Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30347 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Atikah Khairunnisa; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmito; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Ascobat Gani, Vika Wahyudi Anggiri, Fikri Firdaus
Abstrak:
Rekam Medis Elektronik merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki permasalahan terkait fragmentasi data di Indonesia. Kementerian Kesehatan melalui Permenkes No. 24 Tahun 2022 telah mewajibkan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengimplementasikan rekam medis elektronik terintegrasi dengan batas waktu 31 Desember 2023. Hingga saat ini terdapat 4.000 Puskesmas yang belum mengimplementasikan RME sesuai peraturan dari 10.200 Puskesmas sasaran. Salah satu penyebab yaitu kurangnya kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang terlibat. Padahal RME dipercaya menjadi salah satu perkembangan teknologi informasi yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi deskriptif. Informan penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling yang terdiri dari DTO Kemenkes, Kepala Puskesmas, Tenaga Kesehatan dan Penanggung Jawab Rekam Medis. Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi hasil pengumpulan data dan data sekunder melalui telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SDM di lokasi penelitian telah siap dari segi pengetahuan, keterlibatan, manajemen dan keselarasan organisasi. Namun, Puskesmas diketahui belum siap dalam aspek keuangan, teknologi, operasional. Kesimpulan penelitian adalah dibutuhkan langkah strategi yang tepat untuk melakukan pengelolaan RME yang interoperabel dan meningkatkan kualitasnya secara berkelanjutan.

Electronic Medical Records (EMR) are one of the efforts to address the issue of data fragmentation in Indonesia. The Ministry of Health, through Ministerial Regulation No. 24 of 2022, has mandated all healthcare facilities to implement integrated electronic medical records by December 31, 2023. Currently, there are 4,000 Community Health Centers that have not implemented EMR as required, out of a target of 10,200 Community Health Centers. One of the main causes is the lack of readiness of the involved human resources (HR). In fact, EMR is believed to be one of the significant advancements in information technology for improving the quality of healthcare services. The research was conducted using a qualitative method with a descriptive study type. Research informants were determined using purposive sampling method, consisting of DTO Ministry of Health, Heads of Community Health Centers, Healthcare Workers, and Medical Records Officers. The collected data included primary data from data collection and secondary data through document review. The result of study indicate that the human resources at the study location are ready in terms of knowledge, engagement, management, and organizational alignment. However, the Community Health Centers is found to be unprepared in aspects of finance, technology, and operations. The study concludes that appropriate strategic steps are needed to manage the interoperable EMR (Electronic Medical Records) and improve its quality continuously.
Read More
T-7016
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elisa Sonoyati; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Anhari Achadi, Ascobat Gani, Siti Nurliah, Aanggar Jito
Abstrak:
Strategi penanggulangan TBC di Indonesia telah berlangsung lama dan permasalahan TBC semakin kompleks dengan tantangan baru. Dalam penemuan kasus, komunitas memainkan peran penting dengan pendampingan pasien selama berobat. Diperlukan sistem jejaring dan penguatan data base melalui inovasi kecamatan Bebas TBC atau KEBAS TBC. Tujuan penelitian ini untuk melakukan Analisis Implementasi Kebijakan KEBAS TBC dengan Tingkat keberhasilan program TBC di Kota Bekasi 2023. Desain dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian Non eksperimental, kualitatif wawancara mendalam dengan semi terstruktur kepada pemangku jabatan, puskesmas dan kader di wilayah kecamatan. Peneliti telah melakukan proses pengambilan data primer dengan melakukan wawancara mendalam. Strategi untuk mewujudkan kecamatan bebas Tuberkulosis dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui 5T. Ukuran dan tujuan dari kebijakan tercantum didalam Peraturan Walikota No 64.A tahun 2020 tentang strategi peningkatan pemberdayaan Masyarakat. Kerjasama lintas sektoral sebagai dasar penanggulangan TBC menjadi tanggung jawab bersama. Alokasi anggaran khusus diperuntukan bagi Dinas Kesehatan yang berfungsi sebagai promotif, preventif, dan kuratif dengan sumber dana APBD, DAK Non Fisik dan Global Fund. Kinerja implementasi Kebijakan adalah capaian target TBC menurut Standar Pelayanan Minimal, kemampuan petugas puskesmas dan kader sudah baik. Beberapa Organisasi menilai bahwa kegiatan masih tanggung jawab Dinas Kesehatan dan bersifat seremonial. Akses layanan Kesehatan sudah semakin mudah. Kondisi ekonomi, perilaku sosial dan pengetahuan berperan dalam penanggulangan TB. Implementasi Kebijakan Kecamatan Bebas TBC sudah berjalan dengan komitmen dan dukungan pemerintah daerah sehingga akses layanan menjadi mudah, koordinasi dan Kerjasama lintas sektoral baik. Saat ini diperlukan optimalisasi dari masing-masing pemangku jabatan dan tindak lanjut dari kebijakan tersebut.

The TB control strategy in Indonesia has been going on for a long time and the TB problem is getting more complex with new challenges. In case, The role of the community is very important in finding cases, accompanying patients during treatment. A network system and strengthening the data base are needed through the innovation of TBC-Free sub-districts or KEBAS TB. Purpose for this research is conducting an Analysis of the Implementation of the KEBAS TBC Policy with the Success Rate of the TB program in Bekasi City in 2023. Research Design Non-experimental, qualitative research of in-depth and semi-structured interviews with public officer , health centers and cadres in the sub-district area. The researcher has carried out the process of taking primary data by conducting in-depth interviews. Strategy to realize a Tuberculosis-free sub-district by increasing community empowerment through 5T. The size and objectives of the policy are listed in Mayor Regulation No. 64.A of 2020 concerning strategies to increase community empowerment. Cross-sectoral cooperation as the basis for TB control is a shared responsibility. The special budget allocation is intended for the Health Office which functions as promotive, preventive, and curative with sources of funds from the Regional Revenue and Expenditure Budget, Non-Physical special allocation fund and Global Fund. The performance of the implementation of the Policy is the achievement of the TB target according to the Minimum Service Standards, the ability of health center officers and cadres is good. Several organizations consider that activities are still the responsibility of the Health Office and are ceremonial. Access to health services has become easier. Economic conditions, social behavior and knowledge play a role in TB control. The implementation of the TB-Free District Policy has been running with the commitment and support of the local government so that access to services is easy, coordination and cross-sectoral cooperation are good. Currently, optimization is needed from each position holder and follow-up of the policy.
Read More
T-7116
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dina Zakiah; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Sandi Iljanto, Enny Ekasari
Abstrak:

ABSTRAK

Tesis ini membahas kesiapan puskesmas di Kabupaten Ketapang dalam menyongsongImplementasi Jaminan Kesehatan Nasional 2014 nanti. Penelitian ini adalahpenelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dilengkapi dengan wawancara.Dari hasil analisis variabel penelitian didapatkan bahwa tidak ada puskesmas yangsiap dilihat dari dimensi utilisasi dan kualitas pelayanan kesehatan. Penelitimenyarankan agar Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang menambah sumber dayapuskesmas seperti tenaga kesehatan inti yaitu dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan;juga peralatan dan obat pelayanan kesehatan dasar; dengan melakukan advokasi kepemerintah daerah untuk menambah anggaran kesehatan.


 

ABSTRACT

Readiness in order to facing the implementation of the National Health Insurance2014. This study was a quantitative research with cross sectional design featuresinterview with key informants. From the analysis of the study variables mentionedthat no primary health care is ready viewed from the dimensions of utilization andquality of health services. Researchers suggested that the health departement inKetapang Regency to adds resources center specially for the core professional suchas doctors, dentists, nurses, and midwives; other things is also for equipment andprimary health care medicines; by advocating to local governments for increase thehealth budget.

Read More
T-3931
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ratna Indra Sari; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Anhari Achadi, Dadan Erwandi, Mundiharno, Purwati
Abstrak: Program Kader JKN-KIS dibentuk untuk meningkatkan pertumbuhan jumlah kepesertaan dan meningkatkan kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan pada segmen peserta informal. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implementasi program Kader JKN-KIS di Kota Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dilakukan selama bulan Mei 2018 dengan tehnik wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen menggunakan teori implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn. Uji validitas melalui trianggulasi sumber dan metode. Hasil Penelitian didapatkan bahwa implementasi program Kader JKN-KIS di Kota Bekasi secara umum belum berjalan dengan optimal. Sudah ada standar dan sasaran yang ditentukan untuk melihat kinerja, namun pencapaiannya belum maksimal dan target dari fungsi kader belum lengkap. Sistem pencatatan, sistem tehnologi aplikasi, dan desiminasi informasi masih mengalami kendala. Konsistensi, kejelasan dalam komunikasi dan pelaksanaan pedoman belum berjalan maksimal. Hubungan dengan kelurahan belum terjalin dengan baik, SDM Kader JKN-KIS maupun Kantor Cabang masih terbatas. Sikap pelaksana kurang mendukung serta kondisi lingkungan ekonomi, sosial dan politik belum sepenuhnya mendukung implementasi program Kader JKN-KIS. Kesimpulan: implementasi Program Kader JKN-KIS di Kota Bekasi masih memiliki kendala. Perlunya perbaikan dari standar dan sasaran, sistem informasi, komunikasi, SDM, sosialisasi, hubungan kerjasama untuk keberhasilan implementasi program kader JKNKIS.
Kata kunci : implementasi kebijakan; Kader JKN-KIS; sektor informal

The JKN-KIS Cadre Program was established to increase membership growth and increase the collation of BPJS Health contribution to informal segment participants. The purpose of this research is to analyze the implementation of JKN-KIS Cadre program in Bekasi City. This research uses a qualitative method, conducted during May 2018 with in-depth interview technique, observation and document review using Van Meter and Van Horn policy implementation theory. Test validity through a source and method triangulation. The result of the research shows that the implementation of JKN-KIS Cadre program in Bekasi City has not run optimally yet. There are already standards and targets are determined to see the performance, but its achievement is not maximized and the target of the function of the cadre is not yet complete. Recording systems, application technology systems, and information dissemination are still constrained. Consistency, clarity in communications and implementation of guidelines has not been maximized. Relationship with the village has not been established well, Kader JKN-KIS Human Resources and Branch Offices are still limited. The attitude of the implementers is not supportive and the economic, social and political environment has not fully supported the implementation of the KKD-KIS Cadre program. Conclusion: The implementation of JKN-KIS Cadre Program in Bekasi City still has obstacles. The need for improvement of standards and targets, information systems, communication, human resources, socialization, cooperation relationship for successful implementation of JKNKIS cadre program.
Keywords: policy implementation; JKN-KIS Cadre; the informal sector
Read More
T-5291
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sandra Octaviani Dyah Puspita Rini; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Jaslis Ilyas, Wahyu Sulistiadi, Triyani, Elis Rohmawati
Abstrak: Kementerian Kesehatan melaksanakan program peningkatan kinerja sumber dayakesehatan melalui pendidikan dan pelatihan, khususnya pelatihan tenaga pelayanankesehatan tradisional, melalui pelatihan pelayanan akupresur bagi Puskesmas, namunpelayanan akupresur belum berjalan di Puskesmas. Di Kota Jakarta Selatan Puskesmasyang sudah menyelenggarakan pelayanan akupresur hanya dua (2). Penelitian ini adalahpenelitian kualitatif, dan bertujuan untuk menganalisis kebijakan dan implementasipelaksanaan pelayanan akupresur di Puskesmas serta hambatannya. Informan dalampenelitian berjumlah 11 orang, yaitu Kementerian Kesehatan, Sudinkes Jakarta Selatan,Kepala Puskesmas, Dokter poli, pelaksana program. Metode pengumpulan data melaluiWM dan telaah dokumen. Hasil penelitian dari komponen input sudah berjalan, adanyadukungan Kepala Puskesmas, SOP pelayanan, dan SK penugasan namun belum optimalrotasi staf menjadi salah satu kendala, komponen output dan outcome belum optimal.Aspek komunikasi (kejelasan dan konsistensi) belum efektif tentang informasi regulasikebijakan yang ada dari penentu kebijakan kepada pelaksana, aspek pembiayaan belumdidukung peraturan daerah, aspek birokrasi masih kurang koordinasi dan sosialisasikebijakan dari Dinas Kesehatan ke Sudinkes dan Puskesmas.
The Ministry of Health is implementing programs to improve the performance of healthresources through education and training, especially training of traditional health careworkers, through the training of acupressure services for Primary Health Care, butacupressure service has not been run in Primary Health Care. In South Jakarta, PrimaryHealth Care that have been providing acupressure service are only two (2). Thisresearch is a qualitative research, and aims to analyze the policy and implementation ofacupressure service in Primary Health Care and its obstacles. Informants in the studyamounted to 11 people, namely the Ministry of Health, Sudinkes South Jakarta, Head ofPrimary Health Care, Doctor, program implementer. Methods of data collection throughWM and document review. The result of research of input component have beenrunning, existence of support of Head of Puskesmas, service SOP, and SK ofassignment but not optimal rotation of staff become one of obstacle, component ofoutput and outcome not yet optimally. The communication aspect (clarity andconsistency) has not been effective about the existing policy regulation informationfrom the policy makers to the implementers, the financing aspect has not been supportedby local regulations, the bureaucratic aspects are still lacking coordination and thepolicy socialization from the Health Service to tribe of health service and PrimaryHealth Care.
Read More
T-5263
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dimas Nurwidi; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Puput Oktamianti, Wachyu Sulistiadi, Lisa Fantina, Anhari Achadi
Abstrak:
Tesis ini membahas tentang implementasi  kebijakan insentif upaya kesehatan masyarakat dalam capaian penyerapan BOK puskesmas di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian Ketersediaan anggaran insentif UKM di Kota Tangerang Selatan sudah memadai untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan insentif UKM dalam capaian penyerapan BOK Kinerja puskesmas setelah adanya insentif UKM masih terdapat informan yang mengatakan belum berdampak masih tetap sama karena memang program UKM menjadi kewajiban tupoksinya jadi tetap harus dikerjakan. Ketersediaan SDM puskesmas di Kota Tangerang Selatan sudah diatas standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan pembagian tugas akan sudah dibagikan sesuai dengan kompetensinya. Beban kerja puskesmas dalam capaian program UKM sudah dibagikan secara merata sehingga tidak ada petugas yang tidak ikut berkontribusi sehingga petugas mendapatkan insentif secara merata. Perencanaan anggaran puskesmas melalui persetujuan Dinas Kesehatan dan pelaksanaan perhitungan besaran insentif sudah menggunakan aplikasi dari kementerian kesehatan serta pelaporan dilakukan pertriwulan. Implementasi yang dilakukan di Kota Tangerang Selatan sudah cukup baik dengan angka penyerapan d awal adanya insentif UKM sebesar 88,44%

This thesis discusses the implementation of the incentive policy for public health efforts (UKM) in relation to the absorption achievement of the Operational Health Assistance (BOK) funds at Puskesmas in South Tangerang City. This study is a qualitative research using a case study approach. The results indicate that the availability of UKM incentive budget in South Tangerang City is adequate to support the successful implementation of the UKM incentive policy in achieving BOK fund absorption. Regarding Puskesmas performance after the provision of UKM incentives, there are still informants who stated that it has not had a significant impact, as the UKM program is inherently part of their main duties and responsibilities, and must be carried out regardless. The availability of human resources (HR) at the Puskesmas in South Tangerang City is above the standard set by the Ministry of Health, and the task distribution has been assigned according to each staff member’s competencies. The workload related to the UKM program has been distributed evenly, ensuring that all staff contribute and therefore receive incentives equally. The budget planning of Puskesmas is carried out with approval from the District Health Office, the calculation of incentive amounts is already using an application provided by the Ministry of Health, and reporting is conducted quarterly. The implementation in South Tangerang City has been quite effective, with an initial UKM incentive absorption rate of 88.44%.
Read More
T-7441
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitria Kusumawati Wulandari; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Vetty Yulianty Permanasari, Purwati, Dewi Trisia Putri
Abstrak: Konsep pelayanan kesehatan primer pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)dikembangkan dengan penguatan pelayanan primer, salah satunya denganoptimalisasi peran pelayanan primer sebagai gatekeeper dengan konsep managedcare. Pada konsep managed care, suksesnya sistem gatekeeper salah satunyadinilai dari angka kunjungan dan angka rujukan ke Fasilitas Kesehatan TingkatLanjutan (FKTL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik danpersepsi pengguna pelayanan terhadap pemanfaatan Puskesmas sebagaigatekeeper di dua Puskesmas Kota Bekasi. Penelitian menggunakan desain crosssectional dan pengumpulan data melalui pengisian 208 kuesioner pada pasienpeserta JKN di Dua Puskesmas Kota Bekasi dengan metode pengambilan sampelsecara stratified purposive sampling dimana sampel diambil dari Puskesmasdengan nilai rujukan tertinggi dan Puskesmas dengan nilai rujukan terendah diKota Bekasi dengan jumlah sampel dibagi sama besar. Hasil penelitianmenunjukkan rata-rata skor pemanfaatan Puskesmas sebagai gatekeeper adalah52.25 (SD 4.87, 95% CI 51.58-52.92), namun angka rujukan masih tinggi di atas15%. Pekerjaan, persepsi terhadap sikap petugas kesehatan, dan lama berobatberhubungan dengan pemanfaatan Puskesmas sebagai gatekeeper. Persepsiterhadap sikap petugas kesehatan merupakan faktor dominan yang mempengaruhipemanfaatan Puskesmas sebagai gatekeeper. Sikap petugas kesehatanmempengaruhi pemanfaatan kembali layanan di Puskesmas dan mempengaruhipemanfaatan Puskesmas sebagai gatekeeper khususnya terkait continuity care.Penerapan konsep gatekeeper dengan baik dapat meningkatkan pemanfaatanPuskesmas dan menekan angka rujukan ke FKTL.Kata Kunci : Pemanfaatan Puskesmas, Gatekeeper, Persepsi terhadap petugaskesehatan.
Read More
T-4753
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nuril Rahmatika; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Rien Pramindari, Weni Muniarti
Abstrak: Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan remaja. Dari data tingkat pemenuhan SN-PKPR bulan Mei-Juni 2020, terdapat 34 Puskesmas yang melakukan evaluasi diri. Terdapat 5 Puskesmas yang telah mencapai tingkat pemenuhan SN-PKPR paripurna Tujuan penelitian ini ialah untuk melakukan analisis implementasi PKPR di Puskesmas Kota Depok dengan studi kasus pada Puskesmas Cinere (Tingkat pemenuhan SN-PKPR optimal) dan Puskesmas Cisalak Pasar (Tingkat pemenuhan SN-PKPR minimal). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Triangulasi yang dilakukan ialah trangulasi sumber, metode, dan data. Penyelenggaraan PKPR di Puskesmas Cinere didukung tim PKPR dimana Penanggung Jawab programnya telah mendapatkan pelatihan, jumlah Kader Kesehatan Remaja yang mencukupi, terdapatnya ruang untuk konsultasi, adanya pedoman, dan dana. Dari data kunjungan kasus Puskesmas Cisalak Pasar, kunjungan remaja cenderung menurun sejak tahun 2019. Terdapat penurunan pemanfaatan PKPR yang jelas terlihat pada bulan April 2020 (7 remaja) dibandingkan Maret 2020 (32 remaja). Permasalahan yang ditemukan terkait dengan belum rutinnya pelatihan PKPR, kurangnya koordinasi dengan remaja, tidak ada ruang untuk konsultasi dan penyimpanan rekam medik remaja, tidak ada penggunaan dana untuk PKPR, kegiatan PKPR sudah tidak rutin sejak 2019, kurang lengkapnya pengisian format pencatatan dan pelaporan, target PKPR belum ditentukan, dan kurangnya dukungan lintas sektor. Penurunan pemanfaatan PKPR dapat terkait dengan permasalahan pada masing-masing Puskesmas. Penanggung Jawab program PKPR berserta tim PKPR perlu mengambil langkah yang tepat untuk memperbaikinya. Diperlukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga terkait untuk menyusun kebijakan perbaikan penyelenggaraan PKPR
Read More
T-6026
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kayla Anissa Haztari; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Puput Oktamianti, Dimas Gatra Diantoro
Abstrak:

Transformasi digital di bidang kesehatan menjadi prioritas nasional melalui kebijakan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, salah satunya mewajibkan setiap fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mengimplementasikan Rekam Medis Elektronik (RME)
sebagaimana diatur dalam Permenkes No. 24 Tahun 2022. Namun, keberhasilan
implementasi RME tidak hanya ditentukan oleh kesiapan organisasi sebelum
pelaksanaan, tetapi juga pasca implementasi guna memastikan keberlanjutan sistem.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesiapan organisasi pasca implementasi
RME di Klinik Diana Medika serta menganalisis interaksi antara kapasitas struktural dan
psikologis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Analisis data dilakukan berdasarkan kerangka penilaian California Association of Family Physician (CAFP) dan teori kesiapan organisasi dari Weiner (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan secara psikologis di Klinik Diana Medika tergolong tinggi, yang tercermin dari komitmen terhadap perubahan dan efikasi perubahan individu. Namun, dari sisi struktural, terdapat beberapa kerentanan seperti belum adanya struktur formal pengelola RME, ketergantungan pada vendor, keterbatasan pelatihan berkelanjutan, serta belum adanya anggaran khusus. Ditemukan pula adanya kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan (knowing-doing gap) serta fenomena gunung es, di mana kesiapan yang tampak secara psikologis tidak sepenuhnya mencerminkan kesiapan struktural. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun individu dalam organisasi memiliki kesiapan psikologis yang kuat, tetap diperlukan penguatan aspek struktural untuk mencapai implementasi RME yang optimal dan berkelanjutan.


Digital transformation in the health sector has become a national priority under the policy  of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, one of which mandates the  implementation of Electronic Medical Records (EMR) in all healthcare facilities, as  regulated in Ministerial Regulation No. 24 of 2022. However, the success of EMR  implementation depends not only on organizational readiness prior to implementation but  also on post-implementation evaluation to ensure sustainability. This study aims to  evaluate the organizational readiness after EMR implementation at Diana Medika Clinic  and to analyze the interaction between structural and psychological readiness. The study  employs a qualitative approach using in-depth interviews. Data analysis was conducted  using the Californian Association of Family Physician (CAFP) framework and Weiner’s  theory of organizational readiness for change (2009). The findings indicate that  psychological readiness at Diana Medika Clinic is high, reflected in strong commitment  to change and high efficacy among staff. However, structural readiness shows several  vulnerabilities, such as the absence of a formal EMR management team, dependency on  vendors, limited ongoing training, and the lack of a dedicated budget. The study also  identified a knowing-doing gap and an iceberg phenomenon, where the visible  psychological readiness does not fully reflect the underlying structural conditions. In  conclusion, although individuals in the organization demonstrate strong psychological  readiness, structural aspects must be strengthened to achieve optimal and sustainable  EMR implementation

Read More
S-12057
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
nadia Irina Darmawan; Pembimbing: Surya Ede Darmawan; Penguji: Puput Okramianti, Dedih Nazmudin
S-6379
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive