Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 28398 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nurullita; Pembimbing: Sulistiadi, Wachyu; Penguji: Dian Ayubi, Ratu Ayu Dewi Sartika, Hj. Anisya Ulfah Hanum, H. Ali Isha Wardhana
Abstrak: Abstrak

Remunerasi yang diterima oleh setiap pegawai harus mencerminkan keadilan, baik secara internal maupun eksternal. Dalam merumuskan remunerasi yang adil sangat sulit, karena beragamnya persepsi dari setiap pegawai. Penelitian dilakukan di RSUD Karawang dengan sampel penelitian sebanyak 109 orang. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Metode dari penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bersifat cross sectional. Remunerasi dikaji dari aspek internal maupun eksternal. Aspek internal diukur dengan menggunakan teknik point system, sedangkan aspek eksternal dikaji dengan melakukan benchmark remunerasi pada organisasi sejenis di daerah lain, yang pada penelitian ini diambil di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Berdasarkan analisis, didapatkan sebagian besar responden telah menerima remunerasi yang sesuai (inpay) sebanyak 86 orang atau 87%. Namun masih ada beberapa responden yang menerima remunerasi tidak sesuai, yaitu overpay sebanyak 12 orang atau 11% dan underpay sebanyak 11 orang atau 12%. Ditinjau dari aspek eksternal, remunerasi di RSUD Karawang masih memiliki beberapa kelemahan. Remunerasi yang digunakan di RSUD Karawang adalah sistem indexing. Salah satu kekurangannya adalah belum mengutamakan kompetensi. Diharapkan dimasa mendatang, remunerasi di RSUD Karawang dapat terus dievaluasi untuk mencari yang terbaik, yang dapat memuaskan semua pihak.


 

Remuneration received by each employee must reflect fairness, both internally and externally. In formulating a fair remuneration is very difficult, because of varying perceptions of each employee. The study was conducted at the Karawang General Hospital to sample as many as 109 people. The sampling is done by simple random sampling. The method of this study is a quantitative descriptive cross sectional. Remuneration examined from the internal and external aspects. Internal aspect was measured by using point system, while the external aspects assessed by performing benchmark remuneration on the organization of its kind in the region, which in this study was taken in Pasar Rebo general Hospital Jakarta. Based on the analised, obtained the majority of respondents have received appropriate remuneration (inpay) of 87% or 81 people. But there are still a number of respondents who did not receive appropriate remuneration, ie overpay as much as 11% or as many as 12 people and underpay 10% or 11 people. Judging from the external aspect, the remuneration in Karawang general hospital still have some drawbacks. Remuneration that is used in Karawang general hospital is indexing systems. One drawback of this remuneration is not based on the competency. Expected in the future, the remuneration in Karawang general hospital can continue to be evaluated to find the best one, which can satisfy all parties.

Read More
T-3961
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rika Melianita; Pembimbing: Amila Megraini; Penguji: Adang Bachtiar, Puput Oktamianti, Giri Wuryandaru, Dian Muliawati
Abstrak: Keadilan distributif, keadilan prosedural, keadilan interpersonal dan keadilaninformasional merupakan empat dimensi yang menjadi konstruk dalam keadilanorganisasi. Persepsi pegawai tentang keadilan organisasi diprediksi berhubungandengan motivasi kerja pegawai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisishubungan antara persepsi keadilan organisasi pada penilaian prestasi kerja pegawainegeri sipil dengan motivasi kerja pegawai. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif dengan pendekatan eksplanatori. Sampel yang digunakan padapenelitian ini menggunakan total sampling dengan melibatkan 91 pegawai di PusatPendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Teknik pengumpulan data denganmenggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Analisis yangdigunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen dan dependendengan menggunakan uji Chi Square, selanjutnya dilakukan analisis regresi logistikganda pemodelan faktor resiko pada analisis multivariat. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi keadilanorganisasi gabungan dari seluruh dimensi dengan motivasi kerja. Dan berdasarkandimensi keadilan organisasi hanya dimensi keadilan prosedural dan keadilaninterpersonal yang memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi kerja.Persepsi dimensi keadilan interpersonal pada penilaian prestasi kerja PNSmerupakan dimensi yang paling dominan mempengaruhi motivasi kerja pegawai.Dan variabel yang menjadi perancu (konfonder) hubungan dimensi persepsikeadilan organisasi dengan motivasi kerja adalah jabatan/kelas jabatan. Peran danpartisipasi pimpinan dalam memberikan motivasi langsung kepada pegawai sangatpenting dalam menumbuhkan kerjasama tim yang baik.Kata Kunci: Penilaian Kinerja, Keadilan Organisasi, Motivasi Kerja
Distributive justice, procedural justice, interpersonal justice and informationaljustice is the fourth dimension into the construct of organizational justice. Employeeperceptions of organizational justice is predicted to relate to employee motivation.The purpose of this study was to analyze the corellation between perceptions oforganizational justice in performance appraisal of civil servants with employeemotivation. This research is a quantitative study with explanatory research. Thesample used in this study using total sampling involving 91 employees at the CenterFor Health Human Resources For Health Education. The technique of collecting datausing questionnaires filled out directly by the respondent. The analysis is used toexamine the corellation between independent and dependent variables using ChiSquare test, then performed multiple logistic regression analysis modeling of riskfactors in the multivariate analysis. The results of this study indicate that there is asignificant relationship between perceptions of organizational justice of alldimensions combined with work motivation. And based on the dimensions oforganizational justice only dimension procedural justice and interpersonal justice hasa significant corellation with work motivation. Perception of interpersonal justicedimensions on performance appraisal of civil servants is the dimension mostdominant influence employee motivation. And that became the confoundingvariables relations dimension of perceived organizational justice and workmotivation is job title/grade position. The role and participation of leaders indelivering directly to employee motivation is very important in fostering goodteamwork.Keywords: Performance Appraisal, Organizational Justice, Work Motivation
Read More
T-4677
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suhartono; Pembimbing: Agustin Kusumayati, Amila Megraini; Penguji: Mieke Savitri, Djoni Darmadjaja, Sri Murwati
Abstrak:

Penelitian ini tentang analisis kinelja petugas Dury Manager di Rurnah Sakit Umum Kabupaten Karawang di luar jam dinas dan di hari libur yang bertujuan untuk mengetahui kinenja Duty Manager Serta falctor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Duty Manager. Penelitian ini dilakukan dengan disain potong lintang. Dalam penelitian ini diuji hubungan variabel individu yang terdiri dari pendidikan, pengetahuan, perscpsi sikap dan motivasi serta variabel persepsi individu terhadap organisasi yang terdiri dari persepsi individu terhadap salana, insentif scrta monitoring dan evaluasi dengan kinelja petugas Duty Manager dalam pelayanan pasien/keluarga pasien di RSUD Kabupaten Karawang. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai kinexja pelugas Duty Manager adalah kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas yang bertugas sebagai Duty Marzager yang berjumlah 40 orang dirnana scmua petugas ini diambil sebagai sampel. Serta para petugas yang berada di bawah koordinasi Duty Manager di ruang rawat imp, dokter IGD, petugas laboratorium, petugag apotik(instalasi famaasi). Pengambilan data di lapaugan dilakukan selama 2 bulan. Hasil penelitian diperoleh 50% Duty Manager mcmiliki kinelja yang fendah sedang sisanya 50% merniliki kinerja yang Pengelompokkan ke dalam dua kategori(tinggi-rendah, cukup-kurang) dengan menggunakan cut point nilai mean. Pada penelitian ini total responden ada ll dari ll unit pelayanan total skor maksimal 55,0 dan total skor minimal 0,0 nilai mean 27,5. Kinexja tinggi bila total nilai skor maksimal > 27, dan kineija rendah bila total nilai skor maksimal 5 27,5. Hasil analisis bivariat antara kinerja dengan variabel independen (pendidikan, pengetahuan, sikap, motivasi, persepsi sarana, insentitl monitoring dan evaluasi) menunjukkan adanya hubungan antara rendahnya kinerja dengan variabel motivasi serta monitoring dan evaluasi. Hasil penelitian menyimpulkan Kinerja Duty Manager di RSUD Karawang antam yang memiliki kinexja rendah dan yang meniliki kineija tinggi berbanding sama (50%), jadi separuh dari seluruhnya 40 orang Duly Manager berkineija rendah. Variabel pendidikan, pengemhuan, sikap, persepsi sanma, persepsi insentif tidak berhubungan dcngan kinclja Duty Manager. Variabcl motivasi scrta variabel monitoring mempuuyai hubungan dengan variabel kinezja Duty Manager. Disarankan kepada pimpinan mmah sakit untuk melakukan upaya-upaya: perumusan kembali tugas pokok dan uraian jabatan Duty Manager melalui pengkhususan tugas pokok yang meliputi aspek pemantauan pasien dengan kasus kegawatan, solusi masalah, serta aspek birnbingan dan penanganan pasien dengan kasus kegawatan. Meningkatkan motivasi petugas Duty Manager melalui pembenan penghargaan kepada Duty Manager yang melaksanakan tugas dengan penuh disiplin dan tanggung jawab, demikian pula melaksanakan pemberian sanksi tcguran kepada petugas yang tidak melaksanakan tugas dengan baik. Meningkatkan kcgiatan monitoring dan evaluasi kegiatan Duty Manager dalam rangka meningkatkan motivasi melalui pcrtcmuan rutin (I minggu sckali), kegiatan ini diantaranya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan Duty Manager dalam pelaksanan tugas serta membantu memperbaiki kinerjanya.


This research is about the analysis of Duty Manager work performance in manager level services in Karawang District Public Hospital outside their working hours and on public holidays, with it’s objective to discover Duty Manager work performance and factors related with it. This research was conducted with the cross sectional design. This research will test the correlation of individual variable which consisted of education, knowledge, perception of attitude and motivation also individual perception variable to organisation which consists of facility, insentive also monitoring and evaluation toward work performance duty manager in serving the patient/ family in karawang district hospital. The research instruments to measure the duty manager working performance were the questions sheet using Likert scale. The sample population of this research are 40 staffs; who are responsible as . Other sample were also the staffs who work under Duty Manager coordination in patient room, emergency doctors, labotarium statTs, drugstore staff ( pharmacy installation). The data collection in the field was conducted within 2 months. The result of this research shows 50% of Duty Manager has low work performance and another 50% has high work perfomrance. There are 2 categorizes (high-low, adequate- minus) using the cut point mean values. Total respondents in this research were ll 'fiom I I services unit and maximum total score 55,0 and minimum total score 0,0 mean value 27,5. lt reached High work performance if the maximum total score is >27,5, and low work perfomiance if the maximum total score is 5 27,5. The bivariat analysis result of work performance and independent variables (education, knowledge, attitude, motivation, facility perception, incentive, monitoring and evaluation) showing the correlation between low work performance and motivation variable also monitoring and evaluation. The analysis result and variables observed can be summarize as: the work perfom-nance of Duty Manager in Karawang district public hospital are equal (each 50%) between the low and high work performance, so half of all 40 duty managers have low working, variables of education, knowledge, attitude, facility perception, incentive perception has no correlation with Duty Manager work performance, it’s the motivation variable also monitoring variable which has correlation with duty manager work performance variables. The Hospital needs a strategy to increase the DDQ/ Manager work performance by: giving appreciation to the Duty Manager who works with E111 discipline and responsible, also giving the punishment to those who do not work well, force the motivation of Duty Manager to carry out their respomibility through clear career development and promotion.

Read More
T-2912
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tati Dedah; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Penguji: Evi Martha, Kusdinar Achmad, Kusnadi Thoyib, Rokim Hamdani
Abstrak:

Komunikasi terapeutik merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari asuhan keperawatan dalam rangka memelihara mutu pelayanan keperawatan secara komprehensif dan profesional. Pasien yang dirawat di rumah sakit umum mempunyai kerawanan gangguan psiko-sosial-spiritual yang menyertai gangguan fisik biologis. Dari studi pendahuluan diketahui masalah kecemasan pada pasien rawat Inap di RSUD Karawang cukup tinggi (79,31%), dengan demikian diperlukan intervensi keperawatan berupa komunikasi terapeutik. Selama ini bentuk komunikasi antara perawat-pasien pada umumnya lebih bersifat komunikasi sosial, belum mengarah kepada komunikasi yang bertujuan terapeutik. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengapa hal ini terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan melihat hubungan antara karakteristik perawat meliputi; usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja serta tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Karawang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain penelitian cross sectional. Hipotesa yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara karakteristik perawat meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik dan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tentang karakteristik perawat, pengukuran tingkat pengetahuan perawat tentang langkah-langkah komunikasi terapeutik dengan menggunakan soal tes pilihan ganda sebanyak 20 butir. Instrumen untuk mengukur pelaksanaan komunikasi terapeutik berdasarkan teori yang dikemukakan Stuart dan Sundeen (1987), yaitu empat tahap komunikasi terapeutik yang dituangkan ke dalam 30 butir pernyataan dengan menggunakan skala bertingkat dari mulai tidak pernah sampai selalu dengan rentang nilai 1 - 5. Instrumen telah diuji reliabilitasnya dengan menggunakan rums Alpha Crontach. Sampel penelitian adalah 94 orang tenaga perawat fungsional yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Karawang (total sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden sebanyak 47,9% melaksanakan komunikasi terapeutik balk dan 52,1% kurang. Tingkat pendidikan dan masa keda perawat terbukti berhubungan bermakna dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Sedangkan variabel umur, jenis kelamin dan tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik. Hasil uji multivariat menunjukan bahwa dari kedua variabel tersebut ternyata yang paling dominan berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik adalah variabel masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan kepada Manajemen RSUD Karawang untuk meningkatkan taraf pendidikan perawat ke jenjang yang lebih tinggi, mengadakan pelatihan-pelatihan tentang komunikasi terapeutik, mengupayakan ratio perawat-pasien ke taraf yang memadai, membuat sistem penugasan dan pelaksanaan supervisi dari atasan langsung, adanya protap dan dokumentasi pelaksanaan komunikasi terapeutik. Kepada peneliti lanjutan perlu dikembangkan penelitian tentang pelayanan komunikasi terapeutik dari sudut pandang klien dengan metoda dan teknik penelitian kualitatif.


 

Therapeutic communication is an inseparable activity in nursing care to keep up good quality nursing that is comprehensive and professional Patients in the general hospitals are susceptible to altered psycho-social-spiritual related to altered physic biologist. Anxiety is the most common problem at the patient in RSUD Karawang faced by (79,31%), so intervention is highly needed in the form of therapeutic communication. Communication between nurse-patients is more common in a form of social communication, not yet using communication leading to therapeutic goals. Thus a research is needed to explain why it happens. The research goal is to describe and to examine the relation between nurse characteristics including age, gender, education, work period and nurses' knowledge with the implementation of therapeutic communication conducted in the wards of the general hospital (RSUD) Karawang. This is an analytic research that using cross sectional design. The hypothesis tested in this research are correlation between nurse's characteristics; age, gender, education, work period and nurses' knowledge about therapeutic communication with its implementation in the nursing process. The instrument of this research is questionnaires concerning nursing characteristics and nurse' knowledge on steps in practicing therapeutic communication by using 20 multiple-choice questions. The instrument for measuring the implementation of therapeutic communication is based on Stuart and Sundeen's theory (1987) consisting of four steps in therapeutic communication broken in to 30 questions, graded from "never" up to "always" with a range from 1 to 5. The research sample is 94 fungsionals nurse that work in the ward of RSUD Karawang (total sampling). The result of this research showed that less than half of the respondents (47,9%) are considered good and more than half (52,1%) are bad in implementing therapeutic communication. Education and works period are significantly related to the implementation of therapeutic communication, while age, gender, and grade of knowledge had been proven to be not related of the two significantly related variables the most dominant one is work period. Based on this research it is recommended that the management of the RSUD Karawang improve their nurse's educational level, conducted training on therapeutic communication, adjusted bed nurse ratio, and develop operating standard in implementing therapeutic communication, with supervision from the direct manager and keeping continuing documentation. Research in the implementation of therapeutic communication service from patient's point of view is recommended.

Read More
T-1195
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rosmaitaliza; Pembimbing: Kusdinar Achmad; Penguji: Dian Ayubi, Ratu Ayu Dewi Sartika, Suhartono, Kusnadi, Thoyib
T-4229
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endah Purwanti; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto, Dian Ayubi; Penguji: Agustin Kusumayati, Eni Gustina, Yunimar Usman
T-2671
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anak Agung Ayu Yuli Indriani; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Dian Ayubi, Anwarul Amin, Iwan Turniawan
Abstrak:

ABSTRAK Pemerintah saat ini telah melakukan berbagai upaya kesehatan dalarn rangka penyediaan pelayanan keszhatan yang merata, bermmu, dan tezjangkau oleh seluruh Iapisan masyarakat. Namxm upaya kesehatan tersebut belum diselenggarakan secara menyeluruh, sehingga kumng dapat menunjang peningkalan demjat kesehatan masyarakat. Harapan masyamkat agar pelayaman rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang efektif dan kcpuasan yang optimal bagi setiap orang yang memanfaatkannya, untuk itu dibumhkan sumberdaya manusia yang handal. Mengelola Sumber daya manusia bukanlah sesuatu ha] yang mudah, karena menyangkut banyak faktor panting yang- harus diperhatikan, salah satunya adalah faktor kepuasan kerja. Kepuasan kelja ini akan berpengaruh pada kinerja, dan rendahnya kepuasan kezja merupakan satu tanda rusaknya kondisi suatu organisasi. Peuelitian ini bcrtujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kepuasan kezja pegawai di rumah sakit dr A K Gani Palcmhang, melalui pengisian lcuesioner untuk mengetahui persepsi, dan kepuasan kexja yang dinilai dengan melihat harapan dan kcnyataan dari kepemimpinan, pekcljaan, komunikasi dan penghargaan. Wawancara mendalam serta focus group discussion yang dilaksanakan pada kepala ruangan, kepala polikiinik, anggota pelaksana, bcxtujuan mendapwn penegasan pada hasil data kuantitatiii Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2007. Desain penelidan yang dipilih adalah analitik kuantitatif rancangan cross sectional dengan responden yaitu SCIUIUII militer yang ada sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 50 orang, dan Pegawai Negeri Sipii diambil secana acak sebanyak 100 orang. Hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan nilai rata-rata tingkat kepuasan pegawai Militer dan Pegawai Ncgcri Sipil, yaitu mia-rata tingkat kepuasan Pegawai Negeri Militer sebcsar 59,24% yang bervariasi antara 45%-8l,82%, sedangkan Pegawai Negeri Sipil lata-rata tingkat kepuasan kexja sebesar 54,58% yang bervariasi antara 44,87%- 67,l2%, hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pada responden militer terdapat beberapa vasiabel yang mempunyai hubxmgan signiiikan yaitu, jenis pekeljaan, motivasi, konflik, dan prosedur kelja. Sedangk/an pada responden Sipil didapatkan vmiabel yang bedxubungan signiikan dengan kepuasan kczja adalahz mam ke1ja,pendidikan, peluang promosi dan konflik. Variabel yang paling dominan berpengaruh ten-hadap kepuasan kelja pada pegawai Negeri Militer adalah jenis pekexjaan, dan pada Pegawai Negeri Sipil adalah evaluasi kelja. Selain im ada bebempa hal yang menjadi prioritas mama dalam hubungannya dengan kepuasan kexja bagi Militer, yaitu atasan diharapkan melibatkan bawahan dalam memncanakan Sualll pekeljaan (faktor kepemimpinan), perasaan suka akan suatu pekeljaan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan (P??kClj38I1), dalam menyelesaikan permasalahan dibuhuhkan komunikasi yang. baik_ Sedangkan pada PNS yang menjadi prioritas utama adalah : atasan harus melibatkan bawahanda1ammerencanakm\suampekmjaan,atasanharusmembanmkenaikan P=1l1£J


ABSTRACT There are so many e&`orts have been done by the govemment in order to provide a thorough, high quality, and aEordable health services to any level of community in Indonesia. However, the effort has not yet been accomplished comprehensively and can not be optimal to enforce the increasing of the level of community?s health. People?s expectation on the hospital services is that hospital can provide an e&`ective and a satisfaction services to everyone who visit and utilizing the hospital. Therefore, outstanding human resources are needed. To organize and manage the human resource in the institution is not a simply as turning the palm ofthe hand, as there are so many important factors are related that need to consider. One of the factors is the working mtisfaction. It is known that working satisfaction will influence the working performance, and a low working satisfaction can be a sign of organization devastation The study has aim on exploring the description on working satisfaction of employees at the DR. A. K. Gani Hospital (AKGH) of Palemhang, using self-filling questionnaire in order to know the perception, and working satisfaction that assessed by looking at the expected and facts of leadership, task, communication and reward. In- depth interview and focused group discussion (FGD) are carried out toward head of section, head of poiiclinic, and member of implementer, in order to get continuation on the result of quantitative data. The study is carried out between April and May 2007. The design of the study is a cross sectional with quantitative approach. All military employees are included as respondents, but only 100 civil employees are selected randomly. The study result showed that there is a different score on the average of the satisfaction level between military and civil employees. The average of satislaction level among military employees is 59.24% with range between 45-8l.82%. While among civil employees, the average is 54.58% with range between 44.87-67.l2%. Variables that significantly related with working satisfaction among military employees are: type of work, motivation, conflict, and working procedures. But, among civil employees, the variables are: length of working, education, opportunity for increasing level of working rank (promotion), and conflict. The most dominant variable at the military employees is type of work, but in the civil employees is working evaluation. For military employees, the main priorities in relation to working satisfaction are namely: suppose the chief should involving the employees for planning the work (leadership factor), sense of liking the job/work is needed in order to give a satisfactory on working (work factor), good conununication is needed to solve the problem. In the civil employees, the main priorities are: the chief should involve the employees for planning the work and should facilitate the employees to raise their rank based on their performance (leadership factor), good communication is needed to solve the problem and working evaluation should be disseminated (communication factor), sense of liking the job/work is needed in order to give a satisfactory on working, a working rotation can be use to prevent the working boringness, conformity between task and skill is an important thing (work factor). To conclude, the managers should provide a kind of communication pathway, especially hom down imder to top manager, such as: suggestion box, and independent small team, team evaluator, to consider a reward system with minimal cost, and enforcing motivation towards employee for increasing the work performance.

Read More
T-2568
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fifi Lailasari Hadianastuti; Pembimbing: Sabarinah Prasetyo; Penguji: Agustin Kusumayati, Dian Ayubi, Sugito, Erwin Tyrana
Abstrak:

Rumah Sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya harus ditunjang oleh data melalui Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dimana informasi yang dihasilkan akan bermanfaat bagi kegiatan manajemen Rumah Sakit, selain untuk monitoring pelayanan kesehatan individual. Penggunaan informasi dalam tingkat manapun membutuhkan informasi yang berkualitas yaitu relevan, berguna pada waktu yang tepat, dapat ditelusuri dan bebas dari kesalahan.Sejak tahun 2000 Rumah Sakit Harum telah memulai uji coba implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Oleh karena itu dibutuhkan suatu studi mengenai pengembangan SIMRS di Rumah Sakit Harum melalui analisis tahap-tahap pengembangan sistem yang sudah dilakukan. Analisis tahap-tahap pengembangan sistem ini menggunakan dan mengkombinasikan model-model dari beberapa konsep sehingga menjadi rumusan kerangka konsep, yaitu SDLC (System Development Life Cycle) yang sering digunakan dalam pengembangan sistem informasi, PDCA (Plan-Do-Check-Act) yang sering digunakan dalam peningkatan kualitas berkesinambungan (Continuous Quality Improvement) serta model IPO (input process-output) yang dapat digunakan untuk perencanaan strategik sebagai salah satu kegiatan dalam pengembangan sistem informasi.Model PDCA digunakan sebagai template atau panduan dalam tahap-tahap pengembangan sistem informasi, dengan beberapa aspek yang berkaitan di dalamnya diambil dan aspek-aspek yang diberikan dalam model SDLC dan PDCA. Panduan tersebut dapat diaplikasikan atau diterapkan pada semua jenis dan ukuran organisasi agar menghasilkan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan sehingga informasi yang diperoleh dari sistem yang dikembangkan tersebut dapat terus ditingkatkan kualitasnya, selain juga dapat meningkatkan kualitas sistem informasinya.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai tahap-tahap pengembangan yang dilakukan oleh RS Harum dalam pengembangan sistem informasinya serta membandingkan dengan tahap-tahap pada template pada kerangka konsep. Data yang dikumpulkan dalam studi ini adalah data kualitatif dengan telaah dokumen, observasi fisik dikonfirmasi dengan wawancara, serta wawancara mendalam. Informan dari studi ini adalah karyawan yang akan ditugaskan menjadi operator dalam sistem informasi yang berasal dari bagian akuntansi, rekam medis dan perawatan, dengan 2 karyawan yang diwawancara dari masing-masing bagian sehingga jumlah seluruh karyawan yang diwawancara adalah 6 karyawan serta 3 informan yang mewakili pihak manajemen serta 1 informan kunci.Dalam studi ini ditemukan bahwa belum dilakukan atau belum terpenuhinya beberapa komponen dalam sebagian tahap pengembangan sistem informasinya. Beberapa tahap yang belum terpenuhi tersebut berhubungan dengan dokumentasi yang menyimpan informasi perkembangan dan kendala yang dihadapi pada tiap tahap pengembangan; dokumentasi mengenai pelatihan dan model untuk operasional dan penanganan kesalahan (error handling); mengenai tim implementasi; mengenai penerimaan operator (user acceptance) serta mengenai organisasi pengelola sistem informasi.Proses pengembangan sistem informasi ini belum berjalan seluruhnya, atau masih melakukan beberapa proses uji coba. Untuk mendapatkan sistem informasi dengan fungsi yang maksimal dan sesuai dengan harapan atau tujuan dari pengembangan sistem informasi, sebaiknya dapat diperhatikan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan uji coba sistem dan untuk selanjutnya dalam kegiatan peningkatan kualitas, dapat diterapkan tahap-tahap yang disediakan model-model peningkatan mutu. Dalam tahap-tahap pada metode PDCA maupun SDLC terdapat contoh kegiatan dan alat ukur yang dapat dipergunakan. Juga disarankan untuk membuat semacam tabel praktis (untuk assessment) yang dapat membantu pendokumentasian mengenai perkembangan atau kendala yang dialami dalam proses pengembangan sistem informasi yang kemudian dapat digunakan untuk kegiatan analisis, menugaskan tim mutu untuk melakukan assessment tersebut, mememperbaiki persepsi operator melalui pelatihan yang kegiatankegiatannya dapat menumbuhkan rasa keterlibatan mereka, serta mempertimbangkan pengorganisasian pengelolaan informasi dengan bentuk yang sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit Harum.


 

Study on the Quality of Information System Development in Harum Hospital, Jakarta Timur, 2001Hospital is functioned as health service facility. A fine health service ought to be supported by health data through Health Information System (HIS). Adjacent to that, information that was created also useful to Hospital's management, besides its value to monitor individual health care. The use of information at any level requires qualified information that is, relevant, timeliness, verifiability and error free.Since the year 2000, Harum Hospital had started implementation trial for its Hospital Information System development. The study is done to analyze every phase on information system development that has made by Hospital. The analysis on phases of hospital information system development employs and combines some models as conceptual frame, with each model represent its area of expertise, those are: SDLC (System Development Life Cycle) which is frequently applied in information system development, PDCA (Plan-Do-Check-Act) as a model that is more often than not applied to improve quality continuously and IPO (Input-Process-Output) model which is usually applied to do a strategic planning as one of the activities to develop information system. Qualified information is generated from appropriate information system. The activities in this study is using phases given by PDCA as a template and using some of its applicable aspects with other relevant aspects were taken from subjects in SDLC and TO. The blending of SDLC and IPO into PDCA approach is expected to be applicable to all type and size of organization so, the following information system development can produce suitable information system and as well, the quality of information system can be improved continuously.The purpose of this research is to comprehend the information system development phases that is done by Harum Hospital and how well-suited are those if compared to phases in the template. Data were collected qualitatively with document review, tangible observation with interview and in-depth interview. The information source was choosen from the employees that will be functioned as operators in the information system, they are each 2 employees from accounting department, medical record and nursing with the total of 6 employees, plus 3 information sources that stand for management and 1 key informant.It is shown in this study that phases which are done in the information system development from the first phase to the phase of trial run were not completed entirely if it was compared with phases given by SDLC and PDCA. Phases that are not accomplish suitably was quite important, those are about documentation that kept information on positive changes and obstacle that happens in every phase; documentation about training, operations manual and error handling guidance; about information system institution in the organization; about implementation team; and about user acceptance.The trial and implementation in this information system development activity are not totally occupied and are doing the trial phase by the time this study was completed. To obtain system with maximum function and system that fits to the expectations or objectives of the information system development, it is recommended to give more notification on activities that can be done in system trial, while for the next quality improvement activities, other steps provided by quality improvement's model can be implemented. There are some example of activities and measurement in PDCA and SDLC phases. Those activities are very flexible and very applicable. It is also suggested to make a practical table to manage an assessment and to help recording the improvement or obstacle that occurs in the information system development phases, which it can be used in evaluation activities, it is much useful as well to revise operator's perception and their acceptance about information system through training and evaluation, and also to consider an information organization with a proper form that meets Hospital's needs.

Read More
T-1394
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Viera Rebina Lubis; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Evi Martha, Puput Oktamianti, Jusuf Kristianto, Ingan Ukur Tarigan
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional (potong lintang) bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan kepuasan kerja pegawai terhadap kinerja pegawai puskesmas di Kabupaten Belitung Tahun 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah PNS yang terdapat pada 9 (sembilan) puskesmas di Kabupaten Belitung yang berjumlah 180 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel karakteristik yang berhubungan dengan kinerja pegawai puskesmas di Kabupaten Belitung adalah pendidikan terakhir. Variabel kepuasan kerja yang berhubungan dengan kinerja pegawai Puskesmas Kabupaten Belitung adalah kompensasi. Dari variabel karakteristik dan kepuasan kerja yang berhubungan setelah diuji secara bersamasama (simultan) ada tiga variabel yang signifikan yaitu kompensasi, hubungan dengan rekan kerja dan pengawasan. Dan variabel yang memiliki hubungan yang paling dominan adalah pengawasan. Kata kunci: Kinerja Pegawai, Karakteristik, Kepuasan kerja, Pegawai

This study is quantitative research using cross sectional design to know the relationship of characteristic and job satisfaction on performance of Public Health Care officer in Belitung Regency in 2017. The sample in this research is civil servant which is found in 9 (nine) PHC in Belitung Regency which amounts to 180 people. The results showed that the characteristic variables related to the performance of PHC employee in Belitung Regency were the last education. Job satisfaction variable related to performance of PHC employee of Belitung Regency is compensation. The variable of characteristics and job satisfaction are related after tested together (simultaneous) there are three significant variables are compensation, relationship with colleagues and supervision. And the variable that has the most dominant relationship is supervision. Key words: Employee Performance, Characteristic, Job Satisfaction, Employee
Read More
T-5089
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rosiyana; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Dian Ayubi, Anhari Achadi, Suyuti Syamsul, Achmad Rois
Abstrak: Implementasi kebijakan akreditasi puskesmas dimulai sejak 2015 hal ini sebagai jawaban atas adanya tantangan di era globalisasi ini. Pada tahun 2021 BPJS mensyaratkan adanya sertifikat akreditasi bagi puskesmas untuk menjalin kerja sama. Hal ini mendapat tanggapan yang bervariasi baik positif maupun negatif. Merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel sebanyak 133 responden yang dilakukan pada bulan April tahun 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata kepuasan kerja pegawai berdasarkan status akreditasi puskesmas (p=0,0005)
The implementation of accreditation policies in primary healthcare centres have been implemented since 2015, as a response towards the challenges in this globalization era. Recently in 2021, the Indonesian government made it mandatory for primary healthcare centres to have an accreditation certificate, as a prerequisite for them to be covered by the government health insurance (BPJS). This recent policy was met with a variety of opinions, both positive and negative. This study is a quantitative study with a cross sectional design. A total of 133 samples taken in April 2021. The results showed that there was a significant difference of average employee satisfaction scores between the different primary healthcare centres (p = 0,0005).
Read More
T-6301
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive