Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Yoan Devina; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Helen Andriani, Wahyu Sulistiadi, Novita Dwi Istanti, Hervita Diatri
Abstrak: FOCUS-PDSA merupakan metode penunjang budaya peningkatan mutu berkelanjutan, sehingga menjadi kompetensi yang baik dimiliki oleh individu yang terlibat dalam proses peningkatan mutu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi pandemi perlu disiasati dengan pergantian metode pembelajaran ke metode non-konvensional agar kompetensi staf tetap terjaga, penelitian ini ditujukan untuk menilai efektivitas pelatihan e-learning FOCUS-PDSA bagi penanggung jawab mutu. Penelitian metode kuasi eksperimental ini dilakukan dengan intervensi berupa pelatihan e-learning FOCUS-PDSA yang diberikan kepada 35 orang penanggung jawab mutu yang belum pernah mengikuti pelatihan FOCUS-PDSA. Pelatihan didesain dengan metode pembelajaran sinkronous maya berbasis Zoom, asinkronous maya, dan asinkronous kolaboratif dengan Learning Management System Moodle. Model e-learning FOCUS-PDSA ini efektif meningkatkan pengetahuan (p<0.001) dan keterampilan (p<0.001) peserta, juga mampu menjaga kehadiran (90,03%), sikap terhadap mutu yang positif, kepuasan peserta dari sisi individu, teknologi, layanan, dan narasumber, serta kemudahan akses dan penggunaan Zoom serta LMS Moodle di rentang sangat memuaskan. Tantangan terbesar ada pada kualitas dan kehandalan jaringan untuk mendukung proses sinkronous maya dan kemudahan akses. Diperlukan penelitian tentang evaluasi yang lebih rinci khususnya di ranah teknologi dan jaringan agar didapatkan sistem yang paling tepat untuk pelatihan yang lebih efektif
FOCUS-PDSA is an instrument that promotes continuous quality improvement, thus is a valuable skill to be possessed by individuals involved in quality. Advances in knowledge and technology, along with the pandemic has necessitated the shift to non-conventional education methods to ensure that staff competencies are maintained. This research is aimed at evaluating the effectiveness of FOCUS-PDSA e-learning towards person-in-charge of quality. This quasi experimental research used training in the form of FOCUS-PDSA e-learning as an intervention on 35 person-in-charge of quality that have never received prior training for FOCUS-PDSA. This research was designed using synchronous virtual training using Zoom, asynchronous virtual and collaborative learning using Learning Management System, Moodle. This FOCUS-PDSA e-learning model is effective in increasing knowledge and improving skills of the participant (p<0.001), simultaneously ensuring attendance (90,03%), a positive attitude towards quality culture. Participant satisfaction from the individual, technology, services, and resource person perspectives, whereas ease of access for the use of Zoom and LMS Moodle was very satisfactory. The primary challenge was quality and reliability of network and access required to support the synchronous virtual process. Further research is required to evaluate in detail the technology and network aspects of the system, allowing a more suitable platform for effective training
Read More
B-2232
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rini Prasetyo Wahyu Wijayati; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Puput Oktamianti, Wahyu Sulistiadi, Novita Dwi Istanti, M. Arza Putra
Abstrak: Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium sebagai ukuran kinerja pelayanan merupakan syarat penting membuktikan kualitas pelayanan laboratorium. Kecepatan waktu hasil pemeriksaan laboratorium mempengaruhi penetapan diagnosis serta terapi pasien. Indikator sasaran mutu laboratorium menetapkan target waktu tunggu pemeriksaan hasil laboratorium kimia 120 menit. Pencapaian sasaran indikator mutu di tahun 2020 baru 70% dari target yang ditetapkan, juga masih terdapat keluhan lambatnya hasil pemeriksaan. Studi pendahuluan bulan Januari sampai Febuari 2021 terdapat 18% waktu tunggu diatas 120 menit. Metode Lean six sigma fokus terhadap perbaikan dengan mendorong peningkatan secara tajam dalam kecepatan, kualitas dan profitabilitas. Penelitian ini merupakan operational research untuk memberikan rekomendasi perbaikan waktu tunggu pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan pendekatan metode DMAIC terdiri dari siklus Define (mendefinisi), Measure (mengukur), Analyze (menganalisis), Improve (rekomendasi perbaikan), dan Control (pengendalian) Hasil penelitian mendapatkan gambaran terjadinya pemborosan di tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik yang berdampak terhadap waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Pemborosan yang paling dominan terjadi di tahap pra analitik. Persentase value added pelayanan pemeriksaan Laboratorium sebelum penerapan Lean six sigma sebesar 67.30% dan non value added sebesar 33.83%. Setelah penerapan Lean six sigma nilai value added meningkat 38.48% menjadi 91.32% dan value added menurun 28.42% menjadi 8.68 %. Ditemukan adanya delapan jenis pemborosan, sebagian besar merupakan pemborosan defect, over processing, delays (waiting time), over production. Pemborosan banyak terjadi di tahap pra analitik dan pasca analitik. Sumber terjadinya pemborosan berdasarkan hasil analisis fishbone adalah man dan method dikarenakan kuantitas ATLM (Analis Teknis Medik Laboratorium) belum mencukupi dan belum efektifnya penanganan spesimen laboratorium serta metode serah terima.Usulan perbaikan disusun menggunakan lean tools seperti standardized work, visual management, error profing, dan penerapan 5S (Short, Stabilize, Shine, Standardize, Sustain) Intervensi yang dilakukan dengan usulan alur pemeriksaan laboratorium, metode serah terima spesimen, serta edukasi ulang tentang penanganan spesimen laboratorium dan usulan pelatihan Flebotomi
Waiting time for laboratory test results as a measure of service performance is an important requirement to prove the quality of laboratory services. The timing of the results of laboratory examinations affects the determination of the patient's diagnosis and therapy. The laboratory quality target indicator sets a target waiting time for the examination of chemical laboratory results of 120 minutes. The achievement of the quality indicator targets in 2020 is only 70% of the target set, there are also complaints about the slowness of the inspection results. Preliminary study from January to February 2021 showed 18% waiting time above 120 minutes.methods Lean six sigma focus on improvement by driving sharp improvements in speed, quality and profitability. This research is anoperational research to provide recommendations for improving waiting time for laboratory examinations using the DMAIC method approach consisting of a cycle of Define (defining), Measure (measure), Analyze (analyze), Improve (recommendation for improvement) and Control (Controlling). The results of the study get an overview of the occurrence of waste in the pre-analytical, analytical and post analytic stages which have an impact on the waiting time for laboratory results. The most dominant wastage occurred in the pre-analytic stage. The percentage of value added of laboratory inspection services before the implementation of Lean six sigma is 67.30% and non value added is 33.83%. After the implementation of Lean six sigma, the value added increased by 38.48% to 91.32% and the value added decreased by 28.42% to 8.68%. It was found that there were eight types of waste, most of which were defects, over processing, delays (waiting time), over production. A lot of waste occurs in the preanalytic and post-analytic stages. Sources of waste based on analysis results fishbone are man and method due to quantity of ATLM (Laboratory Medical Technical Analyst) and ineffective handling of laboratory specimens and handover methods. Improvement proposals are prepared using lean tools such as standardized work, visual management, error profiling, and the application of 5S(Short, Stabilize, Shine, Standardize, Sustain) Interventions carried out with the proposed flow of laboratory examinations, specimen handover methods, as well as re-education on handling laboratory specimens and proposed phlebotomy training
Read More
T-6132
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syahlaa Talitha Ainayyah; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Ede Surya Darmawan, Novita Dwi Istanti
Abstrak: Penelitian ini menggunakan metode literature review yang membahas mengenai tantangan dalam pemanfaatan telemedicine selama pandemi. Seperti yang kita ketahui bersama, Covid-19 masih terus terjadi hingga saat ini. Berbagai negara menetapkan kebijakan lockdown guna mencegah penyebaran virus tersebut. Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan upaya PPKM untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Pelayanan publik menghadapi dilema, salah satunya pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, penggunaan layanan telemedicine sangat dianjurkan pada masa pandemi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apa saja tantangan dalam pemanfaatan telemedicine selama pandemic. Metode penelitian yang digunakan adalah literature review dengan mencari artikel penelitian yang telah dipublikasi dengan menggunakan online database yaitu PubMed, Oxford Academic, dan SpringerLink. Berdasarkan hasil pencarian, didapatkan sejumlah 961 artikel dan dari jumlah tersebut dilakukan seleksi. Hasil seleksi didapatkan sebanyak 6 artikel yang dianalisis. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat beberapa tantangan dalam pemanfaatan telemedicine selama pandemi. Tantangan tersebut antara lain teknologi, privasi / kerahasiaan, proses komunikasi, dan finansial. Tantangan terkait teknologi yang dimaksud ialah koneksi internet yang tidak stabil, kemampuan sumber daya manusia dalam menggunakan teknologi, serta kemampuan penyimpanan teknologi yang dimiliki.
This study uses a literature review that discusses the challenges in using telemedicine during a pandemic. As we all know, Covid-19 is still happening today. Various countries have imposed lockdown to prevent the spread of the virus. The Indonesian government itself has made PPKM efforts to control the spread of Covid-19. Public services face a dilemma, one of which is health services. Therefore, the use of telemedicine is highly recommended during the pandemic. The purpose of this paper is to find out what are the challenges in using telemedicine during a pandemic. The research method used is literature review by searching for research articles that have been published using online databases,namely PubMed, Oxford Academic, and SpringerLink. Based on the search results, a number of 961 articles were obtained and from that number a selection was made.The selection results obtained as many as 6 articles were analyzed. The results showed that there were several challenges in using telemedicine during a pandemic. These challenges include technology, privacy/confidentiality, communication processes, and finance. The challenges related to the technology in question are unstable internet connections, the ability of human resources to use technology, and the ability to store technology owned
Read More
S-10935
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novembriawan Pangestu; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Adang Bachtiar, Novita Dwi Istanti
Abstrak: Kondisi crowding di Instalasi Gawat Darurat (IGD) telah menjadi isu global di seluruh sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia lebih dari dua dekade. Hal ini disebabkan karena tingginya angka boarding time yang menyebabkan penumpukan jumlah pasien yang ada di IGD. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time di instalasi gawat darurat. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan database Pubmed, Scopus, Proquest, Google Scholar dan Library UI menghasilkan 15 artikel terinklusi yakni artikel yang terbit sepuluh tahun terakhir, membahas faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time di instalasi gawat darurat, dan artikel dengan metode kuantitatif, kualitatif, dan mix-method. Hasil studi terinklusi dari 15 artikel menghasilkan beberapa penyebab keterlambatan boarding time di IGD diantaranya yaitu ketersediaan tempat tidur yang disebabkan oleh kepulangan pasien yang tidak terencana dan membutuhkan waktu 118 menit (2 jam) lebih lama dibandingan kepulangan yang direncanakan. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan tidak hanya menyebabkan naiknya angka boarding time, namun juga menurunkan pelayanan kesehatan dan pasien safety. Waktu diagnosis pasien pada saat di IGD membutuhkan waktu lebih lama karena dokter perlu mengantongi data lebih banyak untuk memutuskan diagnosis pasien. Pasien yang masuk ke IGD merupakan pasien dengan kegawatdaruratan tinggi, semakin darurat membutuhkan diagnosis yang lebih lama pula dan menambah waktu boarding time di IGD. Ketersediaan bangsal khsusus memakan waktu banyak pada saat boarding time karena selain memerlukan treatment khusus, jumlah bangsal khusus ini juga terbatas. Tingkat kapasitas rumah sakit yang tinggi meningkatkan pula angka boarding time karena pasien harus menunggu pelayanan kesehatan akibat antri, sehingga meningkatkan angka boarding time. Konsultasi antara pasien dengan dokter terjadi di IGD pada pasien dengan kegawatdaruratan yang tinggi, sebab sebelum memberikan tindakan, dokter perlu mengetahui lebih dalam sakit yang dialami oleh pasien. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time dirumah sakit ialah ketersediaan tempat tidur, keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, waktu diagnosis pasien, tingkat kegawatdaruratan, ketersediaan bangsal khusus, tingkat kapasitas rumah sakit yang tinggi, dan jumlah konsul dengan dokter spesialis. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai standar waktu boarding time di instalasi gawat darurat yang ada pada rumah sakit.
Crowding conditions in the Emergency Unit has become a global issue in all health care systems for more than two decades. This is due to a high number of boarding times which causes an accumulation number of patients in the ER. The purpose of this study sought was to determine the factors associated with boarding time delays in the emergency department. The researcher used a literature review as a method and used Pubmed, Scopus, Proquest, Google Scholar, and UI Library databases which produces 15 included articles, and articles published in the last ten years, discussing factors related to boarding time delays in the emergency department, and articles with quantitative methods. , qualitative, and mix-method. The results of the included study from 15 articles resulted in several causes of delays in boarding time in the ER, including the availability of beds caused by the patient's unplanned return and taking 118 minutes (2 hours) longer than the planned return. The limited number of health workers not only causes an increase in boarding time but also reduces health services and patient safety. The patient's diagnosis time in the ER takes longer because doctors need to collect more data to make a patient's diagnosis. Patients who enter the ER are patients with high emergencies, the more emergency requires a longer diagnosis and increases the boarding time in the ER. The availability of special wards takes a lot of time at boarding time because apart from requiring special treatment, the number of special wards is also limited. The high level of hospital capacity also increases the number of boarding times because patients have to wait for health services due to queuing, thereby increasing the number of boarding times. Consultations between patients and doctors occur in the ER for patients with high emergencies, because before taking action, doctors need to know more about the pain experienced by the patient. It can be concluded that the factors related to the delay in boarding time at hospital are availability of beds, limited number of health workers, time of patient diagnosis, level of emergency, availability of special wards, high level hospital capacity, and number of consuls with specialist doctors. Therefore, it is necessary to conduct a study on the standard boarding time in the emergency department at the hospital.
Read More
S-11143
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Audi Kinanti Pasha; Pembimbing: Vetty Yuliati Permanasari; Penguji: Novita Dwi Istanti, Jaslis Ilyas
Abstrak: Sejak ditetapkannya COVID-19 sebagai pandemi, jumlah kasus konfirmasinya terus meningkat di berbagai belahan dunia. Peningkatan kasus COVID-19 yang turut meningkatkan aktivitas rumah sakit pun ditemukkan berbanding lurus dengan peningkatan jumlah dan komposisi limbah infeksius di rumah sakit. Rumah sakit perlu memperhatikkan manajemen limbahnya karena adanya kemungkinan penularan agen penyakit dari limbah terhadap staf maupun pasien dan masyarakat secara tidak langsung. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran timbulan limbah rumah sakit serta gambaran penerapan manajemen limbah rumah sakit di era pandemi COVID-19 menggunakan metode literature review. Hasil penelitian menemukkan bahwa jumlah timbulan limbah rumah sakit selama pandemi COVID-19 meningkat, begitu juga dengan proporsi limbah infeksiusnya. Hal ini terjadi akibat penggunaan peralatan sekali pakai untuk pelayanan pasien COVID-19. Beberapa permasalahan ditemukan dalam penerapan manajemen limbah rumah sakit yang berkaitan dengan sikap petugas. Masih ditemukan petugas yang tidak melakukan pemisahan limbah berdasarkan jenisnya dan petugas yang tidak menggunakan APD saat mengelola limbah rumah sakit. Metode penanganan limbah yang paling banyak digunakan adalah insinerasi, meski masih dilakukan oleh staf yang tidak terlatih. Pelatihan dan pendidikan staf ditemukkan masih belum dilakukan secara memadai. Rumah sakit perlu mememperkuat sosialisasi kebijakan, supervisi, dan pengadaan program pelatihan dan pendidikan staf terkait manajemen limbah rumah sakit.
Read More
S-11089
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Via Aulia Effendi; Pembimbing: Septiara Putri; Penguji: Puput Oktamianti, Novita Dwi Istanti
Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis gambaran indikator mutu Unit Rekam Medis RSUI tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode wawancara, observasi, pengisian matriks (MIV)/C dan telaah dokumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang meliputi elemen input, process, dan output. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran kesesuaian indikator mutu rekam medis RSUI dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008) serta memberikan alteranatif penyelesaian masalah (solusi) untuk menjaga dan meningkatkan capaian mutu pelayanan rekam medis di Rumah Sakit Universitas Indonesia.
Read More
S-10792
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zakyta Pangestiara Gunarso; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Helen Andriani, Novita Dwi Istanti
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dimensi mutu layanan elektronik terhadap persepsi mutu yang akan dibentuk oleh pengguna telemedicine. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional dan mengambil data primer menggunakan kuesioner secara online. Sampel berjumlah 172 responden. Analisis hubungan menggunakan metode PLS-SEM. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi pengalaman pengguna (EXP) dan kepercayaan pengguna (TRU) terhadap persepsi mutu pengguna telemedicine (ESQ). Sedangkan dimensi lain, seperti empati (EMP), kemudahan penggunaan (EOU), privasi (PRI), reliabilitas (REL), ketanggapan (RES), ketersediaan sistem (SA), dan desain aplikasi (WD) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap persepsi mutu pengguna telemedicine (ESQ). Saran yang dapat diberikan kepada penyedia layanan telemedicine adalah untuk mengembangkan fitur voice atau video call untuk meningkatkan pengalaman pengguna, serta penambahan fitur cash on delivery pada pembelian obat untuk meningkatkan kepercayaan pengguna.
Read More
S-10776
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aliya Diandra; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Prastuti Soewondo, Novita Dwi Istanti
Abstrak: Kualitas layanan yang baik diharapkan mampu memenuhi ekspektasi dan mencapai kepuasan dari pelanggan rumah sakit yang mana dapat menjadi faktor penentu loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan menggambarkan kecenderungan pelanggan untuk memilih kembali layanan kesehatan pada rumah sakit tersebut apabila memerlukan pengobatan di masa mendatang. Loyalitas pelanggan dapat dinilai dari tingkat kemungkinan pelanggan untuk merekomendasikan layanan kepada keluarga atau teman dengan metode Net Promoter Score. Dalam penelitian ini, dari 67 orang responden, diperoleh hasil sebesar 49,3% pelanggan adalah promoters atau memiliki tingkat loyalitas yang tinggi. Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2021 berhasil mencapai Net Promoter Score sebesar 45 dengan skala -100 sampai dengan 100 yang mana menunjukkan bahwa tingkat loyalitas pelanggan sudah pada kategori favorable.
Read More
S-10704
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zacharias Eko Susilo; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Helen Andriani, Novita Dwi Istanti
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sistem RME terhadap produktivitas RS beserta gambaran implementasi dan faktor yang berpengaruh terhadap dampak implementasi sistem RME di RS. Metode Literature Review Naratif digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 6 literatur terpilih dengan topik terkait yang diterbitkan dalam basis data Pubmed tahun 2015-2020. Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa faktor berpengaruh bagi RS dalam memutuskan untuk melakukan implementasi sistem RME antara lain kebijakan pemerintah, jumlah tempat tidur, lokasi RS, bed occupancy rate (BOR), jumlah pasien, arus kas, status rujukan, dan status RS Pendidikan.
Read More
S-10676
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anggrianita Meyline; Pembimbing: Septiara Putri; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Novita Dwi Istanti
Abstrak:
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berperan penting dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan nasional. Sebagai institusi dengan karakteristik yang kompleks, rumah sakit perlu membangun kesadaran akan budaya keselamatan guna memastikan perlindungan dan keselamatan bagi seluruh pihak yang terlibat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan terintegrasi di Rumah Sakit Universitas Indonesia Tahun 2024 dengan menggunakan Integrated Safety Culture in Hospital Assesment. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dan melibatkan 435 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Sakit Universitas Indonesia telah mencapai tingkat budaya keselamatan terintegrasi yang baik, yaitu sebesar 81% (Level 5 – Progressive). Sebagian besar dimensi budaya keselamatan terintegrasi mencapai Level 5 – Progressive dan sebagian lainnya mencapai Level 4 – Proactive. Penelitian ini juga menemukan hubungan yang signifikan antara dimensi komunikasi efektif dan umpan balik insiden, prosedur dan tata kelola budaya keselamatan, lingkungan organisasi yang mendukung, pengembangan kapasitas (pelatihan) budaya keselamatan, kerja sama tim antar unit, dan maturitas manajemen resiko dengan status kepegawaian (tenaga kesehatan dan non-kesehatan). Namun, hubungan tersebut tidak signifikan pada dimensi komitmen manajemen, keterlibatan diri dalam budaya keselamatan, persepsi tentang budaya keselamatan, keterbukaan komunikasi dan pelaporan insiden, kerja sama tim dalam unit, dan pencegahan pen pengendalian infeksi (PPI) umum dengan status kepegawaian.

Hospitals are healthcare facilities that play a crucial role in supporting the implementation of national health efforts. As institutions with complex characteristics, hospitals need to build awareness of a safety culture to ensure protection and safety for all parties involved. This study aims to describe the integrated safety culture at Universitas Indonesia Hospital in 2024 using the Integrated Safety Culture in Hospital Assessment. The research method employed is quantitative with a cross-sectional approach, involving 435 respondents. The results showed that Universitas Indonesia Hospital has achieved a good level of integrated safety culture, reaching 81% (Level 5 – Progressive). Most dimensions of the integrated safety culture reached Level 5 – Progressive, while others achieved Level 4 – Proactive. This study also found a significant relationship between the dimensions of effective communication and incident feedback, safety culture procedures and governance, supportive organizational environment, safety culture capacity building (training), inter-unit teamwork, and risk management maturity with employment status (healthcare and non-healthcare staff). However, no significant relationship was found in the dimensions of management commitment, self-involvement in safety culture, perception of safety culture, openness of communication and incident reporting, intra-unit teamwork, and general infection prevention and control (IPC) with employment status.
Read More
S-11849
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive