Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36192 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ni Shafa Khalishah Salsabila Ramadhani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Asih Setiarini, Fathimah Sulistyowati Sigit, Tria Astika Endah Permatasari, Iing Mursalin
Abstrak:

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak jangka panjang terhadap kesehatan, perkembangan kognitif, dan produktivitas. Kabupaten/kota Pulau Papua masih menunjukkan prevalensi stunting yang tinggi, melebihi rata-rata nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6–59 bulan di 29 kabupaten/kota Pulau Papua menggunakan pendekatan studi ekologi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan regresi linier berganda. Variabel yang dianalisis meliputi karakteristik ibu dan anak, asupan makanan, penyakit infeksi, praktik pengasuhan, akses layanan kesehatan, kondisi lingkungan, dan status ekonomi. Hasil analisis bivariat menunjukkan beberapa variabel memiliki hubungan signifikan dengan stunting, seperti tinggi badan ibu <150 cm, pendidikan ibu <SMA, keragaman pangan rendah, konsumsi tablet tambah darah <90 tablet, tidak ASI eksklusif, dan sanitasi tidak aman. Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik dalam analisis multivariat. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan berbasis wilayah dan multisektoral yang mempertimbangkan konteks lokal dalam perencanaan intervensi stunting di Pulau Papua.
Kata kunci: stunting, studi ekologi, Pulau Papua, anak balita, faktor risiko


Stunting is a chronic nutritional problem with long-term impacts on health, cognitive development, and productivity. Districts and municipalities in Papua Island continue to show high stunting prevalence rates, exceeding the national average. This study aims to analyze the factors associated with stunting among children aged 6–59 months in 29 districts/municipalities of Papua Island using an ecological study approach. The research utilizes secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI). Data analysis was conducted through univariate, bivariate, and multivariate methods using multiple linear regression. The analyzed variables included maternal and child characteristics, food intake, infectious diseases, childcare practices, healthcare access, environmental conditions, and economic status. Bivariate analysis revealed significant associations between stunting and several factors, such as maternal height <150 cm, education level below senior high school, low dietary diversity, iron tablet consumption <90 tablets, non-exclusive breastfeeding, and unsafe sanitation. However, no statistically significant associations were found in the multivariate analysis. These findings highlight the importance of area-based and multisectoral approaches that take local context into account in planning stunting intervention programs in Papua Island. Keywords: stunting, ecological study, Papua Island, under-five children, risk factors

Read More
T-7261
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahmi Ariyani; Pembimbing: Endang Laksminingsih; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Besral, Tiara Lutfie, Asril
Abstrak: abstrak Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi di Indonesia. 1 dari 3 anak di. Indonesia mengalami stunting. Indonesia masuk 5 besar negara yang memiliki prevalensi stunting tertinggi (37,2%) di dunia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan. Metoda Desain penelitian adalah cross-sectional. Sampel penelitian ini pada Indonesia Family Life Survey (1FLS) yaitu anak yang berusia 12-59 bulan tahun 2014 sebesar 1442 orang. Data dianalisis dengan regresi logistik. Hasil: Hubungan yang signifikan antara stunting dengan berat lahir, jenis kelamin, riwayat penyakit infeksi, usia ibu saat hamil, pendidikan ibu, pendidikan ayah, tinggi badan ibu, tinggi badan ayah, wilayah tempat tinggal, sanitasi dasar dan fasilitas air bersih. Balita yang memiliki berat lahir <2500 gram kemungkinan mengalami stunting 2,58 setelah dikontrol dengan faktor-faktor lainnya. Kesimpulan: Berat lahir menjadi salah satu faktor risiko penting dalam stunting. Untuk mencegah peningkatan stunting memerlukan program intervensi yang spesifik dan sensitif. Penanganan sejak dini khususnya 1000 Hari Pertama Kehidupan melalui kualitas pemeriksaan ibu hamil, pemantauan penambahan berat badan ibu selama hamil,serta pemberian minimal 90 tablet tambah darah. Kata Kunci :Stunting, Berat Lahir, 1000 Hari Pertama Kehidupan Stunting is one of nutritional problems in Indonesia. 1 of 3 children in Indonesia has stunting. Indonesia entered the top 5 countries that have the highest stunting prevalence (37.2%) in the world. Objectives: This study aims to find out the risk faktors stunting in children aged 12-59months. Methods: The study design was cross-sectional. This study took samples on Indonesia Family Life Survey (1FLS) that were 1442 children aged 12-59 months in 2014. Data analysis applied logistic regression. Results: Significant association between stunting and birth weight, sex, history of infectious diseases, maternal age during pregnancy, maternal education, father's education, maternal height, father's height, residence area, basic sanitation and clean water facilities. Children who have birth weight <2500 grams are likely to have stunting 2.58 after controlled with other factors.Conclusion: Birth weight is an important risk factor in stunting. To prevent stunting increases requires a specific and sensitive intervention program. Early handling, especially the First 1000 Days of Life through the quality of pregnant women's examination, monitoring of maternal weight gain during pregnancy, and giving at least 90 tablets plus blood. Keywords: Stunting, Birth Weight, 1000 Days of Life
Read More
T-5179
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Natalia Desiani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Fathimah Sulistyowati Sigit, Tria Astika Endah Permatasari , Iing Mursalin
Abstrak:

Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko kardiometabolik yang semakin meningkat di Indonesia. Studi ini bertujuan mengidentifikasi determinan biopsikososial yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada penduduk usia ≥15 tahun, menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Sebanyak 17.766 responden dianalisis menggunakan regresi logistik multivariat. Prevalensi sindrom metabolik tercatat sebesar 37,7%, lebih tinggi pada perempuan (44,2%) dibandingkan laki-laki (28,2%), dan meningkat pada usia ≥45 tahun. Komponen paling umum adalah hipertensi dan obesitas sentral. Lingkar perut (AOR: 4,00; 95%CI: 3,80–4,20) dan rasio lingkar perut terhadap tinggi badan (AOR: 3,95; 95%CI: 3,75–4,15) merupakan determinan biomedis terkuat. Paparan rokok aktif dan pasif, serta konsumsi alkohol, meningkatkan risiko, sementara aktivitas fisik menunjukkan efek protektif. Konsumsi makanan ultra proses tingkat sedang dan tinggi (AOR: 1,12–1,22) serta konsumsi sedang makanan berlemak dan berbumbu juga meningkatkan risiko secara signifikan. Hasil ini menunjukkan perlunya intervensi yang lebih terarah pada kelompok perempuan dewasa dan lansia, melalui strategi promosi gaya hidup sehat dan pengendalian obesitas sentral untuk menurunkan beban sindrom metabolik di Indonesia.


Metabolic syndrome is a growing public health concern in Indonesia, involving a cluster of cardiometabolic risk factors. This study aimed to identify biopsychosocial determinants associated with metabolic syndrome among individuals aged ≥15 years using data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). A total of 17,766 respondents were analyzed using multivariable logistic regression. The prevalence of metabolic syndrome was 37.7%, higher among women (44.2%) than men (28.2%), and increased significantly in those aged ≥45 years. The most common components were hypertension and central obesity. Key biomedical predictors included waist circumference (AOR: 4.00; 95% CI: 3.80–4.20) and waist-to-height ratio (AOR: 3.95; 95% CI: 3.75–4.15). Psychosocial factors such as active/passive smoking and alcohol consumption increased the risk, while higher levels of physical activity were protective. Additionally, moderate and high consumption of ultra-processed foods (AOR: 1.12–1.22) and moderate intake of fatty and seasoned foods were significantly associated with increased risk. These findings highlight the urgent need for targeted interventions, especially for adult and older women, focusing on healthy lifestyle promotion and central obesity control to reduce the burden of metabolic syndrome in Indonesia.

 

Read More
T-7268
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Septia Dwi Susanti; Pembimbing: Endang L. Achadi; Penguji: Asih Setiarini, Iip Syaiful
S-7190
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aisyah; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Endang L. Achadi, S.R. Tri Handari
S-7209
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aprillia Cahya Azura; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Ahmad Syafiq, Salimar
Abstrak:
Stunting diartikan sebagai gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Stunting memiliki dampak jangka pendek maupun panjang, termasuk peningkatan kejadian penyakit, gangguan perkembangan dan kapasitas belajar yang buruk, serta dampak antargenerasi lainnya. Banyak faktor yang menyebabkannya, seperti kesehatan dan gizi ibu hamil yang buruk, pola asuh yang tidak tepat, asupan tidak adekuat, serta penyakit infeksi. Data SSGI tahun 2022 melaporkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi keempat dengan prevalensi stunting yang tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan serta faktor dominan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data sekunder SSGI tahun 2022, yang melibatkan 1827 responden. Data dianalisis menggunakan uji kai kuadrat pada analisis bivariat dan uji regresi logistik ganda pada analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting, yaitu usia, jenis kelamin, BBL, TB ibu, dan konsumsi TTD. Riwayat BBL diketahui sebagai faktor dominan kejadian stunting dengan p-value 0,001 dan OR 5,238 (CI 95%: 3,172 – 8,649). Saran bagi masyarakat, yaitu ibu hamil dapat lebih memerhatikan kondisi kehamilannya, seperti terkait kecukupan gizi dan tumbuh kembang janinnya. Selain itu, instansi kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan dukungan kepada masyarakat melalui media KIE Gizi yang berkaitan dengan 1000 HPK, stunting, serta gizi ibu hamil untuk mengoptimalkan program pencegahan stunting.

Stunting defined as the impaired growth and development experienced by children due to poor nutrition, repeated infections, and inadequate psychosocial stimulation. Stunting has both short- and long-term impacts, including increased incidence of disease, impaired development and poor learning capacity, and other intergenerational impacts. Many factors contribute to it, such as poor maternal health and nutrition, inappropriate parenting, inadequate intake, and infectious diseases. SSGI data in 2022 reported that West Nusa Tenggara Province is the fourth province with a high prevalence of stunting in Indonesia. This study aims to analyze the associated and dominant factors of stunting among under-fives aged 6-23 months in West Nusa Tenggara Province. This study was conducted with a cross-sectional design using secondary data from SSGI, involving 1827 respondents. Data analyzed using the chi-square test in bivariate analysis and multiple logistic regression test in multivariate analysis. The results showed that there were five variables associated with the incidence of stunting, such as age, sex, LBW, maternal TB, and TTD consumption. LBW history was found to be the dominant factor in the incidence of stunting with a p-value of 0.001 and OR 5,238 (CI 95%: 3.172 – 8.649). Writer suggest that pregnant women can pay more attention to the condition of their pregnancy, mainly on their nutritional adequacy and fetal growth and development. Moreover, health agencies are expected to optimize support to the community through Nutrition IEC media related to 1000 HPK, stunting, and nutrition of pregnant women to optimize stunting prevention programs.
Read More
S-11632
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jessica Reitanya Putri; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ahmad Syafiq, Endang Laksminingsih Achadi
Abstrak:
Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang sering ditemukan dalam populasi rentan, meliputi balita, remaja, wanita usia subur, dan ibu hamil. Anemia pada ibu hamil memiliki dampak terhadap ibu dan janin. Bagi ibu, anemia menyebabkan penurunan kualitas hidup yang dapat berujung pada kematian. Bayi yang dikandung oleh ibu anemia berisiko lahir tidak normal, mati saat lahir, dan mengalami stunting. Masalah kesehatan ibu saat hamil mempengaruhi periode emas 1000 HPK anak yang bersifat permanen terhadap kelangsungan hidup, sehingga perlu penanganan yang tepat untuk meminimalisir kejadian masalah tersebut. Laporan SKI 2023 menyatakan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 27,7%, yang tergolong sebagai masalah kesehatan tingkat moderat. Penelitian bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian cross-sectional, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2023 menggunakan data sekunder SKI 2023. Variabel dependen adalah anemia, dan variabel independen berupa faktor sosio-demografi, faktor gaya hidup, faktor pola makan, dan faktor masa kehamilan ibu. Analisis data menggunakan complex samples meliputi univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara konsumsi daging, unggas, dan hasil olahannya (p-value =  0,047), jarak kehamilan (p-value =  0,033), dan konsumsi PMT (p-value =  0,001) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2023. Anemia is a common nutritional issue among vulnerable populations, including toddlers, adolescents, women of reproductive age, and pregnant women. Anemia in pregnant women impacts both the mother and fetus. For the mother, it reduces quality of life and can lead to mortality. Babies born to anemic mothers are at risk of congenital abnormalities, stillbirth, and stunting. Maternal health issues during pregnancy affect the critical first 1000 days of a child's life, with permanent consequences for survival, necessitating appropriate interventions to minimize these risks. The 2023 SKI report indicates a 27.7% prevalence of anemia among pregnant women in Indonesia, classified as a moderate public health issue. This study is a quantitative study using a cross-sectional design aimed to identify factors associated with anemia in pregnant women in Indonesia in 2023, utilizing secondary data from the 2023 SKI. The dependent variable was anemia, with independent variables from socio-demographic factors, lifestyle factors, dietary patterns, and pregnancy-related factors. Data analysis used complex samples, including univariate and bivariate analyses with chi-square tests. The study found significant associations between anemia in pregnant women and consumption of meat, poultry, and their processed products (p-value = 0.047), pregnancy interval (p-value = 0.033), and consumption of supplementary feeding (PMT) (p-value = 0.001) in Indonesia in 2023.
Read More
S-12028
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Teuku Muliadi; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Sandra Fikawati, Tiska Yumeida, Rahmawati
Abstrak:
Tesis ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di Indonesia melalui data panel yang diperoleh dari Indonesian Family Life Study (IFLS-V) tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan design crossectional. Total sampel berjumlah 2855 balita usia 12-59 bulan. Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, umur, frekuensi makan, imunisasi, diare, ISPA, ASI eksklusif, sumber air minum, perilaku BAB dan tempat tinggal. Hasil dari penelitian ini yang dinyatakan berhubungan signifikan dengan kejadian stunting adalah variabel umur, perilaku BAB, tempat tinggal, frekuensi minum susu, sumber air minum dan imunisasi. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah perilaku BAB dengan nilai OR 2.243 (CI 95%: 1,418-3,546) setelah dikontrol oleh variabel oleh umur, frekuensi minum susu dan tempat tinggal.

This study discusses about factors associated with stunting in Indonesia through panel data from Indonesian Family Life Study (IFLS-V). This research is a quantitative study with crossectional design. Total sample amounted to 2855 in toddlers 12-59 months. The variables used are gender, age, food frequency, immunization, diarrhea, ARI, exclusive breastfeeding, clean dringking water, defecation behavior and dwelling. The results of this study which were stated to be significantly associated with stunting were of age, defecation behavior, dwelling, frequency of drinking milk, clean dringking water and immunization. The most influential variable on stunting was defecation behavior with an OR value of 2,243 (95% CI: 1,418-3,546) after being controlled by age, milk drinking frequency and residence.

Read More
T-5911
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mainora; Pembimbing: Siti Arifah Pudjonarti; Penguji: Tri Yanti, Asih Setiarini, Dakhlan Chaeron, Indah Hidayat
Abstrak:
Faktor penyebab stunting menurut WHO (2013) secara komprehensif diuraikanmenjadi faktor langsung dan tidak langsung. Prevalensi Balita stunting di Indonesiatergolong cukup tinggi dan distribusinyapun tidak merata, antara desa kota maupun antarprovinsi (1992-2013). Tujuan penelitian ini ingin melihat bagaimana gambaran prevalensistunting, capaian indikator PISPK, serta bagaimana hubungan 12 indikator PISPK denganprevalensi stunting di kabupaten/kota di Indonesia tahun 2017. Desain penelitian ini adalahstudi crossectional dengan sampel sebanyak 452 kabupaten/kota di Indonesia, menggunakandata sekunder prevalensi stunting dari data Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 dancapaian 12 indikator program PIS-PK tahun 2017. Analisis statistik yang di lakukan yaituunivariat, Uji korelasi Spearmen dan Pearson serta analisis multivariat dengan menggunakanuji regresi linear ganda.Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil uji bivariat di peroleh variabel denganprevalensi stunting yang berhubungan secara signifikan adalah persentase keluargamempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (-), persentase keluarga sudah menjadianggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)(-), persentase bayi mendapatkan imunisasi dasarlengkap (-), persentase ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (-), persentasependerita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standart (+), persentasependerita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur. Hasil uji multivariat di dapatkanpersentase keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat merupakan faktordominan yang berhubungan dengan prevalensi stunting.Dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dan semua pihak dapat meningkatkanprogram-program yang sudah berjalan selama ini dalam meningkatkan akses jamban sehatoleh keluarga di Indonesia, serta program lainnya yang berhubungan dengan prevalensistunting, seperti peningkatan fungsi Posyandu.Kata kunci:Prevalensi Stunting; Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga(PIS-PK)

Stunting factors according to WHO (2013) are comprehensively described to bedirect and indirect factors. The prevalence of under-five stunting in Indonesia is quite highand the distribution is uneven, between urban and inter-provincial villages (1992-2013). Thepurpose of this study is to see how the prevalence of stunting, PISPK indicator achievement,and how 12 PISPK indicator relationship with stunting prevalence in districts / cities inIndonesia in 2017. The design of this study is cross-sectional study with 452 districts / citiesin Indonesia, using data secondary prevalence of stunting from the results of Nutrition StatusMonitoring (PSG) and 12 indicators of PIS-PK program. Statistical analysis done wasunivariate, Spearmen and Pearson correlation test and multivariate analysis using multiplelinear regression test.The results of this study show that bivariate test results obtained by variables withprevalence of stunting are significantly related is the percentage of families have access oruse healthy latrine (-), the percentage of families have become members of the NationalHealth Insurance (JKN) (-), the percentage of infants get basic immunization complete (-),the percentage of mothers performing delivery at health facilities (-), the percentage ofpatients with pulmonary tuberculosis get treatment according to standard (+), the percentageof hypertensive patients perform regular treatment. Multivariate test results in obtaining apercentage of families having access to or using healthy latrine were the dominant factorsassociated with stunting prevalence.From the results of this study, it is expected that the government and all parties canimprove the programs that have been running so far in improving access to healthy latrinesby families in Indonesia, as well as other programs related to the prevalence of stunting, suchas improving the function of Posyandu.Keywords:Prevalence of Stunting; Healthy Indonesia Program with Family Approach (PIS-PK).
Read More
T-5186
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nor Rofika Hidayah; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Fatmah, Sri Muljati
S-6753
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive