Ditemukan 33080 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
ABSTRAK Nama : Dinar Ayu Saraswati Program Studi : Epidemiologi Judul : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Miopia pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2018 Pembimbing : Prof. dr. Nuning Maria Kiptiyah, MPH, Dr.PH Latar Belakang : Miopia merupakan kelainan refraksi mata yang paling umum ditemukan dan dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata koreksi. Cut off point yang biasa digunakan untuk menentukan status miopia adalah -0,50 D. Prevalensi miopia diperkirakan mencapai 50% dari total populasi dunia pada tahun 2050. Faktor genetik dari keturunan dan faktor lingkungan diduga menjadi penyebab miopia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian miopia pada mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2018. Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan sampel 259 responden mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2018. Faktor yang diteliti adalah riwayat miopia orang tua, kebiasaan bekerja jarak dekat dan durasi berada di luar ruangan dan terpapar sinar matahari. Hasil : Proporsi miopia dalam penelitian ini adalah 65,3%. Hasil analisis penelitian dengan uji cox-regression menunjukkan bahwa jarak membaca materi cetak (PR = 1,649; p value = 0,012 ; 95% CI 1,117 – 2,434) dan jarak menggunakan gadget (PR = 2,319 ; p value = 0,007 ; 95% CI 1,258 – 4,273) berhubungan dengan kejadian miopia. Berdasarkan analisis multivariat jarak menggunakan gadget menjadi satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia. Kesimpulan : Faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia pada mahasiswa S1 reguler FKM UI tahun 2018 adalah jarak membaca materi cetak dan jarak menggunakan gadget.
Saran : Perlu ada variasi pengukuran dalam mengukur faktor risiko untuk mengetahui faktor penyebab yang paling tepat untuk kejadian miopia.
ABSTRACT Name : Dinar Ayu Saraswati Study Program : Epidemiology Title : Determinant Factors of Miopia in College Students of Faculty of Public Health Universitas Indonesia 2018 Counsellor : Prof. dr. Nuning Maria Kiptiyah, MPH, Dr.PH Background : Myopia is the most common refractive error and can be corrected by using correction lens. Myopia defined by shpherical equivalent lower or equal to -0,50 D. Holden (2013) predicted that 50% of world population will develop myopia. Genetic engaged with hereditary and environmental factors were predicted as determinant factors of myopia. The aim of this study is to investigate potential factors that associated with the presence of myopia in college undergraduate students of Public Health Faculty Universitas Indonesia. Methods : A cross-sectional study of 259 conscripts. All conscripts was screened using autorefractors and trial lens set and filled out online questionnaire. Dependent variables in this study are parents’ myopia, near work habits and outdoor-and-exposed-by-sunlight’s duration. Analysis was performed using cox-regression model method on SPSS 17. Results : The prevalence of myopia in this study was 65,3%. Bivariate analysis showed that distance when reading printed material (PR = 1,649; p value = 0,012 ; 95% CI 1,117 – 2,434) and distance when using gadget (PR = 2,319 ; p value = 0,007 ; 95% CI 1,258 – 4,273) were associated with myopia. Multivariate analysis using cox-regression method showed that distance when using gadget was the only factors that associated with myopia. Conclussions : Distance when reading printed material and using gadget were associated with myopia in college undergraduate students of Public Health Faculty Universitas Indonesia.
Suggestions : Need a various measurements of risk factors of myopia to discover the most accurate risk factors of myopia.
Malaria masih menjadi masalah yang serius, baik secara nasional maupun global WHO dengan Global Malaria Program telah menetapkan strategi untuk mengurangi kesakitan malaria sampai dengan separuhnya pada tahun 2010 dan membebaskan dunia dari Malaria pada tahun 2025 dengan program pemakaian kelambu insektisida (ITNs dan I INs). mencanangkan gerakan brantas malaria (GEBRAK Malaria) sejak tahun 1998. Studi ini merupakan Review Literature dengan Sistematic Review dan Meta-analisis terhadap studi yang dilakukan oleb mabasiswa FKM Ul yang tersimpan dalam arsip perpustakaan, sejak tahun 1988 sampai tahun 2007. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara penggunaan Kelambu dengan kasus malaria yang dihasilkan dari studi yang terpilih, agar dapat dijadikan masukan bagi upaya pemberantasan malaria secar nasional. Dua puluh satu studi diikutkan dalam meta-analisis, dengan hasil perhitungan OR mh yang menunjukkan bertambah kuatnya OR yang dihasilkan dengan 95% CI yang sempit. 18 studi kasus control memberikan nilai OR yang lebih besar dan sempit dibandingkan dengan OR studi kroseksional. Tidak ada perbedaan yang mencolok, diantara kelompok studi dengan power kuat (>80) dengan kelompok studi yang powernya <80%. Studi di daerah Sumatera bagian Selatan (Sumatera Selatan, Bangka Beiitung, Bengkuiu. Lampung, Jambi) dan Riau membedklan nilai OR yang paling besar dibandingkan dengan nilai OR darl studi dl wilayab lain, bahkan dibandingkan dengan studi di wilayah Timur yang merupakan daerah endemis tinggi (AMI> 100 o/oo). Perlu upaya Scale up pemakaian kelambu, minimal dengan kelambu biasa, kalau bisa kelambu yang telah ditreatmen/ditambahkan dengan insektisida, karena jika tidak menggunakan kelambu akan lebih berpeluang 3 x tertular malaria, dibandingkan jika menggunakan kelambu sewaktu tidur. Perlu penelitian meta-analisis sejenis di seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia, agar hasilnya lebih dapat digeneralisasikan untuk kebijakan penanggulangan malaria secara nasional.
Malaria still becoming problem which is serious, either nationally globaland also. WHO with Global Malaria Program has specified strategy to lessen painfulness of malaria up to half (its half In the year 2010 and trees world from Malaria In the year 2025, with usage program of insecticide mosquito net ( ITNS and LLINs). Indonesia has targeted movement Roll Back Malaria Program slnce the year 1998. This study is Review Literature with Sistematic Review and Meta-analisis to study done by student FKM Ulwhich is on file in library archive, since the year 1981until the year 2007. Its the purpose is to know how big relation between usage of bed net with malaria case yielded from chosen study, to can be made input to eradication effort of malaria nationally. Twenty one studies joifled in meta-analisls, wfth result of calculation ORmh showing Increases strong of OR yielded with 95 % Cl which narrow; tight. 18 studies kasus-kontrol gives value OR larger ones and narrow; tlght compared to OR study krosekslonat there are stnK:lng difference, betw'een group of study with strong power >=80 with group of study which its(the power< SO %. Study in Sumatra area (South Sumatra, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jambi and Riau) given value OR which is biggest compared to value OR from study in other region, even is compared to study in. East region of Indonesia which is high endemics area (AMI> 100 0/00). Need to strive up mosquito net usage,minimum with ordinary mosquito net, if mosquito net possible to which had been treated by insecticide, because otherwise applies bed net would more having opportunity 3 x is infected by malaria, compared to if using mosquito net at the time sleep. Need to scale up mosquito?
Diabetes melitus (DM) masih menjadi tantangan bagi negara berkembang termasuk Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) memproyeksikan angka DM di Indonesia akan meningkat 150%, menjadi 28,6 juta jiwa pada tahun 2045. WHO merekomendasikan kelompok berisiko untuk melakukan kombinasi dari konsumsi buah dan sayur ≥5 porsi/hari serta melakukan aktivitas fisik cukup untuk hasil optimal dalam menurunkan risiko DM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara efek gabungan konsumsi buah-sayur dan aktivitas fisik dengan DM pada penduduk dewasa usia 18-64 tahun di Indonesia tahun 2023. Desain studi cross sectional dari data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dengan total sampel 23.821 orang dewasa berusia 18-64 tahun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM pada orang dewasa sebesar 15,2%. Analisis multivariat dengan uji logistic regression menunjukkan asosiasi yang tidak signifikan antara konsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan aktivitas fisik kurang dibandingkan dengan penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup (RRCorrected 1,2; 95%CI 1,08-1,52 p value 0,607), artinya penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki tren peningkatan risiko DM sebesar 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, hipertensi dan obesitas sentral, meskipun tidak signifikan secara statistik. Optimalisasi upaya pencegahan DM dengan meningkatkan intake buah-sayur agar memenuhi rekomendasi ≥5 porsi/hari dapat dilakukan penduduk dewasa usia 18-64 tahun yang disertai dengan meningkatkan kegiatan aktivitas fisik baik sedang maupun berat serta meningkatkan kegiatan olah raga bersama baik di sekolah, kampus, kantor maupun di rumah.
Diabetes mellitus (DM) remains a significant challenge for developing countries, including Indonesia. The International Diabetes Federation (IDF) projects that the number of DM cases in Indonesia will increase by 150%, reaching 28,6 million by 2045. The World Health Organization (WHO) recommends that high-risk groups adopt a combination of consuming ≥5 servings of fruits and vegetables per day and engaging in sufficient physical activity for optimal results in reducing DM risk. This study aims to examine the association between the combined effects of fruit and vegetable consumption and physical activity on DM among adults aged 18–64 years in Indonesia in 2023. The study used a cross-sectional design with secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), involving a total sample of 23,821 adults aged 18–64 in Indonesia. The findings revealed that the prevalence of DM among adults was 15,2%. Multivariate analysis using logistic regression showed a non-significant association between consuming <3 servings of fruits and vegetables per day with insufficient physical activity compared to adults who consumed ≥5 servings per day and engaged in adequate physical activity (RRcorrected 1,2; 95% CI 1,08–1,52, p-value 0,607). This suggests that adults with low fruit and vegetable intake (<3 servings/day) and low physical activity had a trend of a 1,2 times higher risk of DM compared to those who met the recommended intake (≥5 servings/day) and had sufficient physical activity, after controlling for age, sex, hypertension, and central obesity—though the result was not statistically significant. To optimize DM prevention efforts, adults aged 18–64 should increase their fruit and vegetable intake to meet the recommended ≥5 servings per day, alongside increasing moderate to vigorous physical activity and promoting group exercise activities in schools, universities, workplaces, and at home.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi obesitas pada pelajar SMP dan SMA sebesar 14,67%. Sedangkan proporsi obesitas pada remaja dengan pola makan fast food sering dan aktivitas fisik rendah adalah 20,54%, proporsi ini lebih tinggi dari pada proporsi obesitas pada remaja dengan pola makan fast food jarang dan aktivitas fisik cukup yaitu 9%. Analisis multivariat dengan uji cox regression menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola makan fast food dan aktivitas fisik dengan obesitas.
Kebiasaan mengkonsumsi fast food sering dan pola aktivitas fisik rendah secara bersama meningkatkan risiko obesitas dibandingkan dengan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik cukup pada remaja SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015 (PR 2,165 CI 95% 1,657-2,826), artinya remaja yang sering mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki risiko untuk kejadian obesitas sebesar 2 kali dibandingkan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik yang cukup setelah dikontrol variabel wilayah tempat tinggal, variabel konsumsi buah, konsumsi sayur dan variabel konsumsi soft drinks.
Peningkatan pencegahan obesitas berbasis program sekolah dapat dilakukan pada remaja SMP dan SMA di Indonesia dengan kegiatan mendukung perubahan perilaku (seperti penyuluhan pola makan dan aktivitas fisik yang baik), dan perbaikan lingkungan sekolah yang menunjang gaya hidup sehat (seperti penyediaan kantin yang bergizi, penyediaan fasilitas untuk olah raga yang memadai, serta meningkatkan fasilitas ekstrakurikuler di sekolah)
Kata kunci :Hipertensi, aktivitas fisik, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
Hypertension is the leading causes for prematur death worldwide. Globally, WHOreported about nearly one billion people living with hypertension and it is estimated thatthis number will escalate to more than 1,5 billion by the year 2025. Insufficient physicalactivity is one of the modifiable risk factors for hypertension, which is not required greateffort and cost. In 2013, the prevalence of hypertension among Indonesian adults was25,8% and the proportion of insufficient physical activity was 26,1%. This study aims toknow the prevalence of hypertension, the proportion of insufficient physical activity andalso its relationship among the Indonesian adults based on IFLS 5 data in 2014. A cross-sectional study was conducted among 26.043 respondents in IFLS 5 aged 18 years andabove. The JNC-7 guidelines used to defined hypertension (if systolic blood pressure≥140 mmHg and/or diastolic ≥90 mmHg), whereas physical activity measured by thehabit of performing physical activity for at least 10 minutes a week. Statistical test onbivariate and multivariate analysis using cox regression. The prevalence of hypertensionwas 24,09% and the proportion of insufficient physical activity was 35,68%. Statisticaltest shown there was a significant relationship between physical activity and hypertension(P value 0,000), people with insufficient physical activity at risk 1,15 times havinghypertension than those with active physical activity (PR: 1,15; 95 % CI: 1,09-1,21).Adults should do at least 30 minutes walking everyday, province/district health officeneeds to use social media such as Facebook, Instagram, Twitter, etc, in order to promotingthe benefit of physical activity.
Keywords :Hypertension, physical activity, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
