Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33080 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dina Dwi Mulia; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Ahmad Syafiq, Helda Khusnun
S-7724
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lanny Yusnita; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Yovsyah, Muhamad Adil, Fitri Faturahmi
Abstrak: gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut umur adalah 11,1% dan 10,8%. Sedangkan prevalensi anemia pada perempuan usia ≥ 15 tahun sebesar 22,7%. Hasil screening kesehatan pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi Jawa Barat pada bulan Februari 2017 diketahui 68% pelajar puteri anemia. Hasil Survei Diet Total tahun 2014, rerata kecukupan energi dan protein pada kelompok umur 13-18 tahun di Jawa Barat masih di bawah 100%AKG yaitu hanya sebesar 74,1% dan 83,5%AKG. Sedangkan aktivitas fisik, 26,1% melakukan kurang melakukan aktivitas fisik dan 42% kelompok umur ≥10 tahun melakukan kegiatan sedentari 3-5,9 jam/hari. Status gizi kurus dan gemuk, anemia serta kebiasaan melakukan aktivitas fisik pada remaja masih menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan asupan makan dan aktivitas fisik dengan status gizi dan anemia pada pelajar puteri SMP di Kota Cimahi tahun 2017. Desain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan Hb pada remaja puteri yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi bulan Februari 2017 dan data primer yang dikumpulkan dari pelajar puteri kelas 7 SMP 9 Kota Cimahi tahun pelajaran 2016/2017. Prevalensi anemia pada pelajar puteri kelas 7 di SMP 9 Kota Cimahi adalah 68% dan prevalensi status gizi sebesar 26,40% lebih dari normal dan 73,60% normal. Rata-rata asupan energi dan protein responden tidak memenuhi 100% AKG. Sementara aktivitas fisik responden sangat aktif. Asupan protein dan aktivitas fisik pelajar puteri. Pelajar puteri dengan asupan protein rendah dan beraktivitas aktif memiliki risiko 1,250 kali untuk anemia P= 0,047 (CI: 0,995- 1,571). Ibu bekerja berpengaruh terhadap asupan energi yang kurang dan berisiko 0,376 kali untuk menyebabkan status gizi pelajar lebih dari normal (p= 0,087, CI= 0,122-1,154). Kesimpulan penelitian adalah rendahnya asupan protein dan beraktifitas fisik berpengaruh terhadap anemia dan rendahnya asupan energi terhadap status gizi lebih juga dipengaruhi oleh pekerjaan ibu. Kata kunci : Pelajar puteri, Status gizi, Anemia Based on Basic Health Research 2013, the prevalence of the underweight and overweight among adolescent girls (13-15 years old) is 11,1% and 10,8%. Moreover, the prevalence of anemia among the adolescent girls was 22,7%. The health screening activity that conducted by DHO Cimahi in February 2017 shown that the prevalence of anemia among adolescent girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City was 68%. Survei of Total Dietary which conducted in 2014, reported intake of energy and protein among adolescent girls (13-18 years old) in West Jawa relatively less than the recommended dietary intake (energy only reached 74,1% RDA and protein reached 83,5% RDA). Futhermore, the habitual of physical activity among adolescent was 26,1% less active and 42% of adolescents among ≥10 years old did the sedentary activity around 3-5,9 hours in daily. Nutritional status both underweight and overweight as well as anemia and leck of do the physical activity are identified as health problem that need attention. The objective of this study is to determine the asoociation between dietary intake and physical activity with the nutritional status and anemia among adolescent girls grade 7 in SM 9 Cimahi City 2016/2017. The study design is cross sectional with using the secondary data from DHO Cimahi City and primary data which collecting from adolescent girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City. The prevalence of anemia among adolescent girls grade 7 in SMP 9 Cimahi City was 68% and found 26,40% respondent is overweight and 73,60% is normal. The intake of energy and protein of respondent less than 100% Recommended Dietary Allowance (RDA). Protein intake and physical activty were variables that have relationship to the anemia. Responden with less intake of protein and very active in do the physicall activity is 1.250 higher to become anemia P= 0,047 (CI: 0,995-1,571). Responden whose mother is working also contribute to the less of energy intake and this effected the respondent 0,376 at risk to be overweight (p= 0,087, CI= 0,122-1,154). Conclusions of the study is adolescent girl with less of the protein intake and very active will effecting the anemia and occupation of mother will effected the less of energy intake and it will be ontributed to the overweight. Key words : Adolescent girl, Nutritional Status, Anemia
Read More
T-5062
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anggia Larasati Hapsari; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar; Penguji: Artha Prabawa, Siti Sugih Hartiningsih
Abstrak: Skripsi ini membahas tentang konsumsi fast food dan minuman berpemanis karena tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia serta dengan variabel. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2020 dengan total sampel sebanyak 256 sampel. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat stres dan pengeluaran per bulan dengan konsumsi fast food, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat stress dengan konsumsi minuman berpemanis.
Read More
S-10555
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dinar Ayu Saraswati; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah, Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Dian Leila Sari
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Dinar Ayu Saraswati Program Studi : Epidemiologi Judul : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Miopia pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2018 Pembimbing : Prof. dr. Nuning Maria Kiptiyah, MPH, Dr.PH Latar Belakang : Miopia merupakan kelainan refraksi mata yang paling umum ditemukan dan dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata koreksi. Cut off point yang biasa digunakan untuk menentukan status miopia adalah -0,50 D. Prevalensi miopia diperkirakan mencapai 50% dari total populasi dunia pada tahun 2050. Faktor genetik dari keturunan dan faktor lingkungan diduga menjadi penyebab miopia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian miopia pada mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2018. Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan sampel 259 responden mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2018. Faktor yang diteliti adalah riwayat miopia orang tua, kebiasaan bekerja jarak dekat dan durasi berada di luar ruangan dan terpapar sinar matahari. Hasil : Proporsi miopia dalam penelitian ini adalah 65,3%. Hasil analisis penelitian dengan uji cox-regression menunjukkan bahwa jarak membaca materi cetak (PR = 1,649; p value = 0,012 ; 95% CI 1,117 – 2,434) dan jarak menggunakan gadget (PR = 2,319 ; p value = 0,007 ; 95% CI 1,258 – 4,273) berhubungan dengan kejadian miopia. Berdasarkan analisis multivariat jarak menggunakan gadget menjadi satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia. Kesimpulan :  Faktor yang berhubungan dengan kejadian miopia pada mahasiswa S1 reguler FKM UI tahun 2018 adalah jarak membaca materi cetak dan jarak menggunakan gadget.

Saran : Perlu ada variasi pengukuran dalam mengukur faktor risiko untuk mengetahui faktor penyebab yang paling tepat untuk kejadian miopia.


ABSTRACT Name : Dinar Ayu Saraswati Study Program : Epidemiology Title : Determinant Factors of Miopia in College Students of Faculty of Public Health Universitas Indonesia 2018 Counsellor : Prof. dr. Nuning Maria Kiptiyah, MPH, Dr.PH Background : Myopia is the most common refractive error and can be corrected by using correction lens. Myopia defined by shpherical equivalent lower or equal to -0,50 D. Holden (2013)  predicted that 50% of world population will develop myopia. Genetic engaged with hereditary and environmental factors were predicted as determinant factors of myopia. The aim of this study is to investigate potential factors that associated with the presence of myopia in college undergraduate students of Public Health Faculty Universitas Indonesia. Methods : A cross-sectional study of 259 conscripts. All conscripts was screened using autorefractors and trial lens set and filled out online questionnaire. Dependent variables in this study are parents’ myopia, near work habits and outdoor-and-exposed-by-sunlight’s duration. Analysis was performed using cox-regression model method on SPSS 17. Results : The prevalence of myopia in this study was 65,3%. Bivariate analysis showed that distance when reading  printed material (PR = 1,649; p value = 0,012 ; 95% CI 1,117 – 2,434) and distance when using gadget (PR = 2,319 ; p value = 0,007 ; 95% CI 1,258 – 4,273) were associated with myopia. Multivariate analysis using cox-regression method showed that distance when using gadget was the only factors that associated with myopia. Conclussions : Distance when reading printed material and using gadget were associated with myopia in college undergraduate students of Public Health Faculty Universitas Indonesia.

Suggestions : Need a various measurements of risk factors of myopia to discover the most accurate risk factors of myopia.

Read More
T-5431
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Hadori; Pembimbing: Yovsyah, Asri C. Adisasmita; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Lestari Enny Wahyu, Budi Pramono
Abstrak:

Malaria masih menjadi masalah yang serius, baik secara nasional maupun global WHO dengan Global Malaria Program telah menetapkan strategi untuk mengurangi kesakitan malaria sampai dengan separuhnya pada tahun 2010 dan membebaskan dunia dari Malaria pada tahun 2025 dengan program pemakaian kelambu insektisida (ITNs dan I INs). mencanangkan gerakan brantas malaria (GEBRAK Malaria) sejak tahun 1998. Studi ini merupakan Review Literature dengan Sistematic Review dan Meta-analisis terhadap studi yang dilakukan oleb mabasiswa FKM Ul yang tersimpan dalam arsip perpustakaan, sejak tahun 1988 sampai tahun 2007. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara penggunaan Kelambu dengan kasus malaria yang dihasilkan dari studi yang terpilih, agar dapat dijadikan masukan bagi upaya pemberantasan malaria secar nasional. Dua puluh satu studi diikutkan dalam meta-analisis, dengan hasil perhitungan OR mh yang menunjukkan bertambah kuatnya OR yang dihasilkan dengan 95% CI yang sempit. 18 studi kasus control memberikan nilai OR yang lebih besar dan sempit dibandingkan dengan OR studi kroseksional. Tidak ada perbedaan yang mencolok, diantara kelompok studi dengan power kuat (>80) dengan kelompok studi yang powernya <80%. Studi di daerah Sumatera bagian Selatan (Sumatera Selatan, Bangka Beiitung, Bengkuiu. Lampung, Jambi) dan Riau membedklan nilai OR yang paling besar dibandingkan dengan nilai OR darl studi dl wilayab lain, bahkan dibandingkan dengan studi di wilayah Timur yang merupakan daerah endemis tinggi (AMI> 100 o/oo). Perlu upaya Scale up pemakaian kelambu, minimal dengan kelambu biasa, kalau bisa kelambu yang telah ditreatmen/ditambahkan dengan insektisida, karena jika tidak menggunakan kelambu akan lebih berpeluang 3 x tertular malaria, dibandingkan jika menggunakan kelambu sewaktu tidur. Perlu penelitian meta-analisis sejenis di seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia, agar hasilnya lebih dapat digeneralisasikan untuk kebijakan penanggulangan malaria secara nasional.


Malaria still becoming problem which is serious, either nationally globaland also. WHO with Global Malaria Program has specified strategy to lessen painfulness of malaria up to half (its half In the year 2010 and trees world from Malaria In the year 2025, with usage program of insecticide mosquito net ( ITNS and LLINs). Indonesia has targeted movement Roll Back Malaria Program slnce the year 1998. This study is Review Literature with Sistematic Review and Meta-analisis to study done by student FKM Ulwhich is on file in library archive, since the year 1981until the year 2007. Its the purpose is to know how big relation between usage of bed net with malaria case yielded from chosen study, to can be made input to eradication effort of malaria nationally. Twenty one studies joifled in meta-analisls, wfth result of calculation ORmh showing Increases strong of OR yielded with 95 % Cl which narrow; tight. 18 studies kasus-kontrol gives value OR larger ones and narrow; tlght compared to OR study krosekslonat there are stnK:lng difference, betw'een group of study with strong power >=80 with group of study which its(the power< SO %. Study in Sumatra area (South Sumatra, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jambi and Riau) given value OR which is biggest compared to value OR from study in other region, even is compared to study in. East region of Indonesia which is high endemics area (AMI> 100 0/00). Need to strive up mosquito net usage,minimum with ordinary mosquito net, if mosquito net possible to which had been treated by insecticide, because otherwise applies bed net would more having opportunity 3 x is infected by malaria, compared to if using mosquito net at the time sleep. Need to scale up mosquito?

Read More
T-2941
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ba'da Febriani; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Misti
Abstrak:

Diabetes melitus (DM) masih menjadi tantangan bagi negara berkembang termasuk Indonesia. International Diabetes Federation (IDF) memproyeksikan angka DM di Indonesia akan meningkat 150%, menjadi 28,6 juta jiwa pada tahun 2045. WHO merekomendasikan kelompok berisiko untuk melakukan kombinasi dari konsumsi buah dan sayur ≥5 porsi/hari serta melakukan aktivitas fisik cukup untuk hasil optimal dalam menurunkan risiko DM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara efek gabungan konsumsi buah-sayur dan aktivitas fisik dengan DM pada penduduk dewasa usia 18-64 tahun di Indonesia tahun 2023. Desain studi cross sectional dari data sekunder Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 dengan total sampel 23.821 orang dewasa berusia 18-64 tahun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM pada orang dewasa sebesar 15,2%. Analisis multivariat dengan uji logistic regression menunjukkan asosiasi yang tidak signifikan antara konsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan aktivitas fisik kurang dibandingkan dengan penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup (RRCorrected 1,2; 95%CI 1,08-1,52 p value 0,607), artinya penduduk dewasa yang mengonsumsi buah-sayur <3 porsi/hari dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki tren peningkatan risiko DM sebesar 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan orang dewasa yang mengonsumsi buah-sayur ≥5 porsi/hari dan aktivitas fisik cukup setelah dikontrol variabel usia, jenis kelamin, hipertensi dan obesitas sentral, meskipun tidak signifikan secara statistik. Optimalisasi upaya pencegahan DM dengan meningkatkan intake buah-sayur agar memenuhi rekomendasi ≥5 porsi/hari dapat dilakukan penduduk dewasa usia 18-64 tahun yang disertai dengan meningkatkan kegiatan aktivitas fisik baik sedang maupun berat serta meningkatkan kegiatan olah raga bersama baik di sekolah, kampus, kantor maupun di rumah. 


Diabetes mellitus (DM) remains a significant challenge for developing countries, including Indonesia. The International Diabetes Federation (IDF) projects that the number of DM cases in Indonesia will increase by 150%, reaching 28,6 million by 2045. The World Health Organization (WHO) recommends that high-risk groups adopt a combination of consuming ≥5 servings of fruits and vegetables per day and engaging in sufficient physical activity for optimal results in reducing DM risk. This study aims to examine the association between the combined effects of fruit and vegetable consumption and physical activity on DM among adults aged 18–64 years in Indonesia in 2023. The study used a cross-sectional design with secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI), involving a total sample of 23,821 adults aged 18–64 in Indonesia. The findings revealed that the prevalence of DM among adults was 15,2%. Multivariate analysis using logistic regression showed a non-significant association between consuming <3 servings of fruits and vegetables per day with insufficient physical activity compared to adults who consumed ≥5 servings per day and engaged in adequate physical activity (RRcorrected 1,2; 95% CI 1,08–1,52, p-value 0,607). This suggests that adults with low fruit and vegetable intake (<3 servings/day) and low physical activity had a trend of a 1,2 times higher risk of DM compared to those who met the recommended intake (≥5 servings/day) and had sufficient physical activity, after controlling for age, sex, hypertension, and central obesity—though the result was not statistically significant. To optimize DM prevention efforts, adults aged 18–64 should increase their fruit and vegetable intake to meet the recommended ≥5 servings per day, alongside increasing moderate to vigorous physical activity and promoting group exercise activities in schools, universities, workplaces, and at home.

Read More
T-7322
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wulandari Citra Anggraeni; Pembimbing: Renti Mahkota; Penguji: Fatmah, Dwi Atini
S-7851
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hariani Rafitha; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Ahmad Syafiq, Feri Ahmadi, Tiska Yumeida
Abstrak: Obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting dan cepat berkembang di negara maju maupun berkembang. Obesitas pada remaja menjadi penting untuk diperhatikan karena 80% remaja yang mengalami obesitas akan memiliki peluang mengalami obesitas saat dewasa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara efek gabungan pola makan fast food dan aktivitas fisik dengan obesitas remaja pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia Tahun 2015. Desain studi Cross-sectional dari data sekunder Global School Based Student Health Survey Indonesia 2015 dengan total sampel 9932 pelajar SMP dan SMA di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi obesitas pada pelajar SMP dan SMA sebesar 14,67%. Sedangkan proporsi obesitas pada remaja dengan pola makan fast food sering dan aktivitas fisik rendah adalah 20,54%, proporsi ini lebih tinggi dari pada proporsi obesitas pada remaja dengan pola makan fast food jarang dan aktivitas fisik cukup yaitu 9%. Analisis multivariat dengan uji cox regression menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola makan fast food dan aktivitas fisik dengan obesitas.
Kebiasaan mengkonsumsi fast food sering dan pola aktivitas fisik rendah secara bersama meningkatkan risiko obesitas dibandingkan dengan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik cukup pada remaja SMP dan SMA di Indonesia tahun 2015 (PR 2,165 CI 95% 1,657-2,826), artinya remaja yang sering mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik rendah memiliki risiko untuk kejadian obesitas sebesar 2 kali dibandingkan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food dan memiliki aktivitas fisik yang cukup setelah dikontrol variabel wilayah tempat tinggal, variabel konsumsi buah, konsumsi sayur dan variabel konsumsi soft drinks.
Peningkatan pencegahan obesitas berbasis program sekolah dapat dilakukan pada remaja SMP dan SMA di Indonesia dengan kegiatan mendukung perubahan perilaku (seperti penyuluhan pola makan dan aktivitas fisik yang baik), dan perbaikan lingkungan sekolah yang menunjang gaya hidup sehat (seperti penyediaan kantin yang bergizi, penyediaan fasilitas untuk olah raga yang memadai, serta meningkatkan fasilitas ekstrakurikuler di sekolah)
Read More
T-6052
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mochamad Rachmat; Pembimbing: Ratna Djuwita
T-790
Depok : FKM UI, 2000
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Aswal Liambo; Pembimbing: Soedarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Yovsyah, Soewarta Kosen, Eulis Wulantari
Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat, WHOmelaporkan hampir satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diprediksimeningkat menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 nanti. Kurang aktivitas fisik merupakansalah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yangtidak terlalu besar. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa diIndonesia sebesar 25,8% dan proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 26,1%. Tujuanpenelitian ini adalah mengetahui prevalensi hipertensi, proporsi kurang aktivitas fisik danhubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesiaberdasarkan data IFLS 5 tahun 2014. Desain yang digunakan adalah cross sectional,populasi penelitian yakni seluruh penduduk dewasa (≥18 tahun) yang menjadi respondenIFLS 5 tahun 2014 dengan sampel sebanyak 26.043 responden. Kriteria hipertensimenggunakan pedoman JNC-7 (140/90 mmHg), penilaian aktivitas fisik berdasarkankebiasaan melakukan kegiatan fisik minimal selama 10 menit dalam seminggu, terdiridari aktif dan kurang aktif. Uji statistik pada analisis bivariat dan multivariatmenggunakan cox regression. Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar24,09%, proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 35,68%, serta terdapat hubungan yangsignifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (P value 0,000). Penduduk yang kurangaktivitas fisik berisiko 1,15 kali mengalami hipertensi dibandingkan penduduk yangmemiliki aktivitas fisik aktif (PR: 1,15; 95% CI: 1,09-1,21). Disarankan kepadamasyarakat untuk melakukan kegiatan fisik ringan berupa jalan kaki minimal selama 30menit setiap harinya dan kepada Dinas Kesehatan untuk berinovasi dalam memberikanedukasi kepada masyarakat terkait pentingnya aktivitas fisik dengan menggunakan sosialmedia (Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya).
Kata kunci :Hipertensi, aktivitas fisik, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
Hypertension is the leading causes for prematur death worldwide. Globally, WHOreported about nearly one billion people living with hypertension and it is estimated thatthis number will escalate to more than 1,5 billion by the year 2025. Insufficient physicalactivity is one of the modifiable risk factors for hypertension, which is not required greateffort and cost. In 2013, the prevalence of hypertension among Indonesian adults was25,8% and the proportion of insufficient physical activity was 26,1%. This study aims toknow the prevalence of hypertension, the proportion of insufficient physical activity andalso its relationship among the Indonesian adults based on IFLS 5 data in 2014. A cross-sectional study was conducted among 26.043 respondents in IFLS 5 aged 18 years andabove. The JNC-7 guidelines used to defined hypertension (if systolic blood pressure≥140 mmHg and/or diastolic ≥90 mmHg), whereas physical activity measured by thehabit of performing physical activity for at least 10 minutes a week. Statistical test onbivariate and multivariate analysis using cox regression. The prevalence of hypertensionwas 24,09% and the proportion of insufficient physical activity was 35,68%. Statisticaltest shown there was a significant relationship between physical activity and hypertension(P value 0,000), people with insufficient physical activity at risk 1,15 times havinghypertension than those with active physical activity (PR: 1,15; 95 % CI: 1,09-1,21).Adults should do at least 30 minutes walking everyday, province/district health officeneeds to use social media such as Facebook, Instagram, Twitter, etc, in order to promotingthe benefit of physical activity.
Keywords :Hypertension, physical activity, cross sectional, cox regression, IFLS 5.
Read More
T-5133
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive