Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 28332 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Misrawatie Goi; Pembimbing: Yvonne Magdalena Indrawani; Penguji: Ahmad Syafiq, Ratu Ayu Dewi Sartika, Syaiful; Hera Nurlita
T-3468
Depok : FKM UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hutami Fitri Widhiyanti; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Sandra Fikawati, Fatimah, Hera Nurlita, Eti Rohati
Abstrak: Proporsi lansia bertambah lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, di Indonesia terlihat kenaikan persentase lansia pada tahun 2000 (7,18%) menjadi 7,58% pada tahun 2011. Kehilangan gigi merupakan salah satu faktor penyebab gangguan asupan gizi pada lansia. Terdapat 44,7% pralansia dan lansia yang menderita gizi lebih serta 51,7% yang mengalami gizi kurang di Puskesmas Tugu, melebihi angka nasional penduduk dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah kehilangan gigi, status oklusi, pemakaian gigi tiruan, dan asupan makanan dengan status gizi pada pralansia dan lansia di wilayah kerja Puskesmas Tugu. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 151 orang pralansia (45-59 tahun) dan lansia (> 60 tahun) dan dipilih dengan simple random sampling. Tempat dan waktu penelitian di posbindu di bawah wilayah kerja Puskesmas Tugu bulan Mei 2016. Data diperoleh dengan pemeriksaan gigi dan mulut, pengukuran antropometri, dan wawancara kuesioner semi FFQ. Dari hasil analisis chi square diperoleh hasil bahwa ada hubungan signifikan antara jumlah kehilangan gigi (p = 0,001) dan status oklusi (p = 0,003) terhadap status gizi, sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan asupan makanan terhadap status gizi pralansia dan lansia di bawah wilayah kerja Puskesmas Tugu. Terdapat hubungan signifikan antara jumlah kehilangan gigi dan status oklusi terhadap status gizi pralansia dan lansia di bawah wilayah kerja Puskesmas Tugu. Kata kunci : gigi hilang, status oklusi, gigi tiruan, lansia, status gizi.
Read More
T-4609
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hutami Fitri Widhiyanti; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Sandra Fikawati, Fatmah, Hera Nurlita, Eti Rohati
T-4692
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maria Tari; Pembimbing: H.E. KUsdinar Achmad; Penguji: Fatmah, Dewi Syarifah
S-4773
Depok : FKM-UI, 2006
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Noer Widyanti Nurdin; Pembimbing: Engkus Kusdinar Achmad; Penguji: Ahmad Syafiq, Muhammad Nasir
S-7241
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aminuddin; Pembimbing: Yvonne M.Indrawati; Penguji: Asih Setiarini, Kodrat Pramudho, Tri Hadiah
Abstrak:

Krisis ekonomi yang berlangsung sejak tahun 1997 di Indonesia mengakibatkan bertambahnva jumlah orang miskin, Jaya bell masyarakat menurun, harga bahan pokok melambung, munculnya ancaman kelaparan dan kerawanan gizi terutama pada kelompok anak Balita. Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah agar masyarakat miskin tidak makin terpuruk , Program tersebut meliputi: peiayanan kesehatan dasar bagi anggota keluarga miskin; pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan balita; perbaikan gizi ibu hamil, menyusui dan balita serta pengembangan model JPKM. Studi longitudinal program JPSBK pada 5 propinsi di Indonesia memperlibatkan adanya kecenderungan perbaikan status gizi dan penurunan infeksi pada balita. Dalam rangka mengetahui dampak program JPSBK terhadap status gizi anak BADUTA maka Pusat Studi Gizi dan Pangan (PSGP) Universitas Hasanuddin bekerjasama dengan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI melakukan penelitianpada 2 Kabupaten yakni Maros Propinsi Sulawesi Selatan dan Tangerang Propinsi Banten. Data yang dianalisis dalam rangka pembuatan Iesis ini adalah bagian dari penelitian yang diiaksanakan di Kabupaten Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak program JPSBK terhadap status gizi dan prevalensi penyakit infeksi anak BADUTA dengan desain penelitian Time Series (trend)_ Sedangkan yang menjadi sampel daiam penelitian ini adalah bayi dan anak yang berumur 6 - 23 buaan. Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator < -2 z- score untuk PBIU,BBIPB dan BBIU ditemukan anak baduta Gakin malnutrisi setelah setahun program 3PSBK masing-masing berturut-turut 43,3°/x; 14% dan 45,1% . Untuk poia asupan makanan meningkat pads. BADUTA GAKIN dan non GAKIN setelah setahun program JPSBK. Prevalensi penyakit infeksi meningkat pada kasus diare dan demam tetapi menurun untuk kasus ISPA. Pada BADUTA non GAKIN prevalensi diare dan ISPA menurun tetapi meningkat pads kasus demain. Variabel yang bermakna dalam penalitian ini hanya pola asupan makanan, penyakit Diare dan ISPA. Dari basil yang diperoleh dalam penekitian ini maka disarankan untuk mencontoh model program JPSBK untuk menanggulangi status gizi anak Baduta yang sifatnya darurat.


 

Impact of Infectious Diseases and Quality of Nutrition Intake Method Concerning to Nutrition status of Children Under Two Years Age Before and After One Year of Social - Health Safety Net Program (SHSNP) at Tangerang District Banten Province in Year 2000 During Indonesia economic crisis since 1997 has made impact to increase the numbers of poor, decrease the purchasing power of people, to rise the prices of primary goods then starvation and malnutrition comes up among children under five years old. Social - Health Safety Net Program (SHSNP) is one of action of government to prevent the poor people should not be more savers. This program included primary health services for poor family, maternal and child services, mother nutrition, breastfeeding and develops SHSNP model Longitudinal study of this program at five provinces in Indonesia has shown the improvement of nutrition status and decrease of infectious diseases on children under five years old or BALITA. Recording to find out the effect of this program to the improvement of nutrition status on children under five years old, Direktorat Bina Gizi Masyarakat or Directorate of Cultivate of Community Nutrition Ministry of Health, Republic of Indonesia has studied at 2 (two) Districts; Maros on South Sulawesi Province and Tangerang on Banten Province. The data that analyzed in this study is part of research that has run on Tangerang District. This study focuses on the effect of SHSNP to nutrition status and prevalence of infectious diseases on children under two years old or BADUTA Design of this study is quasi experimental. Babies and children with age 6 - 23 months are become sample in this study. The result of this study by using indicator < -2 z- score Height/Age, Weight/Height and Weight/Age, and after one year it was founded children with malnutrition, each of them are 43,3 %, 14,0 % and 45,1%. The nutrition intake method increase an BADUTA GAKIN and Non-BADUTA GAKIN after one year of this program. Infectious disease prevalence of diarhoea and fever increase, but respiratory tract infection decrease. BADUTA Non GAKIN has decreasing of diarrhea and respiratory infection, but fever increase. The significant variables are food intake, diarrhea and respiratory tract infection. This study has recommendation to imitate Social - Health Safety Net Program (SHSNP) to take care the emergency nutritional status on children under two years age (BADUTA).

Read More
T-1170
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fithri Nur Shobah; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Asih Setiarini, Ida Ruslita
S-5971
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ira Tantira Mutiara; Pembimbing: Trini Sudiarti, Anies Irawati; Penguji: Yvonne M Idrawani, Effendi Rustan, Fatmah Yusron
Abstrak:

Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi beban di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia adalah masalah gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita. Hal ini berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah dengan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Bila hal itu dibiarkan di masa yang akan datang, akan semakin banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan program wajib belajar sebab IQ nya rendah. Anak balita gizi buruk memiliki IQ 13 poin lebih rendah dibandingkan anak normal. Hasil penimbangan balita di kota Bogor pada tahun 2004, menunjukkan bahwa balita gizi buruk sebesar 0,4% dan gizi kurang 8,9%. Pengalaman di Laboratorium Pusat Penelitian Pengembangan Gizi dan Makanan (Lab P3GM) menunjukkan bahwa untuk perbaikan status gizi balita gizi buruk dengan tanda klinis (DTK) lebih lama dibanding tanpa tanda Minis (TTK). Status gizi buruk DTK adalah apabila gizi buruk tipe marasmus, kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor. Sedangkan status gizi buruk TTK adalah bila secara antropometri BBILI - 3 SD atau BB/TB - 2 SD, maka dikategorikan gizi buruk. Selama ini belum diketahui faktor yang mempengaruhi status gizi buruk balita DTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan dan ASI serta faktor lain terhadap status gizi buruk balita DTK yang datang le Lab P3GM tersebut. Juga diketahuinya faktor dominan yang berpengaruh pada status gizi buruk anak balita DTK. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan disain penelitian Cross Sectional. Data yang digunakan berasal dari data anak balita gizi buruk yang mengikuti rawat jalan di Lab P3GM. Seluruh balita yang berkunjung pada tahun 2004-2005 yang datanya lengkap untuk analisis ink dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 74 anak. Analisis data yang dilakukan meliptiti analisis kai kuadrat dan analisis multivariat dengan nienggimakan analisis Regresi Logistik Ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase jumlah gizi buruk balita DTK lebih besar (67,6%) dibanding balita GB= TTK (32,4%). Di antara anal( balita gizi buruk DTK, ternyata lebih banyak anak gizi buruk dengan tipe marasmus (56,S%), disusul marasrnik kwashiorkor. (8,1%) don kwashiorkor (2,7%). Pembezian ASI berhubungan bermakna dengan status gizi buruk anak balita DTK. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pemberian ASI merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian status gizi buruk anak balita ILK setelah dikontrol oleh faktor umur balita dan status anemia. Anak balita yang tEdak mendapat ASI mempunyai peluang untuk menderita gizi buruk DTK 7,616 kali (OR= 7,616; 95% CI: 1,578-36,750) dibandingkan balita yang masih mendapat ASI setelah dikontrol variabel umur balita. Promosi pemberian ASI secara benar pada ibu-ibu dari balita gizi buruk perlu diprioritaskan Promosi. ASI tersebut di antaranya, menyusui eksklusif selama 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI hingga usia 2 tahun.


 

One of the health problem which is still being a burden in developing countries, including Indonesia, is malnutrition in underfive children. It related to the low quality of human resources with the occurrence of many health problems and if it is occurred, in the future will be many children not being able to graduate from their compulsory education program caused of their low IQ. Severe malnutrition children are 13 pains lower than normal children in IQ level. Children weighing result in Bogor 2004, showed that underfive children with severe malnutrition were 0,4% and moderate malnutrition were 8,9%. The experience in Food and Nutrition Development Research Center Laboratory (Lab P3GM) result is to improve the nutrition status of severe malnutrition in under five children with clinical sign (WCS) is longer than without clinical sign (WoCS). The WCS severe malnutrition are severe malnutritions with marasmus, kwashiorkor and marasmic kwashiorkor types. Whereas the severe malnutrition WoCS is if in antropomically WIA - 3 SD or WIH - 2 SD, therefore categorized as severe malnutrition. Until now, the factors that influence the WCS children with severe malnutrition are still undetectable. Research that aims to find the relationship between food and breast feeding gift along with other factors of WCS chidren with severe malnutrion status that came to the Lab P3GM. Also known the dominant factor which influenced the WCS children with severe malnutrition. This research uses secondary data of cross sectional research design. The children's data which suffered severe malnutrition and took the away treatment at Lab P3GIvL The amount of all underfive years chidren visited in 2004-2005 and had the complete data for this analysis and also suitable with the inclusive and exclusive criteria that made as examples in this research were 74 children. The data analysis that done, the chi square analysis and multivariate analysis. Analysis result describes the some of WCS children with severe malnutrition are bigger (67,6%) than severe malnutrition WoCS (32,4%). Between severe malnutrition WCS children, apparently, there were more severe malnutrition children in marasmus type (56,8%), followed by marasmik kwashiorkor (8,3%) and kwashiorkor (2,7%). Breast feeding gift is related to the WCS children status of severe malnutrition. The result of multivariate analysis described that breast feeding gift to children was the most dominant factor related to the WCS children status case of severe malnutrition after having been controlled by the children age and anaemic status factors. Underfive children that do not get breast feeding gift, having risk of suffering WCS severe malnutrition 7,616 times (OR = 7,616; 95% Cl : 1,578 -- 36,750) compared with children that still having the breast feeding after controlled according to children's age variables. Promotion of breast feeding gift correctly, to all mothers of underfive children with severe malnutrition, needs to be given priority. The promotion is an exclusive breast feeding for 6 months and until 2 years old.

Read More
T-2347
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tiara Luthfie; Pembimbing: Yvone; Penguji: Ahmad Syafiq, Ratu Ayu Dewi Sartika, Kresnawan, Suroto
Abstrak:

Kromium adalah  jenis nutrien essensial yang diperlukan hampir oleh semua jaringan dalam tubuh manusia, seperti kulit, otak, otot, limpa, ginjal dan testis. Peran penting dari kromium adalah sebagai pengendali metabolisme insulin dalam tubuh dan dianggap sebagai faktor pengendali kadar gula darah (glucose tolerance factor/GTF). Penelitian ini menggunakan metode Cross sectional, waktu pelaksanaan bulan Maret- April Tahun 2011. Penelitian dilakukan pada anggota Persadi Serang sebanyak 55 orang. Cari pengambilan sampel  dilakukan dengan cara purposive dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan kromium tertinggi pada bahan makanan sumber karbohidrat adalah mie kering sebesar  71 µg/100 g, dan sumber protein adalah kacang tanah sebesar 163. Ratarata asupan kromium pada anggota Persadia Serang teridentifikasi masih berada dibawah RDA yaitu 31, 95 µg. Tidak  ada hubungan antara asupan kromium dengan kadar gula darah pada anggota Persadia Serang, sedangkanvariabel IMT, aktivitas olahraga dan umur memiliki hubungan dengan kadar gula darah (p<0,05) dengan data IMT (OR= 4,5 ; 95% CI ; 1,333-15,196 ), aktivitas olahraga (OR= 9,333 ; 95% CI ; 1,115-78,154 ), dan umur (OR= 4,47 ; 95% CI ; 1,23-16,28 ). Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kadar gula darah adalah IMT. Disarankan untuk mengontrol berat badan, dengan cara memperhatikan asupan makan dan melakukan aktivitas olahraga secara rutin serta materi kromium dimasukkan dalam kegiatan penyuluhan rutin yang dilakukan satu kali seminggu. Selain itu perlu adanya pemeriksaan kandungan kromium bahan makanan yang lebih beragam. Kata kunci : Kromium bahan makanan, kadar gula, dan asupan kromium.


 

Chromium is a type of essential nutrients needed by almost all tissues in the human body, such as skin, brain, muscle, spleen, kidney and testis. An important role of chromium is as controlling the metabolism of insulin in the body and is considered as a factor controlling blood sugar levels (glucose tolerance factor / GTF). This study uses cross sectional method, the execution time of the month from March to April Year 2011. The study was conducted on members Persadia Attack by 55 people. Find the sampling done by purposive with respect to inclusion and exclusion criteria. The results showed that the highest chromium content in food sources of carbohydrates is dried noodles at 71 μg/100 g, and protein sources are peanuts by 163. The average intake of chromium in Serang identified PERSADIA members is below the RDA, namely 31, 95 mg. There was no association between intake of chromium in blood sugar levels in member PERSADIA Serang,  while BMI  variable, exercise activity and age have a relationship with blood sugar levels (p <0.05) with BMI data (OR = 4.5, 95% CI: 1.333 -15.196), sports activity (OR = 9.333, 95% CI: 1.115 to 78.154), and age (OR = 4.47, 95% CI: 1.23 to 16.28). The most dominant factor related to blood sugar levels is BMI. It is recommended for weight control, by way of attention to food intake and doing exercise regularly and chromium material included in regular education activities are conducted once a week. In addition there is need for examination of the chromium content of food that is more diverse. Key words: Chromium food ingredients, sugar, and intake of chromium.

Read More
T-3427
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Ani; Pembimbing: Siti Arifah Pudjonarti; Penguji: Ahmad Syafiq, Dien Sanyoto Besar
S-5883
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive