5–19 years who met the inclusion and exclusion criteria. The results showed an obesity prevalence of 7.9% (95% CI: 7.6–8.1). Factors significantly associated with increased obesity risk included: male gender [AOR 1.56; 95% CI: 1.451–1.678], higher maternal education [AOR 1.197; 95% CI: 1.106–1.296], working mothers [AOR 1.14; 95% CI: 1.063–1.223], urban residence [AOR 1.27; 95% CI: 1.176–1.370], highest socioeconomic status [AOR 1.791; 95% CI: 1.548–2.032], low physical activity [AOR 1.534; 95% CI: 1.230–1.913], consumption of processed food more than once a day [AOR 1.27; 95% CI: 1.009–1.242], and fruit and vegetable intake of at least one portion per day [AOR 1.142; 95% CI: 1.060–1.227]. These findings underscore the importance of targeted health promotion interventions addressing these factors to prevent and control obesity among children and adolescents in Indonesia.  


 

Read More
T-7372
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Helmi Safitri; Pembimbing: Kemal N. Siregar; Penguji: Tris Eryando, Milla Herdayati, Rahmadewi, Dian Kristiani Irawaty
Abstrak:
Penelitian ini membahas begaimana pengaruh pemberian payanan KB terhadap unmet need pada wanita menikah usia 15-49 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjutan SDKI 2017 dengan menggunakan desain penelitian potongl lintang pada wanita menikah atau tinggal bersama usia 15-49 tahun sebanyak 35.681 wanita yang dianalisis menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian layanan KB yang kurang terakses memiliki kejadian unmet need (11,5%) lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian layanan KB yang terakses (6,9%). Kurang teraksesnya pemberian layanan KB dalam memberikan informasi tentang KB kepada wanita menikah usia 15-49 tahun memiliki peluang 2,269 lebih tinggi untuk mengalami unmet need setelah di kontrol oleh variabel status pekerjaan, wilayah tempat tinggal dan jumlah anak hidup (IK 95%= 1,948-2,642). Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan pemberian layanan KB dalam pemberian informasi KB agar masyarakat sebagai klien dapat dengan mudah mengakses informasi mengenani KB terutama bagi wanita yang bekerja, tinggal diperkotaan dan memiliki beberapa anak, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk menggunakan KB dengan pilihan KB yang sesuai dengan kebutuhan.

This study was conducted to assess the extent of the effect of family planning services delivery on unmet needs in married women aged 15-49 years in Indonesia. Unmet need is a phenomenon in the area of ​​population that requires serious and immediate handling because it can hamper the increase in CPR and decrease TFR, population growth rate, MMR, and IMR. The provision of family planning services delivery is important in meeting one's needs for using family planning by selecting the right family planning tool according to their needs, to overcome unmet need. This study is an advanced analysis of the 2017 IDHS by using a cross-sectional study design of married or living women aged 15-49 as many as 35,681 women analyzed using the chi-square test and multiple logistic regression, with unmet need as the dependent variable and KB service delivery as a variable independent, as well as several confounding variables. The results showed that the provision of family planning services delivery that were less accessible by respondents had a risk of 2.269 to experience unmet needs compared to those accessed (95% CI = 1.948- 2,642). Therefore, it is necessary to increase the provision of family planning services in providing family planning information so that clients can easily access information about family planning, especially for women who work, live in urban areas and have several children, to increase knowledge and awareness to use family planning according to needs.

Read More
T-5891
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lami Trisetiawati; Pembimbing: Besral; Penguji: Poppy Yuniar, Adhy Nugroho
Abstrak: Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko strokeberulang pada pasien paska stroke pertama di RS Pusat Otak Nasional dan faktorrisikonya.Metode: Desain penelitian ini adalah cohort retrospektif. Sampel dalam penelitianini adalah semua pasien stroke serangan pertama yang menjalani pelayanan rawatinap pada tahun 2014 dan memiliki catatan rekam medik yang lengkap. Analisisdata mengunakan regresi cox multivariat.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bulan ≤ 15,umur ≥ 60 tahunmemiliki risiko lebih besar untuk terjadinya stroke berulang ; pada bulan < 15,overweight memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang; padabulan ≤ 15, obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang;pada bulan ≤ 30, pre hipertensi memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya strokeberulang ; pada bulan ≤ 15, hipertensi grade 1 dan 2 memiliki risiko yang lebihtinggi untuk terjadinya stroke berulang, ; kontrol yang tidak teratur memilikirisiko 8,71 kali lebih tinggi untuk terjadinya stroke berulang.Kata kunci : analisis survival, stroke berulang, stroke.
Objective: This study aims to determine the risk of recurrent strokein patientswith post-stroke first in the brain center of the national hospitaland the risk factorsthat influence.Methods: This study was a retrospective cohort. The sample in this study is thefirst to attack all stroke patients who underwent inpatient services in 2014 and hada complete medical record. Analysis of data using multivariate cox regression.Results: The results showed that in ≤ 15, ≥ 60 years of age have a greater risk forrecurrent stroke; in <15 overweight have a higher risk for recurrent stroke; in ≤15, obesity have a higher risk for recurrent stroke; in ≤ 30, pre-hypertension are athigher risk forrecurrent stroke; in ≤ 15, hypertension grade 1 and 2 have a higherrisk for the recurrent stroke; control irregular had 8.71 times higher risk forrecurrent strokeKey words : Survival analysis, reccurrent stroke, stroke.
Read More
S-9310
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
R Nasrullah Nur Nugroho; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Retno Mardhiati, Hilmansyah Panji Utama
Abstrak:
Pada tahun 2023, lebih dari 50% kasus baru HIV di Indonesia berada di pulau jawa. Berdasarkan faktor risiko yang teridentifikasi, penyebaran terbesar berasal dari homoseksual 31% yang terdiri atas 30% kelompok LSL dan 1% Waria. Studi ini bertujuan untuk dapat mengetahui apa determinan sosial perilaku yang berhubungan dengan kejadian HIV pada kelompok LSL dan Waria di Pulau Jawa berdasarkan data STBP 2018. Desain Studi yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan studi cross-sectional pada 2555 responden LSL dan 1967 responden Waria. Hasil studi ini menunjukkan prevalensi HIV pada kelompok LSL di Pulau Jawa sebesar 19%, dan pada kelompok Waria sebesar 13,6%. Pada kelompok LSL, Usia ≥ 26 Tahun, status perkawinan yang belum kawin, status sifilis positif, dan status TBC positif merupakan faktor risiko pada kejadian HIV pada kelompok LSL di Pulau Jawa. Positif TBC menjadi faktor risiko paling dominan dengan peluang sebesar 3x meningkatkan terinfeksi HIV. Sementara itu, pada kelompok Waria, pengetahuan HIV yang rendah, penggunaan NAPZA suntik, status sifilis positif dan status TBC positif merupakan faktor risiko pada kejadian HIV pada kelompok Waria di Pulau Jawa. Positif sifilis menjadi faktor risiko paling dominan dengan peluang sebesar 3,8x meningkatkan terinfeksi HIV. Kementerian kesehatan dapat meningkatkan layanan berupa petunjuk teknis (Juknis) layanan terpadu HIV-Sifilis-TBC khusus populasi kunci atau pedoman peran layanan berbasis komunitas. Selain itu peningkatakan integrasi layanan pengobatan baik IMS maupun TB dengan HIV dapat dilakukan untuk memudahkan LSL dan Waria. LSM dapat meningkatkan layanan skrining "Jemput Bola" di ruang aman, serta meningkatkan pengetahuan HIV yang komprehensif pada Waria seperti pertemuan berkala dan juga penentuan community leader. Memperkuat upaya pendampingan untuk meningkatkan akses dan retensi layanan HIV, IMS, dan TB bagi LSL dan Waria

Java Island, as the most populous region in Indonesia, has become the epicenter of HIV/AIDS transmission. In 2023, it was reported that more than 50% of newly identified HIV cases in Indonesia occurred in Java. Based on identified risk factors, the largest proportion of cases (31%) was attributed to homosexual transmission, comprising 30% among men who have sex with men (MSM) and 1% among transgender women. This study aims to identify the social and behavioral determinants associated with HIV infection among MSM and transgender women in Java, using data from the 2018 Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS). The study employed a quantitative design with a cross-sectional approach involving 2,555 MSM and 1,967 transgender women respondents. The findings showed that HIV prevalence among MSM in Java was 19%, while among transgender women it was 13.6%. Among MSM, the significant risk factors for HIV infection were age ≥ 26 years, being unmarried, positive syphilis status, and positive tuberculosis (TB) status. TB was the most dominant risk factor, increasing the likelihood of HIV infection by threefold. Among transgender women, risk factors included low HIV knowledge, injecting drug use, positive syphilis status, and positive TB status. Syphilis was identified as the most dominant risk factor, increasing the risk of HIV infection by 3.8 times. The Ministry of Health needs encouraged to enhance services through the development of integrated technical guidelines for HIV–Syphilis–TB services tailored to key populations, as well as community-based service frameworks. Detection and treatment services for sexually transmitted infections (STIs) and TB should be integrated and made specifically accessible to MSM and transgender women. Civil society organizations can strengthen community-based screening services through mobile outreach strategies in safe spaces and increase comprehensive HIV knowledge among transgender women through regular meetings and the empowerment of community leaders. Strengthening peer support and outreach programs is also crucial to improve access to and retention in HIV, STI, and TB services for MSM and transgender populations.

Read More
B-2548
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive