Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Shafira Raudhati Putri; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ema Hermawati, Sukanda
Abstrak:
Kondisi sanitasi dasar yang buruk akan meningkatkan risiko terjangkit penyakit menular seperti diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh diare terutama oleh bayi dan balita Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kondisi sanitasi dasar dan air minum dengan kejadian diare di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke 6 variabel kondisi santasi dasar (sumber air bersih, kepemilikan jamban, kondisi jamban, sarana pengelolaan air limbah, ketersediaan tempat sampah, pengelolaan sampah) dan 2 variabel air minum (pengolahan dan kualitas air minum) tidak ada yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare dengan p-value > 0,05. Dari hasil uji regresi logistik dapat dilihat bahwa variabel kondisi jamban yang buruk merupakan variabel yang dominan terhadap kejadian diare karena memiliki nilai OR = 0,315 dan p-value 0,122 yang lebih tinggi dari variabel lainnya. Langkah yang perlu dilakukan diantaranya adalah dengan mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat Desa Sedari terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat dan memberikan edukasi terkait kondisi sanitasi yang baik agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Sedari agar memperbaiki kondisi sanitasi yang sudah tidak layak. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel penelitian dan melakukan uji laboratorium terhadap kualitas air dan tanah oleh masyarakat Desa Sedari.
Kata Kunci: Air Minum, Diare, Sanitasi Dasar
Poor sanitary conditions will increase the risk of contracting infectious diseases such as diarrhea. Diarrhea is one of the most common health problems in Indonesia. This is due to the high rate of morbidity and mortality caused by diarrhea, especially by infants and toddlers. This study is a cross-sectional study with the occurrence of diarrhea in Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, West Java.
The results show that the basic condition of variables (clean water sources, latrine ownership, latrine conditions, wastewater management facilities, garbage availability, waste management) and 2 variables of drinking water (processing and drinking water quality) none have significant relationship with diarrhea occurrence with p-value> 0,05. From the regression test result it can be accepted that the poor condition of latrine condition is the dominant variable to the occurrence of diarrhea because it has the value OR = 0.315 and p-value 0.122 which is higher than the other variables. Steps that need to be done is to hold socialization to the community. disposing of garbage in any place and providing education related to good condition in order to improve health in Desa Sedari to improve sanitation condition which is not feasible For further research to improve the variable and conduct analysis on air and land quality by the people of Desa Sedari.
Key words: Drinking Water, Diarrhea, Basic Sanitation
Read More
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke 6 variabel kondisi santasi dasar (sumber air bersih, kepemilikan jamban, kondisi jamban, sarana pengelolaan air limbah, ketersediaan tempat sampah, pengelolaan sampah) dan 2 variabel air minum (pengolahan dan kualitas air minum) tidak ada yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare dengan p-value > 0,05. Dari hasil uji regresi logistik dapat dilihat bahwa variabel kondisi jamban yang buruk merupakan variabel yang dominan terhadap kejadian diare karena memiliki nilai OR = 0,315 dan p-value 0,122 yang lebih tinggi dari variabel lainnya. Langkah yang perlu dilakukan diantaranya adalah dengan mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat Desa Sedari terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat dan memberikan edukasi terkait kondisi sanitasi yang baik agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Sedari agar memperbaiki kondisi sanitasi yang sudah tidak layak. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel penelitian dan melakukan uji laboratorium terhadap kualitas air dan tanah oleh masyarakat Desa Sedari.
Kata Kunci: Air Minum, Diare, Sanitasi Dasar
Poor sanitary conditions will increase the risk of contracting infectious diseases such as diarrhea. Diarrhea is one of the most common health problems in Indonesia. This is due to the high rate of morbidity and mortality caused by diarrhea, especially by infants and toddlers. This study is a cross-sectional study with the occurrence of diarrhea in Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, West Java.
The results show that the basic condition of variables (clean water sources, latrine ownership, latrine conditions, wastewater management facilities, garbage availability, waste management) and 2 variables of drinking water (processing and drinking water quality) none have significant relationship with diarrhea occurrence with p-value> 0,05. From the regression test result it can be accepted that the poor condition of latrine condition is the dominant variable to the occurrence of diarrhea because it has the value OR = 0.315 and p-value 0.122 which is higher than the other variables. Steps that need to be done is to hold socialization to the community. disposing of garbage in any place and providing education related to good condition in order to improve health in Desa Sedari to improve sanitation condition which is not feasible For further research to improve the variable and conduct analysis on air and land quality by the people of Desa Sedari.
Key words: Drinking Water, Diarrhea, Basic Sanitation
S-9815
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ajeng Sewelas Ekapermatasari; Pembimbing: Ririn Arminsih; Penguji: Budi Haryanto, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sumber air minum dengan kejadian diare pada balita di Banten menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 467 balita. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan chi-square. Prevalensi diare pada balita sebesar 10,7%.
Read More
S-10544
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dinda Diah Karasita; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan di Kabupaten Mamuju pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dan data sekunder Riskesdas 2018. Sampel penelitian ini adalah seluruh balita usia 0-59 bulan di Kabupaten Mamuju yang terpilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada balita usia 0-59 bulan sebesar 43,4%. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yangbermakna antara variabel independen dan dependen.
Read More
S-10550
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ali Wahyudi; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji: Budi Hatono, Nunuk Agustina
Abstrak:
Penggunaan water dispenser, konsumsi air minum kemasan dan depot meningkat.Dalam survey 10 rumah tangga terdapat 20% menuangkan galon tanpa sterilisasi alkohol. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan sumber, perlakuan galon danwater dispenser dengan kontaminasi bakteri E. coli. Desainnya adalah crosssectional, besar sampel 106 dan diambil berdasarkan administrasi RW serta analisis data uji chi square. Variabel berpengaruh terhadap kontaminasi bakteri E.coli dalam air minum adalah sumber (p =0,009, OR=3,5, 95% CI =1,38-8,88); membersihkan galon pakai lap kering bersih atau tissue (p=0,000, OR=9,241,95%CI=3,290-25,953); sterilisasi galon (p=0,000, OR=24,182, 95%CI=2,821-207,255); membersihkan outlet (p=0,034, OR=tak terhingga). Hasil penelitian menyarankan gunakanlah sumber air minum kemasan, bersihkan galon memakai lap kering bersih/tissue, sterilisasi galon dengan tissue alkohol, membersihkan outlet paling lama satu bulan sekali.Kata kunci : E. coli, air minum, water dispenser
Use water dispenser, bottled water consumption and increased depot. In thesurvey 10% of households are pouring 20 gallons of alcohol without sterilization.The study aims to find out the source of the relationship, and the treatment gallonwater dispenser with E. coli bacteria contamination. The design was cross-sectional, a large sample of 106 taken by the administration and RW as well asdata analysis chi square test. Variable effect on E. coli bacteria contamination indrinking water is the source (p = 0.009, OR = 3.5, 95% CI = 1.38 to 8.88); gallondisposable cleaning cloth or a clean dry tissue (p = 0.000, OR = 9.241, 95% CI =3.290 to 25.953); sterilization gallons (p = 0.000, OR = 24.182, 95% CI = 2.821to 207.255); clean the water dispenser outlet (p = 0.034, OR = infinity). Theresults of the study suggest the source of bottled water use, clean gallon wearingclean dry cloth / tissue, tissue sterilization gallon with alcohol, clean the outletonce a month at the latest.Keywords: E. coli, drinking water, water dispenser
Read More
Use water dispenser, bottled water consumption and increased depot. In thesurvey 10% of households are pouring 20 gallons of alcohol without sterilization.The study aims to find out the source of the relationship, and the treatment gallonwater dispenser with E. coli bacteria contamination. The design was cross-sectional, a large sample of 106 taken by the administration and RW as well asdata analysis chi square test. Variable effect on E. coli bacteria contamination indrinking water is the source (p = 0.009, OR = 3.5, 95% CI = 1.38 to 8.88); gallondisposable cleaning cloth or a clean dry tissue (p = 0.000, OR = 9.241, 95% CI =3.290 to 25.953); sterilization gallons (p = 0.000, OR = 24.182, 95% CI = 2.821to 207.255); clean the water dispenser outlet (p = 0.034, OR = infinity). Theresults of the study suggest the source of bottled water use, clean gallon wearingclean dry cloth / tissue, tissue sterilization gallon with alcohol, clean the outletonce a month at the latest.Keywords: E. coli, drinking water, water dispenser
S-8288
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hafshah Farah Fadhilah; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Tiara Luthfie
Abstrak:
Read More
Penyakit diare menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, diare juga menjadi penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian. Banten merupakan sala satu provinsi dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sedangkan daerah Kabupaten / Kota di Provinsi Banten dengan kasus diare tertinggi untuk semua umur pada tahun 2019 adalah Kabupaten Lebak dengan total 50.270 kasus. Kelompok umur dengan jumlah kasus diare terbanyak adalah usia balita dengan total lebih dari 14.000 kasus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian diare terhadap karakteristikanak balita dan orang tua, personal hygine, dan sanitasi lingkungan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 209 anak balita usia 24-59 bulan. Dengan variabel dependen yaitu kejadian diare dan variabel independen yaitu usia anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan jajan, Kebiasaan Pemakaian Alas Kaki saat bermain di luar rumah, kebersihan kuku, dan kebiasaan BABS, sumber air minum, penyimpanan air bersih setelah dimasak, dan kepemilikan jamban. Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara usia anak ( p- value = 0,001; OR = 2,990), pendidikan ibu dengan ( p- value = 0,027; OR = 0,404), kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air mengalir ( p- value = 0,001; OR = 0,335), dan sumber air minum ( p- value = 0,005; OR = 0,329) dengan kejadian diare pada balita usia 24-59 bulan di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tahun 2020.
Diarrhea is a major problem in developing countries including Indonesia, diarrhea is also a major cause of malnutrition that can lead to death. Banten is one of the provinces with a high incidence of diarrhea. While the Regency / City area in Banten Province with the highest diarrhea cases for all ages in 2019 was Lebak Regency with a total of 50,270 cases. The age group with the highest number of cases of diarrhea is under five with a total of more than 14,000 cases. This study aims to determine the relationship between the incidence of diarrhea on the characteristics of children under five and their parents, personal hygiene, and environmental sanitation. This study used secondary data with a cross-sectional design with a total sample of 209 children under five aged 24-59 months. The dependent variable is the incidence of diarrhea and the independent variables are the age of the child, the sex of the child, the mother's education, the mother's occupation, family income, hand washing habits, snack habits, the habit of using footwear when playing outside the house, nail hygiene, and defecation habits. sources of drinking water, storage of clean water after cooking, and ownership of latrines. The results of the bivariate analysis in this study showed that there was a relationship between the child's age (p-value = 0.001; OR = 2.990), mother's education (p-value = 0.027; OR = 0.404), the mother's habit of washing hands with running water (p- value = 0.001; OR = 0.335), and drinking water sources (p-value = 0.005; OR = 0.329) with the incidence of diarrhea in toddlers aged 24-59 months in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency, Banten Province in 2020
S-11157
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Melia Roza; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Adang Bachtiar, Ascobat Gani, Desra Elena, Delri Soni
Abstrak:
Read More
Kota Pariaman merupakan kota tertinggi yang menggunakan sumber air minum dari Depot Air Minum (DAM) yaitu sebesar 56,1% untuk mengatur keberadaan DAM di kota Pariaman pemerintah Kota Pariaman menerbitkan Peraturan Daerah Kota Pariaman No 9 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha Depot Air Minum dengan tujuan sebagai upaya pembinaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap usaha depot air minum dan memberikan perlindungan kepada masyarakat/konsumen pengguna Depot Air Minum dari resiko penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat. Akan tetapi pemilik Depot banyak yang tidak melaksanakan Perda, tahun 2021 terdapat 69 DAM di Kota Pariaman yang memiliki izin usaha hanya 15 depot (21,7%). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implementasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Pariaman No.9 tahun 2015 tentang Izin Usaha Depot Air Minum. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD) kepada informan serta telaah dokumen dengan framework Edward III meliputi variabel komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Informan penelitian yaitu perwakilan dari perangkat daerah yang tergabung dalam Tim Pengawas Perda dan pelaku usaha/pemilik depot air minum. Penelitian dilakukan bulan Juni hingga Juli 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan belum berjalan karena, komunikasi yang dilakukan belum optimal. Sumber daya dan fasilitas yang tersedia cukup memadai, untuk sub variabel anggaran belum berjalan dengan baik. Koordinasi belum berjalan dengan, sanksi yang dituangkan dalam Perda juga belum terealisasi dengan optimal. Disposisi terkait dengan komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan belum terlaksana. Kesimpulannya implementasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Pariaman No.9 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Depot Air Minum belum berjalan dengan optimal dengan masih adanya kendala pada variabel komunikasi, variabel sumber daya pada sub variabel sumber daya manusia dan anggaran, struktur birokrasi pada sub variabel koordinasi dan sanksi, serta pada variabel disposisi. Dengan demikian pelaksanaan Perda masih perlu ditingkatkan dengan melaksanakan kegiatan secara koordinatif antar Tim Pengawas Perda. Sosialisasi rutin tentang Perda kepada pemilik depot dan masyarakat 2 kali dalam setahun. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Perda, dan membuat peraturan turunan terkait Pengawasan depot air minum, agar depot dapat melaksanakan pemeriksaan rutin sesuai dengan yang tertuang di dalam Perda dan memudahkan Dinas Kesehatan melakukan pengawasan.
Pariaman City is the highest city that uses drinking water sources from Drinking Water Depots (DAM), which is 56.1% to regulate the presence of DAM in Pariaman City. as an effort to develop, supervise, and evaluate the drinking water depot business and provide protection to the public/consumers who use the DAM from the risk of disease due to consuming unqualified air. However, many Depot owners do not implement the Perda, in 2021 there are 69 DAMs in Kota Pariaman that have business permits only 15 depots (21.7%). The purpose of this study was to analyze the implementation of the Pariaman City Regional Regulation No. 9 of 2015 concerning the Drinking Water Depot Business Permit. The type of this research is qualitative. Data were collected through in-depth interviews and focus group discussions (FGD) with some informants and also reviewing the documents with the Edward III framework covering the variables of communication, resources, disposition, and bureaucratic structure. Research informants are representatives from regional apparatus who are members of the regional regulatiors driving team and business actors/drink water depot owners. This research was conducted from June to July 2022. The results showed that the implementation of the policy had not yet been well implemented because the communication was not optimal. The available resources and facilities are quite adequate, for the sub-variables of budgeting have not been running well. While the coordination has not been going well, accompanied by the sanctions in the Regional Regulation have also not been fully realized. The disposition related to the government's commitment the implementing of policy has not been implemented. In conclusion, the implementation of the Pariaman City Regional Regulation No. 9 of 2015 concerning Drinking Water Depot Business Permits has not run optimally with still constraints on the human resources and budgeting sub-variables, the bureaucratic structure on the coordination and sanctions sub-variables, as well as on the disposition variable. Thus, the implementation of regional regulations still needs to be improved by carrying out coordinating activities between the regional regulation driving teams. Routinely socialization of local regulations to depot owners and the public for 2 times a year. Whereas monitoring and evaluating the implementation of the Regional Regulation, and making derivatives related to the supervision of drinking water depots, so that the depots can carry out routinely inspections in accordance with those contained in the Regional Regulations and make it easier for the public health officer to controlling as a supervisor.
T-6581
Depok : FKM UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dilivia Nur Baiduri; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Dewi Susanna, Chandra Rudi Parulian Situmorang
Abstrak:
Read More
Akses terhadap air seharusnya dijamin bagi setiap individu, namun penyediaan akses air minum layak yang mencakup semua lapisan masyarakat merupakan salah satu isu yang paling kompleks untuk diselesaikan. Kebutuhan akan air minum di DKI Jakarta yang terus meningkat dikarenakan pertumbuhan penduduk tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya air perpipaan yang memadai sebagai akses air minum layak sehingga menyebabkan terbatasnya akses air minum layak di Kampung Muka, Jakarta Utara. Desain studi penelitian adalah deskriptif dan cross-sectional dengan jumlah responden sebanyak 91 penduduk yang mewakili populasi penduduk Kampung Muka. Hasil analisis univariat akses air minum pada penduduk Kampung Muka sebagian besar masih tidak layak (72,5%), berbeda dengan capaian akses air minum layak di DKI Jakarta secara umum menurut Badan Pusat Statistik tahun 2024 (99,96%). Rata-rata kebutuhan air penduduk Kampung Muka telah memenuhi standar, yaitu sebesar 208 liter/orang/hari. Analisis bivariat menunjukkan bahwa usia (p=0,004) dan pengeluaran (p=0,000) memiliki hubungan signifikan terhadap akses air minum. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel usia (p=0,022; 95% CI: 0,097–0,834) dan pengeluaran (p=0,001; 95% CI: 0,049–0,472) berpengaruh secara simultan terhadap akses air minum pada penduduk Kampung Muka Jakarta Utara tahun 2025.
Access to water should be guaranteed for every individual; however, providing safe drinking water access that reaches all levels of society remains one of the most complex issues to address. In DKI Jakarta, the increasing demand for drinking water due to population growth is not matched by the availability of adequate piped water resources as a source of safe drinking water, leading to limited access to safe drinking water in Kampung Muka, DKI Jakarta. This study employed a descriptive cross-sectional design with 91 respondents representing the residents of Kampung Muka. Univariate analysis showed that most residents in Kampung Muka still lack access to safe drinking water (72.5%), which contrasts with the overall safe drinking water access coverage in DKI Jakarta reported by BPS in 2024 (99.96%). Meanwhile, the average water consumption for domestic purposes met the standard, reaching 208 liters per person per day. Bivariate analysis indicated that age (p=0.004; OR=0.237; 95% CI: 0.087–0.648) and expenditure (p=0.000; OR=0.134; 95% CI: 0.044–0.403) were significantly associated with drinking water access. Multivariate analysis confirmed that age (p=0.022; 95% CI: 0.097–0.834) and expenditure (p=0.001; 95% CI: 0.049–0.472) simultaneously influenced access to drinking water among the residents of Kampung Muka, North Jakarta, in 2025.
Access to water should be guaranteed for every individual; however, providing safe drinking water access that reaches all levels of society remains one of the most complex issues to address. In DKI Jakarta, the increasing demand for drinking water due to population growth is not matched by the availability of adequate piped water resources as a source of safe drinking water, leading to limited access to safe drinking water in Kampung Muka, DKI Jakarta. This study employed a descriptive cross-sectional design with 91 respondents representing the residents of Kampung Muka. Univariate analysis showed that most residents in Kampung Muka still lack access to safe drinking water (72.5%), which contrasts with the overall safe drinking water access coverage in DKI Jakarta reported by BPS in 2024 (99.96%). Meanwhile, the average water consumption for domestic purposes met the standard, reaching 208 liters per person per day. Bivariate analysis indicated that age (p=0.004; OR=0.237; 95% CI: 0.087–0.648) and expenditure (p=0.000; OR=0.134; 95% CI: 0.044–0.403) were significantly associated with drinking water access. Multivariate analysis confirmed that age (p=0.022; 95% CI: 0.097–0.834) and expenditure (p=0.001; 95% CI: 0.049–0.472) simultaneously influenced access to drinking water among the residents of Kampung Muka, North Jakarta, in 2025.
S-12119
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Adelia Suryani; Pembimbing: Agustin Kusumayati; Penguji: Budi Hartono, Umar Fahmi Achmadi, Harnita
Abstrak:
Read More
Air minum merupakan kebutuhan esensial yang harus dipenuhi setiap harinya. Air minum yang terkontaminasi oleh bakteri patogen akan memberikan gangguan kesehatan bagi individu yang meminumnya. Kota Jambi merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Jambi. Sumber air minum terbanyak yang digunakan adalah air minum isi ulang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas bakteriologis air minum isi ulang, gambaran proses produksinya dilihat dari upaya pengamanan, penyehatan dan higiene sanitasi serta melihat hubungan dan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas bakteriologis air minum isi ulang di Kota Jambi. Desain yang digunakan adalah potonng lintang dan dilakukan di Kota Jambi pada Januari – Februari 2023. Hasil menunjukkan 9,4% sampel belum memenuhi kualitas bakteriologis dan beberapa aspek yang belum terpenuhi pada upaya pengamanan adalah pemeriksaan air baku (56,3%), frekuensi penggantian sikat pencuci (50%) dan durasi pembilasan (66,7%). Pada upaya penyehatan ialah masa pakai media tabung filter (53,1%), tidak ada sistem pengurutan mikrofilter (52,1%) dan masa pakai lampu UV (58,3%). Sedangkan pada upaya higiene sanitasi ialah penggunaan pakaian khsus kerja (58,3%), tidak memiliki tempat sampah tertutup (83,3%) dan tidak memiliki tempat mencuci tangan disertai dengan sabun (55,2%). Variabel yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis ialah upaya penyehatan (OR = 11,72; 95% CI; 2,25 – 60,98) dan higiene sanitasi air minum (OR = 10,34; 95% CI; 1,99 – 53,53). Variabel dominan berurutan ialah upaya penyehatan air minum (OR = 8,11; 95% CI: 0,76 – 86,02), higiene sanitasi (OR = 5,74; 95% CI: 0,99 – 33,31), dan upaya pengamanan (OR = 2,67; 95% CI: 0,53 – 13,33).
Drinking water is an essential need that must be fulfilled every day. Drinking contaminated water with pathogenic bacteria will cause health problems for individuals who drink it. Jambi City is the area with the largest population in Jambi Province. The most used source of drinking water is refilled drinking water.This research was conducted to give an overview of bacteriology quality of refilled drinking water, an overview of the treatment process in terms of security, health and sanitation efforts and to look at the relationship and dominant factors that influence the bacteriology quality of refilled drinking water in Jambi City. The design used is cross-sectional and carried out in Jambi City from January to February 2023. The results show that 9.4% of the samples did not meet bacteriology quality and several aspects that have not been fulfilled in the security efforts are the frequency of raw water inspection (56.3%), the replacement frequency of washing brush (50%) and rinsing duration ( 66.7%). The health efforts are the expired date of the filter tube media (53.1%), no microfilter sorting system (52.1%) and the expired date of the UV lamp (58.3%). Whereas in sanitation and hygiene efforts are the use working uniform (58.3%), not having closed trash bins (83.3%) and not having a place to wash hands properly accompanied with soap (55.2%). Variables related to bacteriology quality were sanitation efforts (OR = 11.72; 95% CI; 2.25 – 60.98) and sanitation hygiene efforts (OR = 10.34; 95% CI; 1.99 – 53, 53). The dominant variable respectively are health efforts (OR = 8.11; 95% CI: 0.76 – 86.02), sanitation and hygiene effort (OR = 5,74; 95% CI: 0,99 – 33,31) and security effort (OR = 2,67; 95% CI: 0,53 – 13,33).
T-6633
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lia Arsyina; Pembimbing: Bambang Wispriyono, Ririn Arminsih; Penguji: Ema Hermawati, Dian Novianti, Sukanda
Abstrak:
Tesis ini membahas hubungan antara faktor higiene dan sanitasi yakni sarana pembuangan tinja, penyaluran tinja, sumber air bersih, kondisi sumber air bersih, sumber air minum, tempat penyimpanan air minum, tempat sampah di dapur, dan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan kandungan bakteri Escherichia coli (E.coli) dalam air minum rumah tangga yang ada di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melakukan analisis data sekunder yang berasal dari hasil penelitian Survei Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Masyarakat Kota Depok Tahun 2019 milik PKKLI FKM UI. Hasil penelitian yakni ada hubungan yang signifikan antara tempat penyimpanan air minum (OR=2,60; CI 95%: 1,18-5,71) dan perilaku CTPS (OR=1,65; CI 95%: 1,04-2,62) dengan kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga. Faktor dominan yang mempengaruhi kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga adalah tempat penyimpanan air minum. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, disarankan bagi masyarakat untuk menggunakan tempat penyimpana air minum yang tertutup dan dijaga kebersihannya. Terkait perilaku CTPS, disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Depok melalui puskesmas setempat untuk lebih menggalakkan kampanye CTPS terutama di sekolah-sekolah agar dapat membentuk sebuah kebiasaan CTPS sejak dini.
Read More
T-5789
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Eka Triana; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Dewi Susanna, Ely Setyawati, Edy Purwanto
Abstrak:
Pelaksanaan terkait inspeksi kesehatan lingkungan sarana air minum merupakan kegiatan pengawasan yang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi. Kurangnya data dan informasi yang didapatkan, mempengaruhi belum tercapainya cakupan akses air minum layak. Adapun evaluasi terkait dengan pelaksanaan inspeksi kesehatan lingkungan sarana air minum bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaannya ditingkat Puskesmas Kabupaten Seluma dan Kota Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh puskesmas di Kabupaten Seluma dan Kota Bengkulu yakni sebanyak 42 puskesmas. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 puskesmas (sampel minimal) yang dipilih secara acak sederhana atau simple random sampling (SRS) di Kabupaten Seluma dan Kota Bengkulu. Analisis data menggunakan analisis statistik dan uji kurva ROC. Komponen yang di teliti diperoleh hasil bahwa struktur manajemen surveilans pelaksanaan inspeksi kesehatan lingkungan yaitu legal aspek dan pelaksanaan surveilans masih kurang baik. Adapun fungsi dasar pelaksanaan inspeksi kesehatan lingkungan yaitu konfirmasi dan interprestasi masih kurang baik. Selain itu, fungsi pendukung pelaksanaan inspeksi kesehatan lingkungan diantaranya pedoman, pelatihan, sistem komunikasi, sarana dan prasarana kurang baik. Sedangkan pada mutu surveilans pelaksanaan inspeksi kesehatan lingkungan yang terdiri dari kualitas data, kesederhanaan, juga masih kurang baik. Berdasarkan uji sensitivitas-spesifisitas diantara tingkat risiko inspeksi kesehatan lingkungan pada sarana air minum terhadap kejadian diare tidak menunjukan hasil yang signifikan. Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan dan kerjasama dari semua pihak terkait, baik pemerintah pusat dan daerah, dinas kesehatan maupun puskesmas untuk mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan di bidang kesehatan lingkungan menjadi lebih baik.
Implementation of environmental health inspection of drinking water is a surveillance activity conducted to obtain data and information. Lack of data and information obtained, affecting the unprecedented coverage of drinking water access. The evaluation is related to the implementation of environmental health inspection of drinking water aims to know the description of the implementation of primary healthcare in Seluma and Bengkulu. This type of research is descriptive research using the Cross Sectional design. The population in this study is the entire primary healthcare in Seluma and Bengkulu in the city of 42 primary healthcare. The samples in this study were 30 primary healthcare (minimal sample) which were chosen at random simple or simple random sampling (SRS) in Seluma District and Bengkulu City. Analyze data using statistical analysis and ROC curve testing. Components that are carefully obtained the results that the management structure of the implementation of environmental health inspection is legal aspects and implementation of surveillance is still lacking good. The basic function of environmental health inspection is that confirmation and inner achievement is still less good. Besides, the function of supporting the implementation of environmental health inspection includes guidelines, training, communication systems, facilities, and infrastructure is not good. While in the quality surveillance of the implementation of Environmental health inspection consisting of data quality, simplicity is also still less good. Based on the sensitivity – specificity test among the risk level of environmental health inspection in drinking water to the incidence of diarrhea does not show significant results. results of the evaluation of the implementation of environmental health inspection of drinking water facilities there are 12 variables that are not good Therefore, the support and cooperation of all stakeholders, both central and local governments, public health agencies, and primary healthcare to achieve the objectives of environmental health inspection activities in the field of environmental health is better.
Read More
Implementation of environmental health inspection of drinking water is a surveillance activity conducted to obtain data and information. Lack of data and information obtained, affecting the unprecedented coverage of drinking water access. The evaluation is related to the implementation of environmental health inspection of drinking water aims to know the description of the implementation of primary healthcare in Seluma and Bengkulu. This type of research is descriptive research using the Cross Sectional design. The population in this study is the entire primary healthcare in Seluma and Bengkulu in the city of 42 primary healthcare. The samples in this study were 30 primary healthcare (minimal sample) which were chosen at random simple or simple random sampling (SRS) in Seluma District and Bengkulu City. Analyze data using statistical analysis and ROC curve testing. Components that are carefully obtained the results that the management structure of the implementation of environmental health inspection is legal aspects and implementation of surveillance is still lacking good. The basic function of environmental health inspection is that confirmation and inner achievement is still less good. Besides, the function of supporting the implementation of environmental health inspection includes guidelines, training, communication systems, facilities, and infrastructure is not good. While in the quality surveillance of the implementation of Environmental health inspection consisting of data quality, simplicity is also still less good. Based on the sensitivity – specificity test among the risk level of environmental health inspection in drinking water to the incidence of diarrhea does not show significant results. results of the evaluation of the implementation of environmental health inspection of drinking water facilities there are 12 variables that are not good Therefore, the support and cooperation of all stakeholders, both central and local governments, public health agencies, and primary healthcare to achieve the objectives of environmental health inspection activities in the field of environmental health is better.
T-5867
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
