Ditemukan 30621 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Furqaania; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Laila Fitria, Sri Yuini Budi Utami
S-4243
Depok : FKM-UI, 2005
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nesya Syahira; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Bambang Wispriyono, Didik Supriyono
Abstrak:
Read More
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan utamanya menyerang paru-paru yang dikenal sebagai TB paru. Kota Bogor mengalami peningkatan kasus TB sejak 2020 dan di tahun 2022, TB menduduki peringkat ke-7 dalam data 10 penyakit terbesar di Puskesmas Cipaku Kecamatan Bogor Selatan. Tingginya kejadian TB di Puskesmas Cipaku dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan masyarakatnya yang 68% tinggal di daerah padat hunian karena dapat memperbesar risiko penularan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor risiko rumah sehat, karakteristik individu, dan perilaku hidup sehat terhadap kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Cipaku Kota Bogor tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan total sampel 84 responden kasus dan kontrol. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran lingkungan. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda model faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian TB paru adalah usia, jenis kelamin, status gizi, riwayat kontak dengan penderita TB paru, etika batuk dan bersin, status merokok, kebiasaan membuka jendela, kepadatan hunian, ventilasi, suhu, kelembapan, dan pencahayaan. Selain itu, diketahui 77,4% tempat tinggal responden merupakan rumah tidak sehat, sehingga status rumah sehat menunjukkan hubungan signifikan terhadap kejadian TB paru.
Tuberculosis is an infectious disease caused by a bacterial infection of Mycobacterium tuberculosis and primarily attacks the lungs, known as pulmonary TB. Bogor City has experienced an increasing in TB cases since 2020, and in 2022, TB ranked seventh among the top 10 diseases at Cipaku Health Center South Bogor District. The high incidence of TB in Puskesmas Cipaku may be influenced by the environmental conditions of the community, 68% of whom live in densely populated areas, which can increase the risk of transmission. This study aims to analyze the effect of healthy home factors, individual characteristics, and health behaviors on the incidence of pulmonary TB in the working area of Cipaku Health Center, Bogor City, in 2024. This study used a case-control study design with a total sample of 84 case and control respondents. Data were collected by interview and environmental measurement. Data analysis included univariate analysis, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using the multiple logistic regression risk factor model. The results showed that the variables significantly associated with the incidence of pulmonary TB were age, gender, nutritional status, history of contact with people with pulmonary TB, coughing and sneezing etiquette, smoking status, habit of opening windows, occupancy density, ventilation, temperature, humidity, and lighting. In addition, healthy housing status showed a significant association with the incidence of pulmonary TB. In addition, it was found that 77.4% of respondents residences were unhealthy homes, so that healthy home status showed a significant association with the incidence of pulmonary TB.
S-11609
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Jihan Fauz Maulida; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ema Hermawati, Didik Supriyono
Abstrak:
Penelitian ini membahas mengenai evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor yaitu di Puskesmas Sindang Barang, Pancasan, Semplak, Pasir Mulya, dan Gang Kelor. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui hasil evaluasi komponen input yang terdiri dari ketersediaan sumber daya manusia, sarana prasarana, pendanaan, sistem pelaporan dan pencatatan, serta pedoman pelaksanaan; komponen proses terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan, dan pengawasan; serta komponen output yang terdiri dari cakupan pasien yang dikonseling, cakupan tindak lanjut hasil konseling ke lapangan, dan cakupan pasien yang melaksanakan saran inspeksi kesehatan lingkungan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data yaitu melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.
Read More
S-10681
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Prima Gita Pradapaningrum; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Dewi Susanna, Margareta Maria Sintorini Moerdjoko
Abstrak:
Read More
Tengkes (stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi kurang pada balita yang ada di Indonesia. Pengelolaan sampah yang belum maksimal di TPA dapat menimbulkan pencemaran sanitasi lingkungan yang menjadi faktor penyebab tidak langsung tengkes (stunting) dan perilaku hidup bersih yang kurang. TPA Cipeucang menjadi satu-satunya TPA untuk wilayah Tangerang Selatan dengan 2 kelurahan yang berada dekat dengan TPA mengalami kenaikan kasus tengkes (stunting) pada tahun 2021-2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar rumah sehat dan personal higiene rumah tangga dengan kejadian tengkes tengkes (stunting) pada balita di pemukiman sekitar TPA Cipeucang Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional melalui pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh balita yang ada di pemukiman sekitar TPA meliputi 2 Kelurahan dengan 4 RT dan 2 RW. Sampel penelitian berjumlah 86 dengan menggunakan teknik total dan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan bulan April hingga Juni 2023. Analisis data menggunakan univariat, bivariat (uji Chi Square) dan multivariat (uji regresi logistik). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara sarana air minum dengan tengkes (stunting) (p=0,05, POR=1,89) dan menjadi faktor dominan penyebab tengkes (stunting) (p=0,054). Sedangkan sarana air bersih (p=0,374, POR=1,44), sarana jamban (p=0,613, POR=1,22), sarana pembuangan air limbah (p=1,000, POR=1,54), kebersihan kulit (p=1,000, POR=1,24) serta kebersihan kuku dan tangan (p=0,625, POR=1,22) tidak berhubungan dengan tengkes (stunting) namun berpotensi menjadi risiko tengkes (stunting). Sarana pengelolaan sampah padat rumah tangga (p=0,310) tidak ada hubungan dengan tengkes (stunting) dan bukan merupakan faktor risiko. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sarana sanitasi dasar air minum memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian tengkes (stunting) dan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kejadian tengkes (stunting) pada balita di pemukiman sekitar TPA Cipeucang Kota Tangerang Selatan Tahun 2023.
Stunting is one of malnutrition problems towards toddlers in Indonesia. Environmental sanitation has an important role against stunting. Waste management that has not been maximized at landfill can cause environmental sanitation pollution and lack of healthy hygiene behavior. Cipeucang Landfill is the only landfill for South Tangerang City with 2 sub-districts that are close to the landfill and have an increase stunting case in 2021-2022. This study aims to determine the relationship between basic healthy home sanitation and household personal hygiene with stunting case towards toddlers in settlements around Cipeucang Landfill, Tangerang Selatan City. This type of research is observational analytic through a cross sectional approach. The study population was all toddlers in settlements around Cipeucang Landfill with 2 Sub-Districts (4 RTs and 2 RWs). The research sample was 86 using a total and purposive sampling technique. The research was conducted from April to June 2023. Data analysis used univariate, bivariate (Chi Square test) and multivariate (logistic regression test). The results showed that there was relation between drinking water facilities and stunting (p=0.05, POR=1.89) and became a dominant factor causing stunting (p=0.054). While clean water facilities (p=0.374, POR=1.44), latrines (p=0.613, POR=1.22), waste water disposal facilities (p=1.000, POR=1.54), skin hygiene (p=1.000, POR=1.24) and hand and nail hygiene (p=0.625, POR=1.22) were not related to stunting but were potentially a risk of stunting. Household solid waste management facilities (p=0.310) have no relation with stunting and is not a risk factor. The conclusion in this study is basic sanitation facility for drinking water has a significant relationship with stunting case and is the dominant factor influencing stunting case towards toddlers in the settlements around TPA Cipeucang, South Tangerang City, 2023.
T-6751
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhammad Agus Ainur Rosyid; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Suyud Warno Utomo, Bai Kusnadi
Abstrak:
Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan dan masih berpotensi untuk menjadi KLB di Kota Bogor. kejadian yang tergolong paling parah terjadi di Bogor tepatnya di Kecamatan Bogor Timur, menunjukkan bahwa peningkatan kasus dari 1617 di tahun 2011 menjadi 3272 pada tahun 2012, data tersebut merupakan kejadian yang serius karena peningkatan tersebut sangat signifikan yaitu 100% peningkatan kasus. Penilitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan menganalisis kejadian daire yang terjadi di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Disain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol, kasus merupakan balita yang didiagnosa positif menderita diare serta tercatat dalam registrasi puskesmas dari 1 januari hingga 30 april 2014. Kontrol adalah balita yang tidak menderita diare, dan merupakan tetangga kasus. Jumlah sampel kasus 46 responden dan kontrol 46 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung meggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan faktor risiko (sosiodemografi, faktor perilaku, dan sarana sanitasi lingkungan). Analisa data dilakukan hingga model multivariate. Kesimpulan dari penelitian adalah diketahui faktor risiko kejadian diare pada balita di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor adalah pengetahuan (p=0,017) dan nilai Odds Ratio 3,245 pada Convident Interval (1,364-15,258). Serta Perilaku cuci tangan responden juga memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,014 dengan nilai Odds Ratio 4,562 dengan Convident Interval (1,364-15,258).
Diarrhea is an environmentally based disease and still has the potential to be an extraordinary event in the city of Bogor. Belonging to the most severe events occurred in the city of Bogor precisely in District East Bogor, suggesting that the increase in cases form 1617 in 2011 to 3272 in 2012, the data is a serious incident because the increase is very significant, which is 100% increase in cases. The research aims to provide an overview and analysis of cases that occurred in the District Daire East Bogor,bogor. The design of the study is a case-control, case was diagnosed as a toddler with diarrhea positive and health cebters listed in the registration of 1 january to 30 April 2014. Controls is a toddler who is not suffering from diarrhea, and is a neighbor of cases. The number of sample cases 46 respondents and controls 46 respondents. Data collected by direst interview questionnaire receipst. The questionnaire contains risk factors (sociodemographic, behavioral factors, and environmental sanitation). Data analysis to multivariate models. The conclusions of the study are known risk factors foar the incidence of diarrhea in infants in the eastern District of Bogor, Bogor is knowledge (p=0.017) and the odds ratio value of 3.245 at the confidence interval (1.364 to 15.258). the behavior of the respondents as behavior hand washing also has a significant relationship with (p=0.014) with a value Odds Ratio 4.562 with confidence interval (1.364 to 15.258).
Read More
S-8294
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Irwan Agus Timur Ginting; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih, Oki Kurniawan
Abstrak:
Pneumonia menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia dan Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan jumlah balita penderita pneumonia terbanyak. Puskesmas Bogor Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki kasus pneumonia pada balita yang cukup banyak di tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara. Penelitian menggunakan desain studi case control dengan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian adalah balita usia 12- 59 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara dengan sampel sebanyak 94 responden terdiri dari 47 orang kasus dan 47 orang kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara berat lahir balita (OR=5,51 ; CI=1,96- 15,48 ); status gizi sebelum sakit (OR=5,06; CI=2,10-12,20); riwayat imunisasi (OR= 4,24; 1,50-11,98); pendidikan ibu (OR=4,76; CI=1,58-14,32; tingkat ekonomi/penghasilan keluarga (OR=9,44 ; CI= 3,57-24,93); kepadatan hunian (OR=18,97; CI=5,80-62,03), dan tingkat kelembaban ruang tidur balita (OR=5,02; CI=1,31-19,21) terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Bogor Utara. Variabel yang diprediksi paling dominan mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita adalah kepadatan hunian ruang tidur balita (OR=12,90; CI=3,26-50,98). Saran, luas kamar tidur minimal 8 m2 tidak digunakan untuk lebih dari 2 orang, kecuali anak di bawah 5 tahun.
Kata Kunci : Pneumonia, Balita, Faktor Risiko
Pneumonia has become one of the highest mortality contributors in the world and And West Java province ranks the first as the largest number of pneumonia that suffered children under five years. Puskesmas Bogor Utara(health center) is one of the areas that have quite a lot cases of pneumonia in children under five in 2016. This study aimed to determine the risk factors associated with the incidence of pneumonia in children under five in the In The Working Area Of Puskesmas Bogor Utara (Community Health Center). This study uses a case control study design with retrospect approach. The population in this study are all of children aged 12 month until 59 months who lived in the working area of Bogor Utara health center with using 94 respondents consisted of 47 cases and 47 people control.The results of this study indicate that there was a significant correlation between history of low birth weight (OR = 5,51; CI=1,96-15,48 ); nutritional status before illness (OR=5,06; CI=2,10-12,20), immunization history (OR= 4,24; 1,50-11,98), knowledge of mothers (OR=4,76; CI=1,58-14,32), a variable degree of Economics/family income (OR=9,44 ; CI= 3,57-24,93), housing crowdedness (OR=18,97; CI=5,80-62,03) and humidity levels (OR=5,02; CI=1,31-19,21) with the incidence of pneumonia among children under five in the region of Bogor Utara health center. The variable that predicted the most dominant cause of pneumonia is the housing crowdedness (OR=12,90; CI=3,26-50,98).Suggestion, minimum bedroom space is 8m2 and should not be used for more than two people, except children under 5 years old.
Key Words: Pneumonia, Children under five years old, Risk Factors
Read More
Kata Kunci : Pneumonia, Balita, Faktor Risiko
Pneumonia has become one of the highest mortality contributors in the world and And West Java province ranks the first as the largest number of pneumonia that suffered children under five years. Puskesmas Bogor Utara(health center) is one of the areas that have quite a lot cases of pneumonia in children under five in 2016. This study aimed to determine the risk factors associated with the incidence of pneumonia in children under five in the In The Working Area Of Puskesmas Bogor Utara (Community Health Center). This study uses a case control study design with retrospect approach. The population in this study are all of children aged 12 month until 59 months who lived in the working area of Bogor Utara health center with using 94 respondents consisted of 47 cases and 47 people control.The results of this study indicate that there was a significant correlation between history of low birth weight (OR = 5,51; CI=1,96-15,48 ); nutritional status before illness (OR=5,06; CI=2,10-12,20), immunization history (OR= 4,24; 1,50-11,98), knowledge of mothers (OR=4,76; CI=1,58-14,32), a variable degree of Economics/family income (OR=9,44 ; CI= 3,57-24,93), housing crowdedness (OR=18,97; CI=5,80-62,03) and humidity levels (OR=5,02; CI=1,31-19,21) with the incidence of pneumonia among children under five in the region of Bogor Utara health center. The variable that predicted the most dominant cause of pneumonia is the housing crowdedness (OR=12,90; CI=3,26-50,98).Suggestion, minimum bedroom space is 8m2 and should not be used for more than two people, except children under 5 years old.
Key Words: Pneumonia, Children under five years old, Risk Factors
S-9372
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Eka Okta Priyani; Pembimbing: Suyud; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Diah Mulyawati Utari
S-7166
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Alissa Siti Haura; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Laila Fitria, Abdur Rahman
Abstrak:
Read More
Penelitian ini membahas potensi pencemaran nitrat di Kota Depok dan dampak kesehatannya. Nitrat, bentuk nitrogen yang paling stabil di lingkungan, mayoritas berasal dari septic tank dan limbah domestik. Kepadatan penduduk dan tingkat urbanisasi menjadi pendorong pencemaran nitrat di perkotaan seperti Kota Depok. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi nitrat dan tingkat risiko pajanan nitrat melalui konsumsi air tanah dan air perpipaan di Kota Depok Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) pada orang dewasa dan anak-anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat pada air tanah berkisar antara 2,69 – 77,50 mg/L (rata-rata 39,67 mg/L), melebihi konsentrasi nitrat pada air perpipaan yang berkisar antara 0,58 – 21,75 mg/L (rata-rata 7,32 mg/L). Pajanan nitrat melalui konsumsi air tanah dan air perpipaan tidak menimbulkan risiko bagi orang dewasa (RQ≤1). Namun, terdapat risiko pada anak-anak yang mengonsumsi air tanah (RQ>1). Temuan ini konsisten dengan penelitian terdahulu bahwa anak-anak lebih rentan terhadap risiko non-karsinogenik pajanan nitrat melalui konsumsi air tanah. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang pencemaran nitrat dan tingkat risiko pajanannya pada masyarakat Kota Depok. Disarankan untuk mengurangi konsumsi air tanah dan beralih ke air perpipaan khususnya bagi anak-anak.
This study examines nitrate contamination in Depok City and its impact on public health. Nitrate, the most stable form of nitrogen in the environment and easily soluble in water, is primarily derived from septic tanks and domestic waste. In urban areas like Depok City, high population density and urbanization contribute to nitrate pollution. This research aims to assess nitrate concentrations and analyze the associated health risks in residential areas of Depok City in 2022. Using the Environmental Health Risk Analysis (EHRA) method and secondary data, the study focused on adults and school-aged children. The results show that nitrate concentrations in groundwater ranged from 2.69 to 77.50 mg/L (average: 39.67 mg/L), exceeding the levels in piped water (ranging from 0.58 to 21.75 mg/L, average: 7.32 mg/L). Nitrate exposure through groundwater and piped water consumption does not pose risks to adults (RQ≤1), but there is a potential risk for children consuming groundwater (RQ>1). These findings align with previous research highlighting children's increased vulnerability to non-carcinogenic risks associated with nitrate exposure from groundwater consumption. To address this issue, reducing groundwater consumption and shifting to piped water are recommended to safeguard public health, especially among children.
S-11284
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Elita Rizkiani Putri; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Haryoto Kusno Putranto, Hanung Nurany
Abstrak:
Latar Belakang: Pneumonia merupakan penyakit menular pada saluran pernapasan termasuk tiga besar penyakit penyebab mortalitas balita Indonesia pada 2019—2022. Kota Tangerang, bagian Provinsi Banten yang termasuk peringkat tiga nasional penemuan pneumonia balita tahun 2022, melaporkan 5247 kasus pneumonia balita di tahun yang sama berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Tujuan: Mengetahui hubungan cakupan rumah sehat, status gizi kurang, BBLR, pemberian ASI eksklusif, dan kepadatan penduduk terhadap pneumonia balita di Kota Tangerang tahun 2022. Metode: Studi ekologi dengan unit analisis 13 kecamatan. Data bulanan dianalisis secara univariat, bivariat (Korelasi Pearson dan Korelasi Spearman), dan multivariat (Regresi Linear Berganda). Hasil: Cakupan rumah sehat berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia balita di 2 kecamatan, yaitu Karang Tengah (p-value = 0,036) dengan korelasi kuat negatif (r = -0,607) dan Batuceper (p-value = 0,013) dengan korelasi kuat positif (ρ = 0,689). Pemberian ASI eksklusif berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia balita di Kecamatan Tangerang (p-value = 0,028) dengan korelasi kuat negatif (r = -0,629). Kepadatan penduduk berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia balita 2 kecamatan, yaitu Karawaci (p-value = 0,045) dengan korelasi kuat positif (r = 0,586) dan Periuk (p-value = 0,015) dengan korelasi kuat positif (ρ = 0,681). Sementara itu, variabel yang tidak berhubungan signifikan (p-value >0,05) dengan kejadian pneumonia balita di seluruh kecamatan adalah status gizi kurang dan BBLR. Pengaruh terbesar kejadian pneumonia balita adalah cakupan rumah sehat di 2 kecamatan (Cipondoh dan Tangerang), status gizi kurang di 7 kecamatan (Ciledug, Karang Tengah, Pinang, Jatiuwung, Cibodas, Periuk, dan Batuceper), BBLR di 3 kecamatan (Larangan, Karawaci, dan Benda), dan kepadatan penduduk di Kecamatan Neglasari. Kesimpulan: Beberapa variabel berhubungan signifikan dan berkorelasi kuat dengan kejadian pneumonia balita, yakni cakupan rumah sehat di Karang Tengah (r = -0,607) dan Batuceper (ρ = 0,689), pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Tangerang (r = -0,629), dan kepadatan penduduk di Karawaci (r = 0,586) dan Periuk (ρ = 0,681).
Background: Pneumonia is an infectious respiratory disease and ranks among the top three causes of under-five mortality in Indonesia from 2019—2022. Tangerang City (part of Banten Province that ranked third nationally in under-five pneumonia cases in 2022) reported 5247 pneumonia cases on Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang’s publication. Objective: To examine the relationship between healthy house coverage, wasting, low birth weight (LBW), exclusive breastfeeding, and population density with under-five pneumonia in Tangerang City in 2022. Methods: An ecological study was conducted, with the unit of analysis consisting of 13 sub-districts. Monthly data were analyzed through univariate, bivariate (Pearson and Spearman Correlation), and multivariate analyses (Multiple Linear Regression). Results: Healthy house coverage was significantly associated with under-five pneumonia in 2 sub-districts, namely Karang Tengah (p-value = 0,036) with strong and negative correlation (r = -0,607) and Batuceper (p-value = 0,013) with strong and positive correlation (ρ = 0,689). Exclusive breastfeeding was significantly associated with under-five pneumonia in Tangerang sub-district (p-value = 0,028) with strong and negative correlation (r = -0,629). Population density was significantly associated with under-five pneumonia in 2 sub-districts, namely Karawaci (p-value = 0,045) with strong and positive correlation (r = 0,586) and Periuk (p-value = 0,015) with strong and positive correlation (ρ = 0,681). Meanwhile, variables that were not significantly associated were wasting and LBW. The most significant influences on under-five pneumonia were healthy house coverage in 2 sub-districts (Cipondoh and Tangerang), wasting in 7 sub-districts (Ciledug, Karang Tengah, Pinang, Jatiuwung, Cibodas, Periuk, and Batuceper), LBW in 3 sub-districts (Larangan, Karawaci, and Benda), and population density in Neglasari sub-district. Conclusion: Several variables were significantly related and strongly correlated with under-five pneumonia, namely healthy house coverage in Karang Tengah (r = -0,607) and Batuceper (ρ = 0,689), exclusive breastfeeding in Tangerang sub-district (r = -0,629), and population density in Karawaci (r = 0,586) and Periuk (ρ = 0,681).
Read More
Background: Pneumonia is an infectious respiratory disease and ranks among the top three causes of under-five mortality in Indonesia from 2019—2022. Tangerang City (part of Banten Province that ranked third nationally in under-five pneumonia cases in 2022) reported 5247 pneumonia cases on Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang’s publication. Objective: To examine the relationship between healthy house coverage, wasting, low birth weight (LBW), exclusive breastfeeding, and population density with under-five pneumonia in Tangerang City in 2022. Methods: An ecological study was conducted, with the unit of analysis consisting of 13 sub-districts. Monthly data were analyzed through univariate, bivariate (Pearson and Spearman Correlation), and multivariate analyses (Multiple Linear Regression). Results: Healthy house coverage was significantly associated with under-five pneumonia in 2 sub-districts, namely Karang Tengah (p-value = 0,036) with strong and negative correlation (r = -0,607) and Batuceper (p-value = 0,013) with strong and positive correlation (ρ = 0,689). Exclusive breastfeeding was significantly associated with under-five pneumonia in Tangerang sub-district (p-value = 0,028) with strong and negative correlation (r = -0,629). Population density was significantly associated with under-five pneumonia in 2 sub-districts, namely Karawaci (p-value = 0,045) with strong and positive correlation (r = 0,586) and Periuk (p-value = 0,015) with strong and positive correlation (ρ = 0,681). Meanwhile, variables that were not significantly associated were wasting and LBW. The most significant influences on under-five pneumonia were healthy house coverage in 2 sub-districts (Cipondoh and Tangerang), wasting in 7 sub-districts (Ciledug, Karang Tengah, Pinang, Jatiuwung, Cibodas, Periuk, and Batuceper), LBW in 3 sub-districts (Larangan, Karawaci, and Benda), and population density in Neglasari sub-district. Conclusion: Several variables were significantly related and strongly correlated with under-five pneumonia, namely healthy house coverage in Karang Tengah (r = -0,607) and Batuceper (ρ = 0,689), exclusive breastfeeding in Tangerang sub-district (r = -0,629), and population density in Karawaci (r = 0,586) and Periuk (ρ = 0,681).
S-11819
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Diva Muthia Rahma; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ema Hermawati, Lucky Aris Suryono
Abstrak:
Read More
Kabupaten/Kota Sehat merupakan salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang telah terselenggara selama 18 tahun. Ditemukan bahwa terdapat ketidakselarasan antara pelaksanaan KKS dengan aspek kesehatan. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak kesehatan dari penyelenggaraan KKS dengan melihat perbandingan aspek kesehatan (IPKM, UHH, prevalensi TB paru, dan prevalensi diare) antara kabupaten/kota yang menyelenggarakan dan tidak menyelenggarakan KKS, serta kabupaten/kota yang mendapat dan tidak mendapatkan penghargaan Swasti Saba. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang menggunakan data sekunder terkait pada tahun 2018 yang kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T-Test. Berdasarkan analisis ditemukan bahwa terdapat perbedaan mean secara statistik dengan rincian kabupaten/kota yang menyelenggarakan KKS maupun mendapat penghargaan Swasti Saba memiliki rata rata IPKM dan UHH yang lebih tinggi daripada yang tidak menyelenggarakan atau tidak mendapat penghargaan. Untuk variabel prevalensi TB paru dan prevalensi diare, disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan mean yang bermakna secara statistik. Dari penelitian ini disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut terkait dampak kesehatan yang lain maupun melakukan pendalaman dari penelitian ini. Pemerintah dapat mengevaluasi kembali terkait dampak pada aspek kesehatan dari penyelenggaraan KKS.
Kabupaten/Kota Sehat is one of the efforts to improve public health status which has been held for 18 years. It was found that there was a mismatch between the implementation of the KKS and the health aspects. Therefore, this study aims to describe the health impact of KKS implementation by looking at comparisons of health aspects (IPKM, UHH, pulmonary TB prevalence, and diarrhea prevalence) between districts/cities that organize and do not organize KKS, and districts/cities that get and did not get the Swasti Saba award. This research is a descriptive study using related secondary data in 2018 which then analyzed univariately and bivariately using the T-Test. Based on the analysis, it was found that there was a difference in the mean statistically where the districts/cities that organized KKS or received the Swasti Saba award had a higher average IPKM and UHH than those that did not organize or did not receive an award. For the variable prevalence of pulmonary TB and prevalence of diarrhea, it was concluded that there was no statistically significant mean difference. From this study, it is suggested that future researchers can explore further related to other health impacts as well as deepen the results of this research. The government can re-evaluate the impact on the health aspect of the KKS implementation.
S-11328
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
