Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Anindita Santoso; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Penguji: Pujiyanto, Atik Nurwahyuni, Ari Purwohandoyo, Slamet Tjahjono
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui posisi biaya satuan rumah sakit untuk tindakan sectio caesarea agar pihak manajemen dapat melakukan berbagai upaya efisiensi kedepan untuk menutup kesenjangan antara tarif Rumah Sakit dengan tarif INA CBGs. Dengan metode kualitatif yang mengolah data sekunder pasien BPJS Kesehatan melalui telaah dokumen dan wawancara mendalam serta menggunakan pendekatan Activity Based Costing, analisis biaya dilakukan pada 161 tindakan sectio caesarea dengan komposisi 53 pasien kelas 1, 69 pasien kelas 2 dan 39 pasien kelas 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Biaya Total Tindakan sectio caesarea sebesar Rp 1.400.670.750,- dimana biaya satuan untuk tindakan sectio caesarea kelas 1 yaitu sebesar Rp 8.803.752,- dengan kesenjangan sebesar Rp 1.873.631,- dengan tarif INA CBGs, untuk kelas 2 sebesar Rp 8.513.739,- dengan kesenjangan Rp 2.376.873,- jika dibandingkan dengan tarif INA CBGs dan untuk kelas 3 sebesar Rp 8.887.792,- dengan kesenjangan sebesar Rp 3.796.854,- dengan tarif INA CBGs . Efisiensi yang dapat dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengurangi tingginya variasi obat dan bahan medis habis pakai dengan pembuatan clinical pathway sectio caesarea. Untuk mengurangi besaran biaya dan biaya satuan untuk tindakan sectio caesarea efisiensi yang dapat dilakukan adalah dengan menaikkan jumlah kunjungan pasien ke Rumah Sakit Harapan Keluarga.
Read More
B-2124
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fahrul Rahman; pEMBIMBINBG: Sandi Iljanto; Penguji: Mardiati Nadjib, Pujiyanto, Amila Megraini, Emi Lidia Arlini
Abstrak: Mulai 1 januari 2014 diberlakukannya JKN di rumah sakit maka terjadi perubahan sistem pembayaran dari pembayaran secara retrospektif (fee for service) menjadi sistem pembayaran prospektif (INA-CBG‟s).Direncananakn pada 2019 Indonesia seluruh penduduk Indonesia terdaftar di BPJS (Universal Heath Coverage).Sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah RSUD Banyuasin mempunyai peranan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas namun tetap memperhatikan efisiensi karena makin berkurangnya subsidi pemerintah.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya dan mengidentifikasi faktor-faktor penentu inefisiensi layanan Diabetes Melitus Komplikasi sehingga bisa dijadikan pedoman pengendalian biaya dalam melayani pasien.Jenis penelitian ini bersifat analisis deskriptif dengan menggunakan data primer (pengamatan dan wawancara) dan data sekunder berupa data dari RSUD Banyuasin tahun 2015.Analisis biaya menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC).Metode ABC untuk mengalokasikan biaya dengan mengidentifikasi pemicu biaya (cost driver) penyebab terjadinya biaya layanan Diabetes Melitus Komplikasi.Hasil penelitian menunjukkan komponen obat pada pelayanan Diabetes Melitus Komplikasi merupakan faktor penentu inefisiensi. Usaha yang dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk mengatasi inefisiensi dengan pembuatan Panduan Praktek Klinik, Revisi Formularium RS, Klinisi secara konsisten menggunakan obat e-cataloq Kata kunci: Analisis biaya, metode ABC, inefisiensi Since JKN was offiacially administered in general hospital on January 1st, 2014, there has been changing in hospital administration payment from the restrospective system (free for services) to the prospective system (INA-CBG‟s). It is planned in 2019 that all the people in Indonesia is registered in BPJS (Universal Heath Coverage) as one of the facilities for public healt services provided by Banyuasin general hospital (RSUD Banyuasin) which ains to provide qualified services, yet still considering effiencies due to the lach of the government subsidies. This study aimed to analyze the cost and identify determinant factor in handling Diabetes Melitus with complications, so that it can be a reference to handle the cost in taking care of patients with Diabetes Melitus. This study applied descriptif analysis which using primary data (observation and interview) and secondary data from Banyuasin general hospital (RSUD Banyuasin) in 2015 meanwhile. The cost analysis was appliyng Activity Based Costing (ABC) method. The ABC method was applied to allocated the cost by identifying the cost driver which was the major cause for cost for financing services for Diabetes Melitus with complication. The result of this study showed that medical component was the determinant factor of the inefficiencies for Diabetes Melitus with complication services. There are many efforts that can be done by the hospital to overcome the ineficiencies, for instance, making quidance for clinical practies, making revision for hospital formulation, and using e-cataloq medicine consistently Keywords : the cost analysis, ABC method, ineficiency
Read More
B-1872
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Helena Turnip; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Ascobat Gani, Ida Bagus Nyoman Banjar, Harfia Mudahar
Abstrak:
Latar Belakang: Rumah Sakit berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan serta kesehatan penunjang yang dituntut mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, peralatan dan teknologi. Analisis biaya dalam hal ini, dapat digunakan untuk perhitungan perencanaan anggaran, pengendalian biaya serta subsidi. Tujuan: Untuk mengetahui biaya satuan tindakan Rehabilitasi Medik serta upaya efisiensi dalam menutup kesenjangan tarif Rumah Sakit dengan tarif INA CBGs. Metode: Analisis biaya dilakukan pada 23776 tindakan antara lain: High Laser 5666, Dry Needling 708, Injeksi Intraartikular 3142, MWD 6313, TENS 3845, US 185, Traksi 34, Parrafin 362, Inhalasi 137, berbagai jenis latihan (Fisioterapi Dewasa 147, Fisioterapi Anak 516, Terapi Wicara Dewasa 398, Terapi Wicara Anak 1477, Okupasi Terapi Dewasa 709, Okupasi Terapi Anak 137). Hasil: Total biaya tindakan sebesar Rp 13.122.053.719,-. Kesenjangan paket biaya satuan dengan tarif INA CBGs untuk paket 2 modalitas (TENS-MWD) sebesar Rp (337.339), paket Latihan Fisioterapi Anak sebesar Rp (344.196), paket modalitas dan latihan (TENS ? OT dewasa) sebesar Rp (536.293), paket High Laser sebesar Rp (554.803), paket Injeksi Intraartikular sebesar Rp (889.211). Kesimpulan: Adanya kesenjangan biaya satuan dengan tarif Rumah Sakit serta tarif INA CBG?s dapat menjadi bahan evaluasi bagi Rumah Sakit untuk melakukan efisiensi.

Background: The function of the hospital is to carry out basic health efforts, referral health and supporting health which are required to be able to improve the quality of human resources, equipment and technology. Cost analysis in this case can be used to calculate budget planning, cost control and subsidies. Objective: To determine unit costs for Medical Rehabilitation and efficiency efforts in closing the gap of hospital rates and INA CBGs rates. Methods: Cost analysis was performed on 23776 procedures including: High Laser 5666, Dry Needling 708, Intraarticular Injection 3142, MWD 6313, TENS 3845, US 185, Traction 34, Paraffin 362, Inhalation 137, various types of exercise (Adult Physiotherapy 147, Children Physiotherapy 516, Adult Speech Therapy 398, Children Speech Therapy 1477, Adult Occupational Therapy 709, Children Occupational Therapy 137). Result: The total cost is IDR 13,122,053,719.-. The difference between the unit cost package and the INA-CBGs rate for the 2 modality package (TENS-MWD) is IDR (337,339), the Children's Physiotherapy Training package is IDR (344.196), High Laser for IDR (554,803), Intraarticular Injection package for IDR (889,211). Conclusion: There is a gap in the unit cost with Hospital rates and INA-CBG's rates can be used as evaluation material for Hospitals to carry out efficiency.
Read More
B-2313
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wina Annisa Nurimam; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Budi Hidayat, Pujiyanto, Julaga H.C.L. Tobing, Wiwik Herytha
B-1486
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erie Gusnellyanti; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Mardiati Nadjib, Vetty Yulianty Permanasari, riza Sultoni, Sutrya Fitri
T-4075
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ummu Hani; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Penguji: Adang Bachtiar, Mardiati Nadjib, Budi Hartoni. M Taha Albaar
Abstrak:
Besaran biaya satuan tindakan Bedah Sesar merupakan komponen penting bagi manajemen sebagai salah satu upaya efisiensi strategis ke depan, terutama dalam upaya keberlangsungan rumah sakit Prima yang melayani 90% pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Secara geografis, rumah sakit ini merupakan salah satu andalan untuk layanan persalinan di pulau Ternate yang menampung rujukan dari beberapa pulau kecil di sekitarnya. Hal ini menyebabkan tingkat Bedah Sesar relatif tinggi, yaitu 55% dari total tindakan persalinan. Rendahnya tarif JKN menjadi pemicu bagi manajemen untuk mengetahui komponen biaya rinci atas tindakan Bedah Sesar, agar upaya efisiensi dan strategi keberlangsungan usaha dapat terus ditingkatkan. Penelitian melalui pendekatan kualitatif, mengolah data sekunder pasien Bedah Sesar dengan wawancara dan melihat laporan keuangan rumah sakit. Analisis biaya dilakukan berdasarkan aktivitas pada seluruh tindakan Bedah Sesar pada tahun 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya total tindakan Bedah Sesar sebesar Rp 6.659.302,- Kesenjangan paket biaya satuan Bedah Sesar dengan tarif INA CBGs kelas 3 sebesar Rp (1.723.102), kelas 2 sebesar Rp (859.302), dan kelas 1 sebesar Rp (59.302). Tindakan efisiensi yang telah dilakukan oleh RS Prima adalah dengan mengurangi lama rawat, serta penyediaan BMHP dengan harga lebih rendah. Disarankan juga untuk melakukan ekspansi layanan dengan menjalin kerjasama dengan layananan primer agar angka rujukan ke rumah sakit dapat terkendali.

The unit cost of Cesarean Section (C-section) is a crucial factor in the strategic management of hospitals, particularly for Rumah Sakit Prima where 90% of patients are Jaminan Kesehatan Nasional’s participants. Geographically, Rumah Sakit Prima serves as a pivotal healthcare facility for delivery and labor services not only for Ternate Island, but also as a referral center for nearby islands. Consequently, the hospital experienced a relatively high C-section rate, accounting for 55% of total deliveries. The existing challenge is in the discrepancy between the low tariff provided by JKN for C-section and the actual costs incurred. To address this issue and support operational efficiency, the hospital’s management seeks to understand the detailed cost component of C-sections. A qualitative research approach was employed, utilizing caesarean section patients’ secondary data, conducting staff interviews, and analyzing hospital’s financial statements. An in-depth analysis was peformed for all C-section procedures performed in 2022. The findings revealed that the total cost for C-section in 2022 is Rp 6.659.302,-, significantly surpassing reimbursement rates provided by JKN. The difference in tariff per class from INA-CBGs and the actual costs has led to financial defisits of Rp 1.723.102 for 3rd class, Rp 859.302 for 2nd class, and Rp 59.302 for 1st class procedures. Many efficiency measures, such as reducing the length of stay, using consumables with lower price, etc have been done. Expansion of C-section services, potentially through collaboration with local midwives and front line healthcare providers, can help minimize hospital references and minimize the strain on hospital resources.
Read More
B-2395
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Reny Puspita; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Sandi Iljanto, Dumilah, Ichsan Hanafi
B-1730
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rudyanto Sedono; Promotor: Asri C. Adisasmita; Kopromotor: Ratna Djuwita, Made Wiryana; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Mardiati Nadjib, Syahrizal, Retno Wahyuningsih; Bachti Alisjahbana; Anis Karuniawati
Abstrak:
Latar Belakang: Mayoritas kandidiasis invasif pada pasien sakit kritis berkembang setelah masuk ke unit perawatan intensif. Penyebab paling umum dari penyakit jamur invasif adalah Candida yang merupakan organisme komensal dalam tubuh manusia tetapi dapat berubah menjadi patogen. Infeksi kandida diawali dengan peningkatan kolonisasi, perubahan bentuk dan produksi enzim yang merusak mukosa inang sehingga kandida dapat masuk ke jaringan tubuh atau pembuluh darah. Metode: Penelitian ini adalah studi observasional prospektif pasien sakit kritis yang dirawat di ruang intensif. Pengambilan sampel berupa darah, swab ketiak dan swab dubur diambil pada hari pertama, kelima, dan kesembilan. Data rekam medis dan biaya medis langsung dikumpulkan dari hari pertama penelitian hingga akhir penelitian. Analisis data menggunakan STATA. Hasil: Sebanyak 142 subjek direkrut dan 115 subjek dianalisis dalam penelitian ini. Analisis multivariat mengidentifikasi usia > 60 tahun, nutrisi parenteral >= 7 hari, CVC >= 10 hari, kortikosteroid, PCT hari ke-5, perubahan morfologi axilla dan swab rektal, dan perubahan morfologi dan peningkatan koloni Candida swab rektal hari ke-9 sebagai faktor risiko independen kandidiasis invasif. Faktor risiko ini dapat digunakan sebagai variabel sistem skoring berdasarkan RS tipe A dengan atau tanpa pemeriksaan mikologi dan RS tipe C. Pemberian obat antijamur lebih cost effective dibandingkan dengan tidak diberikan obat antijamur. Kesimpulan: Faktor risiko dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kandidiasis invasif, serta penggunaan sistem skoring dapat membantu dalam skrining diagnosis dan pemberian obat antijamur lebih cost effective.

Background: The majority of invasive candidiasis in critically ill patients develops after admission to the intensive care unit. The most common cause of invasive fungal disease is Candida which is a commensal organism in the human body but can transform into a pathogen. Candida infection begins with increased colonization, changes in shape and production of enzymes that damage mucosa then candida can enter body tissues or blood vessels. Methods: This study is a prospective observational study of critically ill patients who admitted to the intensive care unit. Blood samples, armpit swabs and rectal swabs were taken on the first, fifth and ninth days. Medical record data and direct medical costs were collected from the first day of the study to the end of the study. Data analysis using STATA. Results: A total of 142 subjects were recruited and 115 subjects were analyzed in this study. Multivariate analysis identified age > 60 years, parenteral nutrition >= 7 days, CVC >= 10 days, corticosteroids, PCT day 5, changes in axillary and rectal swab morphology, and morphological changes and increased Candida colonies on day 9 rectal swabs as risk factors independent of invasive candidiasis. This risk factor can be used as a scoring system variable based on type A hospital with or without mycological examination and type C hospital. Giving antifungal drugs is more cost effective than not giving antifungal drugs. Conclusion: Risk factors can be used to prevent invasive candidiasis from occurring, and the use of a scoring system can assist in screening diagnoses and administering more cost-effective antifungal drugs.
Read More
D-494
Depok : FKM-UI, 2023
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Auryn Carissa Chrestella; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Vetty Yulianty, Amila Megraini, Budi Hartono, Mira Roziati Dahlan
B-1637
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Masrulloh; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Sandi Iljanto, Puput Oktamianti, Radinal Husein, Estu Lestari
Abstrak: Dalam rangka memenuhi kebutuhan pengembangan kompetensi dan profesi tenaga kesehatan, pada Tahun 2015 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang untuk pertama kalinya menyelenggarakan Program Magister Sains Terapan Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kebutuhan biaya penyelenggaraan pendidikan pada Program Magister Sains Terapan Kesehatan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2016 dengan melakukan perhitungan biaya satuan penyelenggaraan pendidikan. Biaya yang dianalisis dalam penelitian ini adalah biaya yang terjadi dalam satu siklus penyelenggaraan pendidikan yang meliputi aktivitas registrasi, perkuliahan, dan kelulusan. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes Kemenkes Semarang pada Bulan Januari s.d. Juni 2017 dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah berbagai dokumen dan observasi langsung terhadap seluruh aktivitas penyelenggaraan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya langsung penyelenggaraan pendidikan yang meliputi biaya investasi, operasional dan pemeliharaan sebesar Rp.4.370.037.382 atau sekitar 79,07% dari biaya total. Sedangkan biaya tidak langsung yang meliputi biaya dukungan layanan manajemen dan tugas teknis lainnya sebesar Rp.1.156.760.496 atau sekitar 20,93% dari biaya total. Biaya satuan aktual penyelenggaraan pendidikan per mahasiswa per semester sebesar Rp.13.479.995 dengan 20,93% nya merupakan biaya tidak langsung. Sedangkan biaya satuan normatif sebesar Rp.10.179.260 dengan 19,59% nya merupakan biaya tidak langsung. Kata Kunci: analisis biaya pendidikan, biaya satuan, magister sains terapan kesehatan, politeknik kesehatan In order to meet the development requirements of competence and professional health workers, in 2015 Polytechnics of Health Semarang for the first time held a Master of Science in Applied Health Program. This study aimed to obtain information on the cost of providing education requirements Master of Science in Applied Health Program in the Health Polytechnic Semarang 2016 by calculating the unit cost of all activities of education. Costs were analyzed in this study are the costs incurred in providing education cycle which includes the registration activity, lectures and graduation. This research was conducted by the Ministry of Health Polytechnic Semarang from January till June 2017 with the quantitative descriptive approach. Data were collected by the study of various documents and direct observation of the whole activity of education. The results showed that the direct costs of providing education that includes the cost of investment, operation, and maintenance of Rp.4.370.037.382 or approximately 79.07% of the total cost. While indirect costs include the costs of the service support management and other technical tasks for Rp.1.156.760.496 or approximately 20.93% of the total cost. The actual unit cost of providing education per student per semester for Rp.13.479.995 with 20.93% of them are the indirect costs. While the normative unit costs for Rp.10.179.260 with 19.59% of them are the indirect costs. Keywords: analysis of education costs, the cost of the unit, master applied of health science, health polytechnic
Read More
T-4964
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive