Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Kartika Sari Wanodya; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Rico Kurniawan, Fresty Cahya Maulina
Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui secara spasial kejadian diare balita di wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019. Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat open source dari Dinas Kesehatan Jawa Barat dan BPS Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan analisis spasial. Persentase diare balita tertinggi berada di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan diikuti oleh Kabupaten Garut.
Read More
S-10859
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nadia Trisna Kaciribu; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Besral, Fresty Cahya Maulina
Abstrak:
Latar Belakang: Pengelolaan data rumah sakit menggunakan SIMRS menjadi hal yang penting dalam mewujudkan pelayanan rumah sakit dan pelaporan yang bermutu. Keberhasilan implementasi SIMRS memerlukan sinergi dari berbagai unsur yang terlibat, baik dari sumber daya manusia, teknologi dan organisasi. RSUP Persahabatan sejak tahun 2014 mengembangkan SIMRS sendiri yaitu PRIMA. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti menemukan fakta bahwa belum dilakukannya evaluasi PRIMA oleh pihak rumah sakit secara berkala. Tujuan: untuk mengetahui gambaran penggunaan SIMRS di RSUP Persahabatan serta mengetahui variabel yang masih dinilai kurang menggunakan metode HOT-Fit. Metode: menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan desain cross sectional (potong lintang) serta pendekatan survei. Objek penelitian ini adalah SIMRS di RSUP Persahabatan. Hasil: Variabel manusia (penggunaan sistem dan kepuasan pengguna) masih dikategorikan kurang. Variabel organisasi yaitu struktur organisasi dinilai masih kurang baik oleh responden, namun lingkungan organisasi (81,6%) sudah dikategorikan baik. Variabel teknologi (kualitas sistem dan kualitas informasi) masih dikategorikan kurang, namun pada faktor kualitas layanan (52,7%) sudah dikategorikan baik oleh responden pengguna aplikasi PRIMA. Kesimpulan: Aspek lingkungan organisasi dan kualitas layanan aplikasi PRIMA sudah baik, sedangkan aspek lainnya masih dinilai kurang oleh responden
Read More
S-10891
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fresty Cahya Maulina; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Tris Eryando, Martya Rahmanianti Makful, Retno Damarwati, Widya Anggareni
T-4940
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lukman Perdana Sofyan; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Fresty Cahya Maulina
Abstrak:
Read More
Pemerintah Indonesia menargetkan prevalensi stunting mencapai angka 14% pada periode akhir RPJMN di tahun 2024. Sejalan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Bogor dalam RPJMD 2018-2023 menargetkan pencapaian prevalensi stunting pada tahun 2023 mencapai 19,6%. Pemerintah Kota Bogor dalam RPJMD tahun 2019-2024 menetapkan target prevalensi stunting mencapai 9,9% pada tahun 2024. Dalam rangka pencapaian target penurunan stunting, kebijakan yang disusun perlu didukung dengan analisa data berbasis wilayah dengan metode analisis yang memperhitungkan konteks wilayah atau dikenal dengan analisis spasial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola persebaran stunting pada balita di tingkat kecamatan di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor selama periode 2020-2023, menyusun peta wilayah yang menjadi hotspot prevalensi stunting pada rentang tahun 2020-2023 serta faktor penyebabnya dan mengevaluasi apakah prioritas penanganan stunting di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor sudah sesuai dengan kondisi sebaran stunting. Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan unit analisis tingkat kecamatan menggunakan data sekunder profil kesehatan Kabupaten dan Kota Bogor tahun 2020-2023. Uji Indeks Moran’s I digunakan untuk mengidentifikasi autokorelasi spasial antar wilayah kecamatan. Analisis GTWR dilakukan untuk mengetahui model faktor risiko prevalensi stunting berdasrkan karakteristik wilayah. Pemetaan wilayah berisiko stunting dapat memberikan gambaran tingkat risiko prevalensi stunting dan faktor risikonya pada tingkat kecamatan. Terdapat tren penurunan signifikan dalam prevalensi stunting di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor dari tahun 2020 hingga 2023. Terdapat autokorelasi spasial yang signifikan secara global pada tahun 2022 dan 2023 (p-value < 0,05) dengan Kecamatan Dramaga konsisten sebagai hotspot. Model faktor determinan stunting melalui uji GTWR menghasilkan variabel yang berpengaruh adalah diare balita, BBLR, ANC K4, imunisasi lengkap balita, akses air bersih dan ketinggian wilayah dengan nilai AIC sebesar 85,182 dan nilai R2 sebesar 0,7105. Pemetaan yang dibuat dapat menyajikan gambaran sebaran risiko stunting dikaitkan dengan variabel utama asupan nutrisi, status kesehatan, layanan kesehatan dan lingkungan pemukiman dengan menampilkan tingkatan risiko pada setiap wilayah kecamatan. Data berbasis spasial yang dikemukakan dalam penelitian ini bisa dijadikan dasar pemerintah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah dengan tingkat stunting yang tinggi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran stunting di wilayahnya.
The Indonesian government targets stunting prevalence to reach 14% in the final period of the RPJMN in 2024. In line with this, the Bogor Regency Government in the 2018-2023 RPJMD targets achieving stunting prevalence in 2023 to reach 19.6%. The Bogor City Government in the 2019-2024 RPJMD has set a target for stunting prevalence to reach 9.9% by 2024. In order to achieve the stunting reduction target, the policies that have been prepared need to be supported by regional-based data analysis with analytical methods that take into account regional context or known as spatial analysis. . This study aims to analyze the distribution pattern of stunting among children under five at the sub-district level in Bogor Regency and Bogor City during the 2020-2023 period, compile a map of areas that are hotspots for stunting prevalence in the 2020-2023 period and the factors causing them and evaluate whether the priority for handling stunting in the Regency is Bogor and Bogor City are in accordance with the conditions for the distribution of stunting. This research is an ecological study with a sub-district level analysis unit using secondary data on the health profile of Bogor Regency and City for 2020-2023. The Moran's I Index test is used to identify spatial autocorrelation between sub-district areas. GTWR analysis was carried out to determine the risk factor model for stunting prevalence based on regional characteristics. Mapping areas at risk of stunting can provide an overview of the risk level of stunting prevalence and risk factors at the sub-district level. There is a significant decreasing trend in the prevalence of stunting in Bogor Regency and Bogor City from 2020 to 2023. There is significant spatial autocorrelation globally in 2022 and 2023 (p-value < 0.05) with Dramaga District consistently as a hotspot. The stunting determinant factor model using the GTWR test produces variables that influence toddler diarrhea, LBW, ANC K4, complete immunization for toddlers, access to clean water and regional altitude with an AIC value of 85.182 and an R2 value of 0.7105. The mapping created can provide an overview of the distribution of stunting risk associated with the main variables of nutritional intake, health status, health services and residential environment by displaying the level of risk in each sub-district area. The spatial-based data presented in this research can be used as a basis for the Bogor Regency and Bogor City governments to identify areas with high levels of stunting and identify factors that influence the spread of stunting in their areas.
T-7033
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Intansari; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Tris Eryando, Andy Darma, Popy Yuniar, Fresy Cahya Maulina
Abstrak:
Read More
Rekam medis merupakan kumpulan data yang berisi catatan klinis, data demografi dan riwayat pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pendokumentasian rekam medis harus dibuat selengkap dan seakurat mungkin guna untuk meningkatkan kualitas pencatatan medis yang menjadi bagian yang sangat penting dalam pengelolaan manajemen informasi kesehatan. Rekam medis lengkap dapat menjadi cerminan baik buruknya pelayanan pelayanan serta rekam medis merupakan sumber utama untuk bahan pengambilan keputusan rencana pengobatan, bahan pelaporan dan riset, dan dokumen penting dalam proses pembiayaan klaim JKN. Monitoring dan evaluasi kelengkapan pengisian secara berkala dan terintegrasi diperlukan sebagai intervensi dalam peningkatan kualitas pencatatan rekam medis. Penelitian ini bertujuan untuk merancang prototype sistem informasi yang berguna bagi fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan monitoring dan evaluasi kelengkapan rekam medis. Pengembangan sistem informasi mengadopsi model System Development Life Cycle (SDLC) yang menghasilkan data kebutuhan sistem, analisis kelayakan bahwa sistem ini dapat dikembangkan melalui pendekatan feasibity study, menghasil desain logis untuk arsitektur databaes dan prototype aplikasi berbasis web. Hasil evaluasi penerimaan pengguna pada kelompok uji coba dengan mengadopsi Technology Acceptance Model (TAM) menyatakan bahwa 80% responden menyatakan sangat setuju bahwa sistem informasi mudah digunakan, 83% menyatakan sangat setuju bahwa sistem memiliki manfaat untuk menunjang kinerja dan hasil penilaian sikap penggguna 83% responden menyatakan sangat setuju untuk menggunakan sistem informasi. Saran peneliti kepada pemangku kebijakan di rumah sakit agar dapat diimplementasikan sistem informasi yang telah dikembangkan yang berguna sebagai alat bantu dalam kegiatan monitoring dan evaluasi untuk peningkatan kelengkapan dan kualitas pengisian rekam medis di institusi pelayanan kesehatan.
Medical records are a collection of data containing clinical notes, demographic data, and the treatment history provided to patients. Documentation of medical records must be made as complete and accurate as possible to improve the quality of medical record-keeping, which is a very important part of health information management. Complete medical records can reflect the quality of services provided and are the main source for decision-making in treatment planning, reporting, research, and important documents in the JKN claim financing process. Periodic and integrated monitoring and evaluation of the completeness of medical record entries are necessary interventions to improve the quality of medical record-keeping. This research aims to design a prototype information system useful for healthcare facilities to monitor and evaluate the completeness of medical records. The development of the information system adopts the System Development Life Cycle (SDLC) model, resulting in system requirements data, feasibility analysis that this system can be developed through a feasibility study approach, and producing logical designs for database architecture and web-based application prototypes. User acceptance evaluation results in the test group, adopting the Technology Acceptance Model (TAM), indicate that 80% of respondents strongly agree that the information system is easy to use, 83% strongly agree that the system is beneficial in supporting performance, and 83% of respondents strongly agree to use the information system. The researchers suggest that policymakers in hospitals implement the developed information system as a tool in monitoring and evaluation activities to improve the completeness and quality of medical record entries in healthcare institutions.
T-6935
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rani Delfiyanti; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Intan Widayati dan Fresty Cahya Maulina
Abstrak:
Read More
Salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) ialah menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Dengan target pada tahun 2030, menurunkan rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 1000 kelahiran hidup serta menurunkan angka kematian neonatal setidaknya 12 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 16,85%, sebagian besar disebabkan oleh BBLR. BBLR merupakan prediktor kesehatan masyarakat yang penting karena BBLR tidak hanya akan meningkatkan risiko kematian dan penyakit setelah lahir, tetapi juga dapat meningkatkan risiko mengalami penyakit tidak menular selama hidupnya. Sehingga diperlukan langkah yang tepat untuk menurunkan angka kelahiran BBLR, mengingat dampak-dampak buruk yang dihasilkan jangka panjang. Salah satu metode yang digunakan dalam manajemen penyakit berbasis wilayah ialah analisis spasial. Analisis spasial perlu dilakukan untuk menjadi decision support system dalam melakukan intervensi yang tepat berbasis wilayah dan masalah (specific area intervention model). Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi ekologi dengan pendekatan spasial dengan tujuan untuk mendapatkan persebaran BBLR, untuk mendapatkan determinan yang paling berpengaruh terhadap BBLR, serta mendapatkan prioritas intervensi terkait penanganan BBLR di wilayah kabupaten/kota Provinsi Banten dan Jawa Barat. Data yang digunakan ialah data sekunder yang diperoleh dari publikasi dari Dinas Kesehatan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten dan Jawa Barat tahun 2020-2022, serta peta wilayah Provinsi Banten dan Jawa Barat dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Adapun unit analisis yang digunakan ialah kabupaten/kota. Analisis data dilakukan dengan aplikasi SPSS untuk analisis data secara statistik, aplikasi GeoDa untuk melihat sebaran dan area hotspot kasus BBLR, aplikasi R untuk melakukan uji GTWR dan aplikasi Quantum GIS (QGIS) menginterpretasikan hasil analisis ke dalam visualisasi dalam bentuk peta. Diperoleh hasil bahwa kasus BBLR di Provinsi Banten dan Jawa Barat tersebar secara clustered atau mengelompok, dengan wilayah hotspot BBLR tiap tahunnya ialah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Tasikmalaya. Tiap wilayah memiliki determinan yang berpengaruh berbeda-beda, dan secara keseluruhan terdapat enam variabel determinan yang berpengaruh secara spasial terhadap kejadian BBLR, yakni kunjungan antenatal (K4), linakes, tingkat kemiskinan, sanitasi, paritas, dan ketinggian wilayah. Intervensi yang menjadi prioritas terhadap ketiga wilayah hotspot tersebut ialah terhadap determinan paritas.
One of the goals of the Sustainable Development Goals (SDGs) is ensuring healthy lives and promoting well-being at all ages. The target of 2030, reducing the maternal mortality rate to less than 70 per 1000 live births and reducing the neonatal mortality rate to at least 12 per 1000 live births. The neonatal mortality rate in Indonesia is 16.85%, mostly caused by low birth weight (LBW). LBW is an important predictor of public health because it is not only increasing the risk of death and disease after birth, but can also increase the risk of experiencing non-communicable diseases during life. So, the appropriate steps are needed to reduce the LBW birth rate, considering the long-term negative impacts. One of the methods used in spatial disease management is spatial analysis. Spatial analysis needs to be carried out to become a decision support system in carrying out appropriate interventions based on areas and problems (specific model intervention areas). This research using an ecological study design with a spatial approach with the aim of getting the distribution of LBW, to get the determinants that most influence LBW, as well as getting priority interventions related to handling LBW in the districts/cities of Banten and West Java Provinces. Secondary data analysis was conducted using the publications from the Dinas Kesehatan Provinsi and Badan Pusat Statistik (BPS) of Banten and West Java Provinces for 2020-2022, and regional maps of Banten and West Java Provinces from the Badan Informasi Geospasial (BIG). The unit of analysis used is the district/city. Data analysis was carried out using the SPSS application to analyze the data statistically, the GeoDa application to see the distribution and hotspot areas of LBW cases, the R application to carry out the GTWR test and the Quantum GIS (QGIS) application to interpret the analysis results into visualizations in map form. The results obtained were that LBW cases in Banten and West Java Provinces were distributed in clusters, with the LBW hotspot areas each year being Ciamis Regency, Majalengka Regency and Tasikmalaya Regency. Each region has different influencing determinants, and overall there are six determinant variables that spatially influence the incidence of LBW, namely antenatal visits (K4), health care, poverty level, sanitation, parity and regional altitude. The priority intervention for the three hotspot areas is the determinants of parity.
T-7038
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
