Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 27745 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Jasmine Kamilatun Nuha; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Tubagus Dwika Yuantoko
Abstrak:
Distres adalah bentuk stres negatif yang disebabkan oleh kejadian buruk dan mengakibatkan penurunan performa kerja. Sektor kelistrikan memiliki kompleksitas dan risiko yang tinggi dalam proses bisnisnya, sehingga dalam penelitian terdahulu dan hasil observasi awal didapatkan bahwa pekerja sektor kelistrikan memiliki risiko mengalami distres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan menganalisis hubungan antara faktor risiko distres dengan tingkat distres pada pekerja PT X Sektor Kelistrikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method dengan desain studi cross-sectional. Data kuantitatif didapatkan dari penyebaran kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square, sedangkan data kualitatif dilakukan dengan wawancara dan dianalisis menggunakan analisis tematik. Faktor risiko yang diteliti meliputi faktor individu (usia, masa kerja, status pernikahan), faktor terkait pekerjaan (beban dan kecepatan kerja, peran dalam organisasi, pengembangan karier, hubungan interpersonal, home-work interface), faktor tidak terkait pekerjaan (domestic-family demands), dan faktor penyangga (dukungan sosial). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebanyak 70,6% pekerja mengalami stres sedang, 27,2% pekerja mengalami stres berat, dan 2,2% mengalami stres ringan. Hasil analisis inferensial menunjukkan hanya variabel pengembangan karier (p=0,021) yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat distres. Adapun nilai OR yang dihasilkan sebesar 2,457 yang mengartikan bahwa pekerja dengan persepsi buruk terhadap pengembangan karier memiliki peluang 2,457 kali lebih besar mengalami distres.
Distress is a form of negative stress caused by adverse events that can lead to a decline in work performance. The electricity sector involves high complexity and risk in its business processes, making workers in this sector more vulnerable to experiencing distress, as indicated by previous studies and preliminary observations. This study aims to describe and analyze the relationship between risk factors and the level of distress among workers at PT X in the electricity sector. A mixed-method approach with a cross-sectional design was employed. Quantitative data were obtained through questionnaires and analyzed using the chi-square test, while qualitative data were collected through interviews and analyzed thematically. The risk factors examined include individual factors (age, length of employment, marital status), work-related factors (workload and work pace, organizational role, career development, interpersonal relationships, home-work interface), non-work-related factors (domestic-family demands), and buffering factors (social support). The results of the descriptive analysis indicated that 70.6% of workers experienced moderate stress, 27.2% experienced severe stress, and 2.2% experienced mild stress. Inferential analysis showed that only the variable career development (p = 0.021) had a significant relationship with the level of distress, with an odds ratio (OR) value of 2.457, indicating that workers with negative perceptions of career development were 2.457 times more likely to experience distress.
Read More
S-12004
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maharani Ayundhias; Pembimbing: Abdul Kadir; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Aldila Faza Zulfah
Abstrak:
Pekerja shift dan on-call di sektor kelistrikan memiliki risiko tinggi mengalami kelelahan kerja (fatigue) yang berdampak pada penurunan fungsi kognitif, produktivitas, kesehatan, dan keselamatan kerja. Kelelahan ini dipengaruhi oleh faktor risiko terkait pekerjaan (sistem on-call, shift kerja, masa kerja, beban kerja) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, tidur, status gizi, pekerjaan sampingan, status menikah, riwayat penyakit). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko kelelahan kerja (fatigue) pada pekerja shift dan on-call. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan metode mixed method. Data kuantitatif diperoleh dari 98 responden menggunakan kuesioner OFER, PSQI, NASA-TLX, pengukuran tinggi badan dan berat badan, serta didukung data kualitatif melalui wawancara terbuka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja berhubungan signifikan dengan kelelahan kerja (fatigue) akut (p = 0,027; OR = 2,703) dan kelelahan kerja (fatigue) kronis (p = 0,034; OR = 2,618). Selain itu, kuantitas tidur (p = 0,035; OR = 3,906) dan status menikah (p = 0,003; OR = 4,354) memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan kerja (fatigue) akut. Kesimpulan penelitian ini menekankan terkait pentingnya implementasi fatigue management dan peningkatan kesadaran diri dalam mengelola kelelahan kerja (fatigue). 


Shift and on-call workers in the electricity sector have a high risk of experiencing fatigue, which impacts cognitive function, productivity, health and safety. This fatigue is influenced by work-related risk factors (on-call system, work shift, work period, workload) and non-work-related risk factors (age, sleep, nutritional status, side job, married status, disease history). The purpose of this study was to analyze the risk factors for fatigue in shift and on-call workers. The study used a cross sectional design with mixed methods. Quantitative data were obtained from 98 respondents using OFER, PSQI, NASA-TLX questionnaires, height and weight measurements, and supported by qualitative data through open interviews. The results of this study showed that workload was significantly associated with acute fatigue (p = 0.027; OR = 2.703) and chronic fatigue (p = 0.034; OR = 2.618). In addition, sleep quantity (p = 0.035; OR = 3.906) and married status (p = 0.003; OR = 4.354) had significant associations with acute fatigue. The conclusion of this study emphasizes the importance of implementing fatigue management and increasing self-awareness in managing fatigue.
Read More
S-12013
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andriza Hanifah Wulandari; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Dadan Erwandi, Rijal Noor Al-Ghiffari
Abstrak:

Kelelahan merupakan masalah multifaktor yang dialami pekerja sektor manufaktur dan
berdampak pada kecelakaan kerja, kesehatan, serta ekonomi. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja sales
perusahaan manufaktur di PT X tahun 2025. Faktor risiko yang diteliti meliputi faktor
risiko terkait pekerjaan (durasi kerja, masa kerja, beban kerja, waktu istirahat, waktu
perjalanan, dan lingkungan kerja) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, status
gizi, kuantitas tidur, kualitas tidur, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein). Penelitian
ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilaksanakan pada bulan Februari
hingga Juni 2025. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring, meliputi kuesioner
karakteristik individu dan pekerjaan, OFER, PSQI, NASA-TLX, dan persepsi terhadap
lingkungan kerja. Terdapat 136 data responden yang dianalisis menggunakan analisis
deskriptif dan inferensial dengan uji chi-square. Hasil analisis menunjukkan bahwa
56.6% pekerja mengalami kelelahan kronik dan 79.4% kelelahan akut. Hasil
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor risiko terkait kerja
yaitu masa kerja (p value = 0.047), lingkungan kerja bising (p value = 0.033) dan faktor
risiko tidak terkait kerja, yaitu kualitas tidur (p value = 0.044) dengan kelelahan kronik.
Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor risiko
terkait kerja yaitu beban kerja (p value = 0.033) dengan pemulihan kelelahan.


Fatigue is a multifactorial problem experienced by workers in the manufacturing sector  and has an impact on work accidents, health, and the economy. This study aims to analyze  the risk factors associated with fatigue in sales workers of manufacturing companies at  PT X in 2025. The risk factors studied include work-related risk factors (duration of work,  length of service, workload, rest time, commuting time, and work environment) and non work-related risk factors (age, nutritional status, sleep quantity, sleep quality, alcohol  consumption, and caffeine consumption). This study used a cross-sectional study design  conducted from February to June 2025. Data were collected through online  questionnaires, including individual and job characteristics questionnaires, OFER, PSQI,  NASA-TLX, and perceptions of work environment. 136 respondent data analyzed using  descriptive and inferential analysis with the chi-square test. The results of the analysis  showed that 56.6% of workers experienced chronic fatigue and 79.4% acute fatigue. The  results showed that there was a significant relationship between work-related risk factors,  namely work period (p value = 0.047), noisy work environment (p value = 0.033) and  non-work-related risk factors, namely sleep quality (p value = 0.044) with chronic fatigue.  The results also showed that there was a significant relationship between work-related  risk factors, namely workload (p value = 0.033) with fatigue recovery.

Read More
S-12100
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Faiz; Pembimbing: Sjahrul M. Nasri; Penguji: Dadan Erwandi, Ridwan Zahdi Sjaaf, Ridwan Muhamad Rifai, Anis Rohmana
Abstrak: Bahaya faktor psikososial sebagai interaksi antara atau di antara lingkungan kerja, konten pekerjaan, kondisi organisasi dan kapasitas pekerja, kebutuhan, budaya, dan pertimbangan personal pekerja yang dapat mempengaruhi kesehatan, prestasi kerja dan kepuasan kerja melalui persepsi dan pengalaman. Hasil respon karena faktor psikososial yaitu respon stres yang dapat berupa respon stres negatif atau distres. Hasil studi pendahuluan di PT X ditemukan bahwa terdapat berbagai masalah psikososial dan berbagai keluhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan berbagai faktor psikososial dengan distres yang terjadi pada pekerja di PT. X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Penelitian dilakukan pada pekerja di PT X pada bulan September 2021 sampai Desember 2021. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 112 pekerja dan instrumen yang digunakan yaitu kuisioner. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi dan regresi linear. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara faktor psikososial lingkungan kerja (nilai p = 0,000), fungsi dan budaya organisasi (nilai p = 0,007), konflik peran (nilai p = 0,005), hubungan interpersonal (nilai p = 0,042), dan home-work interface (nilai p = 0,000) dengan variabel dependen yaitu distres. Kemudian, tidak terdapat hubungan antara faktor psikososial budaya kerja (nilai p = 0,103), ketidak jelasan peran (nilai p = 0,621), pengembangan karir (nilai p = 0,362), dan kontrol pekerjaan (nilai p = 303) dengan variabel dependen yaitu distres. Hasil uji regresi linear menunjukkan faktor psikososial yang paling dominan mempengaruhi distress yaitu lingkungan kerja.
The hazard of psychosocial factors as interactions between or among the work environment, job content, organizational conditions and worker capacities, needs, culture, and personal considerations of workers can affect health, job performance, and job satisfaction through perceptions and experiences. The response due to psychosocial factors is the stress response which can be a negative stress response or distress. On preliminary study at PT. X has found various psychosocial problems and various complaints related to distress. This study aims to determine the relationship of various psychosocial factors with distress in workers at PT. X. This research is quantitative research with a cross-sectional design. The research was conducted on workers at PT. X in September 2021 to December 2021. The total population in this study was 112 workers, and the instrument used was a questionnaire. The statistical test used is the correlation test. The results showed that there was a relationship between psychosocial factors in the work environment (p-value = 0.000), organizational function and culture (p-value = 0.007), role conflict (p-value = 0.005), interpersonal relationships (p-value = 0.042), and home-work interface (p-value = 0.000) with distress. Then, there is no relationship between psychosocial factors of work culture (p-value = 0.103), role ambiguity (p-value = 0.621), career development (p-value = 0.362), and job control (p-value = 303) with distress. The results of the multiple linear regression test showed that the most dominant psychosocial factor influencing the difficulty was the work environment
Read More
T-6290
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ranti Fitri Agustina; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Mufti Wirawan, Bahrain Munir
Abstrak:
Keselamatan kerja merupakan aspek krusial dalam operasional perusahaan, khususnya pada sektor kelistrikan yang memiliki tingkat risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara safety leadership dan safety perception terhadap safety behavior pada pekerja di site PT X tahun 2025. Pendekatan yang digunakan adalah semikuantitatif dengan metode survei menggunakan kuesioner yang diisi oleh 87 responden. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara safety leadership dan safety behavior (r = 0,227; p = 0,035), serta antara safety leadership dan safety perception (r = 0,579; p = 0,000). Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara safety perception dan safety behavior (r = 0,149; p = 0,169). Temuan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan keselamatan memiliki peran penting dalam membentuk perilaku keselamatan pekerja, baik secara langsung maupun melalui persepsi terhadap keselamatan. Hasil wawancara dengan key person juga menguatkan bahwa keteladanan dan keterlibatan langsung pimpinan menjadi faktor yang mendorong budaya keselamatan yang positif. Penelitian ini menyarankan agar perusahaan meningkatkan efektivitas kepemimpinan keselamatan melalui pelatihan, keterlibatan aktif pemimpin, serta evaluasi berkelanjutan terhadap program keselamatan. Penelitian lanjutan direkomendasikan untuk mengeksplorasi faktor lain yang dapat memediasi atau memoderasi hubungan antarvariabel.


Occupational safety is a crucial aspect of company operations, especially in the electricity sector which carries a high level of risk. This study aims to examine the relationship between safety leadership and safety perception on safety behavior among workers at the PT X site in 2025. A semi-quantitative approach was employed using a survey method with questionnaires completed by 87 respondents. Data were analyzed using Spearman and Pearson correlation tests. The results indicate a positive and significant relationship between safety leadership and safety behavior (r = 0.227; p = 0.035), as well as between safety leadership and safety perception (r = 0.579; p = 0.000). However, no significant relationship was found between safety perception and safety behavior (r = 0.149; p = 0.169). These findings suggest that safety leadership plays an important role in shaping workers’ safety behavior, both directly and indirectly through safety perception. Interviews with key persons also support the conclusion that leadership engagement and role modeling are key drivers of a positive safety culture. The study recommends that the company improve the effectiveness of safety leadership through targeted training, active leadership involvement, and continuous evaluation of safety programs. Future research is encouraged to explore other variables that may mediate or moderate the relationships among these constructs.
Read More
S-12082
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Safira Nurul Izzah; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Tubagus Dwika Yuantoko
S-12026
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
M. Rahmanda Lintang Putranto; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Mufti Wirawan, Chandra Satrya, Christofel, L. Kukuh Prabowo
Abstrak: Konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi, pada tahun 2020 sektor ini menyumbang sebesar 55,2% angka kecelakaan. Faktor manusia menjadi salah faktor penyebab kecelakaan kerja, data menyatakan bahwa pada sektor konstruksi didapatkan 70% kecelakaan kerja terjadi karena tindakan tidak aman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat persepsi risiko dari Proyek Z PT X, melihat hubungan antara variable bebas dengan variable terikat, dan menjelaskan kondisi persepsi risiko dengan program yang telah dijalankan oleh Proyek Z. Penelitian ini adalah penelitian semi-kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 82 orang dengan besar sampel 67 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas persepsi dari pekerja di Proyek Z buruk (55,7%). Variabel risk voluntarily, immediacy of effect, knowledge of risk, catastrophic potential, dan severity of consequences memiliki persentase buruk paling besar, dan terdapat hubungan yang signifikan pada semua variabel penelitian. Hasil analisis multivariate menjelaskan 4 variabel memiliki hubungan paling bermakna yaitu immediacy of effect, catastrophic potential, common dread, dan severity of consequences. Untuk solusi jangka pendek proyek Z dapat melakukan peningkatan pengawasan pada pekerjaan yang memiliki risiko tinggi, untuk jangka Panjang Proyek Z bisa meningkatkan perencanaan terkait identifikasi bahaya dan risiko lalu mengkomunikasikan kepada seluruh pekerja
Construction is one of the sectors that has a high risk of work accidents, in 2020 this sector has 55.2% accident rate. Human factor is one of the factors causing work accidents, 70% of work accidents occur due to unsafe actions. The purpose of this study is to see the Project Z PT X risk perception level, the relationship between independent and dependent variable, and to explain the condition of risk perception that has been run by Project Z. This research is a semi-quantitative study with a cross-sectional design. The population of this study was 82 people with a sample size of 67 people. The results showed that most workers perception in Project Z were bad (55.7%). Risk voluntarily, immediacy of effect, knowledge of risk, catastrophic potential, and severity of consequences have the largest bad percentage, and there is a significant relationship on all research variables. Multivariate analysis explained that 4 variables had the most significant relationship, namely immediacy of effect, catastrophic potential, common dread, and severity of consequences. For short-term solutions, Project Z can improve supervision on high risk categorized job, for long term Project Z can improve hazard and risk identification and communicating them to all workers
Read More
T-6300
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Widya Prameswari; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Abdul Kadir, Mufti Wirawan, Puspita Sampekalo, Ali Syahrul Chairuman
Abstrak:

Tenaga kesehatan merupakan salah satu profesi yang berisiko mengalami distres, dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor individu, pekerjaan, sosial dan lingkungan kerja. Jika tidak ditangani dengan baik, distres tersebut bisa mengakibatkan gangguan kesehatan, mental dan penurunan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi distres pada tenaga kesehatan di RSUD Cibinong. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional dianalis menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik. Variable dependen tingkat distres dan variabel independen terdiri dari faktor individu, faktor pekerjaan, faktor sosial, dan lingkungan kerja. Periode penelitian bulan April – Mei 2025, responden terdiri dari perawat, bidan, ahli gizi, tenaga kefarmasian, apoteker, dan analis laboratorium di ruangan rawat inap RSUD Cibinong Bogor. Ditemukan bahwa beban kerja dan hubungan interpersonal merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap tingkat distres pada tenaga kesehatan di RSUD Cibinong Bogor, dimana beban kerja yang berat berpeluang 4.2 kali menyebabkan tingkat distres dibandingkan dengan beban kerja yang ringan dan hubungan interpersonal yang baik dapat menurunkan tingkat distres sebesar 78.6%. Rekomendasi dari penelitian ini adalah melakukan monitoring dan evaluasi terkait beban kerja, memfasilitasi sarana dan prasarana pendukung untuk meringankan beban kerja, menyelenggarakan pelatihan berkelanjutan terkait ergonomi, manajemen stres, menyediakan wadah penyampaian aspirasi, keluhan atau masalah interpersonal di tempat kerja secara aman dan rahasia.


Healthcare workers are one of the professions at risk of experiencing distress, which can  be caused by several factors such as individual, work, social and work environment  factors. If not handled properly, such distress can lead to health and mental disorders  and decreased productivity. This study aims to identify factors that influence distress in  health workers at Cibinong Hospital. The method used was quantitative research with a  cross-sectional study design analyzed using chi-square statistical test and logistic  regression. The dependent variable is the level of distress and the independent variables  consist of individual factors, work factors, social factors, and work environment. The  research period was April - May 2025, the respondents consisted of nurses, midwives,  nutritionists, pharmaceutical workers, pharmacists, and laboratory analysts in the  inpatient room of the Cibinong Bogor Regional Hospital. Found that workload and  interpersonal relationships are the risk factors that most influence the level of distress in  healthcare workers at Cibinong Bogor Regional Hospital, where heavy workload has a  4.2 times chance of causing distress compared to light workload and good interpersonal  relationships can reduce the level of distress by 78.6%. Recommendations from this study  are to conduct monitoring and evaluation related to workload, facilitate supporting  facilities and infrastructure to ease workload, organize ongoing training related to  ergonomics, stress management, provide a forum for the delivery of aspirations,  complaints or interpersonal problems in the workplace in a safe and confidential manner.

Read More
T-7399
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syukrini Rahmawati Zetri; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Tubagus Dwi Yuantoko
Abstrak:

World Health Organization mengakui distres sebagai penyakit epidemiologi abad 21. Distres pada dosen menjadi isu yang sering dibahas. Tuntutan Tri Dharma Perguruan Tinggi membuat dosen menghadapi beban kerja berat sehingga menyebabkan distres, kecemasan, dan gangguan tidur. Penelitian Carroll tahun 2022 menunjukkan lebih dari 50% tenaga pengajar di Australia mempertimbangkan untuk meninggalkan profesinya karena merasakan distres yang sangat tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat distres, faktor risiko distres, dan menganalisis hubungan faktor-faktor risikonya terhadap distres pada dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas A tahun 2025. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan pendekatan cross-sectional. Faktor risiko yang diteliti meliputi faktor di arena pekerjaan (beban kerja, tekanan waktu, long-working hours, ambiguitas peran, hubungan interpersonal, jabatan akademik); faktor di arena rumah (work-family conflict dan status pernikahan); faktor di arena sosial (dukungan sosial), dan faktor di arena individu (usia dan jenis kelamin). Analisis data meliputi analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif mengungkapkan 68% dosen mengalami distres ringan, 30.9% dosen mengalami distres sedang, dan 1% dosen mengalami distres berat. Analisis inferensial mengungkapkan tekanan waktu (p = 0.000; OR = 10.4; 95% CI = 3.513-30.789), ambiguitas peran (p = 0.001; OR = 5.031; 95% CI = 1.950-12.984), hubungan interpersonal ke rekan kerja (p = 0.014; OR = 3.033; 95% CI = 1.235-7.452), work-family conflict (p = 0.000; OR = 19.456; 95% CI = 5.942-63.709), dan dukungan sosial (p = 0.004; OR = 3.675; 95% CI = 1.487-9.082) berhubungan signifikan dengan distres pada dosen FMIPA Universitas A. Universitas A disarankan untuk memperkuat sosialisasi layanan konseling, menyusun SOP yang jelas, serta menyediakan pelatihan dan dukungan teknis untuk mengurangi risiko distres pada dosen.



The World Health Organization identifies distress as a 21st-century epidemiological concern, with lecturer distress emerging as a critical issue. Heavy workloads from fulfilling the Three Pillars of Higher Education contribute to distress, anxiety, and sleep disorders among lecturers.  A study by Carroll et al. in 2022 found that more than 50% of educators in Australia experienced severe distress that caused them to consider leaving the profession. This study aims to examine the levels of distress, identify its risk factors, and analyze the relationships between those risk factors and distress among lecturers at the Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University A in 2025. A quantitative method with a cross-sectional approach was used. Risk factors examined include work factors (workload, time pressure, long-working hours, role ambiguity, interpersonal relationships, academic rank); home factors (work-family conflict and marital status); social factors (social support); and individual factors (age and gender). Data analysis included descriptive and inferential statistics. Descriptive analysis showed 68% of lecturers experienced mild distress, 30.9% experienced moderate distress, and 1% experienced severe distress. Inferential analysis revealed significant associations between distress and time pressure (p = 0.000; OR = 10.4; 95% CI = 3.513-30.789), role ambiguity (p = 0.001; OR = 5.031; 95% CI = 1.950-12.984), interpersonal relationships with colleagues (p = 0.014; OR = 3.033; 95% CI = 1.235-7.452), work-family conflict (p = 0.000; OR = 19.456; 95% CI = 5.942-63.709), and social support (p = 0.004; OR = 3.675; 95% CI = 1.487-9.082). It is recommended for University A to strengthen the promotion of counselling services, establish clear SOPs, and provide training and technical support to reduce lecturers’ distress risk.
Read More
S-11995
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Febriyanti Puspa Nabiilah; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Baiduri Widanarko, Ajie Nur Rendragraha
Abstrak:
Pekerjaan manual handling merupakan satu dari beberapa pekerjaan yang paling berpotensi terhadap munculnya keluhan musculoskeletal disorders. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan menganalisis faktor risiko pekerjaan manual handling, meliputi pengangkatan dan peletakan barang, oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Penelitian dilaksanakan di salah satu area milik perusahaan sektor logistik dan kepelabuhanan dengan melibatkan 10 orang Tenaga Kerja Bongkar Muat sebagai sampel. Instrumen untuk menilai keluhan musculoskeletal disorders yang digunakan pada penelitian ini adalah Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) dan instrumen untuk penilaian tingkat risiko menggunakan NIOSH Lifting Equation. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 6 dari 10 pekerja memiliki keluhan musculoskeletal disorders. Sebanyak 9 dari 10 pekerja memiliki tingkat risiko sedang pada kegiatan pengangkatan dan 6 dari 10 pekerja memiliki tingkat risiko sedang pada kegiatan peletakan barang. Hasil pengukuran faktor lingkungan menunjukkan iklim kerja panas memenuhi persyaratan, sementara pencahayaan tidak memenuhi persyaratan.


Manual handling is recognized as one of the occupational activities with a high risk of musculoskeletal disorders (MSDs). This descriptive study aims to analyze the risk factors of manual handling tasks, specifically lifting and lowering loads by Stevedores.The research was conducted at a site owned by a logistic and port service company, involving 10 Stevedores as a sample. Musculoskeletal complaints were assessed using the Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ), while risk levels associated with lifting activities were evaluated using the NIOSH Lifting Equation. The findings indicate that 6 out of 10 workers reported complaints related to musculoskeletal disorders. Additionally, 9 out of 10 workers were found to be at a moderate risk level during lifting activities, and 6 out of 10 were at a moderate risk level during lowering tasks. Environmental measurements revealed that the thermal work environment met regulatory standards, whereas lighting levels did not comply with the required thresholds.
Read More
S-12127
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive