Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36784 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Asyifa Ayu Fitrianisa; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Sandra Fikawati, Noorma Bunga Aniri
Abstrak:
Gizi lebih adalah kondisi timbunan lemak berlebih yang menimbulkan risiko kesehatan (WHO, 2024). Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan prevalensi gizi lebih anak dan remaja secara signifikan. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan 2018 serta Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi kejadian gizi lebih anak dan remaja pada seluruh kelompok usia di provinsi DI Yogyakarta lebih tinggi daripada prevalensi nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian status gizi lebih pada remaja (10-19 tahun) di Provinsi DI Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi status gizi lebih pada remaja adalah 22.5%. Analisis bivariat menunjukkan terdapat dua variabel yang berhubungan secara signifikan terhadap kejadian status gizi lebih, yaitu wilayah tempat tinggal dan status penerimaan bantuan (p-value<0.05). Analisis multivariat menunjukkan bahwa wilayah tempat tinggal merupakan faktor dominan terhadap kejadian status gizi lebih pada remaja (p-value<0.001; OR=1.897; 95% CI: 1.321 - 2.724).

Overnutrition is a condition characterized by excessive fat accumulation that poses health risks (WHO, 2024). The Special Region of Yogyakarta is one of the provinces in Indonesia experiencing a significant increase in the prevalence of overnutrition among children an adolescents. Based on data from the 2013 and 2018 Basic Health Research surveys and the 2023 Indonesia Health Survey, the prevalence of overnutrition among children and adolescents in all age groups in this province is higher than the national prevalence. This study aims to analyze teh dominant factor associated with the incidence of overnutrition among adolescents (aged 10-19 years) in the Special Region of Yogyakarta. The research design employed a cross-sectional study using secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey. Data analysis included univariate analysis, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that the prevalence of overnutrition among adolescents was 22.5%. Bivariate analysis indicated that two variables—region of residence and assistance status—were significantly associated with overnutrition (p-value<0.05). Multivariate analysis identified region of residence as the dominant factor associated with overnutrition among adolescents ((p-value<0.001; OR=1.897; 95% CI: 1.321 - 2.724).
Read More
S-11907
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syifa Rahmadany; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Banun Rohimah
Abstrak:
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang persisten dengan nilai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg berdasarkan rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah. Prevalensi hipertensi di Provinsi Kalimantan Tengah menempati peringkat tertinggi di Indonesia, yakni 40,7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan faktor dominan yang berhubungan dengan hipertensi pada penduduk usia 25–44 tahun di Provinsi Kalimantan Tengah. Desain penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Analisis data yang digunakan meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4.929 sampel, sebanyak 35,7% mengalami hipertensi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia 25–44 tahun di Provinsi Kalimantan Tengah yakni umur, riwayat pendidikan, status pekerjaan, obesitas, dan obesitas sentral. Konsumsi buah menjadi faktor dominan setelah dikontrol oleh variabel konsumsi sayur dan konsumsi makanan olahan berpengawet sebagai confounder, dengan peningkatan risiko sebesar 7,4 kali pada individu yang tidak pernah mengonsumsi buah dalam satu minggu dan 4,15 kali pada individu yang kurang mengonsumsi buah jika dibandingkan dengan individu yang mengonsumsi buah dalam jumlah cukup (14 porsi/minggu).
Hypertension is defined as a persistent increase in blood pressure, with systolic values ≥140 mmHg and/or diastolic values ≥90 mmHg, based on the average of two or more blood pressure measurements. The prevalence of hypertension in Central Kalimantan Province is the highest in Indonesia, at 40.7%. This study aims to determine related factors and dominant factors related to hypertension in the population aged 25-44 years in Central Kalimantan Province. A cross-sectional design was used, utilizing data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI 2023). Data analysis included univariate analysis using frequency distribution, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistics regression. The results showed that out of 4,929 samples, 35.7% had hypertension. The factors significantly associated with the incidence of hypertension among individuals aged 25–44 years in Central Kalimantan Province include age, educational background, employment status, obesity, and central obesity. Fruit consumption is the dominant factor after being controlled by consumption of vegetables and consumption of processed foods preserved as confounders. Individuals who never consumed fruit in the past week had a 7.4 times higher risk of hypertension, while those who consumed less fruit (
Read More
S-12005
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Sajida Khairillah Sri Mulyani; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Triyani Kresnawan
Abstrak:

Dislipidemia adalah suatu gangguan yang mengacu pada kadar lipid yang tidak normal dalam aliran darah yang ditandai dengan ditemukannya salah satu tanda keabnormalan kadar lipid darah, meliputi kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, atau HDL. Prevalensi dislipidemia pada usia dewasa (19–49 tahun) di Indonesia tergolong tinggi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dislipidemia pada penduduk usia 15–49 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder SKI 2023. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15.827 subjek, 90,7% responden laki-laki dan 80,2% responden perempuan mengalami dislipidemia. Analisis bivariat pada responden laki-laki menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, status pekerjaan, tingkat pendidikan, indeks massa tubuh, hipertensi, dan obesitas sentral dengan kejadian dislipidemia (p-value <0,05). Analisis bivariat pada responden perempuan menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, konsumsi makanan berlemak, minuman manis, minuman beralkohol, indeks massa tubuh, diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas sentral dengan kejadian dislipidemia (p-value <0,05). Analisis multivariat pada responden laki-laki menunjukkan bahwa indeks massa tubuh merupakan faktor dominan (p-value = 0,000; OR 2,3; 95% CI : 1,752-3,249), sedangkan pada responden perempuan menunjukkan bahwa interaksi indeks massa tubuh dan konsumsi makanan berlemak merupakan faktor dominan (p-value = 0,038; OR 3,4; 95% CI : 1,070-10,834).



Dyslipidemia is a disorder characterized by abnormal levels of lipids in the bloodstream, indicated by elevated or decreased levels of total cholesterol, LDL, triglycerides, or HDL. The prevalence of dyslipidemia among adults aged 19–49 years in Indonesia is relatively high. This study aimed to identify the dominant and associated factors related to the occurrence of dyslipidemia among individuals aged 15–49 years in Indonesia. This was a quantitative study with a cross-sectional design using secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI 2023). Data analysis included univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that among 15,827 respondents, 90.7% of males and 80.2% of females had dyslipidemia. Bivariate analysis in male respondents revealed significant associations between dyslipidemia and age, employment status, education level, body mass index (BMI), hypertension, and central obesity (p-value < 0.05). In female respondents, significant associations were found with age, residential area, education level, fatty food consumption, sugary drink intake, alcohol consumption, BMI, diabetes mellitus, hypertension, and central obesity (p-value < 0.05). Multivariate analysis showed that BMI was the dominant factor among males (p-value = 0.000; OR = 2.3; 95% CI: 1.752–3.249), while among females, the interaction between BMI and fatty food consumption was the dominant factor (p-value = 0.038; OR = 3.4; 95% CI: 1.070–10.834).
Read More
S-11997
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu maemunah; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Asih Setiarini, Endang L. Achadi
Abstrak:
Anemia merupakan keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dalam darah berada di bawah batas normal yaitu <13 g/dL bagi laki-laki, <12 g/dL bagi perempuan. Prevalensi anemia pada kelompok usia produktif tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat tingkat ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder SKI 2023. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27.826 subjek yang berasal dari populasi umum, 15,5% mengalami anemia. Sedangkan dari 983 subjek yang berasal dari remaja putri, 23% mengalami anemia. Analisis bivariat pada populasi umum menunjukkan hasil yang signifikan antara usia (p<0,001), jenis kelamin (p<0,001), tingkat pendidikan (p=0,001), tempat tinggal (p=0,047), konsumsi telur dan hasil olahannya (p=0,012), serta konsumsi sayur (p=0,030) dengan kejadian anemia. Kemudian analisis bivariat pada remaja putri menunjukkan hasil yang signifikan antara KEK (p=0,005) dengan kejadian anemia. Analisis multivariat menunjukkan bahwa kelompok lansia merupakan faktor dominan dari kejadian anemia pada populasi umum usia produktif (p<0,001, OR=1,931 (95% CI 1,581–2,358)), sedangkan KEK merupakan faktor dominan dari kejadian anemia pada remaja putri (p=0,028, OR 1,493 (95% CI 1,051 – 2,121)).

Anemia is a condition when the number of red blood cells or hemoglobin concentration in the blood is below the normal limit, which is <13 g/dL for men, <12 g/dL for women. The prevalence of anemia in the productive age group is classified as a mild public health problem. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in the productive age group (15-64 years) in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design using secondary data from SKI 2023. Data analysis performed in this study included univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis with chi square test, and multivariate analysis with simple logistic regression test. The results showed that out of 27,826 subjects from the general population, 15.5% were anemic. While out of 983 subjects from adolescent girls, 23% were anemic. Bivariate analysis in the general population showed significant results between age (p<0.001), gender (p<0.001), education level (p=0.001), residence (p=0.047), consumption of eggs and processed products (p=0.012), and vegetable consumption (p=0.030) with the incidence of anemia. Then bivariate analysis in adolescent girls showed significant results between Chronic Energy Malnutrition (p=0.005) and the incidence of anemia. Multivariate analysis showed that the elderly group was the dominant factor of the incidence of anemia in the general population of productive age (p<0.001, OR=1.931 (95% CI 1.581-2.358)), while Chronic Energy Malnutritio was the dominant factor of the incidence of anemia in adolescent girls (p=0.028, OR 1.493 (95% CI 1.051 - 2.121)).
Read More
S-12150
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sabrina Kalila Sono; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Siti Romlah
Abstrak:
Stunted merupakan kondisi dimana anak mempunyai perawakan pendek atau sangat pendek akibat malnutrisi kronis, dengan tinggi badan menurut umur kurang dari -2 Standar Deviasi. Masa remaja merupakan periode kritis kedua untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan dan mencegah stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunted pada remaja usia 10-14 tahun di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional menggunakan data sekunder hasil survei Riskesdas tahun 2018 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 6.032 responden. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square dan regresi logistik ganda, serta analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunted di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 49,1%, dengan faktor rumah tangga dan orang tua (jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan orang tua, status pekerjaan ibu), lingkungan (sumber air minum, wilayah tempat tinggal, perilaku mencuci tangan), konsumsi protein hewani, dan aktivitas fisik yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunted (p < 0,05). Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunted pada remaja adalah tingkat pendidikan ayah (p = 0,0001; OR = 1,973; 95% CI: 1,392-2,797).

Stunted is a condition where a child has a short or very short stature due to chronic malnutrition, with a height-for-age less than -2 Standard Deviations. Adolescence is the second critical period for catching up on growth and preventing stunting. This study aims to identify the dominant factors associated with stunting in adolescents aged 10-14 years in East Nusa Tenggara Province. The research method used is a cross-sectional study design utilizing secondary data from the 2018 Riskesdas survey with a total sample of 6,032 respondents. Data analysis in this study includes univariate analysis, bivariate analysis using chi-square and multiple logistic regression, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that the prevalence of stunted adolescents in East Nusa Tenggara Province was 49.1%, with household and parental factors (number of family members, parents' education level, mother's employment status), environmental factors (source of drinking water, place of residence, handwashing behavior), animal proteins consumption, and physical activity significantly associated with stunting (p < 0.05). The dominant factor associated with stunting in adolescents is the father's education level (p = 0.0001; OR = 1.973; 95% CI: 1.392-2.797).
Read More
S-11739
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jessica Reitanya Putri; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ahmad Syafiq, Endang Laksminingsih Achadi
Abstrak:
Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang sering ditemukan dalam populasi rentan, meliputi balita, remaja, wanita usia subur, dan ibu hamil. Anemia pada ibu hamil memiliki dampak terhadap ibu dan janin. Bagi ibu, anemia menyebabkan penurunan kualitas hidup yang dapat berujung pada kematian. Bayi yang dikandung oleh ibu anemia berisiko lahir tidak normal, mati saat lahir, dan mengalami stunting. Masalah kesehatan ibu saat hamil mempengaruhi periode emas 1000 HPK anak yang bersifat permanen terhadap kelangsungan hidup, sehingga perlu penanganan yang tepat untuk meminimalisir kejadian masalah tersebut. Laporan SKI 2023 menyatakan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 27,7%, yang tergolong sebagai masalah kesehatan tingkat moderat. Penelitian bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian cross-sectional, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2023 menggunakan data sekunder SKI 2023. Variabel dependen adalah anemia, dan variabel independen berupa faktor sosio-demografi, faktor gaya hidup, faktor pola makan, dan faktor masa kehamilan ibu. Analisis data menggunakan complex samples meliputi univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara konsumsi daging, unggas, dan hasil olahannya (p-value =  0,047), jarak kehamilan (p-value =  0,033), dan konsumsi PMT (p-value =  0,001) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2023. Anemia is a common nutritional issue among vulnerable populations, including toddlers, adolescents, women of reproductive age, and pregnant women. Anemia in pregnant women impacts both the mother and fetus. For the mother, it reduces quality of life and can lead to mortality. Babies born to anemic mothers are at risk of congenital abnormalities, stillbirth, and stunting. Maternal health issues during pregnancy affect the critical first 1000 days of a child's life, with permanent consequences for survival, necessitating appropriate interventions to minimize these risks. The 2023 SKI report indicates a 27.7% prevalence of anemia among pregnant women in Indonesia, classified as a moderate public health issue. This study is a quantitative study using a cross-sectional design aimed to identify factors associated with anemia in pregnant women in Indonesia in 2023, utilizing secondary data from the 2023 SKI. The dependent variable was anemia, with independent variables from socio-demographic factors, lifestyle factors, dietary patterns, and pregnancy-related factors. Data analysis used complex samples, including univariate and bivariate analyses with chi-square tests. The study found significant associations between anemia in pregnant women and consumption of meat, poultry, and their processed products (p-value = 0.047), pregnancy interval (p-value = 0.033), and consumption of supplementary feeding (PMT) (p-value = 0.001) in Indonesia in 2023.
Read More
S-12028
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dodi Wijaya; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Yvonne M. Indrawani, Sardjono, Marzuki Iskaskar
T-2608
Depok : FKM UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Afrah; Permbimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Triyanti, Ika Permatasari
Abstrak:
Beban ganda malnutrisi overweight/obesitas dan anemia adalah koeksistensi kekurangan gizi (anemia defisiensi besi) bersama dengan kelebihan berat badan atau obesitas di dalam satu individu. Remaja overweight/obesitas berisiko mengalami penyakit tidak menular, menurunkan fungsi kognitif, menjadi malas, serta kurang aktif yang akan menambah beban kesehatan dan beban ekonomi sosial kedepannya. Remaja anemia defisiensi besi berisiko mengalami hasil kehamilan buruk (berat badan lahir rendah, prematuritas, kematian neonatal dan bayi) dan produktivitas kerja yang rendah dan prestasi belajar yang rendah. Individu dengan obesitas menyerap lebih sedikit besi daripada individu dengan IMT normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, faktor-faktor yang berhubungan, dan faktor dominan kejadian beban ganda malnutrisi overweight/obesitas dan anemia intraindividu pada remaja usia 10-19 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square dan regresi logistic sederhana, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil menunjukan bahwa prevalensi beban ganda malnutrisi overweight/obesitas dan anemia pada remaja adalah 2,9%. Analisis bivariat juga menunjukan adanya hubungan antara jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, tingkat Pendidikan ayah dan ibu dengan beban ganda (p-value < 0,05). Analisis multivariat menunjukan bahwa jenis kelamin perempuan merupakan faktor dominan kejadian beban ganda ini (p-value=0,000; OR: 1,931; 95% CI: 1,4-2,6). Bagi remaja perempuan sebaiknya rutin melakukan pengukuran Hb agar anemia terdeteksi. Dapat juga dibuatkan program pemeriksaan Hb rutin pada UKS sekolah, dengan begitu konsumsi TTD juga bisa terkontrol. Bagi remaja yang tinggal di wilayah perkotaan yang lebih berisiko karena kondisi remaja di wilayah perkotaan lebih banyak konsumsi makanan tinggi lemak dan padat energi, perlu lebih memerhatikan makanan yang dikonsumsi. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, bisa menggunakan metode 24h recall untuk variable konsumsi agar dapat lebih menggambarkan konsumsi responden.

The double burden of overweight/obesity malnutrition and anemia is the coexistence of malnutrition (iron deficiency anemia) together with being overweight or obese within a single individual. Overweight/obese adolescents are at risk of experiencing non-communicable diseases, decreasing cognitive function, becoming lazy, and inactive which will add to the health burden and social-economic burden in the future. Adolescents with iron deficiency anemia are at risk of experiencing poor pregnancy outcomes (low birth weight, prematurity, neonatal and infant mortality) and low work productivity and low academic achievement. Individuals with obesity absorb less iron than individuals with normal BMI. This study aims to determine the prevalence, associated factors, and dominant factors in the double burden of malnutrition overweight/obesity and intraindividual anemia among adolescents aged 10-19 years in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design using Riskesdas 2018 data. The data analysis used was univariate analysis, bivariate analysis using chi square and simple logistic regression, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results show that the prevalence of the double burden of malnutrition, overweight/obesity and anemia in adolescents is 2.9%. Bivariate analysis also showed that there was a relationship between gender, area of residence, educational level of fathers and mothers with a double burden (p-value <0.05). Multivariate analysis showed that female gender was the dominant factor for this double burden (p-value=0.000; OR: 1.931; 95% CI: 1.4- 2.6). For teenage girls, it is better to routinely measure Hb so that anemia can be detected. A program for routine Hb checks can also be made at school health unit, so that the consumption of iron supplements can also be recorded. For adolescents who live in urban areas who are more at risk because population in urban areas consumes more high-fat and energy-dense foods, it is necessary to pay more attention to the food consumed. For the Health Research and Development Agency, the 24h recall method can be used for the consumption variable in order to better describe the respondent's consumption.
Read More
S-11399
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Destia Fitriyanti; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Siti Arifah Pujonarti, Debby Permata Sari
Abstrak:
Kejadian gizi lebih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang prevalensinya terus meningkat pada penduduk dewasa di Jakarta Pusat, terutama di Kecamatan Kemayoran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada penduduk dewasa usia 40−59 tahun di Kecamatan Kemayoran tahun 2025. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan menggunakan data primer yang melibatkan 170 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan 80,59% responden berisiko gizi lebih (IMT ≥ 23 kg/m2). Pada analisis multivariabel, diketahui asupan energi berlebih, sering konsumsi makanan berlemak, sering konsumsi junk food, durasi tidur pendek, interaksi jenis kelamin dan konsumsi junk food, serta interaksi asupan karbohidrat dan durasi tidur menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian gizi lebih. Konsumsi junk food menjadi faktor dominan yang memengaruhi kejadian gizi lebih pada penduduk dewasa usia 40−59 tahun di Kecamatan Kemayoran tahun 2025. Dapat disimpukan bahwa perilaku konsumsi makanan yang padat energi dan tinggi lemak berpengaruh terhadap kejadian gizi lebih. Upaya pencegahan gizi lebih pada kelompok usia dewasa akhir perlu difokuskan pada pengendalian konsumsi junk food melalui pendekatan promotif dan preventif berbasis masyarakat. Kolaborasi antara fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dinas kesehatan diperlukan untuk memperluas jangkauan edukasi gizi kepada masyakat.


Overnutrition is a significant public health issue with an increasing prevalence among adults in Central Jakarta, including Kemayoran Sub-District. This study aims to examine the characteristics and factors associated with overnutrition among adults aged 40–59 years in Kemayoran District in 2025. A cross-sectional study design was employed, utilizing primary data from 170 respondents. The results showed that 80.59% of respondents were at risk of overnutrition (BMI ≥ 23 kg/m²). Multivariable analysis identified excessive energy intake, frequent consumption of fatty foods, frequent junk food intake, short sleep duration, the interaction between gender and junk food consumption, and the interaction between carbohydrate intake and sleep duration as significant factors influencing overnutrition. Junk food consumption emerged as the dominant factor contributing to overnutrition among adults aged 40–59 in Kemayoran Subdistrict in 2025. It can be concluded that energy-dense and high-fat dietary behaviors significantly contribute to overnutrition. Preventive efforts targeting this age group should focus on controlling junk food intake through community-based promotive and preventive approaches. Collaboration between primary healthcare services and the health department is essential to broaden the reach of nutrition education among the public.
Read More
S-12091
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anisa; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Sinta Fransiske Simanungkalit
Abstrak:
Status gizi lebih adalah kondisi penumpukan lemak yang berlebihan dan jika terjadi dalam jangka panjang dapat berdampak buruk pada kesehatan (WHO, 2024b). Berdasarkan data WHO, prevalensi overweight pada remaja usia 10–19 tahun di seluruh dunia mencapai 18,9%, naik dari 7,5% pada tahun 1990. Prevalensi obesitas juga melonjak dari 1,7% pada 1990 menjadi 7,2% pada 2022 (WHO, 2024c). Peningkatan prevalensi kejadian status gizi lebih pada siswa/i SMA juga terjadi di Jakarta Utara. Berdasarkan data Riskesdas 2013 dan 2018, prevalensi status gizi lebih pada usia 16-18 tahun naik dua kali lipat dari 6,9% menjadi 14,77% (Kemenkes RI, 2013, 2018b). Status gizi lebih pada remaja dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik, psikologis, dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian status gizi lebih pada siswa SMA Negeri 13 Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian formulir SQ-FFQ, serta pengisian kuesioner online. Penelitian dilakukan pada 132 responden dengan metode simple random sampling. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menemukan bahwa 22% responden mengalami status gizi lebih, dengan 15,2% gizi lebih dan 6,8% obesitas. Analisis uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara asupan energi (p-value 0,001; OR 14,4) dan asupan karbohidrat (p-value 0,001; OR 10,3 dengan status gizi lebih pada siswa SMA Negeri 13 Jakarta tahun 2025. Namun, tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan lemak, asupan protein, asupan serat, aktivitas fisik, durasi tidur, screen time, emotional eating (p-value > 0,05) dan pengetahuan status gizi lebih (p-value 0,046; OR 2,806; 95% CI 0,989-7,966) dengan status gizi lebih pada siswa SMA Negeri 13 Jakarta tahun 2025. Walaupun demikian, terdapat kecenderungan responden dengan asupan lemak berlebih, asupan protein berlebih, aktivitas fisik kurang, durasi tidur kurang, screen time tinggi, dan pengetahuan status gizi lebih yang kurang untuk mengalami status gizi lebih. Oleh karena itu, SMA Negeri 13 Jakarta disarankan untuk melakukan pemantauan status gizi siswa secara periodik disertai edukasi mengenai status gizi dan pedoman gizi seimbang. 

Overnutrition is a condition of excessive fat accumulation, and if it occurs over a long period, it can have negative impacts on health (WHO, 2024b). According to WHO data, the global prevalence of overweight among adolescents aged 10–19 years has reached 18.9%, up from 7.5% in 1990. The prevalence of obesity also surged from 1.7% in 1990 to 7.2% in 2022 (WHO, 2024c). An increase in the prevalence of overnutrition among senior high school students has also been observed in North Jakarta. Based on Riskesdas data from 2013 and 2018, the prevalence of overnutrition among those aged 16–18 years doubled from 6.9% to 14.77% (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2013, 2018b). Overnutrition in adolescents can negatively affect physical, psychological, and social health. This study aims to identify the factors associated with overnutrition among students of SMA Negeri 13 Jakarta. The results showed that 22% of respondents had overnutrition, with 15.2% classified as overweight and 6.8% as obese. Chi-square test analysis indicated a significant association between energy intake (p-value 0.001; OR 14,4) and carbohydrate intake (p-value 0.001; OR 10.3 with overnutrition status among students at SMA Negeri 13 Jakarta in 2025. However, no significant relationship was found between fat intake, protein intake, fiber intake, physical activity, sleep duration, screen time, emotional eating (p-value > 0.05), and knowledge of overnutrition status (p-value 0.046; OR 2.806; 95% CI 0.989–7.966) with overnutrition status among the students. Nevertheless, there was a tendency for respondents with excessive fat intake, excessive protein intake, low physical activity, insufficient sleep duration, high screen time, and poor knowledge of overnutrition to experience overnutrition. Therefore, it is recommended that SMA Negeri 13 Jakarta conduct regular monitoring of students' nutritional status along with education on nutrition status and balanced nutrition guidelines.
Read More
S-12023
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive