Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38505 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Wachyu Nursani Eka; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Dewi Syarifah
S-5691
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riana Harumi Putri; Pembimbing: Ahmad Shafiq; Penguji: Sandra Fikawati, Hermawan
Abstrak: Status gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh. Skripsi ini bertujuan untuk menggaliinformasi terkait status gizi dan pola asuh balita pasca perawatan di PusatPemulihan Gizi (PPG) Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya, KotaDepok. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dan studikualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September 2015 hingga Januari 2016.Gambaran pola asuh ibu diperoleh dari data primer dengan cara observasi danwawancara mendalam. Data status gizi diperoleh dari data sekunder yang ada diPPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya.Terdapat perbedaanyang signifikan (P value <0.05) antara nilai rata-rata status gizi pasienberdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB saat masukdan pulang dari PPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya. Secaragaris besar, pola asuh ibu dalam PHBS dan perilaku pencarian kesehatan cukup.Pola asuh dalam hal persiapan dan pemberian makan anak masih kurang sehinggaperlu diperbaiki. Status gizi baik balita gagal dipertahankan karena persentaseasupan makanan balita di rumah pasca perawatan lebih rendah dibandingkan faserehabilitasi di PPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya.Kata Kunci : status gizi, pola asuh, balita, pusat pemulihan gizi, pemberianmakanan tambahan
The nutritional status of children is affected by caring practices. This researchaims to explore information related to nutritional status and child caring practicesin Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok.This research used cross sectional study and and qualitative study. This researchwas conducted in September 2015 to January 2016. The primary data of childcaring practices was obtained by observation and in-depth interviews of mothers.Nutritional status of children aged 6 to 59 months was collected from secondarydata in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center,Depok.There is significant differences (P value <0.05) between the average scoreof the nutritional status of children based on index WAZ, HAZ, and WHZ beforeand after treatment in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya CommunityHealth Center, Depok. Generally, hygiene practices and health seeking behaviourare enough good. Food preparation and child feeding practive still need to beimproved. Healthy nutritional status after treatment fails to be maintain becausechildren consumed less energy than when they were in rehabilitation period inTherapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok.Keywords : nutritional status, caring practice, children, therapeutic feeding center,supplementary feeding.
Read More
S-8960
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dipo Wicaksono; Pembimbing: Sandra Fikawati
S-6288
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadia Ikmila; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Tri Wahyuningsih
Abstrak: Tinggi badan merupakan salah satu ukuran pertumbuhan linier yang dapat menggambarkan status gizi seseorang di masa lampau. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linear yang disebabkan oleh malnutrisi kronis, dinyatakan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD). Tujuan umum penelitian ini mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan TB/U pada balita umur 24-59 bulan di Kelurahan Depok Kota Depok tahun 2015. Desain penelitian ini cross sectional dengan sampel berjumlah 173 balita umur 24-59 bulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, wawancara kuisioner dan formulir 24 hour recall. Adapun variabel yang diteliti adalah tinggi badan menurut umur (TB/U), asupan energi, asupan protein, penyakit infeksi, pemberian ASI eksklusif, sumber air minum, umur balita, jenis kelamin balita, tinggi badan ibu, berat lahir balita, jarak kelahiran balita, pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, dan status ekonomi keluarga. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariate menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara asupan energi, asupan protein, tinggi badan ibu, jarak kelahiran balita, dan status ekonomi keluarga dengan TB/U pada balita umur 24-59 bulan di Kelurahan Depok Kota Depok tahun 2015. Kata kunci: TB/U, asupan energi, asupan protein, tinggi badan ibu, jarak kelahiran, status ekonomi keluarga
Read More
S-8739
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gumanti Cita Murni; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Kusnidar Achmad, Muhamad Nasir
S-6537
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mutia Firnanda; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Sandra Fikawati, Trini Sudiarti, Anies Irawati, Abas Jahari
Abstrak: Dalam kehidupan normal, bila keadaan kesehatan baik dan seimbang antara konsumsi dan kebutuhan gizi, maka berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya, dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan bayi yaitu dapat berkembang secara cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian berat badan bayi terdiri dari faktor ibu (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, IMT prahamil, kenaikan berat badan selama hamil dan paritas), faktor bayi (jenis kelamin, berat lahir dan penyakit infeksi) dan praktik makan (ASI eksklusif dan usia pemberian MPASI). Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian berat badan bayi pada usia 6 bulan. Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 104 bayi usia 6 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas yang diambil secara purposive sampiling. Data dianalisis dengan uji chi square, uji mann whitney, uji t indepedent dan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 66,3% bayi mengalami pencapaian berat badan yang tidak sesuai dan ada perbedaan IMT prahamil ibu (p value = 0,010) dan berat lahir bayi (p value = 0,023) yang signifikan antara bayi dengan pencapaian berat badan yang tidak sesuai dengan bayi dengan pencapaian berat badan bayi yang sesuai pada usia 6 bulan. Pencapaian berat badan bayi pada usia 6 bulan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (p value = 0,005). Namun pendidikan ibu, pekerjaan ibu, kenaikan berat badan ibu selama hamil, paritas, jenis kelamin, penyakit infeksi dan usia pemberian MPASI tidak berhubungan dengan pencapaian berat badan bayi pada usia 6 bulan. Faktor dominan yang berhubungan dengan pencapaian berat badan pada usia 6 bulan adalah ASI eksklusif dimana bayi yang tidak diberi ASI eksklusif berisiko 3,777 kali mengalami pencapaian berat badan yang tidak sesuai pada usia 6 bulan (OR = 3,777) Diperlukan peningkatan promosi pemberian ASI eksklusif tidak hanya pada ibu hamil namun juga kepada keluarga ibu hamil. Kata Kunci : pencapaian berat berat badan bayi, ASI eksklusif
In normal life, where health is in good condition and balanced between consumption and nutritional needs, infant weight will increase with age. Otherwise in abnormal state, there are two possibilities of developing infant weight that can develop rapidly or slower than normal state. This study aimed to find the related factors of infant weight increment in 6-month-old infants. The study used cross-sectional method with 104 sample and for the analysis using independent t-test, chi square and multiple logistic regression. This study shows that 66,3% infants were failure to thrive. There were a significant difference between prepregnancy BMI, birth weight in infant weight increment while maternal education, occupation job status, weight gain during pregnancy, parity, gender, infection diseases and age of time complementary food introduction were not related to infant weight Increment in 6-month-old. The most influencing factor relating to infant weight increment was exclusive breastfeeding. Therefore, exclusive breastfeeding for the first 6 months needs to be promoted and encouraged to increase optimal infant weight increment in 6-month-old infants. Keywords : infant weight increment, exclusive breastfeeding.
Read More
T-4873
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fauziah; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Ahmad Syafiq, Ida Ruslita
S-5989
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lindayati; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Sandra Fikawati, Triyanti, Anis Irawati, Ida Ruslita
Abstrak:

Menstruasi pertama atau menarche adalah tanda dimulainya haid yaitu keluamya cairan darah berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Secara umum menarche merupakan dimulainya kematangan kapasitas reproduksi seorang wanita dengan ditandai berkembangnya karakteristik seksual sekunder seorang wanita. Keadaan ini menandakan kesiapan seorang wanita untuk berhubungan seksual, hamil dan melahirkan. Jika dalam usia remaja telah terjadi kehamilan maka akan terjadi kompetisi dalam pemenuhan kebutuhan gizi antara kebutuhan untuk bertumbuh remaja itu sendiri dengan kebutuhan gizi untuk janin yang dikandungnya. Dengan demikian akan terjadi kekurangan gizi diantara keduanya, akan terjadi gizi kurang dan anemia untuk ibunya sedangkan untuk bayi akan lahir dengan berat badan rendah. Penelitian ini bertujuan diperolehnya informasi tentang hubungan faktor berat badan lahir, status gizi (IM1) dan pola konsumsi iemak, persen lemak tubuh, sosial ekonomi orangtua, umur menarche ibu keterpaparan media massa dan aktivitas olahraga dengan umur menarche remaja putri 9- 15 tahun di Perunmas Kp Baru Kota Pariaman. Waktu penelitian pada bulan Maret - April 2007 dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional dan bersifat deskriptif analitik. Besar sampel sebanyak 255 remaja putri. Analisis data dilakukan secara bertahap dimulai dari univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel, bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel status menarche (chi square) dan multivariat untuk mengetahui fuktor yang paling dominan dilakukan dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan dari 255 responden sebanyak 158 orang (61,9 %) telah menarche. Rata- rata umur menarche adalah 12,1 ± 0,91 tahun. Umur menarche termuda 9,2 tahun dan tertua adalah 14 tahun. Berat badan lahir responden lebih besar atau sama dengan 2.500 gram (86,5 %), status gizi responden kategori normal (78,8 %), persen lemak tubuh kategori normal (62,4%) , FFQ konsumsi lemak dengan kategori sering berturut-turut !auk hewani, !auk nabati dan makananjajanan (53,3 %, 50,5% dan 52,6 %), pendidikkan orangtua SLTA (41,2 %). Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat badan lahir, status gizi, persen lemak tubuh, Frekuensi lauk nabati, uang jajan, status pekerjaan ayah dan aktivitas olahraga dengan status menarche. Dari basil uji multivariat terdapat 4 variabel independen berhubungan secara be!lilllkna dengan status menarche yaitu variabel status gizi, frekuensi lauk nabati, berat badan lahir, dan persen lernak tubuh dengan status menarch. Status gizi rnerupakan faktor yang paling dominan. Rernaja dengan status gizi baik lebih cepat menarche 11,320 kali dibandingkan remaja dengan status gizi kurang setelah dikontrol oleh, persen lemak tubuh, berat badan lahir dan frekuensi !auk nabati. Oleh sebab itu disarankan untuk rneningkatkan program promosi kesehatan khususnya kebutuhan gizi remaja untuk menanggulangi kekurangan gizi yang berakibat teljadinya berat badan lahir rendah. Program promosi gizi dan kesehatan reproduksi sudah harus diberikan sedini mungkin, karena remaja mernerlukan persiapan gizi yang baik untuk menjadi calon ibu untuk dapat melahirkan anak dengan berat badan bayi lebih besar dari 2.500 gram.


First menstruation or menarche is a sign of menstruation started when blood drew from process of uterus partition shedding which have some blood vessel. In general menarche is a maturity of women's reproduction capacity which signed by women's secondary sexual grow. In this condition, women ready for sexual activities, pregnant and get birth. This a faster women get menarche the sooner they can do active sexual activities, pregnant and birth deliveri. If young girls had pregnant can be competition in nutrient need between young girl's needed and fetoes needed that hers pregnancies on the other hand. So can be malnutrition all of them, calories protein malnutrition and anemia for young girls and giving low birth weight for the baby. This research's aim to have some information about the relation of birth weight, nutrition status (BMI), body fat percentage, fat consumption, the girls snack cost, mother's menarche age, parent's social economic (education, occupation, income of parents,have children, nwnber of family size, cost of day food) explanted of information of adult's mass media and sport activities with menarche status of young girls 9 - 15 years old in Perumnas Kp Baru Pariaman City. Research Period on March - April 2007 by cross sectional design and descriptive analytic. The nwnber of samples are 255 young girls is taken randomly from the estate. The data analysis including univariate, bivariate (chi square) and multivariate (multiple logistic regression). The finding of result are found that 255 respondent, 158 samples (61,9 %) have menarche. The average of the age of menarche 12,1± 0,91 years. The youngest age of menarche 9,2 years old and the oldest is 14 years. Birth weight respondent 2.500 grams (86,5 %), nutrition status respondent in normal category (78,8 %), body fut percentage in normal category (62,4 %), Frequency fat conswnption with category often in succession animal fat, vegetables fut and snack (53,3 %, 50,5 %, and 52,6 %), parent's education categories are senior high school (41,2 %). Bivariat analysis result shows significant relation between birth weight, nutrition status, body fat percentage , Frequency of vegetable fat, the girls snack cost, father job's status and sport activities with menarche status. According to result of multivariate research, there's 4 independent variable that significant relation with menarche status that are birth weight, nutrition status variable, frequency of vegetable fat and body fat percentages with menarche status. The dominant factor is nutrition status because the Odds Ratio value of nutrition status is the highest than others variables. Young girls whose good nutrition status occurring of menarche 11,320 times than young girls whose under nutrition status after controlled birth weight, body fat percentages and frequency of vegetables fat variables. We suggest to promote teenager nutrient needs and the risks/ danger of food lack and teenager reproduction health information has known in earlier age,because young girls needs good nutrition preparing tobe good mother whose have a baby birth weight more than 2.500 grams.

Read More
T-2579
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alma Avida Virgita; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Triyanti, Syahidah Asma Amani
Abstrak:
Tinggi badan adalah salah satu indikator kesehatan dan kesejahteraan suatu individu maupun populasi. Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018, prevalensi pendek dan sangat pendek pada remaja berusia 16-18 tahun adalah 25,82%. Prevalensi tersebut masih berada di atas ambang batas masalah kesehatan masyarakat menurut WHO. Adapun prevalensi pendek dan sangat pendek di Kota Depok untuk kelompok usia 16-18 tahun adalah 12,37%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan TB/U pada siswa SMA negeri di Kota Depok tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan metode kuantitatif serta menggunakan data primer yang dikumpulkan dari 217 responden. Asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, dan zink, serta tinggi badan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan TB/U siswa SMA, dengan asupan zink sebagai faktor dominan yang paling berhubungan. Sementara, asupan vitamin D, aktivitas fisik, durasi tidur, pendidikan orangtua pendapatan keluarga, dan tinggi badan ayah tidak memiliki pengaruh yang signfikan terhadap TB/U siswa SMA. Faktor asupan zat gizi makro maupun mikro memegang peranan penting terhadap TB/U siswa SMA. Faktor genetik, terutama tinggi badan ibu juga berpengaruh terhadap TB/U siswa SMA.

Height is an indicator of the health and well-being of an individual or population. Based on data from Riskesdas 2018, the prevalence of shortness and very shortness in adolescents aged 16-18 years is 25.82%. The prevalence is still above the threshold for a public health problem according to WHO. The prevalence of shortness and very shortness in Depok City for the 16-18 year age group is 12.37%. Objective: The aim of this research is to determine the factors associated with TB/U in public high school students in Depok City in 2024. Methods: This research uses a cross-sectional design with quantitative methods and uses primary data collected from 217 respondents. Energy, carbohydrate, protein, fat, calcium and zinc intake, as well as maternal height, had a significant relationship with high school students' height for age, with zinc intake as the dominant factor that was most related. Meanwhile, vitamin D intake, physical activity, sleep duration, parental education, family income, and father's height do not have a significant influence on height for age of high school students. Macro and micro nutrient intake factors play an important role in high school students' height for age. Genetic factors, especially maternal height, also influence height for age in high school students.
 
Read More
S-11604
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Early Vici Azmia; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Trini Sudiarti, Salimar
Abstrak:
Prevalensi balita wasting di Indonesia tahun 2022 sebesar 7,7%, menurut WHO masalah wasting ini sudah termasuk masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Wasting adalah masalah gizi pada balita yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan pada bulan April–Juni 2023, menggunakan desain cross-sectional, metode proportionate stratified random sampling dengan sampel penelitian 136 balita usia 6–59 bulan. Data dianalisis univariat dan bivariat menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 9,6% balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023 menderita wasting, dan termasuk pada masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan energi, asupan protein, pengetahuan gizi ibu, dan pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan. Risiko wasting lebih tinggi pada balita dengan asupan energi dan protein yang kurang, pengetahuan gizi ibu yang kurang, serta pendapatan keluarga yang rendah.

The prevalence of wasting under five in Indonesia in 2022 is 7.7%, according to WHO this wasting problem is a bad public health problem. Wasting is a nutritional problem in toddlers that has an impact on morbidity and mortality. The research objective was to determine the factors associated with wasting in toddlers aged 6–59 months in Cimpaeun Village in 2023. This research was conducted in April–June 2023, using a cross-sectional design, proportionate stratified random sampling method with a research sample of 136 toddlers aged 6–59 months. Data were analyzed univariately and bivariately using chi-square. The results showed that 9.6% of toddlers aged 6–59 months in the Cimpaeun Village in 2023 were suffering from wasting, and this is a bad public health problem. The results showed that energy intake, protein intake, mother's nutritional knowledge, and family income were associated with wasting in toddlers aged 6–59 months. The risk of wasting is higher for toddlers with less energy and protein intake, less knowledge of mother's nutrition, and low family income.
Read More
S-11394
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive