Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38068 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Shania Ayunda Muthia Kanza Salshabilah; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Khaterina Kristina Manurung
Abstrak:

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis yang menimbulkan beban signifikan terhadap sistem pembiayaan kesehatan, terutama dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penyakit ini memerlukan perawatan jangka panjang dan rawan kekambuhan, sehingga berkontribusi terhadap tingginya angka kunjungan dan pembiayaan di fasilitas kesehatan, khususnya pada layanan rujukan. Tujuan: Mengetahui besarnya biaya pelayanan kesehatan peserta JKN dengan skizofrenia dan faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya tersebut. Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional menggunakan data sekunder BPJS Kesehatan tahun 2024. Sampel terdiri dari 1.597 peserta aktif JKN dengan diagnosis skizofrenia selama satu tahun. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan SPSS versi 25. Hasil: Total biaya pelayanan mencapai Rp16.896.391.354. Rata-rata biaya rawat jalan Rp314.929 dan rawat inap Rp5.050.107. Biaya signifikan dipengaruhi oleh usia, hubungan keluarga, kelas hak rawat, segmentasi peserta, wilayah kepesertaan, jenis dan kepemilikan FKTP/FKRTL, kunjungan ke FKTP, dan tipe FKRTL. Kesimpulan: Skizofrenia memberikan beban biaya tinggi pada JKN. Diperlukan pembiayaan berbasis kebutuhan serta penguatan layanan jiwa di tingkat primer dan komunitas untuk efisiensi sistem.




Background: Schizophrenia is a chronic mental disorder that poses a significant  burden on the healthcare financing system, particularly within Indonesia’s  National Health Insurance (JKN) program. The condition requires longterm care  and is prone to relapse, contributing to high healthcare utilization and costs,  especially at referral level facilities. Objective: To determine the total healthcare  costs for JKN participants diagnosed with schizophrenia and to identify factors  associated with those costs. Methods: This quantitative study employed a crosssectional design using secondary data from BPJS Kesehatan (Indonesia’s Social  Health Insurance) for the year 2024. The sample consisted of 1.597 active JKN  participants diagnosed with schizophrenia over a 12 month period. Data were  analyzed using univariate and bivariate techniques in SPSS version 25. Results: The total healthcare cost amounted to IDR 16.896.391.354. The average outpatient  cost was IDR 314.929, while the average inpatient cost was IDR 5.050.107. Factors  significantly associated with higher costs included age, family relationship status,  treatment class, participant segmentation, region of enrollment, type and  ownership of primary and referral healthcare facilities (FKTP/FKRTL), number of  visits to primary care, and type of referral facility. Conclusion: Schizophrenia  places a substantial financial burden on the JKN system. A need-based financing  approach and strengthened mental health services at the primary and community  levels are essential to improving efficiency and sustainability.

Read More
S-12059
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kezia Meilany Azzahra; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Amila Megraini
Abstrak: Latar Belakang: Berdasarkan Laporan Pengelolaan Program Tahun 2019, penyakit hemofilia menghabiskan biaya Rp. 405,670,839,460 dengan 70,999 kasus. Pada tahun 2022, terjadi peningkatan kasus menjadi 116,767 kasus dengan pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan sebanyak Rp. 650 milyar untuk membayar pelayanan kesehatan Peserta JKN pada penyakit hemofilia. Tujuan: Mengetahui biaya dan faktor0faktor yang berhubungan dengan penyakit hemofilia di FKRTL dalam satu tahun (12 bulan). Metode: Desain studi cross-sectional dengan analisis univariat dan bivariat, Hasil: BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 452,466,055,817 (452 Milyar) untuk membayar klaim 143 peserta aktif dalam satu tahun (12 bulan) Tahun 2019-2020. Faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya layanan JKN untuk penyakit hemofilia Tahun 2019-2020 yaitu Jenis Kelamin, Usia, Hubungan Keluarga, Kelas Hak Rawat, Segmentasi Peserta, Wilayah Kepesertaan, Kunjungan RJTL, Kunjungan RITL, Status Kepemilikan Fasilitas Kesehatan. Kesimpulan: RJTL menyerap dari total biaya penyakit hemofilia yaitu Rp814.260.386.772 (90%)
Background: Based on the 2019 Program Management Report. Hemophilia costs Rp. 405,670,839,460 with 70,999 cases. In 2022, there are an increase in cases to 116,767 cases with claim costs of Rp. 650 billion spent by BPJS Health to pay for health services for JKN participants for hemophilia.Objective: To find out the costs and factors associated with hemophilia at FKRTL in one year (12 months). Method: Cross-sectional study design with univariate and biavariate analysis. Results: BPJS Health spends a budget of Rp. 452,466,055,817 (452 billion) to pay the claims of 143 active participants in one year (12 months) 2019-2020. Factors related to the cost of JKN services for hemophilia in 2019-2020 are Gender, Age, Family Relations, Treatment Rights Class, Participant Segmentation, Participants Area, RJTL Visits, RITL Visits, Health Facility Ownership Status. Conclusion: RJTL absorbs the total cost of hemophilia, namely Rp814.260.386.772 (90%)
Read More
S-11752
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cynthia Yolanda; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Khaterina Kristina Manurung
Abstrak:
Latar Belakang: Berdasarkan Laporan Pengelolaan Program Tahun 2019, Penyakit leukemia menghabiskan biaya Rp. 361,056,430,870 dengan 134,271 kasus. Namun Pada Tahun 2022 terjadi peningkatan kasus menjadi 146.162 kasus dengan menghabiskan biaya klaim Rp. 429 milyar yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk membayar pelayanan kesehatan Peserta JKN pada penyakit leukemia. Tujuan: Mengetahui biaya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit leukemia di FKRTL dalam 12 bulan dan minimal pengobatan 4 bulan (Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2019-2020). Metode: Desain studi cross-sectional dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil: BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebesar RP. 360,376,931,628 (360 Milyar) untuk membayar klaim 92 peserta aktif dengan pengobatan minimal 4 bulan dalam 12 bulan pada Tahun 2019-2020. Faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya layanan JKN untuk penyakit leukemia Tahun 2019-2020 yaitu Jenis Kelamin, Usia, Hubungan Keluarga, Kelas Rawat, Segmentasi Peserta, Wilayah FKRTL, Kunjungan RJTL, Kunjungan RITL, Status Kepemilikan Fasilitas Kesehatan. Kesimpulan: RITL menyerap dari total biaya penyakit leukemia yaitu Rp. 293,452,189,462 (81%).

Background: Based on the 2019 Program Management Report, leukemia costs Rp. 361,056,430,870 with 134,271 cases. However, in 2022 there will be an increase in cases to 146,162 cases with claims costs of Rp. 429 billion spent by BPJS Health to pay for health services for JKN participants for leukemia. Objective: Knowing the costs and factors associated with leukemia at FKRTL within 12 months and a minimum of 4 months of treatment (BPJS Health Sample Data 2019-2020). Method: Cross-sectional study design with univariate and bivariate analysis. Results: BPJS Health spends a budget of Rp. 360,376,931,628 (360 billion) to pay claims for 92 active participants with a minimum of 4 months of treatment in 12 months in 2019-2020. Factors related to the cost of JKN services for leukemia in 2019-2020 are gender, age, family relationship, treatment class, participant segmentation, participant's area of residence, RJTL visits, RITL visits, health facility ownership status. Conclusion: RITL absorbs the total cost of leukemia, namely Rp. 293,452,189,462 (81%).
Read More
S-11543
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vania Nabiyla Zhafiirah; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Pujiyanto, Yusuf Subekti
Abstrak: Penyakit Ginjal Kronik (PGK) menimbulkan beban pembiayaan yang tinggi, sehingga pemanfaatan layanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) menjadi krusial, terutama bagi peserta JKN. Penelitian ini  menggunakan desain cross-sectional pada 498 pasien PGK pengguna RJTL tahun 2023. Hasil menunjukkan bahwa faktor usia, jenis kelamin, status perkawinan, segmentasi kepesertaan, hak kelas rawat, dan kepemilikan fasilitas berhubungan signifikan dengan utilisasi RJTL (p<0,05). Usia ≥65 tahun menjadi faktor paling dominan (AOR: 1,48; 95% CI: 1,29–1,69). Seluruh variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan layanan RJTL pada pasien PGK. 
Chronic Kidney Disease (CKD) poses a significant financial burden, making the utilization of Advanced  Outpatient Services (AOS) crucial, especially for National Health Insurance (JKN) participants. This cross sectional study involved 498 CKD patients who used AOS in 2023. The results showed that age, sex, marital  status, membership segmentation, class of care entitlement, and facility ownership were significantly  associated with AOS utilization (p<0.05). Age ≥65 years was the most dominant factor (AOR: 1.48; 95%  CI: 1.29–1.69). All variables had a significant influence on the utilization of AOS among CKD patients. 
Read More
S-11971
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alya Syaharani Tajuddin; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Pujiyanto, Wilda Alvernia Lumban Gaol
Abstrak:
Kasus katastropik menghabiskan 25% dari total biaya klaim BPJS Kesehatan dengan total biaya sebesar Rp20,0 triliun di tahun 2020, sementara penyakit kanker berada di posisi kedua dengan biaya terbesar Rp3,5 triliun. Penelitian ini menganalisis klaim biaya penyakit kanker peserta JKN yang berkunjung ke FKRTL dan faktor- faktor yang berhubungan. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan menggunakan data sampel BPJS tahun 2022 yang berisi data kunjungan tahun 2021. Hasil penelitian mendapatkan bahwa proporsi terbesar pasien dengan penyakit kanker di FKRTL adalah kanker payudara (C50). Ditemukan bahwa rata-rata klaim kanker sebesar Rp358.865 per pasien rajal dan Rp11.200.000 pasien ranap. Biaya tinggi ditemui pada karakteristik pasien yang berusia ≥ 61 tahun, berjenis kelamin laki-laki, di regional 3, status telah menikah, dengan hari rawat tinggi, diagnosis C69-C72 (Kanker mata, otak, dan bagian lain dari sistem saraf pusat), severity level 2, di FKRTL milik TNI AL, dan kelas perawatan 1. Tingkat keparahan merupakan prediktor utama tingginya biaya penyakit kanker. Oleh karena itu, skrining dan deteksi dini perlu digencarkan terus untuk mengendalikan biaya penyakit kanker.

Catastrophic cases account for 25% of the total BPJS Kesehatan claim costs, with a total cost of IDR 20.0 trillion in 2020, while cancer ranks second with the highest cost of IDR 3.5 trillion. This study analyzes the cancer disease claim costs of JKN participants who visited FKRTL and the related factors. The study uses a cross-sectional design with BPJS sample data from 2022, which contains visit data from 2021. The results show that the largest proportion of patients with cancer at FKRTL is breast cancer (C50). It was found that the average cancer claim is IDR 358,865 per outpatient and IDR 11,200,000 per inpatient. High costs were found in patients aged ≥ 61 years, male, in region 3, married status, with high hospital stay days, diagnoses C69-C72 (eye, brain, and other parts of the central nervous system cancer), severity level 2, in FKRTL owned by the Indonesian Navy, and in class 1 care. Severity level is the main predictor of high cancer costs. Therefore, continuous screening and early detection are needed to control cancer costs.
Read More
S-11778
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hana Zakiyah; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Pujiyanto, Laksmi Damaryanti
Abstrak:
Latar Belakang: Gangguan kesehatan mental memberikan beban ekonomi signifikan secara global, dengan proyeksi kerugian mencapai USD 6 triliun pada tahun 2030. Di Indonesia, estimasi biaya langsung tahunan mencapai Rp87,5 triliun apabila seluruh invidiu dengan gangguan mental menjalani pengobatan rutin. Tujuan: Mengetahui besaran biaya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya layanan kesehatan mental pada rawat jalan FKRTL Peserta JKN. Metode: Desain studi dengan potong lintang menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan 2024. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat terhadap 785.150 peserta aktif layanan kesehatan mental. Hasil: BPJS Kesehatan menanggung total biaya layanan kesehatan mental sebesar Rp3,4 triliun dalam satu tahun. Terdapat hubungan signifikan antara biaya layanan dengan usia, segmentasi peserta, jumlah diagnosis, frekuensi kunjungan RJTL, regional FKRTL, kepemilikan FKRTL, dan kondisi penyakit kronis. Kesimpulan: Biaya tertinggi ditemukan pada kelompok usia lanjut dan wilayah Regional 1, yang mencerminkan konsentrasi layanan serta akses yang lebih optimal. Temuan ini menyoroti pentingnya pemerataan dan pendekatan berbasis kebutuhan layanan kesehatan mental.  


Background: Mental health disorders present a significant global economic burden, with projected losses reaching USD 6 trillion by 2030. In Indonesia, the estimated annual direct cost may reach IDR 87.5 trillion if all individuals with mental disorders undergo routine treatment. Objective: To identify the total cost and factors associated with mental health service expenditures in outpatient care at advanced referral health facilities (FKRTL) for JKN participants. Methods: This study uses cross-sectional design using the 2024 BPJS Kesehatan Sample Data. Univariate and bivariate analyses were conducted on 785,150 active mental health service users. Results: BPJS Kesehatan covered a total of IDR 3.4 trillion in mental health outpatient services within one year. There was a significant relationship between service costs and age, participant segmentation, number of diagnoses, outpatient visits frequency, advanced health facilities regional, advanced referral health facilities ownership, and chronic disease conditions. Conclusions: The highest costs were observed among the elderly and in Regional 1, reflecting a concentration of services and better access. These findings highlight the importance of equitable distribution and need-based approaches in mental health service financing. 
Read More
S-12051
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tsabitah Addinni; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Ede Surya Darmawan, Maria Hotnida
Abstrak:

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian keempat tertinggi di dunia, dengan total sekitar 3,5 juta kematian pada tahun 2021 menurut data WHO. Jumlah ini setara dengan 5% dari seluruh kematian global. Di Indonesia, PPOK termasuk dalam 20 besar penyakit dengan kunjungan rawat jalan tingkat lanjut (RJTL) terbanyak berdasarkan ICD selama delapan tahun terakhir, dari 2017 hingga 2024. Mengingat PPOK adalah penyakit kronis yang membutuhkan penanganan jangka panjang dan stabil, integrasi layanan primer dan lanjutan menjadi kunci keberhasilan pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan layanan kesehatan tingkat primer dan lanjutan oleh peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menderita PPOK di Indonesia, serta faktor-faktor yang memengaruhinya berdasarkan karakteristik predisposisi, kemampuan, dan sistem pelayanan kesehatan. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan tahun 2024. Total sampel yang dianalisis adalah 5.281 sebelum pembobotan. Analisis data dilakukan menggunakan tabulasi silang, uji chi-square, dan regresi logistik multinomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan layanan kesehatan oleh penderita PPOK didominasi oleh layanan tingkat primer (73,3%). Pemanfaatan layanan tingkat lanjut saja lebih tinggi (16%) dibandingkan dengan integrasi layanan primer dan lanjutan (10,6%). Ditemukan bahwa karakteristik predisposisi, kemampuan, dan sistem pelayanan kesehatan berhubungan secara signifikan dengan pola pemanfaatan layanan kesehatan tingkat primer dan lanjutan pada penderita PPOK di Indonesia. Temuan ini menekankan pentingnya penguatan pelayanan penapisan dan program rujuk balik (PRB), penerapan pendekatan pelayanan yang holistik, serta integrasi yang lebih kuat antara layanan primer dan lanjutan untuk meningkatkan efektivitas penatalaksanaan PPOK.

Kata kunci: Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), Utilisasi Pelayanan Kesehatan, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Data Sampel BPJS Kesehatan


Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is the fourth leading cause of death globally, with approximately 3.5 million deaths reported in 2021, according to WHO data. This figure accounts for around 5% of all global deaths. In Indonesia, COPD has consistently ranked among the top 20 diseases with the highest number of advanced outpatient visits (RJTL) based on ICD data from 2017 to 2024. Given that COPD is a chronic condition requiring long-term and stable management, integration between primary care services and advanced care services is essential to ensure comprehensive disease management. This study aims to examine the pattern of primary and advanced healthcare service utilization among participants of the National Health Insurance (JKN) who suffer from COPD in Indonesia, and to identify influencing factors based on predisposing characteristics, enabling resources, and the healthcare system. The research used a quantitative cross-sectional design, utilizing the 2024 Sample Data from BPJS Kesehatan. A total of 5,281 samples were analyzed prior to weighting. Data analysis was conducted using cross-tabulation, chi-square tests, and multinomial logistic regression. The findings reveal that healthcare service utilization by COPD patients is predominantly at the primary care level (73.3%). The utilization of advanced care services alone (16%) was higher than the integrated healthcare services (10.6%). It was also found that predisposing characteristics, enabling factors, and the healthcare system were significantly associated with the pattern of healthcare utilization among COPD patients in Indonesia. These findings highlight the importance of strengthening early diagnostic capacity for COPD at primary healthcare facilities, implementing a holistic service approach, and enhancing integration between primary and advanced care to improve the effectiveness of COPD management. These findings highlight the importance of strengthening screening services and the Back Referral Program (PRB), implementing a holistic approach to care, and fostering stronger integration between primary and secondary care services to enhance the effectiveness of COPD management.

Read More
S-11977
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adelia Pramesti Zahra; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Mardiati Nadjib, Erfan Chandra Nugraha
Abstrak:
Latar belakang: Hemofilia sebagai penyakit langka menyumbang pembiayaan katastropik tertinggi JKN, mencapai Rp1,2 triliun pada 2023. Rendahnya deteksi dan penggunaan obat memperburuk ketimpangan alokasi anggaran, sehingga menjadi tantangan besar dalam keberlanjutan pembiayaan kesehatan nasional. Tujuan: Menganalisis Cost of Illness (COI) peserta JKN dari perspektif sosial, dengan fokus pada sudut pandang BPJS sebagai pembayar dan pasien yang mengalami kehilangan produktivitas Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi observasional dengan pendekatan cross-sectional dengan analisis univariat dan bivariat. Sampel penelitian adalah peserta JKN dengan diagnosis Hemofilia (D66, D67, D68.0, dan D68.1), menggunakan data sekunder dari BPJS Kesehatan dan data upah rata-rata per jam berdasarkan provinsi dari BPS. Hasil: Pada tahun 2022-2023, rata-rata COI per peserta berdasarkan jumlah sampel adalah Rp728.832.232 dengan total Rp34.255.114.924. Berdasarkan jumlah populasi, total COI mencapai Rp3.019.551.937.176 Kesimpulan: Variabel jenis kelamin, usia, status perkawinan, segmentasi kepesertaan, kelas rawat, jenis pelayanan, lama hari rawat, tipe FKRTL yang sering dikunjungi, tingkat keparahan, dan penggunaan special drugs berpengaruh signifikan secara statistik terhadap COI

Background: Hemophilia, as a rare disease, contributes to the highest catastrophic health expenditure in the National Health Insurance (JKN) system, reaching IDR 1.2 trillion in 2023. Low detection rates and limited drug usage exacerbate the disparity in budget allocation, posing a significant challenge to the sustainability of national healthcare financing. Objective: This study aims to analyze the Cost of Illness (COI) for JKN participants from a societal perspective, focusing on the BPJS as the payer and patients experiencing productivity loss. Methods: This observational study uses a cross-sectional design, utilizing both univariate and bivariate analyses. The sample consists of JKN participants diagnosed with Hemophilia (D66, D67, D68.0, and D68.1), using secondary data from BPJS Kesehatan and average hourly wage data by province from BPS. Results: In 2022-2023, the average COI per participant based on the sample size was IDR 728,832,232, totalling IDR 34,255,114,924. Based on the total population, the COI reached IDR 3,019,551,937,176. Conclusion: Variables such as gender, age, marital status, membership segmentation, class of care, type of service, length of stay, type of healthcare facility frequently visited, severity level, and use of special drugs have a statistically significant impact on COI.
Read More
S-11928
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syarif Rahman Hasibuan; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Pujiyanto, Chandra Istanti Prasetyo
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol ulang pasien JKN dengan diagnosis primer kode Z ke rawat jalan tingkat lanjut di wilayah kerja BPJS Kesehatan Pematangsiantar tahun 2018. Desain penelitian ini adalah kuantatif cross sectional menggunakan data sekunder yaitu Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2018. Sampel yang diperolah sebanyak 3.114 kunjungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol ulang mendominasi kunjungan rawat jalan tingkat lanjut (82.7%).
Read More
S-10693
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gio Sandi; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Fajar Ariyanti
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi rawat inap tingkat lanjut (RITL) di FKRTL oleh peserta JKN di wilayah Provinsi Sulawesi Utara pada tahun baik sebelum pandemi COVID-19 (2019) dan saat pada pandemi COVID-19 (2020). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross-sectional menggunakan data sekunder berupa Data Sampel BPJS Kesehatan 2019-2020. Sampel yang diperoleh berasal dari metode total sampling, sehingga sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi akan diikutsertakan. Total sampel yang diperoleh pada tahun 2019 sebesar 24.748, sedangkan total sampel yang diperoleh pada tahun 2020 sebesar 25.902 peserta. Uji hubungan dianalisis melalui uji Single Logistic Regression. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi penurunan utilisasi rawat inap setelah pandemi COVID-19 dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Layanan RITL baik pada saat sebelum pandemi COVID-19 (2019) maupun saat pandemi COVID-19 (2020) banyak diakses oleh peserta kelompok lansia (7,39% dan 4,13%), kelompok perempuan (6,49% dan 4,46%), kelompok peserta dengan status cerai (12,16% dan 6,58%), kelompok istri (7,44% dan 6,06%), kelompok peserta dengan riwayat PM dan PTM (11,36% dan 7,78%), kelompok hak kelas rawat I (7,67% dan 6,54%), kelompok segmentasi PBPU (9,66% dan 8,53%), kelompok yang pernah mengakses rawat jalan di FKTP (9,09% dan 5,89%) dan FKRTL (17,51% dan10,85%), peserta yang terdaftar di FKTP jenis klinik (8,04% dan 6,64%), peserta yang terdaftar di FKTP milik swasta (7,19% dan 5,84%), dan kelompok peserta yang tinggal di kota (6,03% dan 4,20%). Seluruh variabel memiliki hubungan yang bermakna dengan utilisasi RITL baik sebelum pandemi COVID-19 ataupun saat pandemi COVID-19.
This study aims to determine the factors related to the utilization of advanced inpatient care (RITL) in FKRTL by JKN participants in the North Sulawesi Province in the year both before the COVID-19 pandemic (2019) and during the COVID-19 pandemic (2020). This research is quantitative with a cross-sectional study design using secondary data in the form of BPJS Health Sample Data 2019-2020. The sample obtained came from the total sampling method, so that samples that meet the inclusion and exclusion criteria will be included. The total sample obtained in 2019 was 24,748, while the total sample obtained in 2020 was 25,902 participants. The relationship test was analyzed through the Single Logistic Regression test. The results of the study show that overall there is a decrease in inpatient utilization after the COVID-19 pandemic compared to before the COVID-19 pandemic. RITL services both before the COVID-19 pandemic (2019) and during the COVID-19 pandemic (2020) were widely accessed by participants in the elderly group (7.39% and 4.13%), women (6.49% and 4. 46%), the group of participants with divorced status (12.16% and 6.58%), the group of wives (7.44% and 6.06%), the group of participants with a history of PM and PTM (11.36% and 7, 78%), the right to care class I (7.67% and 6.54%), the PBPU segmentation group (9.66% and 8.53%), the group who had accessed outpatient care in FKTP (9.09% and 5.89%) and FKRTL (17.51% and 10.85%), participants registered in clinic type FKTP (8.04% and 6.64%), participants registered in privately owned FKTP (7.19% and 5.84%, and the group of participants who live in cities (6.03% and 4.20%). All variables have a significant relationship with RITL utilization both before the COVID-19 pandemic or during the COVID-19 pandemic.
Read More
S-11068
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive